I.
TUJUAN
Menentukan kekuatan dan keuletan baja dan komponen yang terbuat dari baja, serta
memperkirakan ketangguhannya
II.
TEORI DASAR
Terminologi Uji Tarik diberikan bila pada sebuah specimen diberikan beban tarik (statis)
secara bertahap hingga putus. Uji tarik merupakan satu dari sekian banyak uji mekanik yang
paling sederhana.
Dalam uji Tarik dibutuhkan sebuah specimen dengan penampang dapat berbentuk
bulat(d), persegi maupun persegi panjang (a), artinya specimen dapat berbentuk pelat atau
silinder. Umumnya untuk logam dipilih bentuk silinder sebagai spesimen. Bagian tengah dari
spesimen berdiameter lebih kecil dari bagian pinggir, meskipun tidak selalu demikian, seperti
tertera pada gambar 1. Untuk spesimen berbentuk lingkaran, ukuran diameter luar (D) spesimen
yang digunakan ialah 19 mm dan ukuran diameter dalam (d) ialah 12,8 mm. Gauge length (
LO ) (yang digunakan dalam perhitungan keuletan) memiliki ukuran 50 mm, dan panjang
Tegangan Teknis,
Regangan Teknis,
Keterangan :
P
A0
L
L0
;(N/ mm
(1)
(2)
F
A0
:gaya tarik
(N)
2
( mm )
L :Pertamabahan panjang
(mm)
L0
(mm)
:Panjang awal
Pada awal penarikan, hubungan antara tegangan dengan regangan mengikuti garis lurus
OA. Daerah ini disebut sebagai daerah elastis, yaitu daerah bila spesimen diberi beban akan
bertambah panjang dan apabila beban dihilangkan maka spesimen akan kembali ke bentuk
semula, perubahan bentuk yang terjadi tidak tetap atau dikenal sebagai deformasi elastis.
Hubungan antara tegangan dan regangan di daerah elastis dinyatakan dalam Hukum Hooke,
dengan persamaan sebagai berikut:
=E .
(3)
Keterangan :
: Tegangan
: Regangan
:Modulus elastisitas/modulus Young
2
(N/ mm )
2
(N/ mm )
Penarikan selanjutnya tidak lagi menghasilkan hubungan yang linier antara tegangan
dengan regangan, garis lengkung AC, daerah ini disebut sebagai daerah plastis. Kondisi ini
menyatakan bahwa apabila spesimen diberi beban akan bertambah panjang namun apabila beban
dihilangkan maka spesimen tidak akan kembali kebentuk semula, terjadi perubahan bentuk yang
tetap/permanen, atau dikenal sebagai deformasi plastis. Bila dicermati lebih lanjut, garis
lengkung AC terdiri atas dua bagianya itu AB dan BC, kedua garis lengkung tersebut
memberikan deformasi plastis yang berbeda. Pada daerah lengkung AB deformasi yang terjadi
homogeny namun tidak demikian halnya ditengah lengkung BC, deformasi plastis yang terjadi
tidak homogen. Pada saat penarikan mencapai tegangan maksimum, B, terjadi pengecilan
specimen setempat yang dikenal sebagai necking kondisi inilah yang menyebabkan daerah BC
perubahan bentuknya tidak lagi homogeny. Penarikan sampai titik C akan menyebabkan
spesimen putus (fracture).
Melalui grafik stress-strain, disamping kekuatan tarik, u , dapat pula ditentukan
kekuatan luluh (yield strength), y , dengan menggunakan metode offset-strain, regangan
diatur pada nilai 0,2% atau bahkan 0,5% untuk kondisi tertentu.
Pada saat penarikan, sebenarnya terjadi perubahan luas penampang per satuan waktu
penarikan yang berbeda, oleh karena itu tegangan dan regangan yang sebenarnya terjadi
mengikuti persamaan sebagai berikut:
Tegangan sebenarnya,
F
= Ai
Li
=ln L0
2
; (N/ mm )
(4)
Regangan sebenarnya,
(5)
Keterangan :
P
:Gaya tarik
(N)
Ai
Li
L0
2
( mm )
(mm)
:Panjang awal
(mm)
Permukaan patahan logam dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu patah ulet dan patah
getas (ductile and brittle fracture). Pembagian ini didasarkan pada kemampuan logam untuk
mengalami deformasi plastis. Patah ulet biasanya ditunjukkan dengan munculnya bentuk cupcone pada patahan, yang menunjukkan terjadinya deformasi plastis secara cukup besar.
Sebaliknya, pada patah getas, retakan terjadi sangat singkat dengan diikuti deformasi plastis yang
sangat sedikit.
Gambar 3. Jenis Patahan Spesimen :Patah Ulet (Kiri) dan Patah Getas (Kanan)
(www.hsc.csu.edu.au)
III.
PERALATANPERCOBAAN
a. Mesinuji Tarik Hung Ta HV 9501.
b. Mista rsorong, penggaris, penitik.
c. Spesimen yang dapat terdiri dari: baja karbon, tembaga, kuningan, dan aluminium.
Gambar 4. Mesin Uji Tarik Hung Tu HV 9501
IV.
PROSEDUR PERCOBAAN
Lf
), diameter/tebal akhir
spesimen.
g. Analisis permukaan patahan dari specimen menggunakan stereo mikroskop.
Gambar 5. Spesimen Uji Tarik menurut ASTM E&M [3]
V.
