Anda di halaman 1dari 7

TK-004 ISSN : 2407 - 1846

ANALISIS KELAYAKAN INDUSTRI ALKALI TREATED COTONII CHIPS


(ATC CHIPS) DARI RUMPUT LAUT JENIS EUCHEMA COTONII
Tri Yuni Hendrawati1
yunihendrawati@yahoo.com
Universitas Muhammadiyah Jakarta

ABSTRAK

Secara nasional potensi rumput laut mencapai 1,2 juta ha dengan areal yang cocok untuk budidaya
rumput laut seluas 1.110.900 ha. Potensi tersebut tersebar di 15 provinsi dengan potensi terbesar di
Papua seluas 501.000 ha, Maluku seluas 206.000 ha, Sulawesi Tengah seluas 106.300 ha, Aceh
seluas 104.100 ha, Sulawesi Tenggara seluas 83.000 ha, dan provinsi-provinsi yang lain. permintaan
akan produk ATC yang akan dikembangkan melalui kegiatan ini, karena ATC merupakan bahan
baku utama dari produk akhir karaginan tersebut. Berdirinya industri ATC Chips dapat
menghindarkan terjadinya kelebihan produksi bahan baku yang kemungkinan dapat menyebabkan
jatuhnya rumput laut kering di pasaran. Dengan adanya kepastian pasar dan harga rumput laut
kering maka petani rumput laut dapat dilindungi dari turunnya harga jual rumput laut yang
merugikan. Metode penelitian ini menggunakan data penelitian di laboratorium dengan bahan baku
Euchema Cotonii dari Sulawesi Selatan dan pengumpulan data sekunder dan primer pada pada
perancangan alat industri dan analisis kelayakannya. Hasil Rekapitulasi kriteria kelayakan investasi
industri ATC Chips kapasitas 1000 kg/hari NPV DF 20 % sebesar Rp. 2.126.807.350, IRR 40,39%,
Net B/C ratio1,9, Pay Back Period 2,93 Tahun, Biaya Investasi Rp. 2.160.000.000, Modal Kerja 3
bulan Rp 922.500.000, (5). Dari hasil analisis sensitivitas tersebut didapat hasil bahwa dengan
kenaikan harga bahan baku sebesar 35% (dari Rp. 8.000,- menjadi Rp. 10.800,-) dengan asumsi
harga produk ATC Chips tetap maka terjadi penurunan IRR menjadi sebesar 20.71% dan
penambahan tingkat/waktu pengembalian modal sampai dengan 4.64 tahun. Terhadap penurunan
harga jual produk sebesar 15% dengan asumsi harga bahan baku tetap maka terjadi penurunan IRR
menjadi sebesar 24.10% dan Payback Periode sebesar 4.18 tahun. Perlu disampaikan bahwa dalam
prakteknya, suku bunga pinjaman 18% sehingga dengan asumsi discount rate 20% pada nilai IRR
pada 20.71% masih layak. Perubahan harga beli bahan baku umumnya berhubungan positif dengan
harga jual produk, sehingga dengan hasil analisis sensitivitas tersebut, dapat dinyatakan kegiatan
usaha ini layak untuk diimplementasikan.

Kata Kunci: Analisa Kelayakan, Euchema Cotonii, ATC Chips

I. Pendahuluan dan Pemda Penghasil Rumput Laut), investor,


pedagang, petani, eksportir dan pihak-pihak lain
Melihat rumput laut menjadi komoditas yang berkepentingan dalam pengembangan
unggulan nasional dan telah secara nyata industri ATC Chips dan Indonesia umumnya
mampu menggerakan ekonomi lokal, regional sehingga akan dihasilkan nilai tambah
dan nasional serta menjadi salah satu kegiatan komoditas rumput laut yang menguntungkan
usaha yang mampu menyentuh peran semua pihak yang terlibat di dalam negeri.
pemberdayaan masyarakat secara luas, maka Industri ATC Chips skala IKM yang dirancang
kebijakan industrialisasi rumput laut saat ini dapat diimplementasi pada daerah penghasil
telah menjadi isu penting dan dapat rumput laut yang merupakan daerah tertinggal
meningkatkan perekonomian lokal di daerah sehingga diharapkan dapat menjadi
penghasil rumput laut khususnya dan nasional pendongkrak ekonomi di daerah tersebut.
pada umumnya dengan meningkatkan nilai
tambah sampai dengan produksi ATC Chips. II. Tinjauan Pustaka
Dengan penelitian ini diharapkan
membantu para pengambil keputusan yaitu Rumput laut merupakan ganggang yang
meliputi pembuat kebijakan (pemerintah pusat hidup di laut dan tergolong dalam divisio

