BADRUN NUPUS
Mahasiswa: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
Email: badrunnupus17.@gmail.com
HIJRI JULIANSYAH
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
Email : hijri.juliansyah@gmail.com
ABSTRAK
Kemiskinan adalah salah satu masalah social yang amat serius yang selalu
dihadapi oleh manusia, dimana kemiskinan merupakan kondisi atau keadaan di
mana seseorang atau kelompok tidak memiliki akses atau sumber daya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Menurut (Yacoub, 2012)dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kemiskinan adalah satu persoalan
mendasar,karena kemiskinan menyangkut pemenuhan kebutuhan yang paling
mendasar dalam kehidupan dan kemiskinan merupakan masalah global karena
kemiskinan banyak di hadapi negara dan menjadi fokus perhatian di pemerintahan
Indonesia. Kemiskinan di negara kita ini sudah menjadi salah satu penyakit dalam
ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Oleh
sebabnya, upaya untuk menjadi pengentasan dan pembasmian masalah
kemiskinan yang harus dilakukan secara komprehensif, meliputi banyak aspek
dalam kehidupan bermasyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.(Siregar, 2017).
Dampak kemiskinan dapat sangat merugikan individu dan masyarakat terutama
terhadap perekonmian, diantaranya pertumbuhan ekonomi yang lambat;
ketimpangan pendapatan; produktivitas rendah; ketergantungan pada bantuan
sosisal dan ketidakstabilan sosial & politik. Penelitian ini mengkaji kemiskinan
yang memiliki urgensi dan relevansi yang khusus karena dampaknya yang
mendalam pda kehidupan manusia dan pembangunan sosial.
Ada beberapa pakar dan peneliti yang telah melakukan penelitian tentang
variabel kemiskinan ,diantaranya yakni Martin Ravallion, Shamus Khan, Angus
Deaton, Amartya Sen, Esther Duflo & Abhijit Banerjee, Jeffrey D Sachs, Sudhir
Anand, Anthony B Atkinson, dan peneliti lainnya. Secara umum menggunakan
penelitian dengan variabel makro ekonomi terhadap kemiskinan telah diteliti oleh
berbagai peneliti, contohnya seperti 1) Jeffrey D. Sachs dan John W. McArthur
(2005): Dalam penelitian "The Millennium Project: A Plan for Meeting the
Millennium Development Goals", mereka menganalisis hubungan antara
pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan kemiskinan. 2) David
Dollar dan Aart Kraay (2002): Dalam penelitian "Growth Is Good for the Poor",
mereka meneliti dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di berbagai
negara. 3) Tony Addison dan David Hulme (2005): Dalam penelitian "Poverty
and the Millennium Development Goals: A Critical Look Forward", mereka
menganalisis kemiskinan dalam konteks Tujuan Pembangunan Milenium dan
menggunakan indikator makroekonomi untuk memahami kemajuan yang dicapai.
Tabel 1.1
PDRB Sektor Perdagangan dan Sektor Jasa-Jasa Terhadap
Kemiskinan Kabupaten Bireuen 2013-2016
Kemiskinan Perdagangan Jasa-Jasa
Tahun
% (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
2013 17,65 192.995,912 9.742,722
2014 16,94 202.452,712 9.885,329
2015 16,94 210.256,011 10.415,183
2016 15,95 221.825,949 11.202,533
Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireun, Tahun (2018)
Kemiskinan
Sektor Perdagangan
Sektor Jasa-Jasa
Hipotesis
C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam
penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Bireuen dengan kurun waktu dua belas tahun yaitu tahun 2005-2016. Jenis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data
PDRB menurut harga konstan 2000, dan data kemiskinan. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah sektor PDRB, yaitu sektor Perdagangan dan Restoran
dan sektor jasa pada tahun 2005-2016. Sedangkan variabel dependen Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan pada tahun 2005- 2016.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
yaitu regresi Linier Berganda yang menggunakan program EViews 9.0. Sehingga
model fungsi yang digunakan adalah:
D. PEMBAHASAN
Kabupaten Bireuen masih sangat besar angka kemiskinan, buta huruf dan
pengangguran.Masalah yang dihadapi oleh Kabupaten Bireuen adalah
kemiskinan, tidak meratanya distribusi pendapatan yang memicunya terjadi
ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan, sampai sekarang inipun banyaknya ketimpangan pendapatan yang
menyebabkan kemiskinan pada setiap tahunnya meningkat.Dengan semakin
tingginya angka kemiskinan maka semakin tinggi pula tingkat kesulitan
mengatasinya, karena daerah yang maju menunjukkan tingkat kesenjangan
pendapatan dan angka kemiskinan yang relatif kecil di bandingkan dengan daerah
yang sedang berkembang.
