Anda di halaman 1dari 14

BAB II

MATERIAL

II.1. BETON
Beton, khususnya beton mutu tinggi adalah komponen utama dari semua
elemen beton prategang. Sehingga, kekuatan dan daya tahan beton adalah dua
kualitas utama yang paling penting di struktur beton prategang. Efek-efek dalam
jangka panjang dapat dengan cepat mengurangi gaya-gaya prategang dan
menyebabkan kegagalan yang tidak diharapkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan
berbagai upaya untuk menjamin dan mengontrol kualitas pada berbagai tahap
produksi dan konstruksi serta perawatan. Gambar II.1 menunjukkan berbagai faktor
yang mempengaruhi kualitas beton.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

Gambar II.1. Sifat Utama Beton yang Baik


Secara umum, besaran-besaran mekanis beton dapat dikelompokkan menjadi dua
kategori, yaitu :
1. Besaran sesaat atau jangka pendek, yaitu kuat tekan, kuat tarik, kuat lentur,
geser dan kekakuan yang diukur dengan modulus elastisitas
2. Besaran jangka panjang, yaitu rangkak dan susut
II.1.1. Kuat Tekan
Berdasarkan ACI 363R-92, State of the Art Report on High Strength Concrete,
karakteristik beton dibedakan menjadi dua, yaitu :
a. Beton mutu normal (kuat tekan < 41 MPa)
b. Beton mutu tinggi (kuat tekan 41 MPa)
Besar kuat tekan beton tergantung pada jenis campuran, agregat, waktu dan
kualitas perawatan. Umumnya kuat tekan yang digunakan dalam perencanaan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

adalah kuat tekan beton umur 28 hari yang diperoleh dari pengujian di laboratorium
dengan menggunakan alat uji silinder berdimensi 6x12. Gambar II.2 menunjukkan
grafik perilaku tegangan regangan akibat tekan uniaksial.

Gambar II.2. Hubungan Tegangan Regangan akibat Tekan Uniaksial


Besarnya kuat tekan dapat dihitung dengan menggunakan :
f c'

dimana :

P
As

f c' : Kuat tekan beton untuk umur tertentu (MPa)


P : Beban tekan maksimum (N)
As : Luas penampang benda uji (mm2)

II.1.2. Kuat Tarik dan Kuat Lentur


Secara umum, nilai kuat tarik beton relatif kecil dan pendekatan yang
'
'
digunakan untuk menentukan nilai kuat tarik ( f ct ) adalah 0,10 f c < f ct < 0,20 f c .

Metode yang paling umum digunakan dalam pengujian kuat tarik adalah metode
splitting atau pembelahan silinder. Adapun ilustrasi pengujian tersebut seperti yang
terlihat pada Gambar II.3.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

a. Benda uji splitting

b. Distribusi tegangan
horisontal

c. Benda uji setelah


pengetesan

Gambar II.3. Pengujian Splitting


Besarnya kuat tarik belah dapat dihitung dengan menggunakan :
f ct

dimana :

2P
l Ds

fct : Kuat tarik belah benda uji (MPa)


P : Beban tekan maksimum (N)
l

: Panjang benda uji (mm)

Ds : Diameter benda uji (mm)


Sedangkan, untuk komponen struktur yang mengalami lentur, nilai kuat lentur
(modulus of rupture, f r ) digunakan dalam desain/analisis penampang. Besar kuat
lentur diukur dengan menguji balok beton polos berpenampang bujur sangkar 6 dan
panjang bentang 18. Adapun ilustrasi pengujian kuat lentur seperti terlihat pada
Gambar II.4.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

Gambar II.4. Pengujian Kuat Lentur


ACI 318 menentukan nilai modulus of rupture beton adalah f r 0.7

f c'

II.1.3. Modulus Elastisitas


Beton pada dasarnya bersifat non linier sehingga nilai modulus elastisitasnya
hanyalah pendekatan. Gambar II.5 menunjukkan modulus tangent dan secant pada
beton.

fc

Gambar II.5. Modulus Tangent dan Secant pada Beton


Nilai modulus elastisitas beton selalu berubah tergantung pada kuat tekan dan umur
Intial tangent modulus

beton. Umumnya yang diambil cukup mewakili nilai modulus elastisitas beton adalah
'
modulus secant untuk 0.45 f c .