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 1


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-004 ISSN : 2407 - 1846

thallophyta. Keseluruhan dari tanaman ini Apabila memperhatikan perkembangan


merupakan batang yang dikenal dengan sebutan pasar, maka prediksi kebutuhan global olahan
thallus. Bentuk thallus rumput laut ada rumput laut pada kurun waktu 2009 2015
bermacam-macam ada yang bulat seperti akan mengalami peningkatan. Kebutuhan
tabung, pipih, gepeng, bulat seperti kantong, global bahan baku yang dihitung berdasarkan
rambut dan lain sebagainya. Thallus ini ada prediksi produk dan volume pasar global hasil
yang tersusun hanya oleh satu sel (uniseluler) olahan menunjukkan bahwa kebutuhan rumput
atau banyak sel (multiseluler). Percabangan laut penghasil karaginan pada Tahun 2015
thallus ada yang thallus dichotomus (dua-dua berjumlah 501.870 ton kering yang bersumber
terus menerus), pinate (dua-dua berlawanan dari Eucheumea sp sekitar 466.740 ton kering,
sepanjang thallus utama), pectinate (berderet sedangkan sisanya berasal dari rumput laut
searah pada satu sisi thallus utama) dan ada penghasil karaginan lainnya.
juga yang sederhana tidak bercabang. Sifat Proses pengolahan rumput laut menjadi
substansi thallus juga beraneka ragam ada yang ATC pada prinsipnya sangat sederhana yaitu
lunak seperti gelatin (gelatinous), keras diliputi dengan merebusnya dalam larutan KOH dan
atau mengandung zat kapur (calcareous}, lunak KCl pada suhu 80-85oC selama 3 jam. Rumput
bagaikan tulang rawan (cartilagenous), laut kemudian dinetralkan kembali dengan
berserabut (spongeous) dan sebagainya pencucian berulang-ulang, dipotong-potong dan
(Soegiarto et al, 1978). dikeringkan sehingga diperoleh ATC yang
Rumput laut yang mengandung karaginan berbentuk chips. Perebusan rumput laut dalam
adalah dari marga Eucheuma. Karaginan ada alkali dimaksudkan untuk meningkatkan titik
tiga macam, yaitu iota karaginan dikenal leleh karaginan di atas suhu pemasaknya
dengan tipe spinosum, kappa karaginan dikenal sehingga tidak larut menjadi pasta dan untuk
dengan tipe Cottonii dan lambda karaginan. meningkatkan kekuatan gel dari karaginan
Iota karaginan berupa jeli lembut dan fleksibel tersebut. ATC digunakan sebagai bahan baku
atau lunak. Kappa karaginan berupa jeli bersifat untuk pengolahan karaginan murni, selain itu
kaku dan getas serta keras. Sedangkan lambda diproses lebih lanjut sebagai bahan pengikat
karaginan tidak dapat membentuk jeli, tetapi dan penstabil dalam industri makanan ternak
berbentuk cair yang viscous. E. cottonii dan E. untuk pasaran Eropa, Amerika dan Asia Pasifik
spinosum merupakan rumput laut yang secara (Anggadireja et al. 2006)). Proses produksi
luas diperdagangkan, baik untuk keperluan ATC Chips yang baik masih perlu dioptimasi
bahan baku industri di dalam negeri maupun dari kadar KOH, KCl, waktu proses sehingga
untuk ekspor (Anggadiredja, 2011). Jenis dihasilkan ATC Chips yang dapat memenuhi
rumput laut yang banyak dibudidayakan di standar pasar nasional dan global.
Indonesia adalah jenis Eucheuma cottonii dan Karagenan adalah polisakarida linier
Gracilaria sp. tersulfatasi yang dipungut dari beberapa spesies
ATC adalah suatu proses dengan rumput laut kelas rhodophyceae terutama
mengawetkan rumput laut penghasil karaginan spesies Eucheuma cottonii. Untuk karagenan
dengan menggunakan larutan alkali baik dari Eucheuma cottonii yang merupakan jenis
penerapan alkali dingin maupun alkali panas. rumput laut yang banyak dibudidaya di
Bentuk produk berupa chip/potongan atau Indonesia dihasilkan Kappa karagenan. Kappa
berbentuk tepung dengan nilai tambah yang karagenan merupakan polimer alam yang
cukup besar. Nilai tambah produk olahan mampu membentuk gel yang kuat dan bersifat
rumput laut Eucheuma cottonii dapat thermoreversible gel (Campo et al., 2009). ATC
digambarkan sebagai berikut : Chips adalah produk antara yang merupakan
bahan baku produksi karagenan sehingga untuk
pengujian hasil akhir kualitas ATC Chips
mengacu kepada standar karagenan. Karagenan
banyak diaplikasikan sebagai stabilisator
makanan, bahan pengental, pembentuk gel,
pengemulsi, dan banyak dimanfaatkan di
industri pangan maupun di industri non pangan
seperti farmasi dan kosmetik. Sifat fisis
karagenan sangat menentukan nilai jualnya.
Proses pemungutan karagenan dari rumput laut
Gambar 1. Nilai Tambah Rumput Laut dengan penambahan alkali dapat meningkatkan
Eucheuma cottonii sifat-sifat mekanis gel karagenan (Ciancia et al.

