Anda di halaman 1dari 118

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI

KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK


DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU
PROVINSI JAWA BARAT

NURUL MUBAROK

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 14230 H

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI


KERUPUK IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK
DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU
PROVINSI JAWA BARAT

Oleh :
Nurul Mubarok
101092123370

Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
pada Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

PROGRAM STUDI SOSIAL EKONOMI PERTANIAN/AGRIBISNIS


FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2009 M / 14230 H

PENGESAHAN UJIAN

Skripsi berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk


Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Provinsi Jawa Barat yang ditulis oleh Nurul Mubarok NIM
101092123370 telah diuji dan dinyatakan lulus dalam sidang Munaqosyah
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta pada tanggal 25 Pebruari 2009. Skripsi ini telah diterima sebagai salah
satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian Strata Satu (SI) Program
Studi Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis.

Menyetujui,
Penguji I

Penguji II

Ir. Setyo Adhie, MM. M.Si

Dr. Ir. Taswa Sukmadinata, MS

Pembimbing I

Pembimbing II

Ir. Siti Rochaeni, M.Si


NIP. 131 864 194

Rahmi Purnomowati, SP. M.Si


NIP. 080 127 737
Mengetahui,

Dekan
Fakultas Sains dan Teknologi

Ketua Program Studi


Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

DR. Syopiansyah Jaya Putra, M.Sis


NIP. 150 317 956

Ir. Lilis Imamah Ichdayati, M.Si


NIP. 131 861 314

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENARBENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN
SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI
ATAU LEMBAGA MANAPUN
Jakarta, 25 Pebruari 2009

Nurul Mubarok
101092123370

RINGKASAN

Nurul Mubarok, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk Ikan di


Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Provinsi Jawa Barat (dibawah bimbingan Siti Rochaeni dan Rahmi
Purnomowati)
Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Indonesia
mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah
tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan
minuman di Indonesia merupakan urutan terbanyak pertama. pada tahun 2005 dan
2006 yaitu sebanyak 30,50 persen dan 38,31 persen dari seluruh jumlah industri
IKIKR yang ada di indonesia, sehingga industri ini akan mempunyai peranan
terhadap penyediaan lapangan tenaga kerja di Indonesia dan meningkatkan nilai
terhadap produk pertanian. Salah satu jenis industri makanan dan minuman
adalah industri kerupuk, khususnya kerupuk udang dan ikan. Berdasarkan Data
Statistik Badan Pusat Statistik Indonesia Tahun 2008, kapasitas produksi kerupuk
pada tahun 2006, 2007, dan 2008 masing-masing 17.695 ton, 17.871 ton dan
18.959 ton dengan tingkat produksi 9.466 ton pada tahun 2006, 9.740 ton pada
tahun 2007 dan 6.408 ton pada triwulan kedua tahun 2008 Berdasarkan data
tersebut masih terdapat selisih produksi yang belum terpenuhi yaiu 8.228 ton pada
tahun 2006, 8.131 ton tahun 2007 dan 11.642 ton pada tahun 2008 sehingga masih
ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam rangka pemenuhan terhadap
kapasitas produsi kerupuk yang terus meningkat. Desa Kenanga kecamatan
Sindang kabupaten Indramayu merupakan salah satu sentra produksi kerupuk
khususnya kerupuk ikan.
Tujuan kegiatan penelitian ini adalah : (1) Menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk ikan di daerah penelitian. (2) Menganalisis
faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk ikan di daerah
penelitian
Penelitian dilakukan di Desa Kenanga, Kecamatan Sindang, Kabupaten
Indramayu, Propinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja
karena daerah ini merupakan daerah sentra produksi kerupuk di Kabupaten
Indramayu. Terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan
menjadi dua yaitu pengrajin skala kecil dan pengrajin skala menengah/sedang.
Terdapat 30 pengrajin skala kecil dan delapan pengrajin skala menengah/sedang,
sampel yang yang diambil sebanyak 15 pengrajin yaitu 50 persen dari jumla h
pengrajin skala kecil sedangkan untuk pengrajin kerupuk skala sedang diambil
secara sensus yaitu delapan responden. Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data primer dan data sekunder. Untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk ikan menggunakan analisis fungsi CobbDouglas. Pengolahan data menggunakan alat bantu software Microsoft excel 2003
dan SPSS for Windows versi 12

Hasil penelitian yang didapat dari faktor-faktor yang mempengaruhi


produksi kerupuk ikan di daerah penelitian yaitu modal (X1), tenaga kerja (X 2),
permintaan (X 3) dan harga (X 4). Keempat faktor yang mempengaruhi produksi
(X 1, X2, X 3, dan X 4) dapat menjelaskan produksi kerupuk sebesar 99,6 persen
untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen untuk pengrajin skala kecil. Model
dugaan persamaan Fungsi Cobb-Douglas untuk pengrajin kerupuk ikan skala
menengah/sedang Y=-1263.38311 X10.00005 X 2452.14712 X 30.24573 X 4-0.62715 . Model
dugaan persamaan fungsi Cobb-Douglas pengrajin kerupuk ikan skala kecil Y = -

1219.180 X1 0.00005 X2 337.632 X3 0.255 X4 -0.229


Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan terhadap
pengrajin kerupuk skala sedang di daerah penelitian yaitu secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditunjukkan dengan
nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (186,75>28,7), sedangkan secara parsial
faktor-faktor yang berpengaruh sebagai berikut : faktor modal mempunyai
pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai thitung lebih besar dari t-tabel (7,431 > 2,306); tenaga kerja mempunyai pengaruh
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih besar dari t-tabel (4,973>2,306); permintaan mempunyai pengaruh
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,306); harga mempunyai pengaruh tidak
signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan nilai t-hitung
lebih kecil dari t-tabel (-1.647<2,306),
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan terhadap
pengrajin kerupuk skala kecil di daerah penelitian secara bersama-sama
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk ditunjukkan dengan
nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (622,5>5,99), sedangkan secara parsial
faktor-faktor produksi mempunyai pengaruh sebagai berikut : Faktor modal
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (9,840>2,201); tenaga kerja
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (3,276>2,201); permintaan
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan
dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel (5,647>2,201); harga mempunyai
pengaruh tidak signifikan terhadap produksi kerupuk yaitu ditunjukkan dengan
nilai t-hitung lebih kecil dari t-tabel (-1,133<2,201).
Faktor yang paling berpengaruh pada produksi kerupuk ikan di daerah
penelitian, baik skala sedang maupun skala kecil adalah modal (X 1).

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kehadlirat Ilahi Rabby Allah Azza wa Jalla, atas segala
limpahan Rahmat, Hidayah dan Inayah-Nya yang tak terbilang dan tak pernah
hilang sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan tugas akhir ini.
Rahmat tadzim dan kesejahteraan semoga selalu dilimpahkan Allah kepada
hamba pilihan, sebagai suritauladan yaitu Muhamad Bin Abdullah SAW yang
membawa risalah Rahmatalilalamin.
Skripsi yang berjudul Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Kerupuk Ikan di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat merupkan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis. Skripsi ini
tidak akan terwujud tanpa dukungan, support, motivasi dan uluran tangan semua
orang yang terlibat dalam proses penyusunannya, sehingga pada kesempatan ini
penulis menyampaikan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Dekan Fakultas Sains dan Teknologi
3. Ketua Jurusan dan Sekretaris Jurusan Program Studi Agribisnis, Ir. Lilis
Imamah I, M.Si dan Ahmad Tjahya Nugraha, SP, MP.
4. Ir Siti Rochaeni, M.Si dan Rahmi Purnomowati, SP. MP. sebagai pembimbing
yang tiada henti-hentinya membimbing dan mengarahkan penulis serta
memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ir. Setyo Adhie, MM, M.Si dan Dr. Taswa Sukmadinata, M.Si. atas
kesediaannya membaca, mengoreksi dan memberi masukan yang berharga
untuk perbaikan skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Agribisnis dan Staff akademik Fakultas Sains dan Teknologi
7. Kepala Disperindag Kabupaten Indramayu dan segenap Staf-nya atas kerja
samanya menyediakan data-data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

8. Kuwu (kepala desa) dan pengrajin kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu-Jawa Barat. Terima kasih telah memberikan izin dan
kerja sama yang baik kepada penulis dalam melakukan penelitian.
9. Bu Warti, yang telah memberikan waktu, perhatian dan bantuan yang tidak
sedikit. Terima kasih Bu, hanya Allah yang dapat membalasnya.
10. Kedua orang tua (H. Abdul Halim dan Hj. Aminah), Ridha dan magfirah
Allah serta Roudhotun Min Riyadiljinan; satu-satunya balasan dan imbalan
yang patut bagi mu ayah-bunda.
11. Saudara (Kang Juhirah dan Kang Hadlori serta Iin Sholihin) terima kasih atas
semuanya
12. Kedua orang tua (H. Mursalih dan Hj. Triningsih), terima kasih atas semuanya
13. Istri yang tercinta, terima kasih atas segalanya yang tidak dapat saya utarakan
satu per satu detailnya terlalu banyak, semoga mendapat predikat AlMaratu Al-Sholihah
14. Kang Khusen, Khalil, Haris. Terima kasih !
15. Teman-teman KMSGD dan Permai-Ayu.
16. Teman-teman program studi Agribisnis Angkatan 2001-2004.
17. Semua pihak yang terlibat langsung maupun tidak langsung, terima kasih.
dengan tidak mencantumkan nama dalam daftar ini bukan bermaksud
mengecilkan dan menapikan jasa dan partisipasi semua yang terlibat dalam
penyusunan Skripsi ini.

Akhirnya, Semoga Allah SWT membalas dan melipatgandakan kebaikan yang


telah diberikan. Amin
Wakafa billahi syahida
Wassalam

Jakarta, 25 Pebruari 2009

Penulis,

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ..............................................................................

ix

DAFTAR TABEL ........................................................................

xii

DAFTAR GAMBAR ...................................................................

xiv

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................

xv

BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................

1.2 Perumusan Masalah ....................................................

1.3 Tujuan Penelitian ........................................................

1.4 Manfaat Penelitian ......................................................

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA


2.1. Landasan Teori .........................................................

2.1.1. Gambaran Umum Produk Kerupuk .................

2.1.2. Konsep Produksi .............................................


2.1.2.1. Faktor Produksi ...................................
2.1.2.2. Fungsi Produksi ..................................
2.1.2.3. Model Fungsi Produksi .......................

11
11
12
17

2.2. Penelitian Terdahulu .................................................

20

2.3. Kerangka Pemikiran .................................................

21

BAB III. METODE PENELITIAN


3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ..................................

24

3.2 Jenis dan Sumber Data ...........................................

24

3.3 Metode Pengambilan Sampel ..................................

24

3.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data ...................

25

3.5 Definisi Operasional .............................................

29

BAB IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN


4.1. Letak Geografis danDemografis
Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu - Jawa Barat ..................................................

31

4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ..

32

4.3. Proses Produksi Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk


Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu - Jawa Barat .................................

33

4.4. Kategori Industri Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk


Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu
Jawa Barat ......................................................................

38

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN


5.1. Karakteristik Pengusaha Kerupuk ..................................
5.1.1. Pekerjaan Utama dan Sampingan ..........................
5.1.2. Umur Pengrajin Kerupuk ......................................
5.1.3. Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk.................
5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk.......
5.1.5. Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk .......................
5.1.6. Jenis Kerupuk yang Diproduksi ...........................
5.1.7. Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk.......................
5.1.8. Keahlian Membuat Kerupuk .................................
5.1.9. Persaingan dan Bentuk Persaingan Usaha Kerupuk
5.1.10. Diversifikasi dan Sumber Ide Diversifikasi
Produk Kerupuk .................................................

40
40
41
42
43
44
45
46
47
48
50

5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan


5.2.1. Modal ...................................................................
5.2.2. Tenaga Kerja ........................................................
5.2.3. Permintaan Kerupuk .............................................
5.2.4. Harga Kerupuk .....................................................

51
55
57
59

5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk


di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat .
5.3.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang ...............................
5.3.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil ..................................

60
61
65

5.4. Fator-Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Produksi


Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ..
5.4.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang ...............................
5.4.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil ..................................

69
69
70

BAB VI KESIMPULAN
6.1 Kesimpulan .......................................................................

72

6.2 Saran ................................................................................

73

DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................

73

LAMPIRAN .........................................................................................

75

DAFTAR TABEL

Halaman

Jumlah Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga


Menurut Skala Usaha Pada Tahun 2005 -2006 ..........................

Kontribusi IKIKRT terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia


Tahun 2005 2006 ...................................................................

Konsumsi da Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita


untuk Kerupuk Menurut Wilayah tahun 2003 .........................

Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut


Golongan pengeluaran per Kapita Sebulan ...............................

Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton)


Tahun 2003 ............................................................................

Standar Mutu Kerupuk Udang dan Ikan ....................................

10

Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Pekerjaan


Utama dan Sampingan...............................................................

40

Karakteristik Pengrajin Berdasarkan Usia Pengrajin .................

41

Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan ..........................


Tingkat Pendidikan ..................................................................

42

Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jumlah


Anggota Keluarga ...................................................................

43

Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Lama


Menjadi Pengrajin Kerupuk.......................................................

44

Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jenis


Kerupuk yang diproduksi .........................................................

45

Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Alasan


Memproduksi Kerupuk .............................................................

46

Karaktersitik Responden Pengrajin Kerupuk Berdasarkan


Asal Memperoleh Keahlian Membuat Kerupuk ........................

47

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

Bentuk Persaingan Pengrajin Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu ....

48

Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat .............

50

Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat..............

51

Daftar Fasilitas dan Mesin/Alat-Alat sebagai biaya tetap yang


Digunakan dalam Produksi Kerupuk ........................................

52

Daftar Item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/


Operasional Pembuatan Kerupuk ..............................................

53

Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
Pada Bulan Nopember 2008 .....................................................

54

Jumlah Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
Pada Bulan Nopember 2008 .....................................................

56

Data Permintaan Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu
Pada Bulan Nopember 2008 .....................................................

58

Daftar Harga Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk


di Desa Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu
pada Bulan Nopember 2008 .....................................................

59

Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi


Kerupuk Skala Sedang .............................................................

62

Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi


Kerupuk Skala Kecil .....................................................................

65

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Sifat Fungsi Produksi ................................................................

13

Tahapan Proses Produksi ..........................................................

16

Sistematika Kerangka Pemikiran ..............................................

23

Daerah Diterima dan Ditolak H0 dalam uji t-hitung....................

28

Alur Proses Produksi Kerupuk ..................................................

37

Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitung pada


Pengrajin Kerupuk Skala Sedang .............................................

64

Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk Uji t-hitun Pengrajin


Kerupuk Skala Kecil ..............................................................

68

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Surat Keterangan Penelitian dari Desa Kenanga Kecamatan


Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat .................................

76

Kuesioner Penelitian ...................................................................

77

Kapasitas, Porduksi dan Utilitas Industri Makanan


Tahun 2006 - Triwulan II Tahun 2008 ........................................

81

Daftar Pengusaha Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu - Jawa Barat ............................................

82

Mata Pencaharian dan pendidikan penduduk Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ...............

83

Tujuan pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008 ....

84

Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk


Skala Kecil .................................................................................

85

Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin


Kerupuk Skala Sedang ...............................................................

90

Jumlah Biaya yang dikeluarkan pengrajin kerupuk


pada bulan Nopember 2008 ........................................................

93

10 Variabel Bebas (X) dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor


yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi
Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Jawa barat ...............................................

94

11 Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi


Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan
Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12 .................

95

12 Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan ......

99

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga di Indonesia
mempunyai nilai strategis, salah satu industri kecil dan industri kerajinan rumah
tangga adalah industri makanan dan minuman, jumlah industri makanan dan
minuman di Indonesia merupakan jumlah industri terbanyak. Pada tahun 2005
jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga ada 857.496 unit, pada
tahun 2006 jumlah industri kecil dan industri kerajinan rumah tangga meningkat
jumlahnya menjadi sebanyak 1.203.694 unit usaha (BPS, 2007 : 14) . Data
mengenai perkembangan Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah
Tangga (IKIKR) dapat di lihat pada Tabel 1 di bawah ini :
Tabel 1. Jumlah Industri Kecil (IK) dan Industri Kerajinan Rumah Tangga
(IKIKR) dan Persentase Menurut Skala Usaha (Golongan Industri)
Tahun 2005 2006
URAIAN

IK

2005
IKR

IKIKR

2006
IK

%
IKR

IKIKR

Makanan dan
789.223 68.273 857.496 67.144 1.136.550 1.203.694
Minuman
Tekstil
248.824 18.125 266.949 15.073 283.458
298.531
Pakaian Jadi
53.843
56.168 110.011 25.369
73.734
99.103
Kayu, Anyaman dari
805.740 24.984 830.724 24.011 756.927
780.938
rotan, bamboo dan
sejenisnya
Barang Galian
262.832 43.349 306.185 35.151 244.195
279.346
Bukan Logam
Furnitur dan
199.095 34.464 233.559 31.088 231.336
262.424
pengolahan lainnya
Lainnya
161.111 36.971 198.082 53.914
164306
218.220
2.549.591 288.774 2.838.365 258.071 2.926.038 3.184.109
Jumlah
Keterangan :
IK
= Industri Kecil; IKR
= Industri Kerajinan Rumah Tangga
IKIKR = Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga

7.71%
-0.02%
-0.77%
-4.78%
-2.03%
0.02%
-0.12%

Sumber : BPS Tahun 2007

Berdasarkan Tabel 1 di atas, jumlah industri makanan dan minuman


pada Industri Kecil dan Industri Kerajinan Rumah Tangga (IKIKR) tahun 2005
dan 2006 yaitu sebanyak 30,59 persen dan 38,31 persen dari total jumlah industri
IKIKR yang ada di Indonesia, terjadi peningkatan kontribusi sebesar 7,71 persen
terhadap jumlah IKIKR pada tahun 2006, sedangkan untuk industri lainnya ratarata kontribusinya mengalami penurunan sehingga industri makanan dan
minuman pada industri IKIKR mempunyai kontribusi terhadap penyediaan
lapangan tenaga kerja di Indonesia (BPS, 2007 : 15). Peranan IKIKR terhadap
penyerapan tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 2
Tabel 2. Kontribusi IKIKR Terhadap Penyerapan Tenaga Kerja Indonesia Tahun
2005 -2006
Jenis Industri
Industri Besar dan menengah
Industri Kecil Industri Kerajinan
Rumah Tangga
Jumlah

2005
(Orang)
4,226,572

Tenaga Kerja
2006
%
(Orang)
38.14 4,730,125

39.72

6,856,043

61.86

7,178,990

60.28

100,00 11,909,115

100,00

11,082,615

Sumber : BPS Tahun 2007

Data Tabel 2. di atas menunjukkan IKIKRT mempunyai kontribusi


dominan terhadap penyerapan tenaga kerja Indonesia dibandingkan dengan
industri besar dan menengah, yaitu pada tahun 2005 industri kecil industri
kerajinan rumah tangga menyerap tenaga kerja sebesar 61,86 persen dari
keseluruhan tenaga kerja di sektor industri dan sebesar 60,28 persen pada tahun
2006. Selebihnya, industri besar dan menengah sebesar 38,14 persen pada tahun
2005 dan 39,72 persen pada tahun 2006.

Industri kerupuk merupakan salah satu jenis industri makanan dan


minuman. Kerupuk merupakan produk untuk meningkatkan nilai tambah pada
komoditi pertanian, komoditi yang digunakan produk kerupuk adalah tepung
tapioka, udang/ikan, dan komoditi lainnya sehingga hal ini akan berdampak pada
nilai tambah komoditi sektor lainnya. Data Statistik Tahun 2008 (BPS, 2008 : 2),
menjelaskan bahwa kapasitas produksi kerupuk pada tahun 2006 sebesar 17.694
ton, pada tahun 2007 sebesar 17.871 ton dan pada tahun 2008 sebesar 18.959 ton
sedangkan tingkat produksi kerupuk yang baru dapat dipenuhi pada tahun 2006
sebesar 9.466 ton, pada tahun 2007 sebanyak 9.740 ton dan tahun 2008 triwulan
kedua 6.408 ton dengan nilai utilitas kerupuk setiap tahun meningkat yaitu pada
tahun 2006 sebesar 53,5 %, tahun 2007 sebesar 54,5% dan tahun 2008 triwulan
kedua sebesar 35,5 %. Berdasarkan data tersebut di atas masih ada kapasitas
produksi kerupuk yang belum terpenuhi sebesar 8.228 ton pada tahun 2006,
sebesar 8.131 ton pada tahun 2007 dan untuk 2008 pada triwulan kedua sebesar
11.642 ton, sehingga masih ada peluang untuk meningkatkan produksi dalam
rangka pemenuhan kapasitas produksi kerupuk yang dibutuhkan (Lampiran 3).
Salah satu sentra produksi kerupuk untuk pemenuhan kapasitas kerupuk
adalah di kabupaten Indramayu yaitu tepatnya di desa Kenanga kecamatan
Sindang kabupaten Indramayu. Pengusaha kerupuk di desa Kenanga rata-rata
tergolong pengusaha kecil dan kerajinan rumah tangga, walaupun ada beberapa
yang termasuk industri menengah, namun jumlah industri kecil dan kerajinan
rumah tangga lebih banyak.

