Anda di halaman 1dari 9

Prospek Industri Pesawat Terbang Komersil Nasional

Tugas Mata Kuliah


TME 129 Pengantar Teknik Mesin

Kelompok 3
Nicolas Suriana(2014-041-100)
Andreas Eka Putra(2014-041-042)
Fridolin Roengo Bala(2014-041-096)
Dennis Andrew Fabian(2014-041-074)
Wendy Prasetya(2014-041-052)
Bill Silvano(2014-041-076)
Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Teknik
Universitas Katolik Atma Jaya
Jakarta
2014

2. Pembahasan
Pesawat merupakan sarana transportasi yang memiliki arti penting bagi pembangunan
ekonomi dan pertahanan, mengingat bahwa Indonesia adalah sebuah Negara kepulauan
dengan kondisi geografis yang sulit untuk diakses tanpa sarana transportasi yang memadai.
Dari kondisi tersebut muncul pemikiran bahwa sebagai sebuah negara kepulauan Indonesia
berada dalam posisi untuk memiliki industri maritim dan penerbangan. Hal ini yang
mendorong lahirnya industri pesawat terbang di Indonesia..
Upaya membangun industri pesawat terbang
Melalui Keputusan Presiden, KOPELAPIP (Komando pelaksana Industri Pesawat Terbang)
atau Eksekutif Komando Persiapan Industri Penerbangan dan PN. Industri Pesawat Terbang
Berdikari didirikan pada tahun 1965. Tapi sayang sekali, pada bulan Maret 1966 Nurtanio
meninggal dunia saat pengujian pesawat terbang. Untuk menghargai kontribusinya yang
berharga terhadap pengembangan penerbangan di tanah air, KOPELAPIP dan PN. Industri
Pesawat Terbang Berdikari kemudian digabungkan menjadi LIPNUR (Lembaga Industri
Penerbangan Nurtanio). Dalam pengembangan selanjutnya LIPNUR menghasilkan pesawat
latih dasar yang disebut LT-200. Dan lembaga ini difungsikan untuk purna jual-jasa,
pemeliharaan,

serta

perbaikan

&

overhaul

pesawat

terbang.

Pada tahun 1962, berdasarkan Keputusan Presiden, didirikanlah Teknik Penerbangan ITB
yang merupakan bagian dari Departemen Mesin. Oetarjo Diran dan Liem Keng Kie adalah
perintis dari bagian penerbangan ini. Kedua tokoh ini termasuk dalam Overseas Student
Scholarship Program. Pada wal 1958, melalui program ini, sejumlah mahasiswa Indonesia
dikirim ke luar negeri (Eropa dan Amerika Serikat). Sementara itu beberapa usaha lain dalam
merintis pendirian industri pesawat terbang juga telah dilakukan oleh seorang pemuda
Indonesia, BJ Habibie, dari tahun 1964 hingga 1970-an.
Industri Penerbangan Indonesia
IPTN telah mampu dan berhasil melakukan transfer teknologi penerbangan canggih dan
terbaru, kebanyakan dari belahan bumi Barat, untuk Indonesia. IPTN telah berpengalaman
dalam desain, pengembangan, dan manufaktur pesawat kecil untuk komuter regional
menengah.

Dalam menghadapi sistem pasar global yang baru, Nurtanio merumuskan kembali dirinya
untuk 'Nurtanio 2000' yang menekankan pada penerapan baru, berorientasi bisnis, strategi
untuk memenuhi situasi saat ini dengan struktur baru. Program restrukturisasi meliputi
reorientasi bisnis, Perampingan dan menyusun sumber daya manusia dengan beban kerja
yang tersedia, dan berdasarkan kapitalisasi pasar yang lebih terfokus dan misi bisnis
terkonsentrasi.
PT. Nurtanio kini menjual kemampuan di bidang teknik, dengan menawarkan jasa desain
untuk menguji aktivitas, manufaktur, pesawat terbang dan komponen non-pesawat, dan
layanan

purna

jual.

Seiring dengan perkembangan berikutnya, nama IPTN telah diubah menjadi PT. Dirgantara
Indonesia yang diresmikan pada tanggal 24 Agustus 2000 di Bandung oleh Alm. KH.
Abdurrahman Wahid yang pada waktu itu menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.
(http://aeronusantara.blogspot.com/2012/10/pt-dirgantara-indonesia-ptdi.html)
PT. Dirgantara Indonesia (DI) adalah industri pesawat terbang yang pertama dan satu-satunya
di Indonesia dan di wilayah Asia Tenggara. Perusahaan ini dimiliki oleh Pemerintah
Indonesia. Dirgantara Indonesia tidak hanya memproduksi berbagai pesawat tetapi juga
helikopter, senjata, menyediakan pelatihan dan jasa pemeliharaan (maintenance service)
untuk mesin-mesin pesawat. Dirgantara Indonesia juga menjadi sub-kontraktor untuk
industri-industri pesawat terbang besar di dunia seperti Boeing, Airbus, General Dynamic,
Fokker dan lain sebagainya.(http://id.wikipedia.org/wiki/Dirgantara_Indonesia)

