Anda di halaman 1dari 16

PENGARUH SEKTOR PERDAGANGAN DAN SEKTOR JASA-JASA

TERHADAP KEMISKINAN KABUPATEN BIREUEN


(Studi Kasus Tahun 2005-2016)

BADRUN NUPUS
Mahasiswa: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
Email: badrunnupus17.@gmail.com

YUNI SHERINA DEVI NAIBAHO


Mahasiswa : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
Email: yuni.200430049@mhs.unimal.ac.id

UMARUDDIN USMAN, S.E.,M.Si


Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis universitas Malikussaleh
Email: umaruddinusman@fe-unimal.org

HIJRI JULIANSYAH
Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Malikussaleh
Email : hijri.juliansyah@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh sektor perdagangan dan


sektor jasa-jasa terhadap kemiskinan Kabupaten Bireuen. Penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan data sekunder periode 2005-2016 yang meliputi data
PDRB sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa dan data jumlah penduduk miskin
di Kabupaten Bireuen. Metode analisis data yang digunakan adalah metode analisi
sregresi linier berganda dengan alat analisis data menggunakan program Eviews
10. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor perdagangan berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap kemiskinan Kabupaten Bireuen, dan sektor jasa-
jasa berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten
Bireuen. Secara simultan disimpulkan bahwa sektor perdagangan dan sektor jasa-
jasa berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kemiskinan Kabupaten
Bireuen dengan tingkat signifikansi 1%. Besarnya pengaruh dari sektor
perdagangan dan sektor jasa-jasa terhadap kemiskinan di Kabupaten Bireuen yaitu
sebesar 0.9974 atau 99.74%.

Kata kunci :Kemiskinan, Sektor Perdagangan, Sektor Jasa-Jasa, Dampak


Ekonomi
A. PENDAHULUAN

Kemiskinan adalah salah satu masalah social yang amat serius yang selalu
dihadapi oleh manusia, dimana kemiskinan merupakan kondisi atau keadaan di
mana seseorang atau kelompok tidak memiliki akses atau sumber daya yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Menurut (Yacoub, 2012)dalam
penelitiannya menyatakan bahwa kemiskinan adalah satu persoalan
mendasar,karena kemiskinan menyangkut pemenuhan kebutuhan yang paling
mendasar dalam kehidupan dan kemiskinan merupakan masalah global karena
kemiskinan banyak di hadapi negara dan menjadi fokus perhatian di pemerintahan
Indonesia. Kemiskinan di negara kita ini sudah menjadi salah satu penyakit dalam
ekonomi, sehingga harus disembuhkan atau paling tidak dikurangi. Oleh
sebabnya, upaya untuk menjadi pengentasan dan pembasmian masalah
kemiskinan yang harus dilakukan secara komprehensif, meliputi banyak aspek
dalam kehidupan bermasyarakat, dan dilaksanakan secara terpadu.(Siregar, 2017).
Dampak kemiskinan dapat sangat merugikan individu dan masyarakat terutama
terhadap perekonmian, diantaranya pertumbuhan ekonomi yang lambat;
ketimpangan pendapatan; produktivitas rendah; ketergantungan pada bantuan
sosisal dan ketidakstabilan sosial & politik. Penelitian ini mengkaji kemiskinan
yang memiliki urgensi dan relevansi yang khusus karena dampaknya yang
mendalam pda kehidupan manusia dan pembangunan sosial.

Kemiskinan terus menjadi masalah fenomena sepanjang sejarah Indonesia


sebagai nation state. Kemiskinan telah menjadikan jutaan anak-anak tidak bisa
merasakan bagaimana rasanya berpendidikan yang berkualitas, memiliki kesulitan
untuk membayar biaya kesehatan, kurangnya dana atau uang untuk dijadikan
sebagai tabungan sehingga berakibat dengan tidak adanya investasi, kurangnya
informasi ke pelayanan publik, kurangnya didapati lapangan pekerjaan yang
layak. Kemiskinan menyebabkan masyarakat desa rela mengorbankan apa saja
demi keselamatan hidup, (safety life) (Sukirno, 2000). Beberapa faktor yang
mempengaruhi kemiskinan yakni ketimpangan pendapatan & kekayaan ;
kurangnya akses pendidikan: kurangnya akses pelayanan kesehatan; tidak mampu
memperoleh pekerjaan yang layak; kurangnya akses terhadap modal & kredit: dan
ketidakstabilan politik. Jeffrey D. Sachs: Jeffrey D. Sachs adalah seorang ekonom
terkenal yang telah melakukan penelitian dan memberikan kontribusi dalam
bidang pembangunan ekonomi dan pengentasan kemiskinan. Ia mengidentifikasi
faktor-faktor seperti ketimpangan pendapatan, akses terbatas ke sumber daya
produktif, kurangnya akses ke layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan,
serta konflik dan kekerasan sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi
kemiskinan.
Pada penelitian ini yang menjadi faktor kemiskinan di Kabupaten Bireuen yakni
sektor perdagangan dan sektor jasa.