1. Dari data yang diperoleh buatlah diagram tegangan terhadap regangan teknis
(engineering), dan tentukan kekuatan logam, baik ultimate tensile Strength maupun yield
strength, keuletan logam serta perkirakanlah ketangguhannya.
700
600
500
400
300
Stress (MPa)
200
100
0
0.5
0
Strain (m/m)
UTS
619,66 (N/ mm
Yield Strength
( y) =
Ketangguhan
39.900
0.40315
Keuletan
()
610
2
(N/ mm )
2. Jelaskan perbedaan antara deformasi elastis dan plastis ditinjau secara mikroskopik.
Jawab: perbedaannya dapat dilihat dari bentuk butir yang pada saat deformasi plastis
bentuk butir yang semula berbentuk bulat atau disebut equiaxia lberubah menjadi pipih
atau elongated.
3. Jelaskan yang dimaksud dengan necking, serta bagaimana kondisi ini dapat menyebabkan
awal terjadi perbedaan antara tegangan teknis dan tegangan sebenarnya?
Jawab: necking adalah peristiwa pengecilan specimen setempat, dimana menimbulkan
perbedaan antara tegangan teknis yang hanya menggunakan luas specimen awal
dan tegangan sebenarnya yang menggunakan perubahan luas specimen sebagai
penghitungannya.
4. Jelas kanapakah keuletan untuk logam yang samaakan sama apabila gauge length nya
berbeda?
Jawab: Ya, karena yang mempengaruhi keuletan adalah ikatan antar atom yang dimiliki
logam, sehingga jika jenis logam yang digunakan sama walau pun gauge length nya
berbeda, keuletannya akan tetap sama.
5. Jelaskan bagaimana pengaruh ikatan atom terhadap modulus elastisitas logam?
Jawab: Modulus elastisitas ditentukan oleh gaya ikatan antar atom. Gaya atom ini tidak
dapat diubah tanpa terjadinya perubahan mendasar dari sifat bahannya. Oleh karena itu,
Modulus elastisitas merupakan sifat mekanik bahan yang tidak mudah untuk diubah.
6. Jelaskan apakah perbedaan antara continuous yielding dengan discontious yielding?
Bagaimana discontious yielding dapat terjadi?
Jawab: continuous yieldingnya memiliki 1 titik yielding sementara discontious yielding
memiliki 2 titik yielding. discontious yielding biasanya terjadi pada baja karbon rendah
dan juga terjadi saat menyerap energy.
VI.
Tegangan Teknis:
eng =619,66
eng =
F
Ao
eng =
76044,5 N
122,72 mm2
eng =
L
Lo
eng =
9,9 mm
50 mm
N
2
mm
Regangan Teknis
eng =1,198
Elongation
9,9
100
= 50
Ketangguhan
=19,8%
63 X 200
42 x 400
+63 x 400+
=
2
2
=39.900
2.Analisis
Spesimen yang praktikan uji Tarik menghasilkan patahan cup-cone yang berarti bahwa
spesimen tersebut ulet, dalam pecorbaan ini juga terjadi kesalahan atau error dimana specimen
pertama gagal untuk diuji karena kesalahan pada pengaturan yang dilakukan pada mesin uji
Tarik, sehingga menggunakan 2 spesimen untuk melakukan uji Tarik.
Dalam praktik uji Tarik kali ini juga terdapat kesalahan pada grafik yang disebabkan oleh
gripper yang pemasangannya kurang tepat, sehingga menyebabkan kesalahan pada awal kurva.
Praktikan dapat mengetahui perbedaan deformasi elastis plastis yang ditinjau secara
mikroskopikyaitu dari bentuk butir yang pada saat deformasi plastis bentuk butir yang semula
berbentuk bulat atau disebut equiaxial berubah menjadi pipih atau elongated.
Praktikan dapat menjelaskan bahwa gauge Length tidak mempengaruhi keuletan suatu baja
yang sama, melainkan struktur atomnya lah yang mempengaruhi keuletan tersebut. Praktikan
mengetahui perbedaan pada continous yielding dan discontinous yielding serta mengetahui
pengaruh ikatan atom terhadap modulus elastisitas.
VII.
KESIMPULAN
Praktikan dapat menentukan daerah deformasi elastis dan plastis dengan membentuk
offset Strain yang memotong garis pada grafik,serta dapat memperkirakan ketangguhan
dengan menarik lurus kebawah batas deformasi elastis dan plastis dan garis akhir
(fracture), luas daerah diantara garis tersebut dan dibawah gariss tress-strain adalah
perkiraan ketangguhan specimen uji tersebut.
Praktikan dapat menjelaskan perbedaan-perbedaan deformasi elastis dan plastis secara
mikroskopik.
VIII.
DAFTAR PUSTAKA
1. ---------, (2000): ASM Metals Handbook Volume 8: Mechanical Testing and
Evaluation, ASM International, Ohio.
2. Callister, W.D., (2001): Fundamentasls of Materials Science and Engineering,
John Willey & Sons, New York.
3. ---------, (1991): Annual Books of ASTM Standards, Section 3: Metal Test Methods
and Analythical Procedure Philadelphia.
4. Dieter, G.E., (1988): Mechanical Metallurgy, McGraw Hill Book Co., London.
5. Davis, H.E., et al., (1964): The Testing and Inspection of Engineering Materials,
McGraw Hill Book Co., London.
IX.
LAMPIRAN
HasilUjiTarikmembentukcup-cone
SpesimenSebelumPengujianTarik
SpesimenSetelahPengujianTarik