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 2


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-004 ISSN : 2407 - 1846

, 1997; Van de Velde, et. al. 2002 ). Reaksi diteruskan. Jika nilai hasil bersih lebih kecil
penambahan alkali ini dikenal sebagai reaksi dari nol atau negatif, maka proyek akan
dekinkase atau siklisasi atau desulfatasi. Reaksi memberikan hasil yang lebih kecil daripada
ini adalah penting dan secara komersial biaya yang dikeluarkan atau akan merugi
digunakan untuk meningkatkan sifat gel (ditolak).Jika Net B/C > 1, proyek dinyatakan
(Campo et al., 2009). layak; Net B/C = 1, proyek mencapai titik
impas; dan jika Net B/C < 1, proyek
dinyatakan tidak layak untuk dilanjutkan.Jika
nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga
yang berlaku (IRR > i), maka suatu
perencanaan proyek dinyatakan layak untuk
dilanjutkan, dan sebaliknya jika IRR < i, maka
proyek ditolak.Apabila nilai PBP lebih besar
daripada umur proyek, maka proyek tersebut
tidak layak untuk dilaksanakan, dan sebaliknya
proyek tersebut layak untuk dilaksanakan. Pada
Gambar 2. Reaksi karagenan untuk analisis ini juga dilakukan analisis sensitivitas.
menghasilkan kappa karagenan