Proses produksi kerupuk di desa Kenanga melibatkan masyarakat sekitar


industri sebagai tenaga kerja, biasanya untuk industri kecil akan membutuhkan 10
- 20 orang yang terlibat dalam proses produksi, sedangkan untuk industri
menengah bisa mencapai 50 - 60 orang yang terlibat dalam proses produksi,
terdapat 30 unit usaha IKIKRT dan delapan unit usaha skala menengah pegrajin
kerupuk (Lampiran 4) dengan produksi kerupuk yang dihasilkan pengrajin
kerupuk desa Kenanga pada tahun 2006 sebanyak 6.360 ton (Disperindag
Indramayu, 2006 : 54).

Dengan demikian, adanya industri kerupuk ini akan

membuka lapangan kerja untuk masyarakat sekitar khususnya dan umumnya


membuka lapangan kerja pada sektor-sektor lain yang terkait sehingga akan
semakin membuka peluang usaha dan lapangan kerja yang lebih luas.
Industri kerupuk di desa Kenanga dalam proses produksinya menggunakan
faktor-faktor produksi yang beraneka ragam, baik yang bersifat permanen (tetap)
maupun non permanen (varaibel), untuk mencapai tingkat produksi kerupuk yang
maksimum, produsen (pengrajin kerupuk) harus memiliki pengetahuan yang
lengkap

(perfect

knowledge)

atas faktor-faktor

produksi

kerupuk

yang

digunakannya. Sejauhmana pengaruh input produksi kerupuk terhadap output


yang dihasilkan, penggunaan dan kombinasi faktor produksi kerupuk yang tepat
akan tercapainya tingkat produksi kerupuk yang mempunyai nilai ekonomis.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah pada penelitian ini
adalah sebagai berikut :
1.

Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi produksi Krupuk di Desa


Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ?

2.

Faktor apa yang paling berpengaruh pada produksi krupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat?

1.3. Tujuan Penelitian


Tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi produksi krupuk di Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
2. Menganalisis faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi krupuk di
Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan

memberikan

manfaat bagi pihak

yang

berkepentingan, yaitu :
1.

Bagi penulis, menambah wawasan dan pengalaman dalam bidang studi yang
terkait, juga sebagai wahana untuk mengembangkan pengetahuan yang
diperoleh selama proses perkuliahan.

2.

Pelaku industri/pengusaha, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai


masukan dan informasi sebagai bahan tambahan pertimbangan dalam
menganalisa pendapatan dan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi
Kerupuk.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Landasan Teori

2.1.1. Gambaran Umum Produk Kerupuk


Kerupuk atau krupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan
tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat
dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah
sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk
bertekstur garing dan sering dijadikan pelengkap untuk berbagai makanan
Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado (Bank Indonesia, 2008 : 1)
Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum
dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah seperti kerupuk aci atau kerupuk
mlarat hanya dibuat dari adonan sagu dicampur garam, bahan pewarna makanan,
dan vetsin. Kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng.
Kerupuk ikan dari jenis yang sulit mengembang ketika digoreng biasanya dijual
dalam bentuk sudah digoreng. Kerupuk kulit atau kerupuk ikan yang sulit
mengembang perlu digoreng sebanyak dua kali. Kerupuk perlu digoreng lebih
dulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum dipindahkan ke dalam wajan
berisi minyak goreng panas. Kerupuk kulit (kerupuk jangek) adalah kerupuk yang
tidak dibuat adonan tepung tapioka, melainkan dari kulit sapi atau kerbau yang
dikeringkan.
Menurut Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil (Bank
Indonesia, 2008 : 2) usaha kerupuk dapat dilakukan oleh industri besar-menengah

bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat
mudah, biasanya pengusaha kerupuk tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk
saja, melainkan memproduksi beberapa jenis kerupuk sekaligus, hal ini karena
pada dasarnya pembuatan kerupuk hampir sama sehingga mesin-mesin dan
peralatan produksi yang sama bisa digunakan untuk membuat kerupuk berbagai
jenis. Jenis kerupuk yang beredar dipasaran cukup banyak dan masing-masing
memiliki pangsa pasar sendiri, berikut ini jenis kerupuk yang sering ditemui
dipasaran yaitu, Kerupuk udang/ikan/kemplang, Kerupuk bawang , Kerupuk kulit,
Kerupuk mlarat, Kerupuk gendar, dam masih banyak jenis-jenis kerupuk lainnya,
karena jenis makanan ini sangat mudah dicampur dan dimodifikasi rasanya sesuai
dengan keinginan dan selera rasa.
Permintaan kerupuk ikan berasal dari usaha penggorengan, agen/toko dan
pedagang. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah
konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah
konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh
masyarakat luas. Menurut data dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
tahun 2003 dalam Bank Indonesia (2003, 4) , penduduk wilayah perkotaan (urban)
lebih banyak mengkonsumsi kerupuk dibanding penduduk wilayah pedesaan
(rural). Dengan kata lain dapat dikatakan bahwa pengeluaran untuk konsumsi
kerupuk wilayah perkotaan lebih besar dibanding pengeluaran konsumsi kerupuk
penduduk wilayah pedesaan.
Jumlah konsumsi kerupuk di wilayah perkotaan yang lebih tinggi
dibanding pedesaan dikarenakan kepadatan penduduk di kota yang juga lebih

tinggi bila dibandingkan dengan pedesaan. Urbanisasi dan mobilitas penduduk


yang sehari-harinya bekerja di kota telah menumbuhkan usaha penjualan
makanan. Selain itu, sifat kerupuk sebagai makanan pelengkap ini sering
diabaikan oleh penduduk desa karena lebih fokus pada pemenuhan kebutuhan
yang lebih pokok. Tabel 3 berikut menunjukkan jumlah konsumsi kerupuk oleh
penduduk di wilayah perkotaan dan pedesaan.

Tabel 3. Konsumsi dan Pengeluaran Rata-Rata Per Kapita untuk Kerupuk


Menurut Wilayah tahun 2003

Perkotaan (Urban)
Pedesaan (Rural)
Perkotaan + Pedesaan

Banyaknya (ons)
0,193
0,147
0,166

Nilai (Rp)
154
99
122

Sumber : Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Kerupuk merupakan makanan yang sangat digemari oleh masyarakat luas


baik penduduk miskin, pendapatan menengah maupun pendapatan tinggi. Dari
Tabel 3. berikut dapat diketahui bahwa semakin tinggi pendapatan yang dimiliki
oleh seseorang, semakin besar jumlah konsumsi kerupuk per bulannya.

Tabel 4. Konsumsi Rata-rata per Kapita untuk Kerupuk Menurut Golongan


Pengeluaran per Kapita Sebulan
Golongan Pengeluaran (Rp)
Kurang dari 40.000
40.000-59.999
60.000-79.999
80.000-99.999
100.000-149.999
150.000-199.999
200.000-299.999
300.000-499.999
500.000 dan lebih
Rata-rata konsumsi per kapita

Konsumsi (ons)
0.075
0.087
0.085
0.128
0.140
0.196
0.250
0.305
0.166

Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Selain dikonsumsi masyarakat dalam negeri, berdasarkan Susenas tahun


2003 (Bank Indonesia, 2008 : 2), kerupuk juga telah diekspor ke luar negeri antara
lain ke Belanda, Arab Saudi, Malaysia, Korea Selatan, Inggris, Singapura dan
Belgia. Adapun jumlah ekspor untuk komoditi kerupuk (kerupuk udang dll)
disajikan dalam Tabel 5 berikut :
Tabel 5. Volume Ekspor Kerupuk Indonesia Menurut Jenisnya (ton) Tahun 2003
Tahun

Kerupuk Udang (ton)

Kerupuk lainnya (ton)

1993
1994
1995
1996
1997
1998

5.484.933
4.436.580
4.798.040
6.056.580
3.719.562
1.532.735

2.268.430
2.184.394
1.499.143
2.293.738
1.169.470
1.113.172

Sumber: Susenas, Pengeluaran untuk Konsumsi Penduduk Indonesia, 2003

Usaha kerupuk dijalankan tidak hanya memenuhi pesanan dari konsumen


tetapi juga mengantisipasi bila bahan baku ikan sulit didapat sehingga usaha tidak
macet. Terdapat berbagai jenis kerupuk ikan tergantung pada jenis ikan dan
komposisi ikan yang digunakan.
Dari berbagai jenis kerupuk dan komposisinya, produk tersebut harus
memenuhi standar mutu produk kerupuk yang ditetapkan. Selain itu kerupuk
harus bebas dari bahan-bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan
manusia. Penilaian tingkat kualitas kerupuk dilakukan oleh para konsumen,
tingkat

kualitas

masing-masing

kerupuk

dapat

dilihat

dari

jangkauan

pemasarannya. Berdasarkan jangkauan pemasarannya, kerupuk dibagi menjadi


tiga kualitas, yaitu kualitas 3, 2, dan 1. kerupuk dengan kualitas nomor 3 (rendah)
hanya dapat dipasarkan di pasar-pasar lokal dan rasanya kurang enak. Kualitas

kerupuk nomor 2 (menengah), harganya tidak terlalu mahal namun citara sanya
sudah memenuhi selera masyarakat dalam negeri. Kerupuk dengan kualitas 1
(tinggi) dibuat dari bahan-bahan yang berkualitas, memiliki cita rasa paling enak,
dan penampilan yang meyakinkan.
Berdasarkan keputusan Menteri Perdagangan no. 303/VIII/83 tanggal 3
Juli 1983 (Suprapti, 2005 : 14) ditetapkan standar kualitas perdagangan kerupuk
udang dengan memperhatikan kepentingan pihak konsumen dan pihak produsen.
Kerupuk di bagi atas dua kualitas, yaitu kualitas I dan kualitas II, standar mutu
yang diukur yaitu kadar air maksimum, kadar protein minimum, kadar abu tidak
larut dalam asam maksimum (%), benda asing maksimum, bau, berjamur dan
berserangga, zat warna dan tambahan lainnya. Daftar standar mutu kerupuk udang
dan ikan dapat dilihat pada Tabel 6 di bawa ini

Tabel 6. Standar Mutu Kerupuk Udang dan Ikan

STANDAR MUTU
No. KARAKTERISTIK
1. Kadar air (%)
maksimum
2. Kadar protein (%)
minimum
3. Kadar abu tidak larut
dalam asam (%)
maksimum
4. Benda asing (%)
maksimum
5. Bau (mg)
Berjamur dan
6.
berserangga
7. Zat warna dan bahan
tambahan lainnya

II

Udang

Ikan

Udang

Ikan

12,0

12,0

12,0

12,0

4,0

5,0

2,0

2,0

1,0

1,0

1,0

1,0

1,0

1,0

1,0

1,0

Khas
Tidak
tampak
Dicantumkan
sesuai yang
diizinkan
Depkes

Khas
Tidak
tampak
Dicantumkan
sesuai yang
diizinkan
Depkes

Khas
Tidak
tampak
Dicantumkan
sesuai yang
diizinkan
Depkes

Khas
Tidak
tampak
Dicantumkan
sesuai yang
diizinkan
Depkes
Sumber: Departemen Perindustrian (2005 : 14)

2.1.2. Konsep Produksi


Dalam pengertian sederhana, produksi berarti menghasilkan barang/jasa.
Menurut Putong (2008, 149) pengertian produksi menurut ilmu ekonomi adalah
kegiatan menghasilkan barang maupun jasa atau kegiatan menambah nilai
kegunaan/manfaat suatu barang. Dari pengertian tersebut jelas bahwa kegiatan
produksi mempunyai tujuan yang meliputi:
1. Menghasilkan barang atau jasa.
2. Meningkatkan nilai guna barang atau jasa.
3. Meningkatkan kemakmuran masyarakat.
4. Meningkatkan keuntungan.
5. Memperluas lapangan usaha.
6. Menjaga kesinambungan usaha perusahaan.
Berdasarkan pengertian dan tujuan dari kegiatan produksi tentunya
manusia berusaha apa yang merupakan kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi
secara baik atau mendekati kemakmuran.
2.1.2.1. Faktor Produksi
Dalam ilmu ekonomi, faktor produksi adalah sumber daya yang
digunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor
produksi dibagi menjadi empat kelompok, yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya
alam, dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya
alam diperluas cakupannya menjadi seluruh benda tangible, baik langsung dari
alam maupun tidak, yang digunakan oleh perusahaan, yang kemudian disebut
sebagai faktor fisik (physical resources). Selain itu, beberapa ahli juga

menganggap sumber daya informasi sebagai sebuah faktor produksi mengingat


semakin pentingnya peran informasi di era globalisasi ini (Putong, 2008 : 150).
Menurut Rahardja dan Manurung (2002, 105). menjelaskan bahwa secara
total, saat ini ada lima hal yang dianggap sebagai faktor produksi, yaitu tenaga
kerja (labor), modal (capital), sumber daya fisik (physical

resources),

kewirausahaan (entrepreneurship), dan sumber daya informasi (information


resources).
Faktor produksi sering disebut juga dengan korbanan produksi, karena
faktor produksi tersebut dikorbankan untuk menghasilkan produksi, faktor
produksi ini biasa disebut input. Input atau faktor produksi ini jumlah dan
kualitasnya perlu diketahui oleh produsen, sehingga dalam suatu proses produksi
harus mengetahui hubungan antara faktor produksi (input) dan produksi (output).
Hubungan antara input dan output ini disebut dengan factor relationship
(Soekartawi, 2003 : 16).
2.1.2.2. Fungsi Produksi
Menurut Soekartawi (2003, 17), fungsi produksi adalah hubungan fisik
antara variabel yang dijelaskan (Y) dan variabel yang menjelaskan (X). fungsi
produksi mempunyai sifat-sifat seperti utility. Jika input bertambah, output juga
meningkat. Tambahan input pertama akan memberikan tambahan output lebih
besar dibanding dengan tambahan output yang disebabkan oleh tambahan input
berikutnya. Sifat ini disebut Law of Diminishing Returns. Secara grafis, ceteris
paribus, fungsi produksi dengan argumen (tenaga kerja) saja diasumsikan bahwa
K tetap, Q (L), adalah pada gambar 1.

Q=f(L)

Gambar 1. Sifat Fungsi Produksi (Soekartawi, 2002 : 53)

Secara matematis, sifat fungsi naik (jika input bertambah maka output
bertambah) diindikasikan dengan turunan pertama Q terhadap L adalah positif.
Sedangkan sifat kenaikan yang menurun (menggunakan low of diminishing
returns) diindikasikan dengan turunan kedua Q terhadap L negatif.
Menurut Sokartawi (2003 : 18), hubungan fisik antara input dan output
disebut sebagai fungsi produksi. Penggunaan input (X) akan menambah output
(Y) atau produksi. Hubungan fisik antara X dan Y sering disebut dengan istilah
factor relationship (FR). FR dapat ditulis sebagai berikut :

Y = f(X1, X2, X3,., Xn)


Berdasarkan persamaan di atas, produsen dapat melakukan tindakan yang mampu
meningkatkan produksi dengan cara sebagai berikut :
a. menambah jumlah salah satu dari input yang digunakan; atau
b. menambah jumlah beberapa input (lebih dari satu) dari input yang digunakan.

Bila produsen akan melakukan tambahan satu input untuk meningkatkan


produksi, maka persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
(Y+Y) = f(X1+X1,X2,X3,Xn)
X 1= tambahan dari X 1
Y = tambahan Y karena ada pengaruh X1
Persamaan di atas dapat dikatakan bahwa Y dipengaruhi oleh X, atau
tambahan X1 (X 1) dengan syarat-syarat X 2, X3, X n

adalah tetap (ceteris

paribus). Selanjutnya bila lebih dari satu input yang ditambahkan, maka
persamaannya dapat ditulis sebagai berikut :
(Y+Y) = f[(X1+ X1), (X2 + X2), (X3+ X3), .Xn)
Penjelasan hubungan satu input (X1,atau X 2) dengan satu output, Y, atau Y =f(X).
hubungan Y dan X dapat terjadi dalam tiga situasi yaitu :
a. bila produk marginal konstan,
b. bila produk marginal menurun, dan
c. bila produk marginal naik.
Tambahan satuan input x yang dapat menyebabkan pertambahan atau
pengurangan satu satuan output, Y, disebut dengan istilah produk marginal (PM).
PM dapat ditulis dengan rumus : PM = Y/ X. Apabila PM konstan maka dapat
diartikan bahwa setiap tambahan unit input, X, dapat menyebabkan tambahan satu
satuan unit output, Y, secara proporsional. Bila terjadi peristiwa tambahan satu
satuan unit input, X, menyebabkan satu satuan unit output Y, yang menurun atau
decreasing productivity, maka PM akan menurun. Selanjutnya bila penambahan
satu satuan unit input, X, yang menyebabkan satu satuan unit output, Y, yang
semakin menaik secara tidak proporsional. Peristiwa ini disebut dengan

produktivitas yang menaik atau increasing productivity, dalam keadaan demikian


maka PM juga semakin menaik.
Mengaitkan produk marginal (PM), produk rata-rata (PR), dan produk
total (PT), maka hubungan input dan output akan lebih informatif, artinya dengan
cara seperti itu, akan dapat diketahui elastisitas produksi yang sekaligus juga akan
diketahui apakah proses produksi yang sedang berjalan dalam keadaan elastisitas
produksi yang rendah atau sebaliknya. Elastisitas produksi (ep ) adalah prosentase
perubahan dari output sebagai akibat dari prosentase perubahan dari input. ep
dapat ditulis melalui rumus sebagai berikut :

ep =

Y X
/
atau
Y
X

Y X
,
X Y

karena Y/ X adalah PM, maka besarnya ep tergantung dari besar kecilnya PM


dari suatu input, misalnya input X. hubungan PM dan PT dapat dilihat Gambar 2
yang menjelaskan bahwa :
a. bila PT tetap menaik, maka nila PM positif;
b. bila PT mencapai maksimum, maka nilai PM menjadi nol;
c. bila PT sudah mulai menurun, maka nila PM menjadi negatif; dan
d. bila PT menaik pada tahap increasing rate, maka PM bertambah pada
decreasing rate.