Ada beberapa pakar dan peneliti yang telah melakukan penelitian tentang
variabel kemiskinan ,diantaranya yakni Martin Ravallion, Shamus Khan, Angus
Deaton, Amartya Sen, Esther Duflo & Abhijit Banerjee, Jeffrey D Sachs, Sudhir
Anand, Anthony B Atkinson, dan peneliti lainnya. Secara umum menggunakan
penelitian dengan variabel makro ekonomi terhadap kemiskinan telah diteliti oleh
berbagai peneliti, contohnya seperti 1) Jeffrey D. Sachs dan John W. McArthur
(2005): Dalam penelitian "The Millennium Project: A Plan for Meeting the
Millennium Development Goals", mereka menganalisis hubungan antara
pertumbuhan ekonomi, ketimpangan pendapatan, dan kemiskinan. 2) David
Dollar dan Aart Kraay (2002): Dalam penelitian "Growth Is Good for the Poor",
mereka meneliti dampak pertumbuhan ekonomi terhadap kemiskinan di berbagai
negara. 3) Tony Addison dan David Hulme (2005): Dalam penelitian "Poverty
and the Millennium Development Goals: A Critical Look Forward", mereka
menganalisis kemiskinan dalam konteks Tujuan Pembangunan Milenium dan
menggunakan indikator makroekonomi untuk memahami kemajuan yang dicapai.

Dalam konteks makro ekonomi ada beberapa aspek yang menghubungkan


pertanian dengan kemiskinan yakni 1) PDB dan Pertumbuhan Ekonomi, dimana
sektor pertanian dapat berkontribusi secara signifikan terhadap PDB suatu negara,
terutama di negara-negara berkembang yang memiliki sektor pertanian yang
besar. Pertumbuhan ekonomi dalam sektor pertanian dapat menciptakan lapangan
kerja baru, meningkatkan pendapatan petani, dan mengurangi tingkat kemiskinan
di wilayah desa ; 2) Pendapatan petani 3) Akses terhadap sumber daya 4)
Keterkaitan dengan sektor lain 5) Ketahanan pangan dan keamanan pangan.
Berdasarkan penelitian sebelumnya disesuaikan dengan faktor-faktor yang
mempengaruhi kemiskinan dalam penelitian ini yakni penelitian oleh 1) Imam
Mulianda Husal tahun 2020 berjudul “Pengaruh Sektor Industri dan Perdagangan
Terhadap Kemiskinan Perkotaan di Provinsi Jawa Timur” model penelitian yang
digunakan yakni regresi data panel yang merupakan kombinasi antara data silang
tempat (cross section) dengan data runtut waktu (time series). Selanjutnya ada
penelitian oleh 2) Ananto Wibowo tahun 2019 berjudul “Pengaruh Output Sektor
Pertanian dan Perdagangan Terhadap Kemiskinan di Provinsi Kalimantan
Tengah” dengan model regresi data panel dengan sumber data sekunder yang
bersumber dari BPS.

Berdasarkan penelitian sebelumnya ada perbedaan dengan penelitian ini


yakni pada penelitian 1 menggunakan model analisis regresi data panel sedangkan
pada penelitian ini menggunakan regresi linear berganda, pada penelitian
sebelumnya juga menggunakan variabel independen yakni sektor industri dan
sektor perdagangan sedangkan pada penelitian ini menggunakan variabel sektor
perdagangan dan sektor jasa, selanjutnya untuk lokasi penelitian pada penelitian
sebelumnya dilakukan di Provinsi Jawa Timur sedangkan pada penelitian ini
dilakukan di Kabupaten Bireuen. Untuk perbedaan dengan penelitian 2 yakni
penelitian sebelumnya menggunakan variabel independen yakni output sektor
pertanian dan perdagangan sedangkan penelitian ini menggunakan variabel
independen sektor perdagangan dan sektor pertanian dan lokasi penelitian
terdahulu dilakukan di Kalimantan tengah sedangkan pada penelitian ini terdapat
di Bireuen.