Beberapa studi terdahulu diantaranya IV. Hasil dan Pembahasan


studi kecepatan reaksi ekstrak karagenan
dengan alkali yang pernah dilakukan (Ciancia Hasil perhitungan analisis kelayakan
et al., 1997; Navarro et al., 2007) mereaksikan industri ATC Chips adalah sebagai berikut.
ekstrak karagenan dengan alkali, dan belum a. Asumsi-Asumsi Dasar
meninjau peristiwa ekstraksi dan reaksi secara Dalam penyusunan analisa keuangan,
simultan. Dalam prakteknya, penambahan digunakan beberapa asumsi-asumsi dasar yang
alkali dilakukan saat ekstraksi rumput laut pada mengacu pada hasil-hasil perhitungan yang
industri karagenan. Montolalu et al. (2008) telah dilakukan pada aspek-aspek yang lain,
mempelajari pengurangan berat molekul standar pembangunan pabrik dan peraturan-
dengan meningkatnya suhu (50-70oC) dan peraturan pemerintah yang berkenaan dengan
waktu ekstraksi (1, 3, 5 jam) pada Eucheuma hal itu. Asumsi-asumsi dasar yang dipakai
cottonii. Pengaruh jenis alkali pada pemungutan dalam pengkajian pendirian pabrik ATC
karagenan dari Eucheuma cottoni telah kapasitas 200 kg rumput laut kering/proses atau
dilakukan dengan Pelarut KOH dapat 1000 kg rumput laut kering/hari ini adalah :
menghasilkan gel karagenan yang lebih baik 1. Umur ekonomis proyek adalah 11 tahun,
dibanding NaOH (Sperisa Distantina et al., dimana 1 tahun merupakan masa persiapan
2011). lahan dan konstruksi serta 10 tahun adalah
periode produksi/operasi sesuai dengan
III. Metodologi umur ekonomis mesin dan peralatan.
2. Kapasitas produksi adalah sebagai
Analisis kelayakan finansial didasarkan
berikut :
pada analisis keuangan yang dihitung
berdasarkan harga riil dari apa yang sebenarnya
a. Kapasitas olah : 1000
Rumput Laut Kering /hari
terjadi. Dalam tahap ini akan dianalisis
finansial kegiatan industri ATC Chips dengan b. Jam operasi : 8
bahan baku rumput laut kering. Kriteria jam per hari
finansial yang digunakan adalah Net Present c. Hari operasi : 25
Value (NPV), Net Benefit-Cost Ratio (Net B/C), hari/bulan atau 300 hari/tahun
Internal Rate of Return (IRR), dan Pay Back
Periode (PBP). Untuk membandingkan d. Produksi akhir : ATC
berbagai skenario kriteria-kriteria ini, Chips dengan harga Rp
digunakan sebagai indikator kinerja usaha 60.000,- /kg
kelayakan industri. e. Harga Bahan Rumput Laut
Apabila dalam perhitungan NPV diperoleh Kering dipakai harga tertinggi
lebih besar dari nol atau positip, maka proyek pada saat ini yaitu Rp 8.000,-
yang bersangkutan diharapkan menghasilkan /kg (Harga RL Kering diterima
tingkat keuntungan, sehingga layak untuk PT Giwang Rp. 7.500,-/Kg)

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 3


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-004 ISSN : 2407 - 1846

3. Sumber dan struktur permodalan selengkapnya terhadap semua komponen


berasal dari modal sendiri 100%. kriteria kelayakan.
4. Tingkat suku bunga bank per tahun Net Present Value (NPV) adalah selisih
diasumsikan adalah 20% untuk nilai sekarang dari penerimaan (manfaat)
kredit investasi dan 20% untuk dengan nilai sekarang pengeluaran (biaya) pada
kredit modal kerja. tingkat bunga tertentu. Rumus yang digunakan
5. Perhitungan finansial dilakukan dalam perhitungan NPV adalah sebagai berikut
