Oleh:
Deliza Ardela P
G99121011
Mustiqa Febriniata
G99122079
Pembimbing :
dr. Amru Sungkar, Sp. B. Sp.BP-RE
BAB I
STATUS PASIEN
A. ANAMNESIS
I.
II.
Identitas pasien
Nama
: Tn. S
Umur
: 32 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
No. CM
: 01 06 29 20
MRS
: 10 Oktober 2014
Tanggal Periksa
: 21 Oktober 2014
Keluhan Utama
Kaku di jari dan pergelangan tangan kanan dan kiri setelah terkena
luka bakar.
III.
IV.
b. Riwayat hipertensi
: disangkal
c. Riwayat Stroke
: disangkal
Riwayat Pengobatan
-
2010
2013
B. ANAMNESIS SISTEMIK
Mata
Telinga
Mulut
Hidung
Sistem Respirasi
Ektremitas bawah
Integumen
C. PEMERIKSAAN FISIK
I.
Primary Survey
a. Airway
b. Breathing
: Bebas
: Pernapasan spontan, thoracoabdominal
RR: 20x/menit
II.
c. Circulation
d. Disability
e. Exposure
Secondary Survey
a. Kepala
b. Mata
Tragus (-)
d. Hidung
darah (-)
e. Mulut
basah (+), maxilla goyang (-), mandibula goyang (-), pelo (-)
f. Leher
Palpasi
Perkusi
Palpasi
Perkusi
: sonor / sonor
: distended (-)
: timpani
Palpasi
k. Genitourinaria
akral dingin
oedem
D. STATUS LOKALIS
-
Look
Feel
Move
digerakan (+)
E. ASSESMENT I
Kontraktur digiti manus dekstra et sinistra + wrist joint dekstra et sinistra
et causa combusio api
F. PLANNING I
Cek laboratorium darah lengkap dan elektrolit
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium (15 Oktober 2014)
Hb
: 13,8 g/dL
Hct
: 40 %
AE
: 4,34 106/uL
AL
: 8,2. 103/uL
AT
: 132. 103/uL
Golongan darah
:O
PT
: 12,9 detik
APTT
: 30,3 detik
GDS
: 91
SGOT
: 34 u/l
SGPT
: 7 u/l
Ureum
: 17 mg/dl
Kreatinin
: 0,8 mgdl
Alb
: 3,9 gdl
Na
: 132 mmol/L
: 3,8 mmol/L
Cl
: 105 mmol/L
HbsAg
: Nonreaktif
H. ASSESMENT II
Kontraktur digiti manus dekstra et sinistra + wrist joint dekstra et sinistra
et causa combusio api
I. PLANNING II
1. Rawat Bangsal
2. Pro release kontraktur
J. Prognosis
a. Ad vitam
: dubia ad bonam
b. Ad sanam
: dubia ad bonam
c. Ad kosmetikum
: dubia ad bonam
d. Ad fungsionam
: dubia ad bonam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
a. Kontraktur
Kontraktur adalah pemendekan jarak 2 titik anatomis tubuh
sehingga terjadi keterbatasan rentang gerak (range of motion). Kontraktur
adalah kontraksi yang menetap dari kulit dan atau jaringan dibawahnya
yang menyebabkan deformitas dan keterbatasan gerak. Kelainan ini
disebabkan karena tarikan parut abnormal pasca penyembuhan luka,
kelainan bawaan maupun proses degeneratif. Kontraktur yang banyak
dijumpai adalah akibat luka bakar.1,17
b. Luka Bakar
Luka bakar merupakan kerusakan jaringan atau kehilangan
jaringan yang diakibatkan sumber panas ataupun suhu dingin yang tinggi,
sumber listrik, bahan kimiawi, cahaya, radiasi dan friksi. Jenis luka dapat
beraneka ragam dan memiliki penanganan yang berbeda tergantung jenis
jaringan yang terkena luka bakar, tingkat keparahan, dan komplikasi yang
terjadi akibat luka tersebut. Luka bakar dapat merusak jaringan otot,
tulang, pembuluh darah dan jaringan epidermal yang mengakibatkan
kerusakan yang berada di tempat yang lebih dalam dari akhir sistem
persarafan.2, 3
c. Kontraktur Akibat Luka Bakar
Luka bakar derajat tiga yang dibiarkan sembuh sendiri akan
mengalami kontraktur. Jaringan parut sering terjadi setelah luka
bakar dapat mengakibatkan kontraktur. Bila terjadi di persendian, fungsi
sendi akan berkurang atau hilang.2,3,17
B. KLASIFIKASI
Klasifikasi kontraktur berdasarkan derajat keparahan 4,5 :
Evaluasi secara fungsional dan estetika dari sendi atau jaringan pada
sebelum dan sesudah terapi
E. PATOFISIOLOGI
Mekanisme dasar pembentukan kontraktur didapat dari berbagai
macam etiologi yaitu congenital, didapat, atau idiopatik. Proses ini disebabkan
oleh aktifnya miofibroblas (sebuah sel dengan fibroblas dan dengan
karakteristik seperti otot polos yang terdistribusinya granulasi di seluruh
jaringan yang ada pada luka). Kontraksi dari miofibroblas menyebabkan luka
menyusut. Hal ini juga diikuti dengan deposisi kolagen dan saling
berhubungan
untuk
mempertahankan
kontraksi.