Tabel 1.1
PDRB Sektor Perdagangan dan Sektor Jasa-Jasa Terhadap
Kemiskinan Kabupaten Bireuen 2013-2016
Kemiskinan Perdagangan Jasa-Jasa
Tahun
% (Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
2013 17,65 192.995,912 9.742,722
2014 16,94 202.452,712 9.885,329
2015 16,94 210.256,011 10.415,183
2016 15,95 221.825,949 11.202,533
Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireun, Tahun (2018)

Dari tabel 1.1 menunjukkan bahwa jumlah angka kemiskinan di


Kabupaten Bireuen selalu mengalami penurunan setiap tahunnya. Pada tahun
2013 angka kemiskinan mencapai 17,65%, Pada tahun 2014 dan tahun 2015
angka kemiskinan menurun menjadi 16,94% dengan angka yang sama dua tahun
berturut-turut. Pada tahun terakhir 2016 jumlah angka kemiskinan juga menurun
sebanyak 15,95%. Terjadinya penurunan angka tersebut dikarenakan semakin
bertambahnya lapangan pekerjaan baik sektor perdagangan maupun sektor jasa
yang mengurangi jumlah pengangguran yang berpengaruh kepada menurunnya
persentase kemiskinan pula.

Sektor perdagangan adalah suatu sektor yang harus dikembangkan oleh


pemerintah daerah Kabupaten Bireuen. Karena sektor ini adalah salah satu sektor
yang menyumbang pendapatan terhadap PDRB Kabupaten Bireuen. Oleh sebab
itu, perlu digali semua kemampuan yang ada di sektor perdagangan. Sektor
perdagangan dapat diarahkan pada salah satu pencapaian tujuan pembangunan
yaitu peningkatan pendapatan di Kabupaten Bireuen. Dengan meningkatnya
pendapatan, maka diharapkan pada akhirnya akan tercapai pertumbuhan ekonomi
daerah yang lebih baik. Pada tahun 2013 merupakan nilai terendah sektor
perdagangan yakni Rp 192.995.912.000 dan tertinggi di tahun 2016 senilai Rp
221.825.949.000. Pada fenomena tersebut menunjukkan kenaikan setiap
tahunnya karena dari tahun ke tahun semakin banyak dimana dari tahun ke tahun
semakin banyak bermunculan usaha sektor perdagangan.

Sektor jasa merujuk pada bagian ekonomi yang melibatkan penyediaan


layanan kepada konsumen. Sektor jasa-jasa juga adalah suatu sektor yang
menyumbang untuk PDRB setiap tahunnya. Di kabupaten Bireun jasa-jasa pada
setiap tahun secara terus menerus selalu saja meningkat , dimana pada tahun 2013
merupakan nilai terendah sektor jasa-jasa senilai Rp 9.742.722.000 sedangkan
untuk nilai tertinggi di tahun 2016 yakni senilai Rp11.202,533. Sama seperti
sektor perdagangan terjadinya fenomena tersebut karena semakin banyak berdiri
perusahaan di sektor jasa, maka setiap tahunnya mengalami kenaikan.
Dengan demikian dapat kita lihat kedua sektor tersebut selalu
menunjukkan peningkatan di setiap tahunnya. Jika sektor perdagangan, sektor
jasa-jasa meningkat atau menurun maka akan menunjukkan perubahan terhadap
kemiskinan, ketika sektor-sektor tersebut meningkat maka bisa menunjukkan
perubahan yang positif pada kemiskinan yaitu akan menurun angka
kemiskinannya, secara tidak langsung bisa mengurangi kemiskinan karena makin
bagus sektor tersebut berkembang maka akan banyak meminta tenaga kerja. Dan
jika permintaan tenaga kerja semakin banyak maka tingkat pengangguran akan
menurun, jika pengangguran menurun maka tingkat kemiskinan akan teratasi.
Tetapi disini ada penjelelasan yang tidak sama dengan keadaan yang dijelaskan
kedalam tabel tersebut.
B. KAJIAN PUSTAKA

Kemiskinan

Kemiskinan adalah ketidakmampuan untuk melengkapi standar hidup


minimum. Permasalahan standar hidup yang berada pada posisi rendah yang
berhubungan dengan jumlah pendapatan yang sedikit, perumahan yang kurang
layak, kesehatan dan pelayanan kesehatan yang buruk, tingkat pendidikan
masyarakat yang rendah sehingga berakibat pada rendahnya sumber daya manusia
dan banyaknya pengangguran, Kuncoro (2000) dalam (Muliza T. Zulham, 2017).