0.45 fc

Standar SNI-03 (pasal 10.5.1) menetapkan rumus berikut untuk menghitung


modulus elastisitas beton Ec :
1, 5
Secant
E c 0.043
wc modulus
f c' untuk 1500 < wc < 2500 kg/m3

dimana : wc adalah densitas beton dalam kg/m3


o
f c' adalah kuat tekan silinder dalam
MPa.

Strain,

dan untuk beton normal (wc 2400 kg/m3), nilai modulus elastisitas :
E c 4700

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

f c' MPa

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

Sedangkan nilai regangan pada saat tegangan maksimum (o) bervariasi antara
0.0015 0.0030. Untuk beton dengan berat normal, nilai o ~ 0.0020.
II.1.4. Hubungan Tegangan Regangan
Pengetahuan mengenai hubungan tegangan regangan beton merupakan hal
penting dalam mengembangkan analisis dan desain serta prosedur-prosedur dalam
struktur beton. Pada Gambar II.6. menunjukkan kurva tegangan regangan yang
diperoleh dari pengujian yang menggunakan benda uji beton silinder yang dibebani
tekan uniaksial.

Gambar II.6. Kurva Tegangan Regangan Tipikal untuk Beton


Bedasarkan Gambar II.6 dapat terlihat bahwa :
1. Semakin rendah kekuatan beton, semakin tinggi regangan gagalnya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

2. Panjang bagian yang semula relatif linier akan bertambah untuk kuat tekan beton
yang semakin besar
3. Ada reduksi yang sangat nyata pada daktilitas untuk kekuatan yang meningkat
II.1.5. Susut
Susut adalah kontraksi akibat pengeringan dan perubahan kimiawi yang
tergantung pada waktu dan keadaan kelembaban tetapi tidak pada tegangan.
Gambar II.7 mengilustrasikan hubungan susut dengan waktu pada specimen yang
tidak dibebani.

Gambar II.7. Kurva Susut-Waktu


Pada dasarnya, ada dua jenis susut, yaitu :
1. Susut plastis, terjadi selama beberapa jam pertama sesudah pengecoran beton
segar di cetakan.
2. Susut pengeringan, terjadi sesudah beton mengering dan sebagian besar proses
hidrasi kimiawi di pasta semen telah terjadi. Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi besarnya susut pengeringan adalah :
a. Agregat
Agregat beraksi menahan susut pasta semen, sehingga beton yang lebih
banyak kandungan agregat akan lebih sedikit mengalami susut.
b. Rasio air semen.
Semakin tinggi rasio air semen, semakin tinggi pula efek susut
c. Ukuran elemen beton

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

Semakin besar volume elemen beton, semakin berkurang laju dan besar total
susut. Akan tetapi, durasi waktu susut akan lebih lama karena membutuhkan
waktu yang lebih banyak dalam pengeringan untuk mencapai daerah dalam.
d. Kondisi kelembaban sekitar
Semakin tinggi kelembaban, semakin kecil laju penyusutan.
e. Penulangan
Beton bertulangan mengalami penyusutan lebih sedikit dibandingkan dengan
beton polos (tidak bertulangan).
f.

Bahan tambahan
Efek ini bervariasi tergantung pada jenisnya, misal akselarator seperti
kalsium klorida yang digunakan untuk mempercepat proses pengerasan
beton, akan memperbesar susut.

g. Jenis semen
Semen yangcepat mengering akan susut lebih banyak dibandingkan dengan
jenis-jenis

lainnya,

sedangkan

semen

pengkompensasi

susut

akan

mengurangi retak susut apabila digunakan bersama tulangan pengekang.


h. Karbonasi
Susut karbonasi disebabkan oleh reaksi antara karbondioksida yang ada di
atmosfir (udara) dengan yang ada di pasta semen. Banyaknya susut
gabungan bergantung pada urutan proses karbonasi dan pengeringan.
Apabila kedua fenomena tersebut bekerja secara simultan, maka susut yang
terjadi akan lebih sedikit.
II.1.6. Rangkak
Rangkak atau aliran material lateral adalah peningkatan regangan terhadap waktu
akibat beban yang terus menerus bekerja. Deformasi awal akibat beban adalah
regangan elastis, sedangkan regangan tambahan akibat beban yang sama yang
terus

menerus

bekerja

disebit

regangan

rangkak.