dalam mata uang rupiah dengan nilai :
tukar (exchange rate) 1 US$ = Rp n
Bt Ct
9500,-. NPV =
t 0 (1 i )t
6. Harga bahan baku dan produksi Keterangan :
akhir didasarkan pada harga tahun Bt = Manfaat yang diperoleh setiap tahun
2011. Ct = Biaya yang dikeluarkan setiap tahun
7. Pabrik mulai beroperasi pada tahun t = Jumlah tahun (umur proyek)
ke-1 dengan kapasitas 50%, tahun i = Tingkat suku bunga (diskonto)
ke-2 beroperasi 75% dan tahun ke-3 Hasil perhitungan NPV berdasarkan aliran
sampai ke-10 pabrik beroperasi kas bersih pada proyeksi arus kas industri ATC
penuh (100%) dan tahun ke-0 Chips dengan discount factor (DF) 20%,
digunakan untuk masa persiapan dan menghasilkan jumlah Rp 2.126.807.350,-.
konstruksi. Internal Rate of Return (IRR) adalah
8. Biaya penyusutan dihitung dengan tingkat suku bunga (discount rate) yang
metode garis lurus (straight-line membuat nilai NPV proyek sama dengan nol.
method) yang disesuaikan dengan Nilai IRR diperoleh dengan menggunakan
umur ekonomis masing-masing rumus sebagai berikut :
modal tetap. NPV
9. Biaya perbaikan dan perawatan IRR = i + (i i)
modal tetap dengan kisaran 2,5 5% NPV NPV '
pertahun dari nilai investasi barang. Keterangan :
i = discount rate yang menghasilkan
10. Pajak Penghasilan (PPh) dihitung
NPV positif
berdasarkan SK. Menteri Keuangan
I = discount rate yeng menghasilkan NPV
RI No. 598/KMK.04/1994 pasal 21
negatif
tentang Pajak Pendapatan Badan
NPV = NPV yang bernilai positif
Usaha dan Perseroan, sehingga
NPV = NPV yang bernilai negatif
besarnya pajak yang harus
Suatu proyek dikatakan layak jika nilai
dibayarkan sebagai berikut : apabila
IRR yang diperoleh proyek tersebut lebih besar
pendapatan mengalami kerugian
dari tingkat diskonto. Sedangkan jika nilai IRR
maka tidak dikenakan pajak, apabila
yang diperoleh lebih kecil dari tingkat
pendapatan per tahun kurang dari Rp
diskonto, maka proyek tersebut tidak layak
25.000.000,- maka dikenakan pajak
untuk dilaksanakan.
sebesar 10%, selanjutnya bila
Nilai IRR untuk industri ATC Chips
pendapatan berada antara Rp
kapasitas 1000 kg rumput laut kering /hari
25.000.000,- sampai Rp
adalah 40.39%, lebih besar dibandingkan
50.000.000,- maka dikenakan pajak
dengan tingkat suku bunga yang ditetapkan
10% dari Rp 25.000.000,- ditambah
yaitu 20%. Bunga pinjaman pada bank saat ini
dengan 15% dari pendapatan yang
adalah 18%.
telah dikurangi dengan Rp
Discounted payback periode (periode
25.000.000,-, maka ditetapkan pajak
pengembalian kembali yang didiskontokan atau
10% dari Rp 25.000.000,- ditambah
tingkat pengembalian investasi) merupakan
15% dari Rp 25.000.000,- dan
metode yang mengukur periode jangka waktu
ditambah lagi 30% dari pendapatan
atau jumlah tahun yang dibutuhkan untuk
yang telah dikurangi dengan Rp
menutupi pengeluaran awal (investasi). Dalam
50.000.000,-.
hal ini biasanya digunakan pedoman untuk
Kriteria kelayakan yang dipakai meliputi
menentukan suatu proyek yang akan dipilih
NPV, PBP, Net B/C dan IRR yang dapat
adalah suatu proyek yang paling cepat
menggambarkan apakah proyek masih atraktif
mengembalikan biaya investasi tersebut.
untuk direalisasikan. Hasil perhitungan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 4