(Kuncoro, 2003) Indikator kemiskinan ada bermacam-macam, yaitu


tingkat konsumsi beras perkapita pertahun, tingkat pendapatan, tingkat kecukupan
gizi, kebutuhan fisik minimum (KFM), dan tingkat kesejahteraan.

Sektor Perdagangan

Perdagangan adalah kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan


pengumpulan dan penjualan kembali (tanpa perubahan bentuk), barang-barang
baru maupun bekas. Pedagang adalah perorangan atau badan usaha yang
melakukan kegiatan perniagaan/perdagangan secara terus menerus dengan tujuan
mencari kuntungan ( Pusat Kebijakan Ekonomi Makro, 2012).

Sektor Jasa-Jasa

Secara defenitive jasa merupakan kegiatan yang ditawarkan kepada satu


pihak kepada pihak yang lain, yang pada dasarnya tidak berwujud dan tidak
mengakibatkan kepemilikan suatu apapun, serta produksi jasa mungkin berkaitan
atau mungkin tidak berkaitan dengan fisik (Muliza T. Zulham, 2017).

Hipotesis

H1 :Diduga Sektor Perdagangan berpengaruh terhadap Kemiskinan di


Kabupaten Bireun.
H2 :Diduga Sektor Jasa-Jasa berpengaruh terhadap Kemiskinan di
Kabupaten Bireun.
H3 :Diduga Sektor Perdagangan dan Sektor Jasa-Jasa secara bersama-sama
berpengaruh terhadap Kemiskinan di Kabupaten Bireun.

C. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan dalam menjawab permasalahan dalam
penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif. Penelitian ini dilakukan di Kabupaten
Bireuen dengan kurun waktu dua belas tahun yaitu tahun 2005-2016. Jenis data
yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri dari data
PDRB menurut harga konstan 2000, dan data kemiskinan. Variabel independen
dalam penelitian ini adalah sektor PDRB, yaitu sektor Perdagangan dan Restoran
dan sektor jasa pada tahun 2005-2016. Sedangkan variabel dependen Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah tingkat kemiskinan pada tahun 2005- 2016.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan teknik analisis
yaitu regresi Linier Berganda yang menggunakan program EViews 9.0. Sehingga
model fungsi yang digunakan adalah:

KMSt =β 0 + β 1 lnPDG t + β 2 lnJS t +ε t


Dimana:
KMS = Kemiskinan
β0 = Konstanta
β1, β2 = Koefisien Regresi
t = Tahun sebelumnya
PDG = Sektor Perdagangan
JS = Sektor Jasa
ε = Error term

D. PEMBAHASAN

Perkembangan Kemiskinan Di Kabupaten Bireun.

Kabupaten Bireuen masih sangat besar angka kemiskinan, buta huruf dan
pengangguran.Masalah yang dihadapi oleh Kabupaten Bireuen adalah
kemiskinan, tidak meratanya distribusi pendapatan yang memicunya terjadi
ketimpangan pendapatan yang merupakan awal dari munculnya masalah
kemiskinan, sampai sekarang inipun banyaknya ketimpangan pendapatan yang
menyebabkan kemiskinan pada setiap tahunnya meningkat.Dengan semakin
tingginya angka kemiskinan maka semakin tinggi pula tingkat kesulitan
mengatasinya, karena daerah yang maju menunjukkan tingkat kesenjangan
pendapatan dan angka kemiskinan yang relatif kecil di bandingkan dengan daerah
yang sedang berkembang.