Gambar 4.2
Perkembangan Kemiskinan di Kabupaten Bireuen
Sumb
er : Hasil Penelitian (Data Diolah:2018)
Nilai PDRB Kabupaten Bireuen terus meningkat, baik atas dasar harga
berlaku maupun konstan.Hal ini menunjukan adanya perkembangan positif
perekonomian Bireuen dari tahun ke tahun. Secara garis besar ruang lingkup
perekonomian dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok sektor, yaitu Kelompok sektor
primer, sekunder dan tersier.
Tabel 4.2
PDRBSektor Perdagangandan Sektor Jasa-Jasa Terhadap
Kemiskinan Kabupaten Bireuen 2005-2016
Perdagangan Jasa-Jasa
Tahun
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
2005 54.239,969 10.706,970
2006 57.778,921 11.092,727
2007 69.477,698 31.013,607
2008 73.888,966 32.450,082
2009 78.383,685 34.197,439
2010 167.735,227 9.136,555
2011 175.553,364 9.349,346
2012 184.052,525 9.547,561
2013 192.995,912 9.742,722
2014 202.452,712 9.885,329
2015 210.256,011 10.415,183
2016 221825,.949 11.202,533
Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireun, Tahun (2018)
Su
mber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2018)
Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai JB test >X 2 yang berarti menolak
H0 yang menyatakan residual tidak terdistribusi normal karena uji JB =
0.0000<0.05 yang berarti JB hitung signifikan maka H0 ditolak , berarti data tidak
terdistribusi normal.
Salah satu uji untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengal uji Serial
Correlation LM Test. Berikut nilai hasil olah data autokorelasi.
Tabel 4.5
Uji Autokorelasi Metode Serial Correlation LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
Dari hasil autokorelasi diatas dapat dilihat bahwa nilai Obs*Square sebesar
5.18 dibandingkan dengan Df X2 tabel pada Df (2) = 5.99. Oleh karena 5.18<5.99
maka dalammodel ini tidak ada indikasi autokorelasi.Hal ini juga bisa dilihat dari
prob X2 sebesar 0.075>0.05.
Analisis Regresi Linier Berganda
Berdasarkan metode analisis data sebelumnya dan teori yang ada, maka
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda antara variabel
independen dan dependen dalam penelitian ini.Dimana yang menjadi variabel
dependen adalah kemiskinan (Y).sementara yang menjadi variabel independen
adalah sektor perdagangan (X1) dan sektor jasa-jasa (X2). Untuk melihat hasil
estimasi model penelitian output regresi linier berganda (Multiple regression
linier) dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Regresi Sektor Perdagangan, dan Sektor Jasa-Jasa Terhadap
Kemiskinan Di Kabupaten Bireuen.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.
Berdasarkan data dari tabel 4.6 diatas, Setelah dilakukan olah data, dalam
model tersebut ada indikasi autokorelasi, maka untuk menghilangkan autokorelasi
tersebut dapat dilakukan dengan cara menambahkan AR(1), AR(2) dan Yt-1 yaitu
dengan metode Cochrane Orcutt (Widaryono, 2013), sehingga modelnya menjadi:
Pembuktian Hipotesis
Uji Parsial (T)
DAFTAR PUSTAKA
Siregar, S. (2017). Pengaruh Pdrb Riil Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Kota Medan Dengan Variabel Intervening Pengangguran, 3(2), 61–72.