Output
(unit)
Y

Daerah I
e
P>1

Daerah II
1>e P > 0

Output PT
Daerah III
e
P<0

PR

Output (unit) Q
PM

Gambar 2. Tahapan Proses Produksi (Soekartawi, 2002 : 56)

Hubungan antara PM dan PT dapat dilihat pada gambar 2. PR


PM

didefinisikan sebagai perbandingan antara PT per jumlah input, maka rumus untuk
mencari PR adalah sebagai berikut : PR = Y/X. sehingga hubungan PM dan PR
dapat dicari, antara lain :
a. Bila PM lebih besar dari PR, maka posisi PR masih dalam keadaan
menaik.
b. Sebaliknya, bila PM lebih kecil dari PR, maka posisi PR dalam keadaan
menurun.
c. Bila PM sama dengan PR, maka PR dalam keadaan maksimum.
Hubungan antara PM dan PT serta PM dan PR dengan besar kecilnya ep, maka
dapat pula dilihat pada gambar 2, bahwa :
a. ep=1 bila PR mencapai maksimum atau bila PR sama dengan PM-nya.
b. Bila PM=0 dalam situasi PR sedang turun, maka ep=0.

c. ep > 1 bila PT menaik pada tahapan increasing rate dan PR juga menaik
di daerah I. di daerah ini masih mampu memperoleh sejumlah produksi
yang cukup menguntungkan manakala sejumlah input masih ditambahkan.
d. Nilai 1>ep>0, maka tambahan sejumlah input tidak diimbangi secara
proporsional oleh tambahan output yang diperoleh. Peristiwa ini terjadi di
daerah II, dimana pada sejumlah input yang diberikan maka PT tetap
menaik pada tahapan decreasing rate.
e. Nilai ep < 0 yang berada di daerah III; pada situasi yang demikian PT
dalam keadaan menurun, nilai PM menjadi negatif dan PR dalam keadaan
menurun.
f. Situasi ep < 0 maka setiap upaya untuk menambah sejumlah input tetap
akan merugikan bagi produsen yang bersangkutan.
2.1.2.3. Model Fungsi Produksi
Menurut Soekartawi (2002, 84) fungsi Cobb-Douglas adalah suatu
fungsi atau persamaan yang melibatkan dua atau lebih variabel; variabel yang satu
disebut variabel dependen, yang dijelaskan, (Y), dan variabel yang lain disebut
variabel independen, yang menjelaskan, (X). Penyelesaian hubungan antara Y dan
X biasanya dengan cara regresi, kaidah-kaidah pada garis regresi juga berlaku
dalam penyelesaian fungsi Cobb-Douglas. Kelebihan fungsi Cobb-Douglas yang
banyak dipakai dalam penelitian, yaitu :
a. penyelesaian fungsi Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan
fungsi lain, misalnya fungsi kuadratik.

b. Hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan


koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan besaran elastisitas.
c. Besaran elastisitas sekaligus menunjukkan tingkat besaran returns to scale.
Fungsi Cobb-Douglas selalu mempunyai kelebihan juga mempunyai beberapa
kelemahan yang terletak pada permasalahan penduga yang melibatkan kaidah
metode kuadrat terkecil. Secara umum kelemahan fungsi Cobb-Douglas adalah
sebagai berikut :
a. Spesifikasi variabel keliru.
b. Kesalahan pengukuran variabel.
c. Bias terhadap variabel manajemen.
d. Masalah multikolinieritas yang sulit dihindarkan.
e. Data yang dipakai merupakan limitasi yang tidak kalah pentingnya dalam
penggunaan fungsi Cobb-Douglas. Misalnya, bila data cross section yang
dipakai maka data tersebut harus mempunyai variasi yang cukup.
Secara sistematik, fungsi Cobb-Douglas (Soekartawi, 2002 : 84) dapat dituliskan
seperti persamaan sebagai berikut :

Y = aX 1b1 X b2 2 ...X ibi ...X bnn e u


= a ibi e u

Fungsi Cobb-Douglas tersebut dapat dinyatakan oleh hubungan Y dan X, maka :


Y = f(X 1, X2, Xi,Xn),
Y = variabel yang dijelaskan
X = variabel yang menjelaskan a,
b = besaran yang akan diduga

u = Kesalahan (disturbance term),dan


e = Logaritma notural, e = 2,718.
Untuk memudahkan pendugaan terhadap persamaan di atas, maka persamaan
tersebut diubah menjadi bentuk linier

berganda dengan melogaritmakan

persamaan tersebut, yaitu :


Y = f(X 1, X 2) dan
Y = aX 1b1 X 2b 2e u
Logaritma dari persamaan di atas adalah :
Log Y = log a + b 1 log X 1 + b 2 Log X 2 + v; atau
Y * = a * + b1 X 1* = b2* + V *
*

Y = Log Y
X * = Log X
*

V = Log v
a* = Log a
Penyelesaian fungsi Cobb-Douglas selalu melogaritmakan dan diubah bentuk
fungsinya menjadi fungsi linier, maka ada beberapa persyaratan yang harus
dipenuhi sebelum seseorang menggunakan fungsi Cobb-Douglas. Persyaratan ini
antara lain :
a. tidak ada nilai pengamatan yang bernilai nol. Sebab logaritma dari bilangan
nol adalah satu bilangan yang besarnya tidak diketahui (infinitive);
b. perlu asumsi bahwa tidak ada perbedaan teknologi pada setiap pengamatan.
Artinya, kalau fungsi Cobb-Douglas yang dipakai sebagai model dalam suatu
pengamatan, dan bila diperlukan analisa yang merupakan lebih dari satu

model tersebut terletak pada intercept dan bukan pada kemiringan garis
(slops) model tersebut.
c. Tiap variabel X adalah perfect competition.
d. Perbedaan lokasi (pada fungsi produksi) seperti iklan adalah sudah tercakup
pada faktor kesalahan, u.
Ada tiga alasan pokok pentingnya penggunaan Cobb-Douglas yang banyak
dipakai oleh para peneliti, yaitu :
a. penyelesaian Cobb-Douglas relatif lebih mudah dibandingkan dengan fungsi
yang lain;
b. hasil pendugaan garis melalui fungsi Cobb-Douglas akan menghasilkan
koefisien regresi yang sekaligus juga menunjukkan tingkat besaran return to
scale.

2.1.3. Penelitian Terdahulu


Penelitian mengenai faktor yang mempengaruhi produksi dilakukan oleh
Theresia (2006) dengan judul Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi
Jumlah Hasil Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri Kecil Rajutan Binong Jati). Penelitian ini dilakukan dengan objek
penelitian berada di sentra industri rajutan Binong Jati, dengan jumlah responden
sebanyak 38 pemilik usaha.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
survey explanatory, dan alat analisis data yang digunakan adalah analisis regresi
berganda dengan variabel bebas yaitu modal (X1), tenaga kerja (X2), teknologi
(X3), dan permintaan konsumen (X4) dan variabel terikatnya adalah jumlah hasil

produksi (Y). Yang menjadi isu dalam penelitian ini adalah menurunnya kegiatan
produksi yang dapat dilihat dari menurunnya jumlah hasil produksi dari usaha
rajutan Binong Jati.
Teori yang digunakan adalah teori produksi menurut Cobb-Douglas
disertai pendapat dari tokoh ekonomi lainnya. Hasil penelitian yang didapat dari
penelitian ini yaitu bahwa secara simultan faktor modal kerja, tenaga kerja,
teknologi, dan permintaan konsumen berpengaruh terhadap jumlah produksi.
Sedangkan secara parsial yang berpengaruh secara signifikan terhadap
jumlah produksi yakni hanya permintaan konsumen, .karena kegiatan produksi
industri Binong Jati bergantung kepada permintaan dari konsumen (by order).
Sedangkan variabel modal, tenaga kerja, dan teknologi tidak berpengaruh.

2.1.4. Kerangka Pemikiran


Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu merupakan
sentra produksi kerupuk, yang terdiri dari industri kecil rumah tangga dan idustri
menengah dan industri besar. Pada perjalanannya industri kerupuk banyak
mengalami kendala-kendala produksi yang menyebabkan tingkat produksi tidak
stabil, hal ini disebabkan oleh berbagai faktor baik dari faktor dalam (internal)
maupun faktor luar (eksternal).
Faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk diantaranya disebabkan
faktor alam, yaitu faktor musim, ketika musim hujan pengusaha kerupuk biasanya
mengurangi produksi kerupuk hal ini karena proses produksi kerupuk melibatkan
sinar matahari untuk proses pengeringan kerupuk, walaupun ada pengeringan
yang menggunakan open namun kualitasnya kurang bagus, yaitu kerupuk kurang

mengembang. Faktor lainnya, yaitu pada bulan-bulan tertentu seperti bulan


Syawal sehabis lebaran dan ketika sehabis musim panen padi masyarakat
biasanya menyenggarakan acara tertentu, permintaan kerupuk akan naik sehingga
produksi kerupuk meningkat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk yang diambil dalam
studi kasus di Desa Kenanga Kecamatan Sidang Kabupaten Indramayu adalah
modal, tenaga kerja, permintaan produk dan harga kerupuk. Hal ini dengan
asumsi bahwa faktor-faktor tersebut mempunyai pengaruh signifikan terhadap
produksi kerupuk, dibandingkan dengan faktor lainnya. Selanjutnya, untuk
mengetahui pengaruh

faktor-faktor tersebut secara riil dan terukur dilakukan

analisis melalui analisis fungsi produksi, yaitu analisis Cobb-Douglas, analisis ini
akan melibatkan dua variabel yaitu variabel terikat (Y) dan variabel bebas (X),
dimana penyelesaiannya melalui regresi.
Bagan sistematika kerangka pemikiran analisis faktor-faktor yang
mempengaruhi produksi kerupuk di desa kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Jawa Barat dapat di lihat pada Gambar 3 sebagai berikut :

Pegrajin Kerupuk di Desa


Kenanga kecamatan Sindang
Indramayu, Jawa Barat

Kerupuk Ikan

PRODUKSI
VARIABEL PRODUKSI
-

Modal
Tenaga kerja
Permintaan Produk
Harga Kerupuk

FAKTOR LAIN
- Alam (musim, matahari)
- Bulan tertentu (perayaan)

Analisa Fungsi Produksi


(Cobb-Douglas)

Faktor-Faktor yang Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk

Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu Jawa Barat, pemilihan lokasi dipilih secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan salah satu sentra
produksi kerupuk di Kabupaten Indramayu Jawa Barat.
Penelitian di lapangan dilaksanakan selama satu bulan yaitu pada bulan
Nopember 2008. waktu tersebut digunakan untuk memperoleh data dari
pengusaha kerupuk serta data dari instansi terkait.

3.2. Jenis dan Sumber Data


Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang bersifat
kualitatif dan kuantitatif; data primer yaitu data diperoleh dari responden melalui
wawancara langsung di lapangan dengan menggunakan daftar pertanyaan atau
kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder yaitu data
yang diperoleh dalam bentuk yang sudah jadi berupa publikasi, gambaran umum
usaha, jumlah penduduk dan literatur dari instansi yang terkait yang berhubungan
dengan penelitian ini.

3.3. Metode Pengambilan Sampel


Populasi pada penelitian ini adalah para pengrajin kerupuk di desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat. Berdasarkan data
Disperindag Kabupaten Indramayu (Disperindag Kabupaten Indramayu, 2006 :
34) terdapat 38 unit usaha pengrajin kerupuk yang dapat diklasifikasikan menjadi
dua golongan yaitu Industri skala Kecil, dan industri skala menengah/sedang.
Jumlah industri kecil sebanyak 30 unit usaha, sedangkan industri menengah
sebanyak 8 unit usaha, untuk efesiensi waktu dan biaya dalam melakukan
penelitian maka diambil sampel/jumlah responden untuk pengrajin skala kecil
berdasarkan persentase, yaitu 50 persen dari 30 pegrajin kerupuk, sehingga
didapat sampel sebanyak 15 repondendan sedangkan responden untuk pengrajin
skala sedang karena jumlah pengrajin hanya delapan orang maka pengambilan
reponden secara sensus, yaitu seluruh pengrajin kerupuk skala sedang.

3.4. Metode Pengolahan dan Analisis Data


Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan cara kuantitatif dan
kualitatif. analisis fungsi Cobb-Douglas dan menggunakan model regresi
berganda untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi kerupuk. Data yang
ada dijelaskan dengan melakukan beberapa tahap, yaitu tahap transfer data,
editing data, pengolahan dan tahap penyusunan dalam bentuk tabulasi sehingga
mudah dibaca dan dianalisis. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan
alat bantu software Microsoft Excel 2003 dan SPSS for windows versi 12. Setelah
diperoleh nilai-nilai dari pengolahan data kemudian tahap terakhir melakukan
interpretasi hasil pengolahan data yang ada.

3.4.1. Analisis Fungsi Produksi Cobb-Douglas


Analisis fungsi produksi Cobb-Douglas dinyatakan oleh hubungan Y dan
X yang sudah ditransformasikan ke dalam bentuk linier yaitu sebagai berikut :

LnY = ln b0 + b1 ln X 1 + b2 ln X 2 + b3 ln X 4 + b4 ln X 4 + u
Keterangan :
Y

= Produksi Kerupuk (Kg/bulan),

a0

= Intercept,

x1

= Modal (Rp/bulan)

x2

= Tenaga Kerja (Orang/bulan)

x3

= Harga Kerupuk (Rp/Kg)

x4

= Permintaan Kerupuk (Kg/bln)

b0

= Konstanta,

b1

= koefesien regresi Modal

b2

= koefesien regresi Tenaga Kerja

b3

= koefesien regresi Harga Kerupuk

b4

= Koefesien regresi Permintaan Kerupuk

= kesalahan/penyimpangan penduga
Persamaan regresi dianalisis untuk menjelaskan hubungan sebab akibat

dari faktor-faktor produksi terhadap output yang dihasilkan. Nilai yang diperoleh
dari analisis regresi yaitu besarnya nilai t-hitung, F-hitung dan koefisien
determinan (R 2). Nilai t-hitung digunakan untuk menguji secara statistik apakah
koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas (X n) yang dipakai secara
terpisah berpengaruh nyata atau tidak terhadap parameter tidak bebas (Y).
pengujian secara statistik adalah sebagai berikut :

1. Uji Determinan (R 2)
Nilai koefisien determinan (R 2) digunakan untuk melihat sejauhmana
besar keragaman yang dapat diterangkan oleh para meter bebas terhadap
parameter tidak bebas. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :
R2 =

jumlah Kuadrat Re gresi ( JKR)


Jumlah Kuadrat Total ( JKT )

Keterangan :
JKR
JKT
R

= Jumlah kuadrat regresi


= Jumlah kuadrat total
= Koefisien determinasi

2. Uji t hitung
Hipotesis :
H o : n = 0
H1 : n 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji statistik-t :
t-hitung =

bi
Sbi

t-tabel = t /2(n-p)
keterangan :
bi

= koefisien regresi ke-i

Sbi

= standar deviasi koefisien regresi ke-i

Bi

= parameter ke-i yang dihipotesiskan n


= banyaknya pasangan data

= jumlah parameter regresi

kriteria uji :
t-hitung > t-tabel /2 (n-p), maka tolak Ho
t-hitung < t-tabel /2 (n-p), maka terima H o
Jika t-hitung lebih besar dari t-tabel maka parameter yang diuji atau faktorfaktor produksi (X i) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output
(Y). Sebaliknya jika nilai t-hitung lebih kecil dari nilai tabel, maka parameter
yang diuji (Xi) tidak berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas (Y).

Wilayah
Penolakan H0

Wilayah
Penolakan H0
H0 diterima

- t-tabel

+ t-tabel

Gambar 4. Daerah Diterima dan Ditolak H0

3. Uji F-hitung
Nilai F-hitung digunakan untuk melihat apakah parameter yang digunakan
secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap parameter tidak bebas atau
apakah model penduga yang digunakan sudah layak untuk menduga parameter
dalam fungsi produksi. Pengujian terhadap model penduga dapat dilihat sebagai
berikut :

Hipotesis :
H o : 1 = 2 = =

(k-1) =

H1 : paling tidak ada 1 i 0


Uji statistik yang digunakan adalah uji F, yaitu :
F-hitung =

R 2 /(k 1)
(1 R 2 ) /(n k )

Dimana

R = Koefisien determinan
k = jumlah variabel termasuk intersep
n = jumlah pengamatan
Kriteria uji :
F-hitung < F tabel (k-1, n - k), maka terima Ho
F-hitung > F tabel (k-1, n - k), maka tolak H o
Apabila F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka secara bersama-sama
parameter bebas dalam produksi (X i) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap
hasil produksi. Sebaliknya, jika F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka secara
bersama-sama parameter bebas tidak berpengaruh nyata terhadap hasil produksi.

3.5. Definisi Operasional


Definisi operasional digunakan untuk menghindari kesalahan pengertian
dan untuk menyamakan persepsi mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam
penelitian skripsi ini, adapun istilah-istilah dari penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1. Usaha adalah suatu unit ekonomi yang melakukan aktivitas dengan tujuan
menghasilkan barang/jasa untuk dijual atau ditukarkann dengan barang

lain dan ada seseorang yang bertanggungjawab dan punya kewenangan


untuk mengelola usaha tersebut.
2. Pengrajin/pengusaha kerupuk adalah pelaku usaha yang memiliki usaha
pembuatan kerupuk.
3. Pekerjaan/kegiatan utama responden adalah pekerjaan responden yang
mempunyai nilai pendapatan paling besar diantara beberapa jenis kegiatan
dalam suatu usaha.
4. Lama menjadi pengusaha kerupuk adalah pengalaman responden sebagai
pengusaha kerupuk.
5. Proses produksi adalah proses yang diperlukan untuk mengubah faktor
input menjadi output berupa kerupuk.
6. Skala usaha kerupuk adalah ukuran yang menentukan besar kecilnya suatu
usaha industri kerupuk yang ditentukan oleh jumlah pekerja yang terlibat
dalam proses pengolahan/produksi.
7. Skala usaha kecil yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang
memunyai pekerja 5 19 orang
8. Skala usaha sedang yaitu perusahaan/usaha industri pengolahan yang
mempunyai pekerja 20-99 orang.
9. Modal (X1) adalah harta yang dimiliki untuk digunakan dalam suatu
proses produksi (sebagai suatu usaha ekonomi) sehingga diharapkan bisa
menghasilkan pendapatan.
10. Tenaga kerja/pekerja (X2) adalah semua orang yang terlibat secara
langsung dalam pekerjaan/kegiatan di perusahaan/usaha.
11. Permintaan Kerupuk (X3) adalah banyaknya permintaan kerupuk pada
produsen pada bulan dilakukannya penelitian
12. Harga kerupuk (X4) yaitu harga kerupuk yang ditetapkan oleh produsen
kerupuk.

BAB IV
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Letak Geografis dan Demografis Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu - Jawa Barat

Desa Kenanga adalah salah satu desa di Kecamatan Sindang Kabupaten


Indramayu Propinsi Jawa Barat, Berdasarkan Data Statistik Kabupaten Indramayu
(Indramayu dalam angka, 2007 : 23) Luas wilayah desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu yaitu 252.178 Ha dengan penggunaan untuk
industri seluas 5135 Ha, pasar desa luas 0,175 Ha, tanah wakaf 0,689 Ha, tanah
sawah seluas 66,178 Ha, tanah kering seluas 27,715 Ha. Lainnya yaitu untuk
jalan, irigasi, pekuburan dan lain sebagainya. Dengan batas wilayah sebelah utara
desa Bojongsari, sebelah timur desa Pekandangan, sebelah selatan desa
Kandanganjaya dan sebelah barat desa Penyindangan Wetan.
Orbitrasi/Jarak dari pusat pemerintahan Desa Kenanga dengan pusat
pemerintahan kecamatan yaitu 4 km, jarak dari pusat pemerintahan kota
Adminisrasi yaitu 4,25 km, jarak dari pusat pemerintahan kabupaten 4,25 km,
jarak dari pusat pemerintahan propinsi 297 km dan jarak dari pusat pemerintahan
ibu kota negara 217 km.
Desa Kenanga dilihat dari letak geografisnya terletak pada 107 0 52 108 0
36 Bujur Timur dan 6 0 15 6 0 40 Lintang Selatan. Sedangkan berdasarkan
tofografniya merupakan dataran rendah atau daerah landai dengan kemiringan
tanahnya rata-rata 0-2 %. Ketinggian dari permukaan laut 2,50 m banyaknya

curah hujan 2000 mm/th dengan suhu

udara rata-rata 34 0C (BPS Kabupaten

Indramayu, 2007 : 22).


Jumlah penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
berdasarkan Jenis kelamin yaitu sebanyak 5.452 orang dengan jumlah laki-laki
sebanyak 2.713 orang dan Jumlah perempuan 2.739 orang, sedangkan jumlah
kepala keluarga sebanyak 1.462 kepala keluarga dengan kewarganegaraan
seluruhnya WNI. Laju pertumbuhan penduduk untuk kabupaten Indramayu pada
tahun 2007 sebesar 0,51 %.

4.2. Sosial Ekonomi Masyarakat


Desa Kenanga terdiri dari 25 RT dan 8 RW dengan keadaan sosial
ekonomi masyarakat Desa Kenanga ditandai dengan lembaga dan fasilitasfasilitas yang ada. Berdasarkan data monografi desa Kenanga (Monografi Desa
Kenanga, 2008 : 4), yaitu jumlah sarana peribadatan berupa masjid berjumlah 3
dan 11 buah musholla,

poliklinik/balai

pelayanan

masyarakat/Puskesmas

berjumlah 1 buah, sedangkan untuk fasilitas dan sarana pendidikan yaitu terdapat
2 gedung untuk kelompok bermain, dan 1 gedung TK dan terdapat 3 gedung SD.
Dari segi sosial budaya, desa Sindang termasuk desa yang tingkat
homogenitasnya tinggi, baik dilihat dari suku, etnis maupun agama, agama islam
merupakan satu-satunya agama yang dianut penduduk desa Kenanga, suku dan
etnis yang ada merupakan suku dan etnis pribumi atau lokal, sedangkan mata
pencaharian penduduk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu
beragam pada berbagai bidang yaitu pedagang sebanyak 175 orang, buruh tani
sebanyak 143, tani tambak sebanyak 80 orang, tani sawah sebanyak 71 orang,

pertukangan sebanyak 62 orang, PNS sebanyak 28 orang, pengrajin kerupuk 38


orang, jasa sebanyak 17 orang, ABRI/Polisi sebanyak 15 orang dan lain-lain
sebanyak 33 orang, data Tabel mata pencaharian penduduk Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten

Indramayu Jawa Barat dapat dilihat pada

Lampiran 5.
Pendidikan penduduk desa Sindang Kecamatan Kabupaten Indramayu
beranekaragam, baik pendidikan umum/formal maupun non-formal/khusus.
Pendidikan umum/formal penduduk desa Kenanga kecamatan Sidang kabupaten
Indramayu mayoritas lulusan SD/MI yaitu sebanyak 630 orang, disusul lulusan
SMP/MTs sebanyak 472 orang, lulusan SMA/MA sebanyak 377 orang, Akademi
(D1-D3) sebanyak 20 orang, sarjana sebanyak 36 orang, sedangkan pendidikan
non-formal/khusus yaitu pendidikan melalui pondok pesantren dan madrasah
diniyah masing-masing sebanyak 17 orang dan 85 orang, data Tabel pendidikan
penduduk desa kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat
dapat dilihat pada Lampiran 5.