Pada
embryogenesis,
jaringan dengan menurunkan ruang lingkup gerak sebagai akibat dari parut
jaringan. Pasien diistirahatkan dengan posisi yang nyaman, posisi ini
biasanya adalah posisi fleksi dan juga merupakan posisi kontraktur. Tanpa
dorongan dan bantuan dari orang lain, pasien akan meneruskan posisi yang
menyebabkan kontraktur. Sekali kontraktur mulai terbentuk dapat terjadi
kesulitan untuk bergerak sempurna seperti sediakala. Penyesuaian awal
memiliki esesnsi untuk memastikan kemungkinan terbaik hasil terapi,
selain itu pula untuk meringankan nyeri.
Pasien harus selalu melakukan kebiasaan posisi pada stadium awal
penyembuhan. Pasien perlu dorongan untuk mempertahankan posisi yang
mencegah kontraktur (kecuali ketika program latihan dan aktivitas
fungsional lain), dukungan keluarga sangat penting.
Ketika luka bakar terjadi pada bagian fleksor tubuh, risiko
kontraktur akan semakin meningkat. Posisi yang mencegah terjadinya
kontraktur berdasarkan luka bakar adalah sebagai berikut3 :
a. Leher depan
Posisi yang dapat menyebabkan kontraktur adalah fleksi leher, dagu
ditarik ke arah dada, kontur leher menghilang sedangkan posisi yang
mencegah terjadinya kontraktur adalah ekstensi leher, tidak ada bantal
di belakang kepala, putar balik leher. Kepala dimiringkan bila posisi
duduk.
i. Kaki
Kaki adalah struktur komplek yang dapat ditarik dengan arah yang
berbeda-beda oleh jaringan yang telah menyembuh. Hal ini dapat
mengakibatkan mobilitas yang tidak normal. Posisi yang mencegah
terjadinya kontraktur adalah pergelangan kaki diposisikan 90 derajat
terhadap
telapak
kaki
dengan
menggunakan
bantal
untuk
lain-lain.
Bidai
membantu
merenovasi
jaringan
parutkarena
membentuk dan mempertahankan kontur anatomis. Bidai adalah satusatunya modalitas terapeutik yang tersedia dan berlaku yang dapat
mengatur tekanan pada jaringan lunak sehingga dapat menimbulkan
remodeling jaringan.
Bidai dapat dibuat dari berbagai macam bahan. Bahan yang ideal
adalah yang memiliki temperature rendah dan ringan, mudah dibentuk,
dan disesuaikan kembali kemudian juga sesuai dengan kontur.
namun
kemungkinan
silicon
mempengaruhi
fase
penyembuhan
remodeling kolagen.