Pada

Gambar

II.8

mengilustrasikan penambahan deformasi rangkak terhadap waktu.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

Gambar II.8. Kurva Deformasi Rangkak - Waktu


Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi rangkak adalah
a. Sifat bahan dasar, seperti komposisi dan kehalusan semen, kualitas adukan dan
kandungan mineral dalam agregat
b. Rasio air terhadap jumlah semen atau kadar air
c. Suhu pada proses pengerasan
d. Kelembaban selama penggunaan
e. Umur beton pada saat beban bekerja
f.

Lama pembebanan

g. Nilai tegangan
h. Nilai perbandingan luas permukaan dan volume komponen struktur
i.

Nilai slump

II.2. BAJA PRATEGANG


VI.2.1. Jenis-jenis baja prategang
Baja mutu tinggi merupakan bahan yang umum untuk menghasilkan gaya prategang
dan mensuplai gaya tarik pada beton prategang. Baja prategang dapat berbentuk
kawat-kawat tunggal (wire), strands yang terdiri atas beberapa kawat yang dipuntir
memebentuk elemen tunggal dan batang-batang bermutu tinggi (bar). Ada tiga jenis
baja prategang yang umum digunakan, yaitu :
a. Kawat-kawat (wire) relaksasi rendah atau stress-relieved tak berlapisan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

b. Strands relaksasi rendah atau stress-relieved strands tak berlapisan


c. Batang-batang baja mutu tinggi tak berlapisan (bars)

Gambar II.9. Diagram Tegangan Rengan Baja Prategang


Kawat-kawat (wire) stress relieved adalah kawat-kawat tunggal yang ditarik dalam
kondisi dingin sesuai dengan standar ASTM 421. Maksud dari penarikan tersebut
adalah

untuk

meningkatkan

kekuatan

lelehnya.

Sedangkan,

untuk

proses

pembuatan stress-relieved strand mengikuti standar ASTM A416. Strand terbuat dari
tujuh kawat dengan memuntir enam diantaranya pada pitch sebesar 12-16 kali
diameter di sekeliling kawat lurus yang sedikit lebih besar. Pelepasan tegangan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

(stress-relieved) yang bertujuan untuk meningkatkan daktilitas, dilakukan setelah


kawat-kawat dijalin menjadi strand. Gambar II.10 menunjukkan diagram alir proses
produksi strand

Gambar II.10. Diagram Alir Proses Produksi Strand


VI.2.2. Relaksasi Baja
Relaksasi baja dalam baja prategang adalah kehilangan prategang apabila kawatkawat atau strands mengalami regangan yang pada dasarnya konstan. Hal ini

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

identik rangkak pada beton, dengan perbedaan bahwa rangkak adalah perubahan
regangan, sedangkan relaksasi baja adalah kehilangan tegangan pada baja.
II.3. TULANGAN BAJA
Secara umum, tipe tulangan baja untuk elemen non prategang adalah :
1. Batang ulir (hot rolled)
2. Jaring kawat las

Gambar II.11. Tipe Tulangan Baja Non Prategang

Gambar II.12. Tanda-tanda pada Tulangan Baja Standar

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

Maksud dari penggunaan baja tulangan, yaitu :


1. Meningkatkan kuat lentur ultimate
2. Memberikan ketahanan geser
3. Mencegah bursting dan spalling pada zona angkur
Berdasarkan grade yang ditentukan sesuai dengan Standard Spesification for
Deformed and Plain-Billet Stell Bars ASTM A615, jenis tulangan baja ada 3 jenis,
yaitu :
1. Grade 60
fy = 400 MPa. Ukuran diameter tulangan : D10 sampai D56. Umumnya
digunakan pada bangunan dan jembatan
2. Grade 40
fy = 280 MPa. Diameter tulangan : D10 sampai D19. Bersifat lebih daktail
3. Grade 75
fy = 525 MPa. Diameter tulangan : D19 sampai D56
Adapun bentuk kurva hubungan tegangan regangan untuk berbagai jenis tulangan
seperti terlihat pada Gambar II.13.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

Gambar II.13. Kurva Hubungan Tegangan Regangan Untuk Berbagai Jenis


Tulangan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar - UMB

Ria Catur Yulianti ST.MT


BETON PRATEGANG

Anda mungkin juga menyukai