Gambar 4.2
Perkembangan Kemiskinan di Kabupaten Bireuen
Sumb
er : Hasil Penelitian (Data Diolah:2018)

Dari gambar diatas menunjukkan bahwa angka kemiskinan di Kabupaten


Bireuen selalu mengalami penurunan setiap tahunnya dari tahun 2005 sampai
tahun 2016 yaitu yang angka kemiskinan pertamanya mencapai 29,07% menurun
setiap tahunnya menjadi 15,95%. Yang sangat menurun drastic kemiskinannya
mulai pada tahun 2005. Salah satu penyebab kemiskinan menurun pada tahun
2005 adalah dikarenakan tada tahun 2004 terjadinya bencana alam yaitu Tsunami
yang menyebabkan banyak penduduk aceh yang meninggal akibat Tsunami
tersebut, walaupun Tsunami yang pusatnya adalah Aceh Besar namun disekitar
pesisir pantai Bireuen juga terkena imbas akibat bencana tersebut, selain itu pada
tahun 2005 disebabkan juga semakin membaiknya tingkat pertumbuhan ekonomi.
Kemudian pada tahun 2010 juga menurun sangat drastis salah satu penyebabnya
disebabkan sektor perdagangan pada tahun 2010 meningkat dikarenakan
berkembangnya UKM masyarakat pada saat itu khususnya pada usaha industri
rumah tangga. Selain itu pada tahun 2009 ke 2010 pendapatan asli daerah
dikabupaten bireuen meningkat karena adanya peningkatan kas daerah dari
setoran BUD, Dipenda, perkebunan,dll. Walaupun data menjelaskan bahwa
kemiskinan setiap tahunnya menurun tetapi berbeda dengan keadaan yang
sebenarnya seperti kita lihat dimana di Kabupaten Bireuen kemiskinan atau
penduduk miskinnya semakin bertambah disetiap tahunnya.

Perkembangan PDRB di Kabupaten Bireuen.

Nilai PDRB Kabupaten Bireuen terus meningkat, baik atas dasar harga
berlaku maupun konstan.Hal ini menunjukan adanya perkembangan positif
perekonomian Bireuen dari tahun ke tahun. Secara garis besar ruang lingkup
perekonomian dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok sektor, yaitu Kelompok sektor
primer, sekunder dan tersier.
Tabel 4.2
PDRBSektor Perdagangandan Sektor Jasa-Jasa Terhadap
Kemiskinan Kabupaten Bireuen 2005-2016
Perdagangan Jasa-Jasa
Tahun
(Juta Rupiah) (Juta Rupiah)
2005 54.239,969 10.706,970
2006 57.778,921 11.092,727
2007 69.477,698 31.013,607
2008 73.888,966 32.450,082
2009 78.383,685 34.197,439
2010 167.735,227 9.136,555
2011 175.553,364 9.349,346
2012 184.052,525 9.547,561
2013 192.995,912 9.742,722
2014 202.452,712 9.885,329
2015 210.256,011 10.415,183
2016 221825,.949 11.202,533
Sumber data : Badan Pusat Statistik Kabupaten Bireun, Tahun (2018)

Pada sektor perdagangan setiap tahunnya terus mengalami peningkatan


dari tahun 2005-2016, tetapi pada sektor jasa-jasa setiap tahunnya terus
mengalami fluktuatif tidak menetap dari tahun 2005 sampai tahun 2016. Pada
tahun 2009 ke tahun 2010 disektor jasa mengalami penurunan drastis sedangkan
disektor perdagangan pada tahun tersebut meningkat secara drastis yaitu
berbanding terbalik antara kedua sektor tersebut. Pada tahun tersebut disektor
jasa-jasa menurun dikarenakan salah satu penyebabnya adalah tutunnya
pendapatan asli daerah secara drastis yang disebabkan oleh kerugian dari badan
usaha milik daerah, selain itu disebabkan juga dari turunnya sumber penerimaan
dari pajak, retribusi daerah serta pada saat itu BUMD mengalami
kerugian.Sedangkan disektor perdagangan pada saat itu disebabkan salah satunya
adalah UKM di daerah tersebut semakin berkembang khususnya usaha di industri
rumah tangga yang memproduksi keripik.Pertumbuhan bisnis rakyat kecil ini
terjadi secara alamiah tanpa suatu dukungan dari pemerintah kabupaten setempat.
Gambar 4.3
Grafik Perkembangan Sektor Perdagangan dan Sektor Jasa-Jasa
Kabupaten Bireuen Periode 2005-2016
Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2018)

4.1 Hasil Uji Normalitas

Uji normalitas diperlukan untuk mengetahui bentuk distribusi data, apakah


berdistribusi normal atau tidak.Pada penelitian ini uji normalitas yang dilakukan
menggunakan tabel Histogram-Normality Test.
Gambar 4.4
Hasil Uji Normalitas

Su
mber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2018)

Hasil analisis menunjukkan bahwa nilai JB test >X 2 yang berarti menolak
H0 yang menyatakan residual tidak terdistribusi normal karena uji JB =
0.0000<0.05 yang berarti JB hitung signifikan maka H0 ditolak , berarti data tidak
terdistribusi normal.