b. Operatif
Prosedur operasi tidak boleh dilakukan selama fase aktif penyembuhan
dan pembentukan jaringan parut. Selama luka tersebut immature dan banyak
baskularisasinya tidak dilakukan operasi. Biasanya dibutuhkan waktu satu
tahun atau lebih. Luka harus menjadi matur, supel, dan avaskuler sebelum
dilakukan operasi.6,9,20
1. Pembebasan kontraktur
Pembebasan kontraktur yang tuntas harus dilakukan dengan mencegah
kerusakan berbagai struktur penting seperti arteri, saraf, tendon, dan lainlain. Insisi dimulai di pada lintasan ketegangan yang maksimal yaitu
daerah yang paling kencang. Titik ini biasanya berlawanan dengan garis
persendian. Insisi diperdalam sampai jaringan yang tidak ada parutnya.16
2. Penutupan kulit
Penutupan dengan menggunakan skin grafts atau skin flap. Umumnya area
dibuangnya setelah dibuangnya jaringan kontraktur akan ditutup dengan
menggunakan skin grafts. Penutupan menggunakan flap digunakan pada
situasi yang khusus. Lapisan grafts diusahakan dibuat luas dengan
menggunakan tautan. Teknik yang dapat digunakan adalah Full Thickness
Skin Graft (FTSG) merupakan skin graft yang menyertakan seluruh bagian
dari dermis. Karakteristik kulit normal dapt terjada setelah proses graft
selesai karena komponen dermis dipertahankan selama proses graft.
Teknik lain yang dapat digunakan adalah Split Thickness Skin Graft
(STSG).
Skin flap digunakan jika pembebasan kontraktur kemungkinan membuka
persendian terutama tangan dan kaki. Teknik yang dapat digunakan adalah
Z plasty. Z plasty adalah tindakan operasi yang bertujuan memperpanjang
garis luka sehingga dapat mencegah kontraktur terutama pada persendian.
Tindakan ini dilakukan dengan cara transposisi flap sehingga didapatkan
garis luka yang lebih panjang. Teknik lain yang dapat digunakan adalah
V-Y plasty, V-M plasty, split skin fraft (SSG) dan lain sebagainya.10,11,14
3. Perawatan postoperatif
Perawatan post operatif meliputi perawatan luka dan terapi. Perawatan
luka yang dilakukan oleh beberapa ahli dilakukan di minggu pertama
pasca bedah. Akan tetapi lebih disarankan untuk pemeliharaan dan
mempertahankan posisi sampai kurang lebih 3 minggu atau sampai garis
tepi flap sembuh. Dengan metode ini diharapkan mengurangi nyeri pasca
bedah dikaitkan dengan penggantian perban, dan mengurangi tindakan
perawatan dan biaya secara signifikan. Terapi postoperatif menggunakan
bidai statis atau dinamis dan juga terapi latihan fisik diperlukan untuk
menjaga ruang lingkup gerak persendian. Pasien juga diedukasi mengenai
perlunya kontrol rutin dan follow up jangka panjang.12
DAFTAR PUSTAKA
1. Offenbacher M, Sauer S, Rie J, Muller M, Grill E, Daubner A, Randzio O,
Kohls N, Majumdar AH. (2013). Contractures with special reference in
elderly: definition and risk factors-a systematic review with practical
implications. Journal Disabil Rehabil: 110.
2. Hermans M. (2005). A general overview of burn care. Int Wound J 2: 206-220.
3. Schneider JC, Holavanahalli R, Helm P, Goldstein R, Kowalske K. (2006).
Contractures in Burn Injury: Defining the Problem. J Burn Care Res 27:508
514.
4. Adu EJK. (2011). Management of contractures: a five-year experience at
komfo anokye teaching hospital in kumasi. Ghana Medical Journal 45(2):6672.
5. Gulgonen A, Ozer K. (2007). The Correction of Postburn Contractures of the
Second Through Fourth Web Spaces. J Hand Surg 32A:556564.
6. Schwarz RJ. (2007). Management of Postburn Contractures of the Upper
Extremity. Journal of Burn Care Research 28: 212219.
7. Edwin AD. (1990). The Management of burns. The New England Journals of
Medicine 323:1249-1253
8. Cheema SA. (2010). Reverse ulnar parametacarpal artery flap for soft tissue
defects of hand. J Ayub Med Coll Abbottabad 22(2): 61-63.