4.3. Proses Produksi Kerupuk


Proses produksi kerupuk di desa Kenanga

Kecamatan Sindang

Kabupaten Indramayu berdasarkan pengamatan dilapangan secara umum dapat


dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap pengolahan dan tahap
finishing/pengemasan.

4.3.1. Tahap persiapan


Tahap persiapan untuk membuat kerupuk yaitu persiapan bahan baku,
baik berupa ikan, udang, bawang, atau jengkol tergantung jenis kerupuk yang
dibuat. Dalam proses ini sebagai contoh adalah proses pembuatan kerupuk ikan.
Pada tahap pertama, ikan dicuci dan dibersihkan isi perutnya kemudian
daging ikan dipisahkan dari kulit,

kepala, ekor

dan tulangnya

dengan

menggunakan pisau, daging ikan dikumpulkan dalam baskom, digiling dalam


mesin penggiling daging, kemuidan ditimbang untuk disesuaikan dengan
komposisi pada adonan pembuatan kerupuk, begitu juga dengan tepung tapioka
dan bahan penunjang lainnya ditimbang berdasakan komposisi. Komposisi dari
satu adonan kerupuk yang dicampur dalam mixer dapat dilihat pada Lampiran 12,
komposisi terbanyak dari adonan adalah tapioka sebanyak 40 kg. Daging ikan
yang dibutuhkan untuk setipa adonan adalah 15 kg, bahan yang paling sedikit
digunakan adalah MSG yaitu sebanyak 50 gram

4.3.2. Tahap Pengolahan


1. Adonan
Tahap membuat adonan, pembuatan adonan dilakukan dengan mesin
pencampur/mixer.adonan dicampur dalam mesin pencampur dalam waktu 10
menit tiap adonannya. Mesin pencampur digerakkan dengan tenaga listrik, setelah
dicampur dengan mesin, adonan diaduk menggunakan tangan agar adonan
tercampur lebih merata. Setelah merata adonan dibagi-bagi menjadi beberapa
bagian dengan menggunakan tangan. Bagian-bagian tersebut dimasukkan ke
dalam cetakan/mal. Cetakan tersebut dari besi, cetakan berbentuk setengah elips

dengan diameter tertentu. Terdapat dua jenis cetakan yaitu cetakan dengan
lingkaran besar dan lingkaran kecil. Setelah dicetak adonan berbentuk bulat
panjang atau tabung/bongko. Setelah dicetak adonan disusun ke dalam rak yang
terbuat dari stainess steel disiapkan untuk dikukus.
2. Pengukusan
Pegukusan dilakukan dengan menggunakan tungku ketel uap/boiler
dengan menggunakan bahan bakar kayu. Tempat pengukusan berbentuk seperti
lemari besar, dapat memuat kurang lebih 8 buah rak. Pengukusan kurang lebih 90
menit. Setelah pengukusan selesai maka bongko-bongko yang sudah matang
ditiriskan dan dinginkan di atas rak bambu /gebrek. Bongko-bongko ini
didinginkan dalam waktu 12 jam hingga bongko tersebut mengeras.
3. Pemotongan/pengirisan
Pemotongan atau pengirisan dilakukan pada dini hari sekitar pukul 02.00
WIB hingga pagi sekitar pukul 08.00 WIB, tetapi bisa terjadi perubahan
tergantung banyaknya bongko yang akan diiris. Pemilihan waktu dini hari
dilakukan agar bongko yang telah diiris bisa langsung dijemur pada pagi sampai
siang harinya, kepingan kerupuk basah hasil pengirisan bongko diletakkan di atas
tampah.
Pengirisan bongko dilakukan dengan menggunakan ham slicer, setiap satu
ham slicer dikendalikan oleh satu orang operator. Operator ham slicer sudah
terlatih menggunakannya, jika tidak terlatih maka akan diperoleh hasil irisan yang
tidak rata. Bagi perusahaan kecil biasanya masih menggunakan alat pemotong
manual, yaitu pisau.

4. Penjemuran
Penjemuran dibedakan menjadi dua yaitu penjemuran dengan sinar
matahari dan penjemuran dengan menggunakan oven. Biasanya penjemuran
dilakukan di bawah sinar matahari langsung, penjemuran dengan oven dlakukan
hanya jika terjadi pesanan yang melebihi kapasitas atau pada waktu cuaca kurang
mendukung seperti terjadi hujan.
Penjemuran dilakukan dengan menyusun kepingan-kepingan kerupuk di atas
tampah, kemudian tampah diletakkan di tanah lapang selama 12 jam, jika kondisi
sinar matahari kurang terik maka dilanjutkan pada esok harinya.
Jika terjadi hujan maka pengeringan dilakukan dengan oven, tatapi
penggunaan oven ini diminimalisisr karena hasil penjemuran dengan oven hasil
kualitas kurupuk kurang baik, yaitu kerupuk tidak mengembang dengan sempurna
ketika digoreng.

4.3.3. Pengemasan
Kerupuk yang sudah kering disortir oleh pekerja bagian pengemasan,
kerupuk yang kualitasnya baik tidak terdapat banyak lubang dan bentuknya baik
yaitu tidak pecah atau remuk. Selanjutnya kerupuk dikemas di dalam plastik
ukuran 250 g dan 200 g yang sudah diberi label dengan nama merek, komposisi,
dan alamat, kemudian ditimbang.
Kerupuk yang sudah ditimbang, disegel dengan menggunakan mesin
segel/sealer dengan panas. Setelah disegel kemudian dikemas lagi dengan plastik
yang berukuran 5 kg dan 4 kg, sebagian ada yang dikemas lagi dengan karung,
ada juga dengan kertas karton/dus biasanya tergantung permintaan pemesan.

Ikan
Pencucian dan pengeluaran isi
perut, pemisahan kulit dan
kepala kemudian dihaluskan

Bubur Ikan
Siap Pakai

Gula,
garam,
MSG

Telur ayam

Tepung
Tapioka

Dicampur hingga merata

(mengembang)

Dicampur
hingga merata
Pencetakan
Bentuk

Pengukusan
Adonan
Pendinginan/ditiriskan
hingga mengeras
Pemotongan
Penjemuran
Sortiasi dan Pengemasan

Gambar 5. Alur Proses Produksi Kerupuk

12 jam

4.4. Kategori Industri Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kananga


Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat

Penggolongan skala industri di Indonesia beragam, ada beberapa Badan


dan atau Lembaga yang mendefinisikan industri/perusahaan berdasarkan berbagai
kriteria, yaitu berdasarkan Badan Pusat Statistik (BPS, 2005 : 4), bahwa industri
dikategorikan ke dalam empat golongan yaitu yang pertama, industri kecil,
industri yang mempunyai pekerja 5 19 orang termasuk pengusaha; kedua,
industri kerajinan rumah tangga, yaitu industri yang mempunyai pekerja 1 4
orang; ketiga industri sedang adalah perusahaan/usaha industri yang mempunyai
pekerja 20 - 99 orang, dan keempat industri besar, yaitu industri yang mempunyai
pekerja 100 orang atau lebih.
Pemerintah mendefinisikan penggolongan perusahaan/usaha sesuai dengan
Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 yaitu, usaha mikro adalah usaha yang
memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan
bangunan tempat usaha dan memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300
juta rupiah. Kriteria Usaha kecil yaitu usaha yang memiliki kekayaan bersih lebih
dari 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki
hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai paling banyak dua
miliar lima ratus juta rupiah. Kriteria Usaha menengah yaitu memiliki kekayaan
bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan paling banyak sepuluh millar
rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha dan memiliki hasil
penjualan tahunan lebih dari dua millar lima ratus juta rupiah sampai dengan
paling banyak 50 miliar rupiah.

Bank Indonesia mendefinisikan industri/perusahaan berdasarkan dua pola,


yaitu omset, aset dan badan hukum; industri mikro yaitu usaha yang dilakukan
oleh orang miskin atau hampir miskin, milik keluarga, sumber daya lokal dan
teknologi sederhana, lapangan usaha mudah dimasuki dan mudah keluar; industri
skala kecil beraset kurang dari atau sama dengan 200 juta di luar tanah dan
bangunan dengan omset satu miliar, industri skala sedang/menengah yaitu
perusahaan/industri yang beromset 3 miliar dengan aset 5 miliar untuk industri
manufaktur di luar tanah dan bangunan, dan aset industri non manufaktur hingga
600 juta di luar tanah dan bangunan, sedangkan kategori perusahaan berdasarkan
nilai kredit yang diterima dapat digolongkan sebagai berikut, yaitu perusahaan
mikro, perusahaan yang menerima kredit kurang atau sama dengan 50 juta,
perusahaan kecil yaitu perusahaan yang menerima kredit 50 juta hingga 500 juta;
industri sedang yaitu industri yang menerima kredit 500 juta hingga 5 miliar.
4.4.1. Industri Kerupuk Skala Sedang
Berdasarkan kriteria penggolongan usaha yang telah dijelaskan di atas,
terdapat delapan pengrajin kerupuk di Desa Kananga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu, Jawa Barat yang tergolong kriteria menengah/sedang, hal
tersebut ditinjau dari jumlah tenaga kerja yang terlibat dalam produksi kerupuk
dan berdasarkan undang-undang no. 20 tahun 2008 (Lampiran 4 ).
4.4.2. Industri Kerupuk Skala Kecil
Pengrajin kerupuk di Desa Kananga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramyau, Jawa Barat yang termasuk dalam kategori skala kecil berjumlah 30
pengrajin, hal ini berdasarkan jumlah tenaga kerja yang terlibat dan UndangUndang Pemerintah No. 20 Tahun 2008 (Lampiran 4).

BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Pengrajin Kerupuk

Pengrajin kerupuk secara umum dapat diketahui dengan karakteristik.


Karakteristik

yang dimiliki

oleh

setiap

pengrajin

dapat mempengaruhi

aktivitasnya sebagai pengrajin kerupuk. Karakteristik tersebut adalah pekerjaan


utama dan sampingan, usia, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, lama
menjadi pengrajin kerupuk (pengalaman), jenis kerupuk yang diproduksi, alasan
memproduksi kerupuk, keahlian membuat kerupuk.

5.1.1.Pekerjaan Utama dan Sampingan


Pekerjaan/kegiatan utama pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat adalah kegiatan yang mempunyai nilai
pendapatan paling besar diantara jenis kegiatan dalam suatu usaha.
Sebaran responden berdasarkan pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan
dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini

Tabel 7. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Pekerjaan Utama dan


Sampingan

Jenis Pekerjaan
Pekerjaan Utama
Pekerjaan Sampingan
Jumlah

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Skala Sedang
Skala Kecil
Jumlah
%
Jumlah
%
8
100%
15
100 %
2
25 %
5
33,33%
8
100%
15
100%

Data pada Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa kegiatan utama pengrajin


kerupuk adalah usaha kerupuk (100,00%), pada pengrajin kerupuk skala sedang
mayoritas tidak mempunyai pekerjaan sampingan yaitu sebesar 75 persen.
Sedangkan untuk pengrajin dalam skala kecil hanya 33,33 persen yang
mempunyai pekerjaan sampingan, selebihnya menjadi pengrajin kerupuk sebagai
kegiatan utamanya.

5.1.2.Umur Pengrajin Kerupuk


Umur pengrajin kerupuk skala sedang mayoritas berusia diantara 46 50
tahun, sedangkan pengsaha kerupuk skala kecil rata- rata berusia 36 40 tahun.
Sebaran respnden berdasarkan umur dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Karakteristik Pengrajin Berdasarkan Umur Pengrajin


Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah Orang
%
0
0.00%
31 35
0
0.00%
36 40
3
37.50%
41 45
5
62.50%
46 50
0
0.00%
>50
8
100%
Jumlah
Umur

Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah Orang
%
3
20.00%
12
80.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
15
100%

Responden pengrajin kerupuk dalam skala sedang mempunyai umur 46


50 tahun sebesar 62,50 persen atau berjumlah lima orang dari delapan orang
responden, kemudian diikuti oleh umur antara 41 45 tahun dengan jumlah tiga
orang. Reponden pengrajin kerupuk dalam skala kecil paling banyak berumur
antara 36 - 40 tahun dengan persentase 80 %, diikuti oleh tingkat umur antara 31

35 tahun dengan persentase 20 persen. Data Tabel 8 di atas menunjukkan bahwa


pengrajin skala sedang usianya relatif lebih tua dibandingkan dengan skala kecil.

5.1.3.Tingkat Pendidikan Pengrajin Kerupuk


Tingkat pendidikan Pengrajin Kerupuk di desa Kenangan Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu mayoritas menyelesaikan pendidikannya samapai
Sekolah Dasar (SD) yaitu sebesar 75,00 persen atau 6 orang dari delapan
responden, selebihnya lulusan SMP dan SMU masing-masing sebesar 12,50
persen atau satu orang untuk pengrajin skala sedang, sedangkan untuk pengrajin
skala kecil sebesar 60 persen yang menyelesaikan Sekolah Dasar (SD), diikuti
lulusan SMP sebesar 33,33 persen dan lulusan SMU 6,67 persen. Sebaran
responden berdasarkan tingkat pendidikan pengrajin kerupuk dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
Pengrajin Kerupuk
Pengrajin Kerupuk
Pendidikan
Skala Sedang
Skala Kecil
Jumlah Orang
%
Jumlah Orang
%
6
75.00%
9
60.00%
SD
1
12.50%
5
33.33%
SMP
1
12.50%
1
6.67%
SMU
8
100.00%
15
100.00%
Jumlah

Berdasarkan Tabel 9 di atas menggambarkan bahwa pendidikan pengrajin


kerupuk baik dalam skala sedang maupun kecil mayoritas menyelesaikan Sekola h
Dasar, hal ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak berpengaruh terhadap skala
usaha kerupuk.

5.1.4. Jumlah Anggota Keluarga Pengrajin Kerupuk


Responden pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Jawa Barat mempunyai status sudah menikah semuanya.
Jumlah keluarga yang dimiliki oleh pengrajin kerupuk rata-rata lima orang yang
terdiri dari dua orang tua dan mempunyai anak berjumlah tiga orang. Jumlah
keluarga

yang dimiliki

mempengaruhi

tingkat

pengeluaran

yang

harus

dibelanjakan untuk kebutuhan sehari-hari dan umur anak mempengaruhi proses


produksi yang berkaitan dengan tenaga kerja. Sebaran responden berdasarkan
jumlah keluarga dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jumlah Anggota Kelurga

Jumlah Keluarga

24
57
8 10
Jumlah

Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah Orang
%
1
12.50%
5
62.50%
2
25.00%
8
100.00%

Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah Orang
%
7
46.67%
8
53.33%
0
0.00%
15
100.00%

Data Tabel 10 di atas menggambarkan bahwa paling banyak jumlah


keluarga pengrajin kerupuk skala sedang mempunyai antara 5 -7 anggota keluarga
sebesar 62,50 persen, kemudian diikuti jumlah anggota keluarga antara 8 10
sebesar 25,00 persen dan 2 4 sebesar 12,50 persen. Jumlah anggota keluarga
pengrajin kecil paling banyak berjumlah antara 5 7 orang dengan persentase
sebesar 53,33 persen atau delapan dari 15 orang responden, diikuti 2 4 orang
sebesar 46, 67 persen atau tujuh orang. Berarti jumlah anggota keluarga yang
dimiiki antara pengrajin kerupuk sekala sedang dan skla kecil relatif sama.

5.1.5.Lama Menjadi Pengrajin Kerupuk


Pengalaman pengrajin menjadi pengrajin kerupuk sangat diperlukan untuk
bisa belajar dan mengembangkan produk lebih baik, biasanya berkaiatan dengan
lama bergerak dalam usaha tersebut (BPS, 2005:13). Secara umum pengrajin
kerupuk mendapatkan ilmunya dari keluarga dan kerabat. Hal ini terjadi karena
adanya budaya pembuatan kerupuk turun temurun serta membekali keluarganya
atau anaknya dengan keterampilan tersebut. Sehingga perusahaan kerupuk yang
ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat ratarata masih ada ikatan keluarga. Sebaran responden berdasarkan lamanya menjadi
pengrajin kerupuk dapat dlihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Lama Menjadi Pengrajin


Kerupuk
Lama
(Tahun)

15
6 10
11 15
16 20
> 20
Jumlah

Pengrajin Kerupuk
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Skala Kecil
Jumlah Orang
%
Jumlah Orang
%
0
0%
10
67%
0
0%
5
33%
5
63%
0
0%
3
38%
0
0%
0
0%
0
0%
8
100%
15
100%

Berdasarkan data Tabel 11 di atas, pengrajin dalam skala sedang rata-rata


sudah 11 - 15 tahun menjadi pengrajin kerupuk, yaitu sebesar 63 persen atau lima
orang dari delapan pengrajin kerupuk, kemudian diikuti dengan lama antara 16
20 tahun sebesar 38 persen atau tiga pengrajin kerupuk. Sedangkan pengrajin
kerupuk dalam skala kecil sebesar 67 persen. Hal ini berarti pengrajin kerupuk

skala sedang relatif lebih lama menjadi pengrajin kerupuk dibandingkan dengan
pengrajin kerupuk skala kecil.

5.1.6.Jenis Kerupuk yang Diproduksi


Pengrajin kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten
Indramayu Jawa Barat memproduksi beranaka ragam jenis kerupuk biasanya
sesuai dengan

pemesanan

konsumen,

menspesialisasikan diri pada

namun pengrajin

mayoritas

lebih

produksi kerupuk ikan, jengkol dan bawang.

Sebaran responden berdasarkan jenis kerupuk yang diproduksi dapat dilihat pada
Tabel 12.
Tabel 12. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Jenis Kerupuk yang
diproduksi

Jenis Kerupuk yang diproduksi


Ikan, Udang, Jengkol, Bawang
Udang, Ikan, Bawang
Udang, ikan, bawang,
stik/kancing
Jumlah

Pengrajin
Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah
%
6
62.50%
2
25.00%

Pengrajin
Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah
%
86.67%
13
13.33%
2

12.50%

0%

100%

15

100%

Berdasarkan data pada Tabel 12 di atas, Responden pengrajin kerupuk


dalam skala sedang mayoritas memproduksi kerupuk udang, ikan, jengkol dan
bawang, begitu pula dengan pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas
memproduksi kerupuk udang, kerpuk ikan, kerupuk jengkol dan kerupuk bawang.

5.1.7.Alasan Menjadi Pengrajin Kerupuk


Setiap pengrajin yang memulai atau menjalankan usahanya mempunyai
latar belakang yang memotivasinya untuk menjalankan usahanya tersebut,
sehingga usaha tersebut tetap eksis berproduksi. Motivasi atau faktor pendorong
pengrajin Kerupuk di desa Kenanga kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu
dalam usaha pembuatan kerupuk rata-rata mempunyai alasan bahwa usaha
kerupuk merupakan usaha yang lebih menguntungkan, diikuti dengan alasan
bahwa usaha kerupuk untuk meneruskan usaha yang telah dirintas orang tua
mereka, sedangkan selebihnya menyatakan karena bahan mudah didapat di
masyarakat sekitar. Sebaran responden berdasarkan alasan memproduksi kerupuk
dapat dilihat pada Tabel 13 di bawah ini.