Perkembangan industri pesawat terbang Tanah Air tidak lepas dari tangan dingin Profesor BJ
Habibie. Dibentuk sejak 1976, PT Dirgantara Indonesia (PTDI) terlahir sebagai BUMN
pembuat pesawat terbang dan helikopter. Sampai saat ini, berbagai pesawat hingga helikopter
laris

manis

terbang/)

terjual.(www.tubasmedia.com/berita/indonesia-unggul-di-industri-pesawat-

Untuk pengembangan Industri pesawat terbang di dalam negerit dibutuhkan dukungan dana
yang cukup besar, karena industri pesawat terbang merupakan industri padat modal. Hal ini
tidak bisa dipungkiri karena untuk membuat pesawat harus melalui riset yang lama.
( www.kemenperin.go.id/artikel/6966/Industri-Pesawat-Terganjal-Modal)

Dalam metode penelitian ini, peneliti akan memberitahu prosedur dalam mencari jawaban
dari rumusan masalah yang ada. Jenis penelitian yang digunakan adalah survey dan
mengambil contoh kasus yang ada. Kasus yang ada adalah rencana pembuatan pesawat
komersial R80 dan pesawat komersial N250 yang telah diproduksi . Sedangkan variabel
survey ini adalah mengenai pesawat komersial buatan Indonesia. Kita juga telah mengamati
apa tindakan pemerintah dalam industri dirgantara yang telah dibahas di atas.
Indonesia sendiri telah berhasil membuat pesawat komersial, yaitu pesawat N250 yang
diproduksi oleh IPTN(sekarang PT DI). Pesawat ini diluncurkan tahun 1995. Pesawat N-250
adalah pesawat penumpang sipil (airliner) regional komuter turboprop rancangan asli IPTN,
Indonesia. Menggunakan kode N yang berarti Nusantara menunjukkan bahwa desain,
produksi dan perhitungannya dikerjakan di Indonesia atau bahkan Nurtanio, yang merupakan
pendiri dan perintis industri penerbangan di Indonesia. Berbeda dengan pesawat sebelumnya
seperti CN-235 dimana kode CN menunjukkan CASA-Nusantara atau CASA-Nurtanio, yang
berarti pesawat itu dikerjakan secara patungan antara perusahaan CASA Spanyol dengan
IPTN.
Pesawat ini merupakan primadona IPTN dalam usaha merebut pasar di kelas 50-70
penumpang dengan keunggulan yang dimiliki di kelasnya (saat diluncurkan pada tahun
1995). Menjadi bintang pameran pada saat Indonesian Air Show 1996 di Cengkareng. Namun
akhirnya pesawat ini dihentikan produksinya setelah krisis ekonomi 1997.

Indonesia saat ini juga tengah membangun pesawat komersial R80. Disebutkan bahwa
pesawat R80 ini memiliki kemampuan terbang di atas 20.000 kaki dan mempunyai kapasitas
penumpang yang cukup besar. Jika tak ada aral melintang, R80 diperkirakan rampung
penyelesaiannya pada tahun 2018. Rencananya, pesawat dengan 80 tempat duduk itu akan
melakukan penerbangan perdana di Bandara Internasional Jawa Barat di Kertajati, Kabupaten
Malajengka, pada 2018.