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-004 ISSN : 2407 - 1846

Rumus yang digunakan dalam perhitungan jual produk sebesar 15% dan kenaikan harga
payback periode adalah sebagai berikut: bahan baku sebesar 35%.

M (Rk Ek)(P / V , i%,k) t


Tabel 2. Analisis Sensitivitas Industri ATC
Dimana : Chip
M = nilai payback period Payb
Rk = pendapatan bersih untuk periode ke-k Perubahan
NPV (DF 20%)
IRR ack Net
Kondisi (%) Perio B/C
Ek = pengeluaran untuk periode ke-k d (th)
p = investasi awal
Jika masa pengembalian investasi 1. Normal Rp2.126.807.350 40,39 2.93 1,98
(Payback Periode) lebih singkat daripada umur
Bahan baku
proyek yang ditentukan, maka proyek tersebut 2.
naik 35%
Rp.72.496.028 20,71 4.64 1,03
layak untuk dilaksanakan. Pada dasarnya Harga jual
semakin cepat Payback Periode menunjukkan 3. produk turun Rp.398.403.352 24.10 4.18 1,18
15%
semakin kecil resiko yang dihadapi oleh
investor (pengusaha).
Masa pengembalian modal (PBP) industri Dari hasil analisis sensitivitas tersebut, tampak
ATC Chips kapasitas 1000 kg rumput laut bahwa dengan kenaikan harga bahan baku
kering/hari adalah tercapai selama periode 2.93 sebesar 35% (dari Rp. 8.000,- menjadi Rp.
tahun. Nilai Net B/C yang diperoleh dari 10.800,-) dengan asumsi harga produk ATC
pendirian industri ATC Chips ini adalah 1,98. Chips tetap maka terjadi penurunan IRR
Tabel 1 memperlihatkan rekapitulasi kriteria menjadi sebesar 20.71% dan penambahan
kelayakan investasi industri ATC Chips tingkat/waktu pengembalian modal sampai
kapasitas 1000 kg/hari. dengan 4.64 tahun. Terhadap penurunan harga
Tabel 1. Rekapitulasi kriteria kelayakan jual produk sebesar 15% dengan asumsi harga
bahan baku tetap maka terjadi penurunan IRR
investasi industri ATC Chips kapasitas
menjadi sebesar 24.10% dan Payback Periode
1000 kg/hari sebesar 4.18 tahun. Perlu disampaikan bahwa
Parameter Kelayakan Nilai dalam prakteknya, suku bunga pinjaman 18%
Rp. sehingga dengan asumsi discount rate 20%
NPV DF 20 % 2.126.807.350 pada nilai IRR pada 20.71% masih layak.
IRR 40,39% Perubahan harga beli bahan baku umumnya
berhubungan positif dengan harga jual produk,
Net B/C ratio 1,98 sehingga dengan hasil analisi sensitivitas
Pay Back Period 2,93 Tahun tersebut, dapat dinyatakan kegiatan usaha ini
layak untuk diimplementasikan
Rp.
Biaya Investasi 2.160.000.000 V. Kesimpulan dan Saran
Modal Kerja 3 bulan Rp 922.500.000
Kesimpulan dari penelitian ini:
1. Hasil Rekapitulasi kriteria kelayakan
Sebagai upaya untuk mengantisipasi berbagai investasi industri ATC Chips kapasitas
kemungkinan seperti gejolak/fluktuasi harga, 1000 kg/hari dengan biaya investasi Rp.
baik harga jual produk atau harga beli bahan 2.160.000.000, Modal kerja 3 bulan Rp
baku, maka dilakukan analisa sensitivitas. 922.500.000, NPV dengan Discount Faktor
Sensitivitas investasi diukur terhadap 20% sebesar Rp. 2.126.807.350, IRR 40,39%,
perubahan nilai IRR, NPV, B/C Ratio dan PBP. Net B/C Rasio 1,98, PBP 2,93%
2. Dari hasil analisis sensitivitas tersebut
Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat
didapat hasil bahwa dengan kenaikan harga
apakah proyek masih layak jika terjadi bahan baku sebesar 35% (dari Rp. 8.000,-
kesalahan atau perubahan-perubahan dalam menjadi Rp. 10.800,-) dengan asumsi harga
asumsi dasar yang digunakan. Analisis produk ATC Chips tetap maka terjadi
sensitivitas pada industri ATC Chips kapasitas penurunan IRR menjadi sebesar 20.71% dan
1000 m3 ATC Chip/hari dengan DER 100:0 penambahan tingkat/waktu pengembalian
dilakukan terhadap perkiraan penurunan harga modal sampai dengan 4.64 tahun. Terhadap
penurunan harga jual produk sebesar 15%