Tabel 13. Karakteristik Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Alasan Memproduksi


Kerupuk

Alasan
Menguntungkan
Melanjutkan Usaha Orang Tua
Bahan Mudah didapat
Jumlah

Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah
%
4
50.00%
2
25.00%
2
25.00%
8
100.00%

Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah
%
7
46.67%
5
33.33%
3
20.00%
15
100.00%

Berdasarkan Tabel 13 di atas, sebagian besar pengrajin menyatakan


alasan menjalankan usaha kerupuk adalah bahwa usaha kerupuk ini lebih
menguntungkan, hal ini menunjukkan bahwa alasan pengrajin dalam menjalankan
usahanya

merupakan

menguntungkan.

alasan

rasional,

semata-mata

karena

usaha

yang

5.1.8.Keahlian Membuat Kerupuk


Keahlian membuat kerupuk pengrajin kerupuk di desa Kenanga
kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu untuk pengrajin kerupuk dalam skala
sedang rata-rata keahlian membuat kerupuk diperoleh dari pengalaman hidup dan
keluarga sedangkan pengrajin kerupuk dalam skala kecil rata-rata keahlian
membuat kerupuk didapat dari keluarga mereka. Sebaran reponden berdasarkan
keahlian membuat kerupuk dapat dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Karaktersitik Responden Pengrajin Kerupuk Berdasarkan Asal


Memperoleh Keahlian Membuat Kerupuk
Pengrajin Kerupuk
skala sedang
Jumlah
%
3
37.50%
Pengalaman Hidup
5
62,50%
Keluarga
8
100.00%
Jumlah
Keahlian

Pengrajin Kerupuk
skala Kecil
Jumlah
%
4
26.67%
11
73.33%
15
100.00%

Berdasarkan Tabel 14 di atas, pengrajin kerupuk di Desa Kenanga baik


pengrajin skala sedang, maupun skala kecil keahlian membut kerupuk mereka
berasal dari pihak keluarga.

5.1.9.Persaingan dan Bentuk Persaingan Usaha Kerupuk


Umumnya dalam dunia usaha terdapat persaingan usaha, begitupun
didalam usaha produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang
kabupaten Indramayu, berdasarkan responden pengrajin kerupuk menyatakan
bahwa persaingan dalam usaha kerupuk itu terjadi.

Bentuk persaingan usaha para pengrajin kerupuk di desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu - Jawa Barat beragam dari segi
kualitas, harga, kuantitas jenis kerupuk dan profesionalisme. Pengrajin kerupuk
memadukan pendekatan dalam menjalankan strategi persaingan. Jenis atau bentuk
persaingan pengrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang kabupaten
Indramayu terangkum dalam Tabel 15 di bawah ini

Tabel 15. Bentuk Persaingan Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan


Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat

Bentuk Persaingan
Produksi Kerupuk

Kualitas
Kualitas dan harga
Kualitas, kuantitas, harga
Kualitas, jenis kerupuk
Kualitas, jenis, harga
Kualitas dan professional
Kualitas, kuantitas
Jumlah

Pengrajin Kerupuk Pengrajin Kerupuk


Skala Sedang
Skala Kecil
Jumlah
Jumlah
%
%
2
25.00%
7
46.67%
1
12.50%
6
40.00%
1
12.50%
0
0.00%
1
12.50%
0
0.00%
1
12.50%
0
0.00%
1
12.50%
0
0.00%
1
12.50%
2
13.33%
8
100.00%
15
100.00%

5.1.10. Diversifikasi dan Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk


Kerupuk yang diproduksi di desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten

Indramayu

beranekaragam,

biasanya

berdasarkan

permintaan

konsumen atau pasar yang ada. Hal ini karena peralatan yang dibutuhkan untuk
membuat kerupuk jenis apapun relatif sama. Ide Diversifikasi produk kerupuk
yang beranekaragam sesuai dengan permintaan pasar/konsumen akan berimplikasi
pada kuantitas produksi kerupuk meningkat, karena pada dasarnya bahan-bahan
yang dibutuhkan relatif sama untuk membuat jenis kerupuk yang berbeda-beda,

yaitu tepung tapioka, telur, dan cita rasa sesuai dengan yang diinginkan. Untuk
kerupuk tertentu biasanya berdasarkan permintaan dari konsumen sehingga
produksinya pun terbatas.
Pengrajin kerupuk dalam skala sedang seluruhnya menyatakan bahwa
pengembangan produk itu ada dan keharusan untuk bisa eksis dan meningkatkan
omset penjualan kerupuk mereka, begitupun dengan pengrajin kerupuk dalam
skala kecil mayoritas menyatakan bahwa pengembangkan produk kerupuk itu
dibutuhkan untuk menjaga produktivitas usaha mereka yaitu sebanyak 11 orang
atau sebesar 73,33 persen, sedangkan sebagian kecil menyatakan sudah cukup
dengan jenis kerupuk yang diproduksi sekarang yaitu sebesar 26,67 persen atau
empat orang dari 15 orang pengrajin kerupuk dalam skala kecil. Data tersebut
dapat dilihat pada Tabel 16 di bawah ini

Tabel 16. Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu - Jawa Barat

Diversifikasi Produk

Ada Diversifikasi
Tidak Ada Diversifikasi
Jumlah

Pengrajin
Kerupuk
Skala sedang
Jumlah
%
8
100.00%
0
0.00%
8
100.00%

Pengrajin
Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah
%
11
73.33%
4
26.67%
15 100.00%

Ide diversifikasi produk kerupuk pada pengrajin kerupuk di desa Kenanga


kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu didapat dari konsumen yang memesan
langsung ke pengrajin, dari daerah lain yang memproduksi kerupuk seperti
Sidoarjo karena dari Sidoarjo sering memesan kerupuk tertentu dari desa Kenanga
juga dari pasar yang ada sebagai referensi jenis kerupuk yang diminati pasar.

Pengrajin kerupuk dalam skala sedang sebagian besar sumber ide


diversifikasi dari konsumen yaitu sebesar 50,00 persen atau empat dari delapan
pengrajin kerupuk, selebihnya bersal dari Sidoarjo dan sumber-sumber lain (buku,
majalah, koran dan media lain), yaitu masing-masing sebesar 25,00 persen.
Pengrajin kerupuk dalam skala kecil mayoritas sumber ide diversifikasi produk
kerupuk berasal dari konsumen yaitu sebesar 91,67 persen atau 11 pengrajin dari
12 pengrajin kerupuk yang menyatakan ada pengembangan selebihnya dari
Sidaorjo yaitu sebesar 8,33 persen. Data mengenai sumber ide diversifikasi
produk kerupuk dapat dilihat pada Tabel 17 di bawah ini

Tabel 17. Sumber Ide Diversifikasi Produk Kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat

Sumber Ide Diversifikasi

Konsumen
Sidoarjo
Sumber lain
Jumlah

Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah
%
4
50.00%
2
25.00%
2
25.00%
8
100.00%

Pengrajin Kerupuk
skala Kecil
Jumlah
%
11
91.67%
1
8.33%
0
0.00%
12
100.00%

Berdasarkan data Tabel 17 di atas, pengrajin kerupuk skala sedang dan


skala kecil sumber ide diversifikasi bersumber dari konsumen hal ini berarti
produk kerupuk yang diproduksi merupakan produk kerupuk yang berdasarkan
referensi konsumen.

5.2. Faktor-Faktor Produksi Kerupuk Ikan


5.2.1. Modal
Pada perusahaan pembuatan kerupuk modal yang dikeluarkan bisa
dibedakan menjadi dua, yaitu modal/biaya tetap dan biaya tidak tetap, biaya tetap
berkaitan dengan peralatan dan fasilitas produksi/investasi sedangkan biaya tidak
tetap, yaitu biaya

berkaitan dengan kapasitas produksi dan biaya operasional

produksi.
Biaya tetap yang dikeluarkan untuk produksi kerupuk yaitu meliputi
fasilitas bangunan, tempat penjemuran, mesin dan alat-alat yang digunakan untuk
proses produksi kerupuk, dalam analisis faktor produksi biaya tetap yang dihitung
adalah nilai depresiasi dari fasilitas produksi, mesin, dan alat-alat produksi lainnya
yang bersifat tetap. Daftar fasilitas dan mesin, alat-alat sebagai biaya tetap yang
digunakan dalam produksi kerupuk dapat dilihat pada Tabel 18 di bawah ini :
Tabel 18. Daftar Fasilitas, Mesin dan Alat-Alat sebagai Biaya Tetap yang
Digunakan dalam Produksi Kerupuk Ikan
No.
1.
2.
3.
4.

5.

Nama Peralatan/Fasilitas
Bangunan/Tempat Produksi
Lahan/tempat penjemuran
Gudang penyimpanan
Peralatan Kantor
Lemari

Kegunaan
Tempat proses produksi
Untuk menjemur kerupuk
Untuk menyimpan kerupuk yang sudah dikemas
Tempat berkas-berkas jual beli dan lain sebagainya

Kalkulator
Meja Kursi

Untuk kalkulasi
Tempat administrasi

Peralatan Kerja
- Mesin aduk/molen
- Boiler/ketel uap
- Oven
- Mesin potong
- Mesin giling ikan
- Alat cetak adonan

Mengaduk, mencampur adonan kerupuk


Mengukus adonan yang sudah jadi
Mengeringkan kerupuk yang sudah dipotong
Untuk membuat kepingan-kepingan kerupuk
Untuk menghancurkan ikan
Mencetak adonan dalam bentuk bongko, mall

Membuat pecah-pecahan es untuk mendinginkan


ikan
Alat pengukus adonan yang sudah berbentuk
- Rak Stainless
bongko
Alat untuk mentiriskan/pengeringan adonan
- Rak bambu
setelah dikukus
- Timbangan kecil
Untuk menimbang kerupuk dalam kemasan
- Timbangan besar
Untuk menimbang bahan-bahan untuk komposisi
- Timbangan gantung
Untuk menimbang bahan-bahan untuk komposisi
Alat untuk mentiriskan/pengeringan adonan
- Gebreg
setelah dikukus
Untuk penjemura keping-keping kerupuk yang
- Tempayan/tampah
sudah dipotong
- Bak/paso plastik
Tempat adonan
- Boks Ikan/Fiber
Untuk penyimanan ikan
- Cetakan
Untuk membentuk mall/bongko agar seragam
Untuk
- Gayung
Pemotongan
- Pisau
Biaya Peralatan Pasca Produksi
- Plastik Sealer
Untuk pembungkusan kemasan
- Rak
Untuk tempat kerupak yang sudah dikemas
-

6.

Pemecah es

Sedangkan untuk Biaya tidak tetap yaitu berupa biaya operasional, biaya
yang dikeluarkan untuk bahan baku dan bahan pembantu pembuatan kerupuk,
meliputi tepung tapioka, ikan, Gula, telor, MSG, dan air; dan bahan pelengkap
seperti batu es, kayu bakar, plastik untuk pengemasan, dus, karung. Daftar item
biaya yang dikeluarkan tidak tetap/operasional dapat dilihat pada Tabel 19 di
bawah ini

Tabel 19. Daftar item-item yang masuk dalam biaya Tidak Tetap/Operasional
Pembuatan Kerupuk

No.
1.

2.

3.

4.
5.
6.
7.
8.

Uraian
Bahan Baku
- Tepung Tapioka
- Udang/Ikan/Bawang/Jengkol,
dll
Bahan Pembantu
- Gula
- Garam
- Telur
- MSG
- Air
Bahan Pembantu proses
- Es pendingin ikan
- Kayu bakar
- Plastik kemasan
- Karung
- Dus karton
Gaji/Upah
Biaya Listrik dan Air
Biaya Telepon
Biaya Perawatan Mesin
Biaya lain-lain

Modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk di Desa Kenanga


Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopemeber
2008 bervariatif, hal ini dikarenakan keputusan pengrajin kerupuk dalam jumlah
kapasitas produksi yang diinginkan pada bulan Nopember tersebut. Baik karena
stok kerupuk digudang yang masih ada, maupun faktor lainnya. Data modal yang
dikeluarkan dalam produksi kerupuk di desa Kenanga Kecamatan Sindang
kabupaten Indramayu Jawa Barat selama bulan Nopember 2008, baik pengrajin
dalam skala sedang maupun skala kecil terangkum dalam Tabel 20 di bawah ini

Tabel 20. Modal yang Dikeluarkan oleh Pengrajin Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Selama Bulan
Nopember 2008

Nilai Modal (Rp)

31.000.000 101.832.691
102.832.691 173.665.383
174.665.383 245.498.074
246.498.074 317.330.766
318.330.766 389.163.457
390.163.457 460.996.149
461.996.149 532.828.840
533.828.840 604.661.532
605.661.532 676.494.223
677.494.223 748.326.915
Jumlah

Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah
%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
2
1
3
1
1
8

25.00%
12.50%
37.50%
12.50%
12.50%
100.00%

Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah
%
5
33.33%
5
33.33%
1
6.67%
2
13.33%
1
6.67%
1
6.67%
0
0%
0
0%
0
0%
0
0%
15
100,00%

Data Tabel 20 di atas, modal yang dikeluarkan oleh pengrajin skala sedang
mayoritas sebanyak Rp 533.828.840,00 Rp 604.661.532,00, yaitu sebesar 37,50
persen atau tiga

orang dari delapan pengrajin kerupuk; kemudian Rp

390.163.457,00 Rp 460.996.149,00 sebesar 25,00 persen atau dua dari delapan


orang. Sedangkan modal yang dikeluarkan oleh pengrajin kerupuk dalam skala
kecil

selama bulan Nopember 2008 berdasarkan responden yang dipilih yaitu

sebagian besar modal yang dikeluarkan adalah antara Rp 31.000.000,00 Rp


101.832.691,00 dan Rp 102.832691 Rp 173.665.383,00 masing-masing sebesar
33,33 persen atau sepuluh orang dari 15 pengrajin kerupuk.
Berdasarkan data tersebut di atas jumlah modal pengrajin kerupuk skala
sedang relatif lebih besar dibandingkan pengrajin skala kecil hal ini disebabkan
oleh jumlah kapasitas produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala sedang

lebih banyak jika dibandingkan pengrajin skala kecil, selain itu fasilitas dan
peralatan yang digunakan dalam proses produksi pada pengrajin kerupuk skala
sedang relatif lebih lengkap dan berjumlah lebih banyak daripada pengrajin skala
kecil

5.2.2. Tenaga Kerja


Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam produksi kerupuk meliputi tenaga
kerja untuk pembuatan adonan, pemotongan, penjemuran dan pengemasan.
Biasanya sistem pembayaran/upah tenaga kerja dalam proses produksi kerupuk
ada yang borongan, ada juga yang harian. Sistem borongan biasanya untuk
pembuatan adonan kerupuk, perhitungannya ditentukan banyaknya bak paso
adonan, yang berisi 40 kg per bak/pasonya. Semakin banyak bak/paso adonan
yang dibuat semakin besar bayaran yang akan diterima tenaga kerja. Tenaga kerja
untuk pembuatan adonan ini berkisar 4 10 orang. Tergantung banyaknya adonan
yang akan dibuat.
Tenaga kerja pemotongan sistem pembayarannya dengan sistem borongan
per bongko yang akan diiris, biasanya ada yang bagian memotong dan ada yang
bagian penyusun kepingan pada tampah/tempayan untuk kemudian dijemur,
sedangkan untuk penjemuran dan pengemasan sistem pembayarannya dihitung
(dibayar) harian, yaitu 8 jam per hari. Data jumlah tenaga kerja dalam proses
produksi dapat dilihat pada Tabel 21 di bawah ini :

Tabel 21. Jumlah Tenaga Kerja dalam Proses Produksi Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Pada Bulan Nopember 2008
Jumlah
Tenaga Kerja (Orang)

11 15
16 20
21 25
26 30
31 35
36 40
41 45
46 50
> 50
Jumlah

Pengrajin Kerupuk
Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Skala Kecil
Jumlah
%
Jumlah
%
0
0%
3
20.00%
0
0%
8
53.33%
0
0%
2
13.33%
0
0%
2
13.33%
0
0%
0
0%
2
25.00%
0
0%
2
25.00%
0
0%
3
37.50%
0
0%
1
12.50%
0
0%
8
100.00%
15
100.00%

Data Tabel 21 di atas menunjukkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan


selama proses produksi kerupuk bagi pengrajin dalam skala sedang sebagian besar
tenaga kerja yang digunakan sebanyak 51 60 orang, yaitu sebesar 37,00 persen,
berjumlah 26 35 orang dan 36 40 orang masing-masing sebesar 25,00 persen,
kemudian tenaga kerja berjumlah 61 70 orang sebesar 12,50 persen. Sedangkan
pengrajin kerupuk skala kecil mayoritas tenaga kerja yang digunakan berjumlah
16 20 orang yaitu sebesar 53,00 persen, diikuti oleh tenaga kerja berjumlah 11
15 orang tenaga kerja sebesar 20,00 persen, selebihnya 21 25 tenaga kerja dan
26 30 tenaga kerja masing-masing sebesar 13,33 persen.

5.2.3. Permintaan Kerupuk


Permintaan kerupuk pada perngrajin kerupuk di desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat pada umumnya merupakan pesanan
dan pembelian langsung konsumen di tempat produksi. Permintaan kerupuk
dibedakan mejadi dua yaitu permintaan tetap dan permintaan tidak tetap.
Permintaan tetap biasanya permintaan dari rekanan atau pelanggan yang
pengirimannya secara berkala dan kontinyu yaitu bulanan atau dua bulan sekali
atau pun berdasarkan stok yang tersedia.
Besarnya permintaan kerupuk pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang
dan kecil di Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat
bulan Nopember 2008 dapat dilihat pada Tabel 22 berikut :

Tabel 22. Data Permintaan Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Di Desa


Kenanga Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Bulan Nopember
2008
Jumlah Permintaan
(Kg)

3000 10000
11000 - 18000
19000 - 26000
27000 - 34000
35000 - 42000
43000 - 50000
51000 - 58000
> 58000
Jumlah

Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah
%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
1
12.50%
6
75.00%
1
12.50%
8
100.00%

Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah
%
6
40.00%
3
20.00%
4
26.67%
1
6.67%
1
6.67%
0
0.00%
0
0.00%
0
0.00%
15
100.00%

Berdasarkan data di atas, pengrajin kerupuk dalam skala kecil jumlah


permintaannya sebanyak 3.000 hingga 10.000 kilogram menempati urutan
pertama yaitu sebesar 40,00 persen, diikuti permintaan sebanyak 19.000 hingga
26.000 kilogram sebesar 26,67 persen dan 11.000 hingga 18.000 kilogram sebesar
20 persen, sedangkan permintaan pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang
rata-rata jumlah permintaannya sebanyak 52.200 hingga 59.400

kilogeam

persentasenya sebesar 75,00 persen


Permintaan keruuk di sentra produksi kerupuk di Desa Kenanga Kecamtan
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dibedakan dalam empat permintaan
yaitu permintaan yang datangnya dari daerah/kota dalam kabupaten, permintaan
dari daerah/kota yang masih dalam satu propinsi, permintaan dari daerah/kota
yang lain propinsi dan yang terakhir permintaan dari konsumen yang datang
langsung ke tempat produksi yaitu yang masuk dalam keompok lain-lain. Data
permintaan kerupak pada pengrajin kerupuk dalam skala sedang dan kecil di Desa
Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat berdasarkaan
kota tujuan dapat dilihat pada Lampiran 6.
5.2.4. Harga Kerupuk
Harga kerupuk pada pengrajin kerupuk di Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat dimulai dengan harga Rp 14.000,00
hingga Rp 20.000,00 per kilogram. Beragamnya harga kerupuk dikarenakan
kualitas kerupuk dan strategi perusahaan dalam memasarkan produk. Berikut ini
Tabel 23 merupakan rangkuman sebaran harga pada responden.

Tabel 23. Daftar Harga Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk di Desa Kenanga
Kecamtan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat Bulan Nopember
2008

Harga
14.000 15.000
15.500 16.500
17.000 18.000
18.500 19.500
20.000 -21.000
Jumlah

Pengrajin Kerupuk
Skala Sedang
Jumlah
%
1
12.50%
1
12.50%
0
0.00%
3
37.50%
3
37.50%
8
100.00%

Berdasarkan Tabel 23 di atas,

Pengrajin Kerupuk
Skala Kecil
Jumlah
%
4
26.67%
4
26.67%
1
6.67%
5
33.33%
1
6.67%
15
100.00%

harga kerupuk untuk perusahaan dalam

skala kecil mayoritas berkisar Rp 14.000,00 hingga Rp 16.500,00 yaitu sebesar


53,34 persen, diikuti harga kerupuk berkisar 18.500,00 hingga 19.500,00 dan
17.000,00 hingga 18.000,00 dan 20.000,00 21.000,00 yaitu masing-masing
sebesar 6,67 persen. Sedangkan perusahaan dalam skala sedang harga kerupuk
rata-rata berkisar Rp 18.500,00 hingga Rp 21.000,00 yaitu sebesar 75.00 persen
selebihnya yaitu 25 persen harga kerupuk berkisar Rp 14.000,00 hingga
16.500,00. Hal ini berarti pengrajin dalam skala sedang menetapkan harga relatif
lebih tinggi dibandingkan harga yang ditetapkan pengrajin dalam skala kecil.

