Rahma Iryanti
Deputi Kemiskinan, Ketenagakerjaan, dan UKM
Yogyakarta, 5 September 2014
Outline Pembahasan
1.
2.
3.
4.
Di lain pihak, GINI Coeficient terus mengalami kenaikan sehingga mencapai 0.42 pada tahun 2013
0.4
Prekrisis
0.35
Post-krisis dan reformasi
0.3
0.25
Krisis Keuangan
0.2
1990
1993
1996
1999
2000
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
26
24
22
20
18
16
14
12
10
Tingkat Kemiskinan
Sumber: BPS, diolah sendiri
Index Gini
0.45
0.41
0.40
0.40
0.41
0.413
0.38
0.37
0.35
0.442
0.42
0.41
0.38
0.44
0.35
0.30
0.313
0.30
0.30
2010
2011
0.29
0.25
0.29
0.26
0.20
2008
2009
Nasional
Sumber: BPS, diolah sendiri
Bangka Belitung
2012
Papua
2013
5
Setiap negara mempunyai perbedaan cara mengatasi permasalahannya yang terletak pada
besar kecilnya tingkat kesenjangan, serta tingkat kesulitan mengatasinya.
Pengalaman di sebagian negara menunjukkan bahwa negara yang menghasilkan PDB
besar, pendapatan per kapita yang tinggi, dan distribusi pendapatan relatif merata,
mempunyai koefisien gini yang relatif rendah.
Ketimpangan di Indonesia
Sebelum krisis ekonomi 1997/1998
Pertumbuhan ekonomi telah berhasil mengurangi kesenjangan
(Akita et al, 2011), (van der Eng, 2009), and (Cameron, 2000).
Menjelang krisis
Kesenjangan mulai melebar (Frankema & Marks, 2009; Leigh & van
der Eng, 2010; van Leeuwen & Foldvari, 2012)
Meskipun pertumbuhan merata di seluruh tingkat ekonomi,
ketimpangan wilayah mulai terjadi dengan pertumbuhan di Jawa
lebih tinggi dibandingkan daerah lain (Hill, 2008; Hill et al, 2008),
and
2,0
1,5
1,0
0,5
0,0
-0,5
-1,0
-1,5
10
5
0
-5
-10
20002012
20042009
20022008
20022008
19992005
20002009
20042008
20012007
Sumber: Bank Dunia, 2012; diolah dari World Development Indicators, Susenas
Pertanian vs NonPertanian
Perkotaan vs Perdesaan
KESENJANGA
N EKONOMI
VS
NONEKONOMI
ANTAR WILAYAH
Indonesia Timur vs
Indonesia Barat
PENYEBAB KESENJANGAN
Perubahan komposisi
kontribusi sektoral terhadap
pertumbuhan ekonomi dan
lambatnya penurunan
kemiskinan (Suryahadi et al.,
2012)
Booming beberapa
komoditas tertentu seperti
batu bara, kelapa sawit,
pertambangan lainnya yang
hanya dinikmati oleh
kelompok menengah ke atas
(Burke and Resosudarmo,
2012)
KELOMPOK
EKONOMI
11
KEBIJAKAN TENAGA KERJA
PERTUMBUHAN
PENDUDUK
Pertumbuhan penduduk
kelompok ekonomi menengah
ke bawah relatif tinggi
KONEKTIVITAS
4.0
Annua
Kesenjangan Ekonomi :
Laju Pertumbuhan Ekonomi Tidak2.0Seimbang Antar
Kelompok Ekonomi Dalam Kurun Waktu 20080.0
2012
1
15
29
43
57
71
85
99
Percentiles
2008-2012 growth
Growth in mean
10.0
8.0
6.0
+Rp750.000/kap/bl
80%
4.87
4.0
2.0
0.0
1
15
29
43
57
71
85
99
Percentiles
Miskin
29 juta
Rentan
70 juta
2008-2012 growth
Menengah
Growth in mean
100 juta
Atas
50 juta
Kesenjangan Ekonomi:
Pertumbuhan di perkotaan lebih tidak merata
dibandingkan di perdesaan
10
10
Perkotaan
Perdesaan
8
5.61
2008-2012
growth
Growth in
mean
2
0
1
11
21
31
41
51
61
71
81
3.54
4
2
2008-2012
growth
91
11
21
31
41
51
61
71
81
91
Kesenjangan Ekonomi:
Perbedaan yang menyolok pendapatan pertanian
dan non-pertanian menyebabkan kesenjangan
2,000
1,000
0
2009
Pertanian
Perdagangan
15%
6%
2000
7%
2010
2011
Industri
Transportasi
2012
2013
Kosntruksi
(ribu rupiah)
1600
72%
Others
Industry
Unemployment
Agriculture
1200
800
Tekstil
Furniture
Industri Total
400
0
1
3
2007
3
2008
Kertas
Logam
UMP Riil (2007=100)
1
3
2009
3
2010
3* 1**
14 2012
2011
Kesenjangan Ekonomi:
Proporsi Tenaga Kerja Mengalami Transformasi
60
Perkembangan kearah
sektor jasa, namun
produkstivitasnya
rendah
Smentara, peningkatan
tenaga kerja di bidang
industry tidak dapat
disubstitusi dengan
mudah.