4.2 Uji Asumsi Klasik


4.4.1 Uji Multikolinieritas

Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan


antar variabel bebas pada penelitian.
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinieritas
VARIABEL PDG JS
PDG  1.000000 -0.608409
JS -0.608409  1.000000
Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2018)

Hasil analisis menunjukkan bahwa koefisien korelasi antar variabel bebas


< 0,8 yang berarti bahwa tidak terdapat multikolinearitas pada masing-masing
variabel bebas.

4.4.2 Uji Heteroskedastisitas

Cara mendeteksi terjadi atau tidaknya heteroskedastisitas ini dalam suatu


model regresi adalah dengan cara menggunakan White Test.
Tabel 4.4
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 1.767457     Prob. F(3,43) 0.1677


Obs*R-squared 5.159405     Prob. Chi-Square(3) 0.1605
Scaled explained SS 13.63412     Prob. Chi-Square(3) 0.0034

Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2018)

Dari hasil autokorelasi diatas dapat dilihat bahwa nilai Obs*Square


sebesar 5.16 dibandingkan dengan X2 tabel pada Df (3)adalah sebesar 7.81. Oleh
karena 5.16 < 7.81 maka dalam model ini sudah terbebas dari indikasi
heteroskedastisitas. Hal ini juga bisa dilihat dari nilai prob X 2 pada Df (3) adalh
sebesar 0.1605 > 0.05.

4.4.3 Uji Autokorelasi

Salah satu uji untuk mendeteksi autokorelasi adalah dengal uji Serial
Correlation LM Test. Berikut nilai hasil olah data autokorelasi.

Tabel 4.5
Uji Autokorelasi Metode Serial Correlation LM Test
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.539137     Prob. F(2,41) 0.0913


Obs*R-squared 5.179858     Prob. Chi-Square(2) 0.0750

Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2017)

Dari hasil autokorelasi diatas dapat dilihat bahwa nilai Obs*Square sebesar
5.18 dibandingkan dengan Df X2 tabel pada Df (2) = 5.99. Oleh karena 5.18<5.99
maka dalammodel ini tidak ada indikasi autokorelasi.Hal ini juga bisa dilihat dari
prob X2 sebesar 0.075>0.05.
Analisis Regresi Linier Berganda

Berdasarkan metode analisis data sebelumnya dan teori yang ada, maka
penelitian ini menggunakan analisis regresi linier berganda antara variabel
independen dan dependen dalam penelitian ini.Dimana yang menjadi variabel
dependen adalah kemiskinan (Y).sementara yang menjadi variabel independen
adalah sektor perdagangan (X1) dan sektor jasa-jasa (X2). Untuk melihat hasil
estimasi model penelitian output regresi linier berganda (Multiple regression
linier) dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini:
Tabel 4.6
Hasil Regresi Sektor Perdagangan, dan Sektor Jasa-Jasa Terhadap
Kemiskinan Di Kabupaten Bireuen.
Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.  

C 6.934729 1.770139 3.917619 0.0003


LOG(PDG) -0.248317 0.076647 -3.239767 0.0023
LOG(JS) -0.144895 0.024719 -5.861799 0.0000
KMS(-1) 0.897366 0.031199 28.76251 0.0000

R-squared 0.997615     Mean dependent var 5.269804


Adjusted R-squared 0.997449     S.D. dependent var 1.167865
F-statistic 5995.685     Durbin-Watson stat 1.308275
Prob(F-statistic) 0.000000
Sumber : Hasil Penelitian (Data Diolah:2018)

Berdasarkan data dari tabel 4.6 diatas, Setelah dilakukan olah data, dalam
model tersebut ada indikasi autokorelasi, maka untuk menghilangkan autokorelasi
tersebut dapat dilakukan dengan cara menambahkan AR(1), AR(2) dan Yt-1 yaitu
dengan metode Cochrane Orcutt (Widaryono, 2013), sehingga modelnya menjadi:

KMSt =β 0 + β 1 lnPDG t + β 2 lnJSt + β 3 KMS t−1 +ε t


Hasilnya :
KMSt =6,935−0,248 lnPDGt −0,145 lnJS t + 0,897 KMSt −1
Dari persamaan model regresi diatas maka hasil penelitian dapat
dinyatakan sebagai berikut:
Konstanta ( β 0 ¿ = 6,935. Apabila perdagangan, jasa-jasa dan kemiskinan
tahun sebelumnya dianggap konstan (nol) maka kemiskinan juga akan konstan
sebesar 6,935.