5.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra


Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat

Produksi kerupuk yang ada di desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu Jawa Barat dipengaruhi beberapa faktor yaitu Modal,
Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga. Faktor-faktor tersebut merupakan variabel
yang mempengaruhi tingkat produksi

yang

berubah-ubah sesuai dengan

kebutuhan yang diinginkan. Sedangkan jumlah kerupuk yang dihasilkan


merupakan variabel output yang besaran jumlahnya dipengaruhi faktor-faktor
produksi tersebut.
Fungsi produksi yang terdiri dari variabel yang menjelaskan (X) dan
variabel yang dijelaskan (Y) akan diukur dengan menggunakan analisis regresi.
Model analisis regresi yang diperoleh digunakan untuk mengetahui pengaruh atau
kekuatan dari beberapa variabel prediktor terhadap variabel respon. Pengujian
dengan model regresi memberikan nilai pada koefisien determinan, nilai F-hitung,
nilai t-hitung dan mendeteksi adanya multikolinieritas antar variabel prediktor dan
kaidah asumsi klasik. Daftar faktor-faktor produksi yang dianalisis dengan model
regresi pada usaha kerupuk skala sedang dan skala kecil dapat dilihat pada
Lampiran 11.
5.4.1. Usaha Kerupuk Skala Sedang
Berdasarkan hasil analisis regresi berganda pada faktor-faktor produksi
kerupuk skala sedang mempunyai nilai koefisien dan Varians Inflation Factor
(VIF) yang berbeda-beda. Nilai tolerance dan VIF memberikan identifikasi bahwa
antar variabel bebas (indevenden) yaitu faktor-faktor produksi

mempunyai

multikolinearitas dalam model, yaitu suatu keadaan dimana antar variabel


prediktor terdapat hubungan sangat erat. Apabila nilai tolerance lebih kecil dari
0,1 atau nilai VIF lebih besar dari 10, maka terjadi multikolinearitas. Tabel hasil
uji

multikolinearitas

dapat dilihat pada

Lampiran

11. Nilai

hasil

uji

multikolinearitas diketahui bahwa hasil tolerance pada masing-masing variabel


lebih besar dari 0,1 sedangkan nilai Varians Inflation Factor (VIF) lebih kecil dari
10

sehingga

model

regresi

dalam

penelitian

ini

tidak

ada

masalah

multikolenearitas.
Faktor-faktor produksi kerupuk diduga dengan menggunakan fungsi cobbDouglas yang dimasukkan dalam regresi berganda adalah faktor-faktor yang tidak
mempunyai nilai nol. Faktor produksi yang mempunyai nilai nol tidak dapat
dimasukkan dalam fungsi Cobb-Douglas karena variabel tidak dapat terdefinisi.
Semua faktor produksi kerupuk dalam skala sedang dalam penelitian ini tidak
mempunyai nilai nol, sehingga Modal, Tenaga Kerja, Permintaan dan Harga dapat
mempengaruhi output kerupuk. Hasil regresi berganda ada fakto-faktor roduksi
kerupuk skala sedang dapat dilihat pada Lampiran 11.
Hasil pendugaan regresi berganda faktor-faktoryang mempengaruhi
produksi kerupuk skala sedang terangkum pada tabel 24 di bawah ini

Tabel 24. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk


Skala Sedang
Variabel

Konstan

-1263.38311

t-hitung

Sig

Kesimpulan

X1

0.00005

7.431

0.005

Signifikan

X2

452.14712

4.973

0.016

Signifikan

X3

0.24573

2.788

0.069

Signifikan

X4

-0.62715

-1.647

0.198

Tidak Signifikan

R2

0.996

Signifikan

Hasil dugaan model linear berganda diperoleh koefisoen determinan (R2)


sebesar 99,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa 99,6 persen produksi kerupuk di
sentra produksi

kerupuk Desa Kenanga

Kecamatan

Sindang

Kabupaten

Indramayu Jawa Barat dipengaruhi oleh variabel-variabel penjelas yaitu modal


(X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4), sedangkan sisanya 0,04
persen ditentukan oleh variabel lainnya.
Berdasarkan Tabel 24 di atas dugaan model fungsi produksi kerupuk skala
sedang secara matematis dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai berikut :
Y = - 1263.38311 + 0.00005 X1 + 452.14712 X2 + 0.24573 X3 - 0.62715 X4
Dari hasil dugaan persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa variabel X 1
(Modal) mempunyai hubungan positif terhadap produksi kerupuk. Nilai dugaan
modal adalah 0,00005 yang berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar
10.000,00 maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X 2 (Tenaga
Kerja) mempunyai hubungan positif sebesar 452,147 hal ini menunjukkan bahwa

setiap penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak
452,147 kg, demikian pula dengan nilai dugaan X 3 (permintaan) mempunyai
hubungan positif sebesar 0,2457 yang berarti bahwa setiap penambahan
permintaan sebesar 10 kg akan menyebabkan naiknya produksi sebesar 2,457 kg.
Sedangkan dugaan persamaan untuk variabel X 4 (harga) mempunyai
hubungan negatif yaitu sebesar -0,62715 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan
harga kerupuk sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun
sebesar 62,715 kg. Berdasarkan pengamatan dan observasi di lapangan fenomena
tersebut berkaitan erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu
ikan dan udang, bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan
pasokan yang akan menyebabkan tingkat produksi kerupuk menurun, yang
berimplikasi pada naiknya harga kerupuk.
Untuk pengujian tingkat signifikansi faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kerupuk skala sedang di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten
Indramayu Jawa Barat secara bersama-sama dengan uji F, uji F-hitung diperoleh
sebesar 186,75 sedangkan nilai F-tabel sebesar 28,71, berarti tolak H0 (signifikan),
yaitu faktor-faktor produksi kerupuk meliputi modal (X 1), tenaga kerja (X 2),
permintaan (X 3) dan harga (X 4) mempunyai pengaruh nyata terhadap produksi
kerupuk skala sedang.
Sedangkan untuk menguji kebermaknaan masing-masing variabel bebas
(X 1, X2, X 3, X 4) terhadap produksi kerupuk melalui uji-t. Dimana jika t-hitung
lebih besar dari t-tabel maka parameter/variabel (Xi) yang diuji berpengaruh nyata
terhadap produksi, sebaliknya jika t-hitung lebih kecil dari t-tabel maka variabel

tersebut tidak berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk skala sedang.


Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor yang berpegaruh signifikan
terhadap produksi kerupuk. Untuk menjelaskan daerah penolakan dan penerimaan
hipotesis dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini :

H0 ditolak

H0 diterima

H0 ditolak
= 0,05

= 0,05
- 2,306

+ 2,306

Gambar 6. Daerah Penolakan dan Penerimaan H0 untuk


Pengrajin Kerupuk Ikan Skala Sedang

Uji t-hitung

Nilai t-hitung untuk variabel X1 (modal) adalah 7,431, sedangkan nilai ttabelnya adalah 2,306 hal ini berarti variabel Modal (X 1) berpengaruh sangat
nyata (0,005) terhadap produksi kerupuk. Nilai t-hitung variabel tenaga kerja (X 2)
adalah 4,973 lebih besar dari t-tabel = 2,306 yang berarti variabel X2 berpengaruh
nyata terhadapa variabel Y (produksi kerupuk) dengan tingkat signifikansi 0,016.
Nilai t-hitung X 3 (permintaan) adalah 2.788 lebih besar dari t-tabel yang berarti
faktor permintaan (X3) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (Y) dengan
taraf signifikansinya 0,069. Sedangkan nilai t hitung variabel X 4 adalah 0,627
yaitu lebih kecil dari t-tabel yang berarti faktor harga tidak berpengaruh nyata
terhadap produksi kerupuk skala sedang di sentra produksi kerupuk desa Kenanga
kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat.

5.4.2. Usaha Kerupuk Skala Kecil


Analisis regresi liniear berganda faktor-faktor yang mempenagruhi
produksi kerupuk pada pengrajin kerupuk skala kecil di sentra produksi kerupuk
Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten Indramayu Jawa Barat meliputi
modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X 4). Berdasarkan hasil
analisis pengolahan data dengan program SPSS for Windows 12 diperoleh model
regresi produksi kerupuk usaha kecil dapat dilihat pada Lampiran 11.
Berdasarkan hasil pengolahan data, maka diketahui nilai tolerance maupun
nilai VIF menunjukkan tidak ada masalah multikolinearitas pada model regresi
produksi kerupuk usaha kecil yaitu niali tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai
VIF lebih kecil dari 10, dapat dilihat padal Lampiran 11.
Hasil dugaan

model

regresi

linear

berganda

faktor-faktor

yang

mempengaruhi produksi kerupuk dalam skala kecil dapat dilihat pada Tabel 25 di
bawah ini.

Tabel 25. Hasil Pendugaan Regresi Berganda Faktor-Faktor Produksi Kerupuk


Skala Kecil
Variabel

Konstans

-1219.180

t-hitung

Sig

Kesimpulan

X1

.00005

9.840

.000

Signifikan

X2

337.632

3.276

.008

Signifikan

X3

.255

5.647

.000

Signifikan

X4

-.229

-1.133

.284

Tidak Signifikan

0.997

Signifikan

Pada Tabel 25 di atas, diketahui bahwa nilai koefesien determinan (R2)


sebesar 0,997 persen, yang berarti bahwa produksi kerupuk skala kecil di desa
Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat dipengaruhi oleh
modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga (X4) yaitu sebesar 99,7
persen, sedangkan sisanya ditentukan oleh variabel-variabel lain yaitu sebesar
0,03 persen.
Secara matematis hasil dugaan model fungsi produksi kerupuk dalam
skala kecil

berdasarkan Tabel 25 dapat dirumuskan dalam persamaan sebagai

berikut :

Y = -1219.180 + 0.00005 X1 + 337.632 X2 + 0.255 X3 - 0.229 X4


Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa dugaan model
fungsi persamaan produksi mempunyai nilai intercept negatif yang berarti
pengrajin kerupuk ketika memulai usaha dalam keadaan minus atau dalam
keadaan merugi/kerugiaan (cateris paribus), hal ini karena pengrajin kerupuk
skala kecil sebagian besar faktor produksi yang dipakai didapat dari pinjaman.
Sedangkan untuk variable modal (X 1) mempunyai hubugan nilai positif
yaitu 0,00005 hal ini berarti bahwa apabila penambahan modal sebesar 10.000,00
maka produksi akan meningkat sebesar 0,5 kg. Variabel X2 (Tenaga Kerja)
mempunyai hubungan positif sebesar 337,632 hal ini menunjukkan bahwa setiap
penambahan tenaga kerja satu orang akan meningkatkan produksi sebanyak
337,632 kg, demikian pula dengan nilai dugaan X 3 (permintaan) mempunyai
hubungan positif sebesar 0.255 yang berarti bahwa setiap penambahan permintaan
sebesar 10 kg akan menyebabkan naiknya produksi sebesar 2,55 kg.

Dugaan persamaan untuk variabel X 4 (harga) mempunyai hubungan


negatif yaitu sebesar -0.229 hal ini berarti bahwa setiap kenaikkan harga kerupuk
sebesar 100 rupiah akan menyebabkan produksi kerupuk turun sebesar 22,9 kg kg.
Fenomena tersebut serupa dengan pengrajin kerupuk skala sedang yaitu berkaitan
erat dengan salah satu bahan baku pembuatan kerupuk yaitu ikan dan udang,
bahan baku ikan dan udang sering mengalami kelangkaan pasokan yang akan
menyebabkan tingkat produksi kerupuk menurun, yang berimplikasi pada naiknya
harga kerupuk.
Selanjutnya

untuk

mengetahui signifikansi

pengaruh

faktor-faktor

produksi terhadap produksi kerupuk pengrajin kerupuk skala kecil diperlukan uji
F, dengan hipotesa faktor-faktor produksi (modal, tenaga kerja, permintaan dan
harga) berpengaruh terhadap produksi kerupuk. Hasil perhitungan F-hitung
diperoleh nilai sebesar 622,5 sedang F-tabel sebesar 5,99. hal ini berarti faktorfaktor produksi yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3) dan harga
(X 4) berpengaruh nyata terhadap produksi kerupuk (terima H1). Sedangkan untuk
mengetahui pengaruh faktor-faktor produksi

secara parsial yaitu dengan uji-t.

Apabila nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel maka faktor-faktor produksi (X 1, X 2,
X 3 dan X4) berpengaruh nyata terhadap peubah tidak bebas atau output (Y) dalam
hal ini produksi kerupuk. Sebaliknya, jika t-tabel lebih besar dari t-hitung berarti
faktor-faktor produksi tersebut tidak berpengaruh terhadap produksi kerupuk pada
pengrajin kerupuk skala kecil di desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten
Indramayu Jawa Barat.
Hipotesa yang diuji yaitu minimal ada satu faktor produksi kerupuk yang
mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi kerupuk. Data pada Tabel 25
menunjukkan bahwa Nilai t-hitung untuk variabel produksi modal (X 1) sebesar

9,840, sedangkan nilai t-tabel sebesar 2,132 hal ini berarti bahwa modal (X 1)
mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil (Y)
dengan taraf signifikansinya 0,000 (sangat signifikan). Nilai t-hitung untuk
variabel tenaga kerja (X 2) sebesar 3,276 berarti lebih besar dari t-tabel dengan
demikian variabel tenaga kerja (X 2)

mempunyai pengaruh signifikan terhadap

produksi kerupuk skala kecil (Y) dengan tingkat signifikansinya 0,008. Variabel
permintaan (X 3) mempunyai nilai t-hitung sebesar 5,647 yang berarti lebih besar
dari t-tabel = 2,132 sehingga variabel permintaan (X 3) mempunyai pengaruh
sangat signifikan terhadap produksi skala kecil dengan tingkat signfikansinya
0,000 (sangat signifikan).
Berbeda dengan variable harga (X 4) mempunyai nilai t-hitung sebesar 1,133 lebih kecil dari t-tabel =2,132 yang berarti variable harga tidak berpengaruh
secara signifikan terhadap produksi kerupuk skala kecil di desa Kenanga
kecamatan Sindang kabupaten Indramayu Jawa Barat dengan tingkat signifikansi
sebesar 0, 284 (tidak signifikan). Grafik untuk uji hipotesis t-hitung dapat dilihat
pada Gambar 6 di bawah ini.

H0 ditolak
= 0,05

H0 diterima

H0 ditolak
= 0,05

- 2,306

+ 2,306

Gambar 7. Daerah Penerimaan dan Penolakan uji t-hitung pada Industri


Skala Kecil

5.4. Fator-Faktor yang Paling Berpengaruh Pada Produksi Kerupuk di


Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamtan Sindang
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat

Faktor-faktor yang diteliti dalam proses produksi kerupuk di Sentra


Produksi Kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu
propinsi Jawa Barat mengambil empat faktor (variable) penelitian yaitu modal
(X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X3) dan harga (X4). Berdasarkan hasil
analisis baik melalui analisis deskriptif maupun melalui analisis regresi didapat
faktor-faktor yang paling berpengaruh pada pengrajin kerupuk skala sedang dan
pengrajin kerupuk skala kecil sebagai berikut :
5.5.1. Pengrajin Kerupuk Skala Sedang
Berdasarkan analisis deskriptif pengrajin kerupuk di sentra produksi
kerupuk desa Kenanga kecamatan Sindang kabupaten Indramayu propinsi Jawa
Barat diperoleh rata-rata kerupuk yang dihasilkan selama bulan Nopember 2008
sebanayk 50.625 kg, rata-rata modal yang dikeluarkan selama bulan Nopember
2008 sebesar Rp 543.739.309, rata-rata tenaga kerja yang digunakan selama bulan
Nopember 2008 yaitu sebanyak 51 orang, rata-rata permintaan selama bulan
Nopember 2008 sebanyak 52.775 kg sedangkan rata-rata harga kerupuk per kg
yaitu sebesar 18.625,00.
Data-data analisis regresi yang telah diulas di atas menunjukkan bahwa
faktor produksi yang paling berpengaruh nyata pada pengrajin kerupuk skala
sedang yaitu modal (X1) yang mempunyai nilai t-hitung sebesar 7,431
dibandingkan dengan t-tabel = 2,776 maka t-hitung lebih besar dari t-tabel, dilihat
dari nilai koefisien regresi faktor modal yaitu 0.00005, artinya bahwa setiap

penambahan modal sebesar satu persen akan meningkatkan produksi sebesar


0.00005 kg kerupuk atau jika penambahan modal sebesar 10.000,00 akan
menaikkan produksi sebanyak 0,5 kg kerupuk, cateris paribus.
Faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan terhadap
produksi kerupuk yang ditunjukkan dengan nilai t-hitung lebih besar dari t-tabel
yaitu 4,973 > 2,773, ditinjau dari nilai koefisien regresi faktor tenaga kerja maka
tenaga kerja mempunyai pengaruh yang positif atau searah dengan tingkat
produksi kerupuk dengan nilai 452.147, artinya bahwa setiap penambahan tenaga
kerja satu persen akan meningkatkan produksi kerupuk sebesar 452,147 kg
kerupuk.
Faktor lainnya yang berpengaruh terhadap produksi kerupuk adalah
permintaan. Faktor permintaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap produksi
kerupuk ditinjau dari uji t-hitung yang lebih besar dari t-tabel (2,788 > 2,773).
Sedangkan ditinjau dari nilai koefesin regresi faktor permintaan mempunyai nilai
sebesar 0.24573, artinya bahwa setiap penambahan permintaan sebanyak sepuluh
kilogram akan menyebabkan naiknya produksi kerupuk

sebanyak 2,4573

kilogram.
5.5.2. Pengrajin Kerupuk Skala Kecil
Faktor-faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk pada
pengrajin kerupuk skala kecil secara berurutan yaitu modal, permintaan, dan
tenaga kerja sedangkan harga kerupuk tidak mempunyai pengaruh signifikan.
Berdasarkan analisis deskriptif, rata-rata penggunaan modal unuk produksi
kerupuk pada skala kecil yaitu sebesar 165.032.912,00, rata-rata tenaga kerja

sebanayak 19 orang, rata-rata permintaan sebanyak 17600 kg dan rata-rata harga


kerupuk pada pengrajin skala kecil sebesar 15.700,00 per kilogram.
Penggunaan faktor produksi modal mempunyai pengaruh sangat signifikan
terhadap produksi kerupuk, hal ini dapat dilihat dari nilai t-hitung yang lebih besar
dari t-tabel (9.840> 2,201), sedangkan dilihat dari nilai koefisien regresinya faktor
produksi modal mempunyai nilai sebesar 0,00005 yang berarti bahwa setiap
penambahan modal sebesar

10.000,00 akan meningkatkan produksi kerupuk

sebanyak 0,5 kilogram.