9. Al-kandari QA. (2008). X-Plasty for Post Burn Flexion Contractures of
Interphalangeal Joints of All Five Digits of Hand and Adduction Contractures
of Axilla. J. Plast. Reconstr. Surg (32)1: 67-69.
10. Amin MM, Iqbal T, Minhas TM, Sadaf J. (2012). A Comparison between
Plantar Skin Grafts and Split Thickness Ordinary Skin Grafts in the
Management of Postburn Flexion Contractures of Hand. Ann. Pak. Inst. Med.
Sci 8(1): 83-86.
11. Ali A, Khundkar SH. (2009). Outcome of Skin Graft in Postburn Finger
Contractures: An Integrated Technique of Evaluation. J Bangladesh Coll Phys
Surg 27: 25-29.
12. Sheridan RL, Baryza M.J, Pessina M, et al. (1999) Acute hand burns in
children; management and long term outcome based on a ten year experience
with 698 injured hands. Ann Surg. 1999:229564.
13. Saleh Y, Shazly M, Adly S. (2009). Management of Post Burn Mutilated
Hand. Egypt, J. Plast. Reconstr. Surg. 33:101-109.
14. Jabir S, Frew Q, El-Muttardi N, Dziewulski P. (2014). A systematic review of
the applications of free tissue transfer in burns. Journal Elsevier 1: 1-12.
15. Ravishanker R. (Distraction correction for flexion contractures of the fingers:
A minimally invasive technique. Indian J Plastic Surg (36)2: 99-103.
16. Uebelhoer NS, Ross EV, Shumaker PR. (2012). Ablative Fractional
Resurfacing for the Treatment of Traumatic Scars and Contractures. Semin
Cutan Med Surg 31:110-120.
17. Ahmad M. (2014). Management of digital flexion contractures. Isra Medical
Journal (6)1: 1-3.
18. Schwarz RJ, Joshi KD. (2004). Management of post-burn contractures.
Journal of Nepal Medical Association 43: 211-217.
19. Gven E, Uurlu AM, Hocaolu E, Kuvat SV, Elbey H. (2010). Treatment of
post-burn upper extremity, neck and facial contractures: report of 77 cases.
Turkish Journal of Trauma & Emergency Surgery 16 (5):401-406.
20. Conduta JL, Aldunate B, Vana LPM, Fontana C. (2012). Use of dermal matrix
and negative pressure dressings for the treatment of contractures in burn
patients. Brazilian Journal of Plastic Surgery 27(3): 369-73.
21. Gupta M, Pai AA, Ramachandra R, Sawarappa R, Majumdar KM, Banerjee T,
Kanoi A, et al. (2013). Perforator-Plus Fasciocutaneous Flaps in the
Reconstruction of Post-Burn Flexion Contractures of the Knee Joint. World J
Plast Surg 2(1): 27-34.
22. Balakrishnan H, Sugg KB, Huettner W, Jarrahnejad P. (2008). Depuytrens
contracture following burn injury of the hand : a case report and review of
literature. Canadian Journals Plastic Surgery 16:49-51.
23. Goel A & Shrivastava P. (2010). Post-burn scars and scar contractures. Indian
Journal of Plastic Surgery 43(3):63-71.
24. Procter F. (2010). Rehabilitation of the burn patient. Indian Journal of Plastic
Surgery 43(Suppl): S101-S113.
25. Sheridan RL, Ryan DP, Fuzaylov G, et al. (2008) Case : An 18-Month-Old
Girl with an Advanced Neck Contracture after a burn. The New England
Journals of Medicine 358:729-73.
26. Gokalan L, Ozgor F, Gursu G, Kecik A. (1996). Factors Affecting Results in
Thermal Hand Burns. Annals of Burns and Fire Disasters 9
http://www.pulsus.com/journals/abstract.jsp?
sCurrPg=journal&jnlKy=6&atlKy=7889&isuKy=771&spage=1&isArt=t&fold=A
bstract
http://www.uscplasticsurgery.net/downloads/burn/15_crih.pdf
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJM199011013231806
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3038392/
http://www.medbc.com/annals/review/vol_9/num_4/text/vol9n4p222.htm
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3038404/
http://www.esprs.com/journal/331_17.pdf
http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcpc0708792
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1191743/