50
40
30
20
10
2014
2013
2012
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
1999
1998
1997
1996
1995
1994
1993
1992
1991
1990
1989
16
SMA;
3480575;
9%
SD;
13746992;
36%
PT; 236847;
1%
Tidak
Sekolah;
13839519;
37%
Penduduk Miskin
SLTA; 10.68;
11%
PT; 0.66; 1%
SLTP; 14.22;
14%
Tidak Tamat
SD; 33.55;
33%
SLTA; 5.85;
PT; 0.35; 0%
6%
Tidak Tamat
SD; 44.39;
44%
SD; 37.88;
38%
SD; 40.89;
41%
Perkotaan
Sumber: BPS, Simpadu PNPM
SLTP; 11.53;
12%
Perdesaan
KESENJANGAN NON-EKONOMI:
PELAYANAN DASAR PENDIDIKAN & KESEHATAN
Kesehatan Ibu
100
80
60
40
20
0
81.8
57.5
96.6
93.2
79.1
88.1
66.2
89.7
57.2
29.7
99.4
94.9
81
75.3
80
60
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
42.9
33.1
40
Persalinan nakes
20
Kesehatan Anak
4.8
0
7-12 tahun 13-15 tahun 16-18 tahun 19-24 tahun
100
Q1
80
60
40
20
100
95.9
48.9
Q3
Q4
Q5
AKSES PENDIDIKAN:
Ketimpangan terjadi pada usia 13-15 dan usia lebih tua
AKSES KESEHATAN:
Kesenjangan terjadi pada kesehatan ibu dan anak
0
Q1
Imunisasi
dasar lengkap
Q2
Q2
Q3
Q4
Q5
18
KESENJANGAN NON-EKONOMI:
KESENJANGAN AKSES IDENTITAS DAN INFRASTRUKTUR
DASAR LAINNYA
Proporsi Anak Tanpa Akte Kelahiran
Berdasarkan Kuantil Pendapatan (%)
50
40
40
30
30
20
20
46.2
34.2
10
26.5
10
19.8
10.6
0
Q1
Q2
Q3
Q4
Q5
Q2
Q3
Q4
Q5
DAMPAK KESENJANGAN
21
TANTANGAN
PEMERATAAN PEMBANGUNAN
KERANGKA DASAR
PEMERATAAN PEMBANGUNAN
Standar hidup pekerja meningkat, terutama bagi penduduk 40% dengan pendapatan
terendah (termasuk pekerja miskin) melalui penciptaan lapangan kerja
Produktivitas meningkat melalui perkuatan unit-unit usaha dalam kegiatan ekonomi
(usaha mikro-kecil, usaha pertanian, jasa)
Memberikan perlindungan sosial, pelayanan dasar, dan memastikan penduduk miskin
memperoleh penghidupan berkelanjutan
14,25 juta
Nelayan
Petani Gurem
22,39 juta
Pekerja Informal
Perkotaan
Pekerja Industri
Mikro dan Kecil
Tantangan dalam mencari pekerjaan yang baik semakin meningkat, sehingga memperlebar
kesenjangan antara pekerja dari rumah tangga yang lebih mampu dan mereka yang berasal
dari rumah tangga yang lebih miskin
Membuka lapangan kerja baru menjadi salah satu sarana meningkatkan pendapatan
penduduk.
Terciptanya lapangan kerja baru membutuhkan investasi baru untuk menyerap kesempatan
kerja seluas-luasnya
Perkembangan Produksi
700,000
600,000
500,000
400,000
300,000
200,000
100,000
-
1 200 000
1 000 000
800 000
600 000
400 000
200 000
Usaha mikro dan kecil perlu memperoleh dukungan penguatan teknologi, dan informasi,
pemasaran, dan permodalan, akses kepada sumber keuangan dan akses pasar yang bagus
seperti halnya usaha besar.
Usaha mikro-kecil sebagian termasuk miskin yang tidak memiliki modal. Semakin banyak
persentase pendapatan modal yang dinikmati oleh rumah tangga yang lebih mampu akan
memperbesar kesenjangan
Dukungan perlu diberikan mengingat sebagian besar usahanya tidak memiliki lokasi
permanen, dan mayoritas tidak berbadan hukum, sehingga rentan terhadap berbagai
hambatan yang dapat menghalangi potensinya untuk tumbuh kembang.
Tanaman Pangan
130
Hortikultura
120
Tanaman
Perkebunan
Rakyat
Peternakan
110
100
90
Perikanan
80
2010
2011
2012
Perluasan kesempatan kerja yang baik perlu diciptakan untuk penduduk miskin atau pekerja
rentan yang umumnya tidak memiliki sumber-sumber alternatif untuk menghidupi ekonomi
keluarga. Kegiatan ekonomi informal umumnya menjadi salah satu alternatif.
Jaminan tempat berusaha, kebutuhan permodalan dan teknologi; agar skala usahanya masuk
dalam skala ekonomi,
Menjamin iklim usaha bagi rumah tangga sektor informal perkotaan. Penataan jenis usaha
dan skala usaha adalah salah satu intervensi untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Program jaminan kesehatan mulai diperkenalkan ke seluruh pekerja di sektor informal
juta orang
Pengembangan Perlindungan
Sosial (Bantuan Sosial Berbasis
Keluarga) (Klaster I)
Pemberdayaan Kelompok
Masyarakat
(Klaster II)
Program Nasional
Pemberdayaan Masyarakat
(PNPM) Inti dan Penguatan
PENUTUP
Pertumbuhan ekonomi, penurunan kemiskinan, dan peningkatan
pemerataan dapat bersinergi dengan positif melalui strategi utama
yaitu peningkatan kualitas dan produktivitas penduduk kelompok
menengah ke bawah. kualitas SDM pekerja (menuju decent work)
Peningkatan akses terhadap asset produktif memperkuat hubungan
pertumbuhan di atas
Terakhir, kebijakan sektoral yang pro-poor dapat mempercepat
penurunan kemiskinan dan mengurangi ketimpangan
TERIMA KASIH