Menurut BJ Habibie yang mantan Presiden ke-3 Republik ini, Pesawat R80 tersebut
merupakan revolusi dari pesawat pada tahun 1995 lalu yaitu N250. Namun secara teknologi
sudah jauh lebih canggih. Secara by pass rasio 40 dan bisa lebih hemat bahan bakar mencapai
30 persen. Pesawat ini juga dapat dikendalikan secara elektronik atau dikenal istilah fly by
wire. Selain itu, baling-baling yang ada di sayap juga termasuk teknologi baru, karena dapat
menentukan antara angin dingin dan angin panas yang dihasilkan dari mesin. Dengan
teknologi-teknologi ini, maka pesawat dapat melaju dengan kecepatan jauh lebih tinggi,
namun tetap efisien.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil dan pembahasan ini penulis akan membahas jawaban-jawaban dari rumusan
masalah yang ada. Jawaban-jawaban ini merupakan opini-opini yang dasarnya tinjauan teori
dan pustaka.
Proses pembuatan pesawat komersial diawali dengan tahap konfigurasi. Pada tahap ini akan
dipastikan soal jumlah penumpang karena menyangkut segmen pasar. Proses berikutnya
adalah tahap desain awal, yakni desain. Desain awal ini akan menentukan bentuk dari
pesawat itu sendiri. Proses berikutnya merupakan proses yang terberat, yakni proses detail
desain. Proses ini akan memasuki tahap pembuatan prototype (purwarupa) hingga sertifikasi
pesawat itu sendiri.
Penulis juga telah membuat survey dengan variabel pertanyaan: Apabila pesawat komersial
buatan Indonesia sudah memadai, menurut anda apa yang bakal terjadi di masyarakat?.
Berikut ini adalah jawaban-jawaban hasil survey yang telah disaring terlebih dahulu oleh
penulis:
Apabila pesawat komersial sudah memadai tentunya masyarakat Indonesia akan menyambut
baik hal ini, karena dengan adanya pesawat komersial ini akan memudahkan mereka dalam
bepergian ke tempat-tempat yang masih dalam jarak pendek. Transportasi pesawat pun akan
diminati. Arus urbanisasi pun akan meningkat. Masyarakat pun tentunya akan bangga karena
negara mereka mampu membuat pesawat komersialnya sendiri. Salah satu hal yang akan
paling berdampak pada masyarakat adalah tentunya pengangguran berkurang karena ada
industri baru yang mampu menyerap tenaga kerja. Dengan berkurangnya pengangguran,
maka kesajehtaran meningkat.
Tetapi ada juga koresponden yang berpendapat bahwa tidak akan terjadi perubahan yang
signifikan di masyarakat karena masyarakat tidak terlalu membutuhkan penerbangan di
kehidupan sehari-hari dan juga pesawat bukan merupakan transportasi utama masyarakat
Indonesia karena yang dibutuhkan masyarakat adalah transportasi umum yang mencakup ke
seluruh daerah dengan rentang yang relatif dekat. Mereka juga berpendapat bahwa
masyarakat Indonesia umumnya lebih mempercayai produk luar negeri dibandingkan produk
dalam negeri. Contohnya adalah apabila maskapai Garuda Indonesia diminta untuk
memproduksi pesawat boeing atau produksi dalam negeri, tentunya mereka akan memilih
untuk memproduksi boeing karena masyarakat akan lebih percaya pada maskapai tersebut.

Dalam pembuatan pesawat, tentu saja ada beberapa dampak negatif yang ditimbulkan. Di
anatara lain adalah dapat menimbulkan asap dari pabrik. Dalam pembuatan pesawat ini tentu

saja dibutuhkan suatu pabrik untuk memproduksi part-part pesawat. Ketika melakukan
produksi inilah tentu akan menghasilkan gas buang yaitu asap yang dapat menimbulkan
polusi udara.
Hal lain yang ditimbulkan adalah timbulnya polusi suara dari suara produksi di dalam pabrik.
Tentu saja hal ini terjadi di hampir setiap pabrik, tapi hal ini seharusnya mudah diantsisipasi.
Lahan kosong juga berkurang akibat pembangunan pabrik atau industri pesawat. Apalagi
pembangunan pabrik tersebut pastinya akan memakan lahan yang sangat luas.

BAB IV
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dari penelitian penulis adalah saat ini industri dirgantara Indonesia terus
berkembang salah satunya ditandai dengan mulainya pembuatan pesawat komersial
Indonesia. Hal ini akan berdampak positif bagi masyarakat karena semakin memudahkan
mereka dalam bepergian ke tempat-tempat yang relatif dekat. Hal ini juga membuat Indonesia
makin terkenal di mata internasional karena sudah memproduksi pesawat komersialnya
sendiri.
Saran penulis adalah semoga pemerintah tidak setengah-setengah dalam menjalankan
proyek ini sehingga pada akhirnya mampu terselesaikan dengan baik dan cepat sehingga
tidak memakan terlalu banyak biaya.

DAFTAR PUSTAKA
1. www.kemenperin.go.id/artikel/6966/Industri-Pesawat-Terganjal-Modal (diakses
tanggal 12 September 2014)
2. www.tubasmedia.com/berita/indonesia-unggul-di-industri-pesawat-terbang/ (diakses
tanggal 12 September 2014)
3. http://id.wikipedia.org/wiki/Dirgantara_Indonesia (diakses tanggal 12 September
2014)
4. http://aeronusantara.blogspot.com/2012/10/pt-dirgantara-indonesia-ptdi.html (diakses
tanggal 11 Oktober 2014)
5. http://indocropcircles.wordpress.com/2014/09/12/pesawat-r80-buatan-indonesia/
(diakses 26 Oktober 2014)
6. http://id.wikipedia.org/wiki/N-250 (diakses tanggal 1 November 2014)
7. http://indocropcircles.wordpress.com/2014/05/26/pesawat-n-219-buatan-indonesiasudah-kantongi-100-pesanan/ (diakses tanggal 1 November 2014)

Anda mungkin juga menyukai