Faktor permintaan mempunyai pengaruh sangat signifikan terhadap
produksi kerupuk yaitu berdasarkan nilai t-hitung permintaan sebesar 5,647 lebih
besar dari t-tabel = 2,201. sedangkan berdasarkan nilai koefisien regresi faktor
permintaan mempunyai nilai sebesar 0,255, yang berarti bahwa setiap kenaikan
permintaan sebanyak 10 kilogram akan meningkatkan produksi sebanyak 2,55
kilogram kerupuk.
Penggunaan faktor produksi tenaga kerja mempunyai pengaruh signifikan
terhadap produksi kerupuk, berdasarkan nila t-hitung yang lebih besar dari t-tabel
(3.276>2,201). Sedangkan berdasarkan nilai koefesien regresi faktor penggunaan
tenaga kerja mempunyai pengaruh sebesar 337,632. hal ini berarti bahwa setiap
penambahan tenaga kerja sebanyak satu orang akan menyebabkan naiknya
produksi kerupuk sebanyak 337,632 kilogram.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan di atas,


maka pada penelitian ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil analisis regresi menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi
produksi kerupuk ikan yaitu modal (X1), tenaga kerja (X 2), permintaan (X 3)
dan harga (X 4). Keempat faktor produksi (X 1, X 2, X 3, dan X 4) dapat
menjelaskan sebesar 99,6 persen untuk pengrajin skala sedang dan 99,7 persen
untuk pengrajin skala kecil.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan pada pengrajin
kerupuk skala sedang melalui analisis regresi secara bersama-sama
mempunyai pengaruh

signifikan

terhadap

produksi

kerupuk

ikan

ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F-tabel (186,75>28,7),


analisa secara parsial faktor tersebut menunjukkan tingkat signifikansi
ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan
produk (X 3), sedangkan harga (X 4) tidak berpengaruh (t-hitung < t-tabel)
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi kerupuk ikan pada pengrajin
kerupuk skala kecil berdasarkan hasil analisis regresi secara bersama-sama
mempunyai pengaruh

signifikan

terhadap

produksi

kerupuk

ikan

ditunjukkan dengan nilai F-hitung lebih besar dari F tabel (622,5>5,99),

analisa secara parsial faktor produksi menunjukkan tingkat signifikansi

ditandai t-hitung > t-tabel yaitu modal (X 1), tenaga kerja (X 2), permintaan
produk (X 3), sedangkan harga (X 4) tidak berpengaruh (t-hitung < t-tabel)
2. Faktor yang paling berpengaruh terhadap produksi kerupuk ikan, baik
pada industri skala sedang maupun skala kecil adalah modal.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka saran-saran yang dianjurkan sebagai


berikut :
1. Produksi kerupuk diperlukan kontinuitas pemasok bahan baku, terutama
tepung tapioka, ikan dan udang. Hal ini untuk menjaga kelancaran
produksi kerupuk dan stabilitas harga kerupuk.
2. Perlu adanya diversifikasi produk kerupuk lebih banyak yang sesuai
dengan permintaan pasar untuk meningkatkan kapasitas produksi kerupuk.
Selain itu untuk mengantisipasi kejenuhan pasar terhadap satu produk
kerupuk.
3. Perlu adanya pembinaan dan pendampingan yang berkelanjutan baik dari
segi keterampilan maupun modal oleh instansi yang terkait.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. Statistik Industri Kecil dan Kerajinan Rumah Tangga
Survei Usaha Terintegrasi 2005. (Jakarta, BPS, 2007).
Badan Pusat Statistik. Profile Industri Kecil dan Kerajinan Rumahtangga 2005,
(Jakarta : BPS, 2007)
Badan Pusat Statistik. Jawa Barat dalam Angka 2007.(Jakarta, 2007)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Indramayu. Indramayu dalam Angka 2007,
(Indramayu : BPS Kabupaten Indramayu, 2007)
Bank Indonesia, Sistem Informasi Terpadu Pengembangan Usaha Kecil
(SIPUK), www.bi.go.id/ 18 September 2008 pkl 12.30 WIB
Disperindag Kabupaten Indramayu, Potensi Industri dan Perdagangan Kabupaten
Indramayu. (Indramayu : Disperindag Kabupaten Indramayu, 2006)
Hermawan, Sigit. Akuntansi Perusahaan Manufaktur. Cet. I (Yogyakarta : Graha
Ilmu, 2008)
Jawa Post. Pengesahan Undang-Undang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah
(UMKM) diharapkan mampu menjadi stimulan positif bagi terwujudnya
kebangkitan sektor tersebut . (Jakarta, 14/06/2008)
Theresia, Maria. 2006. (Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Hasil
Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri
Kecil
Rajutan
Binong
Jati)
:
85,
http://digilib.upi.edu/pasca/available/etd-1003106-111601, 20.00 WIB

Rahardja, Pratama dan Manurung, Mandala. Teori Ekonomi Mikro Suatu


Pengantar Edisi Revisi. (Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia, 2002).
Ridwan. Dasar-dasar Statistika. Cet. ke-3. (Bandung : Alfabeta, 2003)
Ritonga, Jhon Tafbu. Mendefinisi ulang UMKM, http://www.waspada.co.id, 06
Oktober 2007 00 : 59 WIB
Desa Kenanga. Monografi Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Jawa Barat Tahun 2008 (Indramayu : Desa Kenanga, 2008)

Soekartawi. Ekonomi Produksi Dengan Pokok Bahasan Analisis Cobb-Douglas


Edisi Revisi Cet. Ke-3 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2003).
Soekartawi. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian Teori Dan Aplikasi. Edisi Revisi
Cet. Ke-4 (Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2002). Sugiyono.
Metode Penelitian Bisnis. (Bandung : Alfa Beta, 2002)
Suprapti, Lies, M. Kerupuk Udang Sidoarjo (Yogyakarta : Kanisius, 2005)
Theresia,

Maria. Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Jumlah Hasil


Produksi Pada Industri Kecil Perajutan (Suatu Kasus Pada Sentra
Industri Kecil Rajutan Binong Jati). [Skripsi]. Bandung: Universitas
Pendidikan Bandung, Fakultas Pendidikan Ekonomi dan Koperasi; 2006

Putong, Iskandar. Economics Pengantar Makro dan Mikro, Edisi Ke-2 (Jakarta : Mutra
Wacana Media, 2008)
Wapedia. 2008. Faktor Produksi, www.wiki-pedia indonesia.com 01 Nopember
2008, Pkl. 12.07

Lampiran 1. Surat Keterangan Penelitian

Yang bertanda tangan dibawah ini Kuwu Desa Kenanga Kecamatan Sindang
Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat menerangkan bahwa :

Nama

: Nurul Mubarok

NIM

: 101092123370

Fakultas

: Sains dan Teknologi

Jurusan

: Sosial Ekonomi Pertanian/Agribisnis

Mahasiswa tersebut telah mengadakan penelitian pada Industri Kerupuk di Desa


kami selama 1 (satu) bulan dari tanggal 2 Nopember s/d 2 Desember 2008. Kami ucapkan
terima kasih atas kerja sama dan perhatiannya pada industri Kerupuk yang ada di Desa
kami

Demikian keterangan

ini kami buat dengan

sebenar-benarnya dan dapat

dipergunakan seperlunya.

77

Lampiran 2. Kuesioner Penelitian


DAFTAR PERTANYAAN/KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PRODUKSI KERUPUK
IKAN DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK DESA KENANGA
KECAMATAN SINDANG KABUPATEN INDRAMAYU JAWA BARAT
OLEH : NURUL MUBAROK
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
A. IDENTITAS RESPONDEN

1.

1.

Nama

2.

Pekerjaan Utama

3.

Pekerjaan Sampingan

4.

Usia

5.

Pendidikan

6.

Jumlah Keluarga

7.

Jumlah anak yang sekolah

8.

Lama menjadi pengrajin kerupuk

9.

Jenis kerupuk yang diproduksi


Kerupuk Udang

:
:
2. Kerupuk Ikan

Kerupuk Bawang
5

Kerupuk Kulit Ikan


6.

78

B. PRODUKSI KERUPUK
1.

Alasan memilih memproduksi kerupuk?

2.

Keahlian membuat kerupuk didapat darimana?

3.

Adakah Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk?

4.

Jika ada, Persaingan usaha diantara pengusaha kerupuk dalam bentuk/jenis


apa?

5.

Adakah pengembangan produk (diversifikasi produk kerupuk)?

6.

Sumber ide pengembangan/diversifikasi produk berasal dari mana?

Proses Produksi Kerupuk


7.

Bahan-bahan Apa saja yang dibutuhkan untuk memproduksi kerupuk


(Lampiran)?

8.

Peralatan atau perlengkapan apa saja yang dibutuhkan (Lampiran)?

9.

Bagaimana proses produksi kerupuk dari awal hingga kerupuk siap


dipasarkan (Lampiran)?

10. Berapa frekuensi produksi kerupuk dalam satu bulan?


11. Berapa kapasitas produksi kerupuk dalam satu kali proses produksi ?
12. Berapa lama waktu yang dibutuhan untuk proses pembuatan kerupuk sejak
penyiapan peralatan, bahan baku hingga pengemasan?

C. MODAL
1. Jenis modal dan penggunaannya ?
a. Modal tetap (Fixed)
b. Modal tidak tetap (variabel)
2. Modal tetap digunakan untuk membeli/membiayai apa saja?
3. Modal tidak tetap digunakan untuk membeli/membiayai apa saja?

79

D. TENAGA KERJA
1. Berapa banyak tenaga kerja yang dibutuhkan?
2. Tenaga kerja untuk apa saja?
Jenis
Pekerjaan

Jenis Kelamin
Laki-laki
Perempuan

Waktu yang
dibutuhkan

Keterangan

3. Berapa jam kerja dalam satu hari?


4. Berapa hari kerja dalam satu minggu?
5. Berapa insentif karyawan dalam satu hari?
E. HARGA KERUPUK
1. Berdasarkan apa saja untuk menetapkan harga kerupuk?
2. Apa jenis kemasan kerupuk?
a.

Plastik

c. Kaleng

Kantong Kertas/Dus

b.

e.

Lainnya ......................

Karung

d.

3. Berapa harga perkemasan sesuai dengan berat bersih dan Bentuk/Jenis


kemasan?
Bentuk/Jenis
Berat Bersih Kemasan
Harga Per Kemasan
Kemasan

4. Pemasaran produk kerupuk kemana saja?


1. Dalam wilayah Kab.
Indramayu

2. Keluar Kab. Indramayu (Propinsi


JABAR)

3. Pemasaran ke Jakarta

4. Wilayah lain ..................................

80

5. Luar Negeri

5. Produk tersebut dipasarkan dimana?


1. Warung Kelontong

2. Pasar

Restoran
3.

Supermarket ..................................
4.

Lain-lain ..
F. PERMINTAAN KERUPUK
1.

Berapa Pengiriman/distribusi kerupuk per bulan?

2.

Berapa banyak (Kg) kerupuk dalam satu kali pengiriman/distribusi?

3.

Pada bulan apa saja permintaan kerupuk meningkat, kenapa?

4.

Apa saja yang menjadi kendala dalam distribusi kerupuk?

81

Lampiran 3. Kapasitas Produksi dan Utilitas Industri Makanan Pada Tahun 2006 Triwulan II Tahun 2008
Jenis Industri/Komoditi
Biskuit
Pengolahan Kakao
Daging Olaha
Desiccated Coconut Ton
Gula Lainnya (Glucose, Fructosa)
Gula Rafinasi
Ikan/Udang Beku
Ikan dan Udang Dalam Kaleng
Kecap dan Saos Lainnya
Kembang Gula
Kerupuk
Margarine
Mete Olahan
Mie Instan
Minyak Goreng Kelapa
Minyak Goreng Lain Dari Nabati
Minyak Goreng Sawit
Monosodium Glutamite (Msg)
Olahan Rumput Laut (Agar-Agar)
Pakan Ternak (Komp+Ransum)
Snack Food (Makanan Ringan
Tepung Ikan
Tepung Tapiok
Tepung Terigu
Total

Sat
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton
Ton

Kapasitas
299,035
353,900
149,447
132,587
1,050,500
2,180,000
1,511,499
410,000
102,492
116,255
17,694
538,278
70,739
1,691,588
1,029,000
1,130,335
15,430,000
203,200
23,127
15,736,324
22,672
174,500
2,473,705
4,728,600
49,575,476

Produksi
225,173
196,200
97,596
57,900
556,765
1,111,228
760,284
215,250
59,625
85,796
9,466
270,216
35,582
1,353,270
498,036
536,909
7,596,786
162,560
14,500
9,940,727
15,938
88,123
1,684,545
3,049,947
28,624,422

Utlts (%)
75.3
56
65.3
43.7
53
51
50.3
52.5
58.2
73.8
53.5
50.2
50.3
80
48.4
47.5
49.2
80
62.7
63.2
70.3
50.5
68.1
64.5
59.1

Kapasitas
302,025
353,900
150,941
133,931
1,050,500
2,180,000
1,541,729
415,000
103,517
118,580
17,871
549,044
71,446
1,691,588
1,039,290
1,141,639
15,430,000
203,200
23,127
15,893,687
22,898
176,245
2,498,442
4,998,600
50,107,200

Produksi
228,029
198,200
98,547
57,983
577,775
1,441,000
792,449
219,950
59,615
88,224
9,740
275,620
36,080
1,429,392
504,056
513,738
7,374,213
172,517
14,516
10,040,135
16,372
89,532
1,374,143
3,329,068
28,940,892

Utlts (%)
76
56
65.3
43.3
55
66.1
51.4
53
57.6
74.4
54.5
50.2
50.5
84.5
48.5
45
47.8
84.9
62.8
63.2
71.5
50.8
55
66.6
59.7

Kapasitas
305,045
353,900
152,450
135,270
1,250,500
2,430,000
1,557,146
419,150
104,552
119,766
18,050
554,534
72,160
1,708,504
1,049,683
1,153,055
15,430,000
205,232
23,358
16,052,624
23,127
178,500
2,523,426
4,998,600
50,818,635

Produksi
137,270
120,000
73,938
52,755
562,725
1,166,400
311,429
122,718
41,821
56,290
6,408
194,087
19,483
820,082
314,905
345,917
6,172,000
150,925
11,446
6,902,628
10,407
46,410
1,200,000
2,142,363
20,982,408

Utlts (%)
45.0
33.9
48.5
39.0
45.0
48.0
20.0
30.0
40.0
47.0
35.5
35.0
27.0
48.0
30.0
30.0
40.0
73.5
49.0
43.0
45.0
25.0
47.6
42.9
40.3

Sumber : BPS 2008

82

82

Lampiran 4. Daftar Pengrajin Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu
Pengrajin Industri Kecil
No.
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.

Nama Merk Kerupuk


Bintang Sembilan
Kereta Kencana
Tresna Jambal
Ikan Koki
Daun
Terang Bulan
Tiga Kunci
Perahu Kencana
Dua Naga
Bunga Manggis
Rajawali
Sri Gunting
Rantai Emas
Kembang Padi
Laba-Laba
Kupu-Kupu
Sari Mawar
Turangga
Kembang Tanjung
Malea
Bunga Sari
Gajah Mada
Kembang Delima
Perahu Kencana
Perahu Layar
Terang Bulan
Tunas Kelapa
Tiga Berlian
Kapal Toko

Pemilik
Bpk. H. Nasihin
Bpk. Darmo
Bpk. Sidiq
Bpk. Tasmad
Bpk. Warsan
Bpk. Wara
Bpk. Kolinih
Ibu Siti
Bpk. Suwarno
Bpk. Ade
Bpk. Yusuf
Bpk. Agus Rukyat
Bpk. Casipan
Bpk. Abdullah
Bpk. Taslim
Bpk. Tarmin
Bpk. Ranto
Bpk. Bpk. Dani
Bpk. H.Tamyid
Bpk. Dedi
Bpk. Dakim
Bpk. H. Wartaman
Bpk. H. Mastar
Bpk. H. Sueb
Bpk. Tarman
Bpk. H. Rasidi
Bpk. Wartim
Bpk. Karim
Bpk. Randi

Pengrajin Industri Sedang


No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Nama Merk
Candramawa
Dua mawar
Sri Tanjung
Kelapa Gading
Dua Gajah
Indrasari
Padi Kapas
Kijang

Pemilik
H. Kasan Basri
H. Carkendi
H. Sunarto
H. Murtasim
H. Saein
H. Wakyan
H. Daspan
H. Achmad

83

Lampiran 5. Tabel Mata Pencaharian dan Pendidikan penduduk Desa


Kenanga Kecamtan Sindang
Kabupaten Indaramayu
Propinsi Jawa Barat

Mata Pencaharaian Penduduk Desa Kenangan Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu Tahun 2008
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6
7.
8.
9.
10.

Jenis Pekerjaan
Pedagang
Buruh Tani
Petani tambak
Petani sawah
Pertukangan
PengrajinKerupuk
PNS
Jasa
ABRI/Polisi
Lain-lain

Jumlah
(orang)
175
143
80
71
62
38
28
17
15
33

Sumber : Data Sekunder (diolah dari data monografi Desa Kenanga)

Pendidikan Penduduk Desa Kenanga Kecamatan Sindang


Kabupaten Indramayu Tahun 2008
No.

Jenis Pendidikan

Pendidikan Umum
1.
SD/MI
2.
SMP/MTs
3.
SMA/MA
4.
Akademi/D1-D3
5.
Sarjana/S1-S3
Pendidikan Khusus
1.
Pondok Pesantren
2.
Madrasah Diniyah

Jumlah
(orang)
630
472
377
20
36
17
85

84

Lampiran 6. Tujuan Pemasaran Kerupuk Ikan pada Bulan Nopember 2008


1. Tujuan Pemasaran Produk Kerupuk Ikan pada Industri Kecil
No. Resp

Permintaan

Kabupaten

TUJUAN PEMASARAN
Propinsi
Luar propinsi

1
20000
6000
4000
2
24000
7200
4800
3
8000
2400
1600
4
3000
900
600
5
29000
8700
5800
6
7000
2100
1400
7
16000
4800
3200
8
10000
3000
2000
9
12000
3600
2400
10
14000
4200
2800
11
9000
2700
1800
12
39000
11700
7800
13
25000
7500
5000
14
24000
7200
4800
15
20000
6000
4000
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)

Lain-lain

Jumlah

8000

2000

20000

9600

2400

24000

3200

800

8000

1200

300

3000

11600

2900

29000

2800

700

7000

6400

1600

16000

4000

1000

10000

4800

1200

12000

5600

1400

14000

3600

900

9000

15600

3900

39000

10000

2500

25000

9600

2400

24000

8000

2000

20000

2. Tujuan Pemasaran Produk Kerupuk Ikan pada Industri sedang


No. Resp

Permintaan

Kabupaten

TUJUAN PEMASARAN
Propinsi Luar propinsi

1
44000
13200
8800
2
66000
19800
13200
3
58000
17400
11600
4
58300
17490
11660
5
56000
16800
11200
6
59200
17760
11840
7
56000
16800
11200
8
57450
17235
11490
Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)

Lain-lain

Jumlah

17600

4400

44000

26400

6600

66000

23200

5800

58000

23320

5830

58300

22400

5600

56000

23680

5920

59200

22400

5600

56000

22980

5745

57450

85

Lampiran 7. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Kecil
1. PERHITUNGAN BIAYA TETAP
No.

Nama Peralatan/Fasilitas

Umur

Juml Satuan

Harga/Satuan

1
1
1

Rp25,000,000
Rp1,500,000
Rp15,000,000

Rp25,000,000
Rp1,500,000
Rp15,000,000

Usia Pembelian

Depresiasi

Rp97,222
Rp125,000

Rp4,500,000

Rp58,333

Rp200,000

Rp50,000
Rp350,000

Rp100,000
Rp350,000

9
9

Rp0
Rp0
Rp0

Rp12,000,000

Rp24,000,000

Rp7,200,000

Rp140,000

20

Rp60,000,000

Rp60,000,000

Rp18,000,000

Rp175,000

Oven
Mesin potong

Rp2,000,000

Rp4,000,000

Rp0
Rp0

Mesin giling ikan

Rp5,000,000

Rp5,000,000

Rp0

Alat cetak adonan (seng)


Pemecah es

3
5

10
1

Rp 25,000
Rp5,000,000

Rp250,000
Rp5,000,000

9
9

Rp0
Rp0

Rak Stainless

10
1

Rp1,000,000

Rp6,000,000

Rp0

Rp500,000

Rp2,000,000

Rp300,000

Rp2,000,000
Rp250,000

9
9

Rp0
Rp0

1
1

Rp1,200,000
Rp2,000,000
Rp250,000

Rp1,500,000

Bangunan/Tempat Produksi
Sewa Lahan/tempat penjemuran

15
12

Gudang penyimpanan

15

Peralatan Kantor
Lemari
Kalkulator
Meja Kursi

5
5
5

Rp200,000

2
1

Peralatan Kerja
Mesin aduk/molen

10

Boiler/ketel uap

86

Sisa
Rp7,500,000

1
2

Nilai Rp

Rak bamboo
Timbangan kecil
Timbangan besar

Timbangan gantung
Gebreg

5
5

Rp4,500,000

1.5

Rp0
Rp0
Rp0

86

Lanjutan Tabel Perhitungan Biaya Tetap


No.