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 5


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-004 ISSN : 2407 - 1846

dengan asumsi harga bahan baku tetap maka Cocon. 2011. Status Rumput Laut Indonesia.
terjadi penurunan IRR menjadi sebesar 24.10% http://seaweed81jpr.blogspot.com/
dan Payback Periode sebesar 4.18 tahun. Perlu Selasa, 16 Agustus 2011
disampaikan bahwa dalam prakteknya, suku Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi
bunga pinjaman 18% sehingga dengan asumsi Sulawesi Selatan.. 2011. Jumlah luas Usaha
discount rate 20% pada nilai IRR pada 20.71% Pembesaran Rumput Laut di Tambak dan di
masih layak. Perubahan harga belii bahan baku Laut Menurut Kabupaten/Kota Sulawesi
umumnya berhubungan positif dengan harga Selatan.
jual produk, sehingga dengan hasil analisis Ditjenkan Budidaya. 2005. Profil Rumput
sensitivitas tersebut, dapat dinyatakan kegiatan Laut Indonesia. Departemen Kelautan dan
usaha ini layak untuk diimplementasikan. Perikanan, Jakarta
Saran penelitian ini adalah: Nurdjana, M. 2006. Pengembangan Budidaya
1. Untuk jenis rumput laut yang berbeda Rumput Laut di Indonesia. Diseminasi
perlu perlakuan proses yang berbeda Tenologi dan Temu Bisnis Rumput Laut.
supaya ATC Chips yang dihasilkan BRKP, Makassar, 11 September 2006.
sesuai dengan spesifikasi Ratnawati, E. dan B. Pantjara. 2002. Analisis
2. Untuk industri ATC Chips sebaiknya Ekonomi Budidaya Rumput Laut di Tambak
disiapkan dengan laboratorium yang Tanah Sulfat Masam, Desa Lamasi Pantai
lengkap untuk riset dan pengembangan Luwu Utara Sulawesi Selatan. Seminar
produk beserta Quality Control Nasional Rumput Laut, Mini Simposium
3. Penelitian ini akan diteruskan kepada Mikro Algae dan Konggres I Ikatan
perancangan alat pada skala IKM Fisikologi Indonesia, Makassar 23-25
sebagai implementasi hasil optimasi Oktoner 2005.
proses pada tahun pertama Sedayu, B.B., J. Basmal, dan D. Fithriani.
4. SPK ATC Chips perlu dibuat untuk 2007. Uji Coba Proses Daur Ulang Limbah
program penunjang keputusan bagi Cair ATC (alkali Treated Cottonii) dengan
pemangku kepentingan yang Teknik Koagulasi dan Filtrasi. Jurnal
memerlukan Pascapanen dan Bioteknologi Kleautan dan
Perikanan Vol 2. No. 2
VI. Referensi Soegiarto, A., Sulistijo, dan H. Mubarak. 1978.
Anggadireja, JT, A. Zatnika, H. Purwanto, dan Rumput Laut (Algae) : Manfaat, Potensi dan
S. Istini. 2006. Rumput Laut. Penebar Usaha Budidayanya. Lembaga Oceanografi
Swadaya, Jakarta. Nasional, LIPI, Jakarta.
Anggadireja, JT dan Tim BPPT. 2011. Kajian Sperisa Distantina, Rochmadi, Wiratni, Moh.
Strategi Pengembangan Industri Rumput Fahrurrozi, 2011, Pemungutan Karagenan
Laut dan Pemanfaatannya Secara Dari Rumput Laut Eucheuma Cottonii,
Berkelanjutan. BPPT, ASPPERLI, ISS, Seminar Nasional Kimia dan Pendidikan
Jakarta. Kimia Dalam Rangka Chemistry Year 2011,
A/S Kobenhvns Pektifabrik. 1978. di Surakarta 7-8 Oktober 2011
Carrageenan. Lilleskensved, Denmark. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia 2009.
Aziz, S. 2011. Peran Dunia Usaha Dalam Ditjenkan Budidaya, Kementrian Kelautan
Proses Industrialisasi Rumput Laut. dan Perikanan, Jakarta
Asosiasi Rumput Laut Indonesia. Sulaeman, S. 2006. Pengembangan Agribisnis
BAPPEDA SULSEL. 2011. Analisis IPM Komoditi Rumput Laut Melalui Model
Sulawesi Selatan Tahun 2010. Klaster Bisnis. Infokop Nomor 28 Tahun
XXII.
Basma, J. dan H.E. Irianto. 2006. Teknologi Susanto, A.B. 2006. Teknologi Terapan
Pascapanen Rumput Laut. Diseminasi Rumput Laut, Diseminasi Teknologi dan
Tenologi dan Temu Bisnis Rumput Laut. Temu Bisnis Rumput Laut. BRKP,
BRKP, Makassar, 11 September 2006. Makassar 11 September 2006.
Tangko, A.M. 2008. Potensi dan Prospek
BRKP. 2003. Pengolahan Rumput Laut. Pusat Serta Permasalahan Pengembangan
Riset Pengolahan Produk dan Sosial Budidaya Rumput Laut di Provinsi Sulawesi
Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Selatan. Media Akuakultur Volume 3
Departemen Kelautan dan Perikanan, Nomor 2. Hal 137 -144.
Jakarta. Tangko, A.M. dan B. Pantjara. 2007.
Dinamika Pertambakan Perikanan di

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 6


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014
TK-004 ISSN : 2407 - 1846

Sulawesi Selatan kurun waktu 1990-2005. Temu Bisnis Rumput Laut. BRKP,
Media Akuakultur, 2(2): 118-123. Makassar 11 September 2006.
Winarno.F.G. 1990. Teknologi Pengolahan
Rumput Laut. Edisi I. Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta.
Yunus, Y.M. 2006. Kiat Sukses Budidaya
Rumput Laut. Diseminasi Teknologi dan

Seminar Nasional Sains dan Teknologi 2014 7


Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta , 12 November 2014

Anda mungkin juga menyukai