Nama Peralatan/Fasilitas

Tempayan/tampah
Bak/paso plastic

Boks Ikan/Fiber
Gayung
Pisau
Perangkat Penyaringan
Biaya Peralatan Pasca Produksi
Plastik Sealer
Rak
JUMLAH

Umur
0.5

Juml Satuan
3000

Harga/Satuan
Rp5,500

Nilai Rp
Rp16,500,000

30

Rp20,000

Rp600,000

Rp0

5
1
1
1

3
2
3
2

Rp2,000,000
Rp10,000
Rp5,000
Rp100,000

Rp6,000,000
Rp20,000
Rp15,000
Rp100,000

9
3
3
2

Rp0
Rp0
Rp0
Rp0

5
5

4
2

Rp60,000
Rp300,000

Rp240,000
Rp600,000
Rp180,425,000

9
9

Rp0
Rp0
Rp595,556

Sisa

Usia Pembelian
1

Depresiasi
Rp0

Sumber : Diolah dari data Primer (Nopember 2008)

87

87

2. BIAYA TIDAK TETAP


1. Penjumlahan Biaya Bahan Baku, Pendukung dan Biaya Lain-Lain
No.
Resp

Tapioka

Rp

paso

Ikan

Gula

Garam

Telur

MSG

TK

Listrik
dan Air

Telepon

16000

48,000,000

400

66,000,000

19,200,000

1,200,000

350,000

30,000

8,505,000

400,000

100,000

23000

69,000,000

575

94,875,000

27,600,000

1,725,000

503,125

43,125

10,190,000

450,000

7000

21,000,000

175

28,875,000

8,400,000

525,000

153,125

13,125

2,750,000

3000

9,000,000

75

12,375,000

3,600,000

225,000

65,625

5,625

27000

81,000,000

675

111,375,000

32,400,000

2,025,000

590,625

5000

15,000,000

125

20,625,000

6,000,000

375,000

109,375

14000

42,000,000

350

57,750,000

16,800,000

1,050,000

10000

30,000,000

250

41,250,000

12,000,000

13000

39,000,000

325

53,625,000

10

13000

39,000,000

325

11

7000

21,000,000

175

12

36000

108,000,000

900

13

30000

90,000,000

14

6000

15

10000

88

Pembantu
proses

Biaya
Lain-lain

jumlah

70,000

27,102,000

200,000

171,157,000

130,000

90,000

39,144,000

300,000

244,050,250

300,000

10,000

60,000

13,048,000

150,000

75,284,250

1,170,000

300,000

80,000

40,000

3,224,000

100,000

30,185,250

50,625

10,250,000

520,000

150,000

70,000

45,668,000

300,000

284,399,250

9,375

2,000,000

330,000

100,000

40,000

6,536,000

100,000

51,224,750

306,250

26,250

5,375,000

420,000

120,000

50,000

25,090,000

200,000

149,187,500

750,000

218,750

18,750

3,970,000

360,000

100,000

55,000

18,584,000

200,000

107,506,500

15,600,000

975,000

284,375

24,375

4,750,000

410,000

110,000

40,000

20,672,000

200,000

135,690,750

53,625,000

15,600,000

975,000

284,375

24,375

5,000,000

380,000

110,000

50,000

19,584,000

300,000

134,932,750

28,875,000

8,400,000

525,000

153,125

13,125

3,220,000

340,000

90,000

40,000

13,084,000

200,000

75,940,250

148,500,000

43,200,000

2,700,000

787,500

67,500

15,750,000

700,000

200,000

100,000

63,180,000

400,000

383,585,000

750

123,750,000

36,000,000

2,250,000

656,250

56,250

14,250,000

600,000

150,000

100,000

51,180,000

300,000

319,292,500

18,000,000

150

24,750,000

7,200,000

450,000

131,250

11,250

2,515,000

300,000

120,000

60,000

9,842,000

100,000

63,479,500

30,000,000

250

41,250,000

12,000,000

750,000

218,750

18,750

3,760,000

350,000

200,000

65,000

15,272,000

200,000

104,084,500

BBM

88

2. Uraian Biaya Tenaga Kerja


No Resp

Adonan

Pemotongan

Penjemuran

Pengemasan

Hari Kerja

Juml TK

Nilai Rp

2380000

17

20

8505000

3840000

24

23

10190000

200000

800000

17

2750000

100000

320000

14

1170000

700000

2800000

28

22

10250000

500000

150000

600000

15

2000000

1400000

375000

1500000

15

19

5375000

1500000

1000000

350000

1120000

14

16

3970000

1950000
1950000
1050000
5400000
4500000
900000
1500000

4
4
3
5
5
4
4

1300000
1300000
700000
3600000
3000000
600000
1000000

4
5
3
9
8
4
4

300000
350000
350000
750000
750000
175000
300000

5
5
4
10
10
6
4

1200000
1400000
1120000
6000000
6000000
840000
960000

12
14
14
30
30
7
12

17
18
14
30
29
18
17

4750000
5000000
3220000
15750000
14250000
2515000
3760000

Jumlah

RP

Jumlah

Rp

Jumlah

Rp

Jumlah

Rp

2400000

1600000

2125000

3450000

2300000

600000

1050000

700000

450000

300000

4050000

2700000

750000

2100000

9
10
11
12
13
14
15

4
4
4
6
6
4
5

89

89

3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan


No.
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15

90

Kayu Bakar

Es
Juml
(Balok)
51
72
24
12
84
18
45
42
36
42
42
90
90
21
36

Plastik

Karung

Dus Karton
Nilai Rp

Rp

Juml
(Truk)

Rp

Juml
(Kg)

Rp

102000

5000000

2000

22000000

27102000

144000

6000000

3000

33000000

39144000

48000

2000000

1000

11000000

13048000

24000

1000000

200

2200000

3224000

168000

7000000

3500

38500000

45668000

36000

1000000

500

5500000

6536000

90000

3000000

2000

22000000

25090000

84000

2000000

1500

16500000

18584000

72000

3000000

1600

17600000

20672000

84000

3000000

1500

16500000

19584000

84000

2000000

1000

11000000

13084000

180000

8000000

5000

55000000

63180000

180000

7000000

4000

44000000

51180000

42000

1000000

800

8800000

9842000

72000

2000000

1200

13200000

15272000

Juml

Rp

Juml

Rp

90

Lampiran 8. Perhitungan Biaya Tetap dan Tidak Tetap Pengrajin Kerupuk Skala Sedang
1. Kalkulasi Biaya Tetap
No.
1
2
3
4

Nama Peralatan/Fasilitas
Bangunan/Tempat Produksi
Lahan/tempat penjemuran
Gudang penyimpanan
Peralatan Kantor
Lemari
Kalkulator
Meja Kursi

Juml Satuan

Harga/satuan

Nilai Rp

Sisa

15
15
15

1
1
1

Rp65,000,000
Rp3,000,000
Rp10,000,000

Rp65,000,000
Rp3,000,000
Rp10,000,000

18
18
18

0
0
0

5
5
5

2
3
2

Rp200,000
Rp40,000
Rp350,000

Rp400,000
Rp120,000
Rp700,000

10
2
4

0
Rp21.000
0

Rp10,000

Usia Pembelian

Depresiasi

Peralatan Kerja
-

Mesin aduk/molen

10

Rp12,000,000

Rp36,000,000

Boiler/ketel uap

20

Rp60,000,000

Rp60,000,000

Oven

20

Rp60,000,000

Rp60,000,000

Rp6,000,000

Rp6,000,000

Rp5,000,000

Mesin potong
Mesin giling ikan

18

Rp0

Rp18,000,000

18

Rp175,000

Rp18,000,000

Rp175,000

Rp00

Rp5,000,000

15

Rp0

Rp100,000

Rp800,000

15

Rp0

15

Rp0

15

Rp116,500

Alat cetak adonan

Pemecah es

Rp5,000,000

Rp5,000,000

Rak Stainless

Rp5,000,000

Rp40,000,000

Rak bamboo

20
1

Rp500,000

Rp4,000,000

1,5

Timbangan kecil

Rp300,000

Rp900,000

10

Rp0

Timbangan besar

Rp0

Timbangan gantung

Rp2,000,000
Rp250,000

10

2
1

Rp4,000,000
Rp250,000

10

Rp0

Gebreg

Rp1,500,000

Rp9,000,000

1.5

Tempayan/tampah

0.5

4000

Rp3,000

Rp12,000,000

Rp0
Rp0

91

Umur

Rp12,000,000

91

Lanjutan Tabel Biaya Tetap


No.

Nama Peralatan/Fasilitas
-

Bak/paso plastic

Umur

Juml Satuan

60

Rp15,000

Rp900,000

Rp0

Rp2,000,000

Rp10,000,000

13

Rp0

1
1

3
6

Rp3,000

Rp9,000

Rp0

Rp5,000

Rp30,000

Rp0

Boks Ikan/Fiber
Gayung
Pisau

Harga/satuan

Nilai Rp

Sisa

Usia Pembelian

Depresiasi

Biaya Peralatan Pasca Produksi


-

Plastik Sealer

Rp400,000

Rp2,000,000

12

Rp0

Rak

Rp300,000

Rp900,000

Rp0

JUMLAH

Rp336,039,000

487.500

2. Kalkulasi Biaya Tidak Tetap


1. Penjumlahan Biaya Bahan Baku, Pendukung dan Biaya Lain-Lain
No.
Resp

Tapioka

Rp

paso

Ikan

Gula

Garam

Telur

MSG

TK

Listrik
dan Air

Telepon

BBM

Pembantu
proses

Biaya
Lain-lain

Jumlah

60000

180,000,000

1500

247,500,000

72,000,000

4,500,000

1,312,500

112,500

36,750,000

1,000,000

100,000

200,000

118,286,667

1,000,000

662,761,667

65000

195,000,000

1625

268,125,000

78,000,000

4,875,000

1,421,875

121,875

42,290,000

1,200,000

130,000

250,000

111,950,556

2,000,000

705,364,306

40000

120,000,000

1000

165,000,000

48,000,000

3,000,000

875,000

75,000

21,000,000

1,000,000

80,000

150,000

78,971,112

1,000,000

439,151,112

54000

162,000,000

1350

222,750,000

64,800,000

4,050,000

1,181,250

101,250

34,125,000

1,200,000

80,000

140,000

99,080,001

1,200,000

590,707,501

40000

120,000,000

1000

165,000,000

48,000,000

3,000,000

875,000

75,000

27,380,000

900,000

150,000

160,000

86,027,112

800,000

452,367,112

50000

150,000,000

1250

206,250,000

60,000,000

3,750,000

1,093,750

93,750

26,250,000

1,100,000

100,000

150,000

98,488,890

1,000,000

548,276,390

50000

150,000,000

1250

206,250,000

60,000,000

3,750,000

1,093,750

93,750

27,800,000

1,000,000

120,000

150,000

80,203,890

900,000

531,361,390

36000

108,000,000

900

148,500,000

43,200,000

2,700,000

787,500

67,500

22,200,000

800,000

100,000

80,000

92,490,000

1,000,000

419,925,000

92

92

2. Uraian Biaya Tenaga Kerja


No
Resp

Jumlah

RP

Jumlah

Rp

Jumlah

Rp

Jumlah

Rp

10

9000000

15

6000000

15

15750000

10

15

9750000

15

6500000

18

17640000

10

6000000

10

4000000

10

10

8100000

12

5400000

15

13

6000000

10

4000000

14

10

7500000

15

5000000

14

7500000

10

5400000

12

Adonan

Pemotongan

Penjemuran

Pengemasan

Hari Kerja

Juml TK

Nilai Rp

6000000

30

50

36750000

15

8400000

28

63

42290000

7000000

10

4000000

20

40

21000000

13125000

15

7500000

25

52

34125000

10780000

15

6600000

22

52

27380000

10

8750000

10

5000000

25

45

26250000

5000000

15

10500000

12

4800000

20

51

27800000

3600000

10

8400000

10

4800000

24

40

22200000

3. Uraian Biaya Pendukung/Proses Produksi/Pengemasan


No.
Resp
1
2
3
4
5
6
7
8

93

Es
Juml
300
280
200
250
220
250
200
240

Kayu bakar

Plastik

Karung

Dus Karton

Nilai Rp

Rp

Juml

Rp

Juml

Rp

Juml

Rp

Juml

Rp

600,000

90

108,000,000

833

9,166,667

500

400,000

400

120,000

118,286,667

560,000

84

100,800,000

903

9,930,556

600

480,000

600

180,000

111,950,556

400,000

60

72,000,000

556

6,111,112

500

400,000

200

60,000

78,971,112

500,000

75

90,000,000

750

8,250,001

300

240,000

300

90,000

99,080,001

440,000

66

79,200,000

556

6,111,112

300

240,000

120

36,000

86,027,112

500,000

75

90,000,000

694

7,638,890

400

320,000

100

30,000

98,488,890

400,000

60

72,000,000

694

7,638,890

150

120,000

150

45,000

80,203,890

480,000

72

86,400,000

500

5,500,000

100

80,000

100

30,000

92,490,000

93

Lampiran 9. Jumlah Biaya (Modal) yang Dikeluarkan Pengrajin Kerupuk Pada


Bulan Nopember 2008
PENJUMLAHAN MODAL TETAP DAN MODAL TIDAK TETAP
PENGRAJIN KERUPUK DI SENTRA PRODUKSI KERUPUK
DESA KENANGA KECAMATAN SINDANG
KABUPATEN INDRAMAYU PROPINSI JAWA BARAT
PADA BULAN NOPEMBER 2008
1. Pengrajin Skala Kecil
No Resp Biaya Tetap (Rp)
1
Rp418,611

Biaya Variabel (Rp)


171,157,000

Jumlah
171,575,611

Rp457,500

244,050,250

244,507,750

Rp418,611

75,284,250

75,702,861

Rp418,611

30,185,250

30,603,861

Rp496,389

284,399,250

284,895,639

Rp376,944

51,224,750

51,601,694

Rp418,611

149,187,500

149,606,111

Rp438,056

107,506,500

107,944,556

Rp438,056

135,690,750

136,128,806

10

Rp438,056

134,932,750

135,370,806

11

Rp457,500

75,940,250

76,397,750

12

Rp595,556

383,585,000

384,180,556

13

Rp515,833

319,292,500

319,808,333

14

Rp426,389

63,479,500

63,905,889

15

Rp447,778

104,084,500

104,532,278

2. Skala Pengrajin Skala Sedang

No. Resp
1

Biaya Tetap (Rp)


Rp428,711

Biaya Variabel (Rp)


662,761,667

Jumlah
Rp663,180,279

Rp487,500

705,364,306

Rp705,821,806

Rp468,511

439,151,112

Rp439,569,723

Rp437,711

590,707,501

Rp591,126,112

Rp595,389

452,367,112

Rp452,863,500

Rp475,934

548,276,390

Rp548,653,334

Rp435,611

531,361,390

Rp531,780,001

Rp447,056

419,925,000

Rp420,363,056

94

Lampiran 10. Variabel Bebas (X) Dan Variabel Tidak Bebas (Y) Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Produksi Kerupuk di Sentra Produksi
Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan Sindang Kabupaten
Indramayu Propinsi Jawa Barat
1. Pengrajin Skala Sedang
No. Resp

Modal (X1)

TK (X2)

Permintaan (X3)

Harga (X4)

Produksi (Y)

662761667

55

60000

20000

60000

705364306

63

63000

20000

65000

439151112

50

50000

18000

45000

590707501

52

50000

18000

54000

452367112

52

50000

20000

45000

548276390

45

59200

18000

50000

531361390

51

50000

17000

50000

419925000

40

40000

18000

36000

2. Pengrajin Skala Kecil


No. Resp

Modal (X1)

TK (X2)

Permintaan (X3)

Harga (X4)

Produksi (Y)

179969625

20

20000

16000

16000

254033825

23

24000

16000

23000

84208625

17

8000

15000

7000

39035292

14

3000

15000

3000

295642458

22

29000

16000

27000

59730083

15

7000

17000

5000

157870958

19

16000

14000

14000

116641542

16

10000

14000

10000

144546625

17

12000

14000

13000

10

143911125

18

14000

17000

13000

11

85304500

15

9000

16000

7000

12

397249842

30

39000

17000

36000

13

329799675

29

30000

17000

30000

14

71880450

19

23000

16000

12000

15

115669058

13

20000

16000

10000

95

Lampiran 11. Hasil Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi


Kerupuk di Sentra Produksi Kerupuk Desa Kenanga Kecamatan
Sindang Kabupaten Indramayu Propinsi Jawa Barat dengan
Menggunakan Software SPSS For Windows Versi 12
1. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Kecil
Regression
Descriptive Statistics

Y
X1
X2
X3
X4

Mean
15066.6667
165032912.2000
19.1333
17600.0000
15733.3333

Std. Deviation
9691.42969
107072134.78031
5.05494
10069.75670
1099.78353

N
15
15
15
15
15

Correlations

Pearson
Correlation

Y
X1
X2
X3
X4
Y
X1
X2
X3
X4
Y
X1
X2
X3
X4

Sig. (1tailed)

Y
1.000
.988
.946
.939
.404
.
.000
.000
.000
.068
15
15
15
15
15

X1
.988
1.000
.924
.893
.382
.000
.
.000
.000
.080
15
15
15
15
15

X2
.946
.924
1.000
.861
.431
.000
.000
.
.000
.054
15
15
15
15
15

X3
.939
.893
.861
1.000
.473
.000
.000
.000
.
.037
15
15
15
15
15

X4
.404
.382
.431
.473
1.000
.068
.080
.054
.037
.
15
15
15
15
15

Variables Entered/Removed(b)
Model

Variables Entered

Variables Removed

Method

X4, X1, X3, X2(a)

Enter

a All requested variables entered.


b Dependent Variable: Y

96

Model Summary(b)

Model

.998(a)

R
Square
.996

Adjusted
R
Square

Std. Error
of the
Estimate

Change Statistics

DurbinR
Watson
Square
F
Sig. F
Change Change df1 df2 Change
.994 719.19850
.996 633.045
4 10
.000
1.916

a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2


b Dependent Variable: Y
ANOVA(b)

Model
Sum of Squares df Mean Square
F
Sig.
1
Regression 1309760868.467 4 327440217.117 633.045 .000(a)
Residual
5172464.867 10
517246.487
Total
1314933333.333 14
a Predictors: (Constant), X4, X1, X3, X2
b Dependent Variable: Y

Coefficients(a)
Unstandardized
Standardized
Collinearit y
Coefficients
Coefficients
t
Sig.
Statistics
Std.
B
Beta
Tolerance VIF
Error
1
(Constant)
3061.904
-.398 .699
1219.180
X1
.00005
.000
.598 9.840 .000
.106 9.400
X2
337.632 103.065
.176 3.276 .008
.136 7.347
X3
.255
.045
.265 5.647 .000
.178 5.605
X4
-.229
.202
-.026
.284
.747 1.339
1.133
a Dependent Variable: Y

Model

97

2. Hasil Analisis pada Pengrajin Kerupuk Skala Sedang


Regression
Descriptive Statistics

Y
X1
X2
X3
X4

Mean
50625.0000
543739309.7500
51.0000
52775.0000
18625.0000

Std. Deviation
9132.94664
105075702.54081
6.76123
7483.64884
1187.73494

N
8
8
8
8
8

Correlations

Pearson
Correlation

Sig. (1tailed)

Y
1.000
.970
.874
.880
.486
.
.000
.002
.002
.111
8
8
8
8
8

Y
X1
X2
X3
X4
Y
X1
X2
X3
X4
Y
X1
X2
X3
X4

X1
.970
1.000
.766
.830
.447
.000
.
.013
.005
.133
8
8
8
8
8

X2
.874
.766
1.000
.708
.605
.002
.013
.
.025
.056
8
8
8
8
8

X3
.880
.830
.708
1.000
.516
.002
.005
.025
.
.095
8
8
8
8
8

X4
.486
.447
.605
.516
1.000
.111
.133
.056
.095
.
8
8
8
8
8

Variables Entered/Removed(b)
Variables Variables
Entered
Removed Method
X4, X1,
.
Enter
X2, X3(a)
a All requested variables entered.
b Dependent Variable: y

Mode
l
1

98

Model Summary(b)

Adjusted
R
Square

Change Statistics

Std. Error
of the
Estimate

DurbinR
F
Sig. F Watson
df1 df2
Square
Change
Change
Change
.998(a)
.996
.990 927.30370
.996 169.002
4
3
.001
1.894
a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b Dependent Variable: Y

Model

R
Square

ANOVA(b)
Model
1

Sum of Squares

Df

Regression
581295323.521
Residual
2579676.479
Total
583875000.000
a Predictors: (Constant), X4, X1, X2, X3
b Dependent Variable: y

4
3
7

Mean Square

145323830.880
859892.160

169.002

Sig.
.001(a)

Coefficients(a)
Unstandardized
Coefficients

Model
1

(Constant)
X1
X2
X3
X4

B
-1263.383
.000
452.147
.246
-.627

Std. Error
5580.662
.000
90.929
.088
.381

Standardized
Coefficients

Sig.

Beta

Collinearity Statistics
Tolerance

.583
.335
.201
-.082

-.226
7.431
4.973
2.788
-1.647

.835
.005
.016
.069
.198

.239
.325
.282
.601

VIF
4.176
3.077
3.542
1.665

a Dependent Variable: y

99

Lampiran 12. Komposisi dan Neraca Massa Proses Produksi Kerupuk Ikan
Bahan
Daging Ikan
Tapioka
Gula
Gaeam
Telur
MSG
Air

Komposisi
15 Kg
40 Kg
8 Kg
3 Kg
1 butir
50 gram
5 liter

Ikan Segar
1000 Kg

Air = 9 m3

Pencucian dan
pengeluaran isi perut,
pemisahan kulit dan
kepala 1000 kg

Penggilingan daging
750 Kg
Tapioka = 2000 kg
Gula = 400 kg
Garam = 150 kg
MSG = 2.5 Kg
Telur = 50 butir

Pembuatan
adonan
3305,63 Kg

Tepung dan adonan


1,7 kg
Terigu = 50 Kg

Air = 500 liter


Kayu baker = 2 m 3

Pencetakana
Adonan
3355,63 Kg

Pengukusan
dengan suhu
110 0C, 1 jam
3853,93

Sisa Ikan 250 Kg

Pengeringan adonan
selama 12 jam
3803,93 Kg

Pemotongan/pengirisan
3753,93

Penjemuran
kerupuk 1 hari
3753,93

Kerupuk kering
3353,93

100

Anda mungkin juga menyukai