Koefisien regresi Perdagangan ( β 1) = -0,248. Apabila perdagangan


meningkat sebesar 1% , maka akan menurunkan kemiskinan sebesar 0,248%.
Koefisien regresi jasa ( β 2) = -0,145. Apabila jasa-jasa meningkat sebesar
1% , maka akan menurunkan kemiskinan sebesar 0,145.
Koefisien kemiskinan tahun sebelumnya ( β 3) = 0,897. Apabila kemiskinan
tahun sebelumnya meningkat sebesar 1%, maka kemiskinan tahun berjalan juga
akan terjadi peningkatan sebesar 0.897.

Pembuktian Hipotesis
Uji Parsial (T)

Uji t merupakan sebuah metode pengujian untuk mengetahui sejauh mana


pengaruh atau hubungan varibel secara parsial (satu-satu) yaitu antara variabel X
terhadap variabel Y, dimana jika penelitian dan pengolahan data dijumpai nilai
thitung> ttabel maka hipotesis alternatif (Ha) diterima dengan level of signifikansi atau
α = 1% sedangkan jika thitung< ttabel maka hipotesis nol (H0) ditolak dengan level of
signifikansi atau α = 1%.
Dari hasil pengujian diatas yang dapat dilihat pada tabel 4.6 menunjukkan
bahwa:
1. Sektor perdagangan memiliki Thitung sebesar-3,2397 dengan nilai
probabilitas statistiknya sebesar 0,0023 dan nilai Ttabel dengan (df) = n-k
(47-4 = 43) pada α = 1% . Dapat disimpulkan bahwa T hitung >Ttabel, atau -
3,2397<-2,41625 dengan signifkansi < 1%, maka keputusannya yaitu
hipotesis Ha diterima dan hipotesis H0 ditolak, yang berarti secara parsial
sektor perdagangan berpengaruh secara negatif terhadap kemiskinan di
Kabupaten Bireuen.
2. Sektor jasa-jasa memiliki Thitung sebesar -5,8617 dengan nilai probabilitas
statistiknya sebesar 0,0000 dan nilai Ttabel dengan (df) = n-k (47-4 = 43)
pada α = 1% . Dapat disimpulkan bahwa T hitung >Ttabel, atau -
5,8617<-2,41625 dengan signifkansi < 1%, maka keputusannya yaitu
hipotesis Ha diterima dan hipotesis H0 ditolak, yang berarti secara parsial
sektor jasa-jasa berpengaruh secara negatif terhadap kemiskinan di
Kabupaten Bireuen.
3. Kemiskinan tahun sebelumnya memiliki Thitung sebesar 28.76251 dengan
nilai probabilitas statistiknya sebesar 0.0000 dengan nilai Ttabeldengan
(Df)= n-k (47-4 =43) pada α = 1%. Dapat disimpulkan bahwa
Thitung>Ttabelatau 28.76251 > 2.41625 dengan signifikan <1%. Maka
keputusannya yaitu hipotesis Ha diterima dan hipotesis H0 ditolak. Yang
berarti secara parsial kemiskinan tahun sebelumnya berpengaruh secara
positif terhadap kemiskinan di Kabupaten Bireuen.
4. Konstanta (β0) memiliki Thitung sebesar 3.917619 dengan nilai probabilitas
statistiknya sebesar 0.0003 dengan nilai Ttabeldengan (Df)= n-k (47-4=43),
pada α = 1%. Dapat disimpulkan bahwa Thitung>Ttabelatau 3.918 >2.416
dengan signifikan <1%, yang berarti dalam sektor perdagangan, sektor
jasa-jasa dan kemiskinan tahun sebelumnya mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Bireuen periode 2005-2016.

Uji Secara Serentak (Uji F)


Uji F Merupakan Sebuah Metode pengujian untuk mengetahui sejauh
mana pengaruh atau hubungan variabel secara simultan (keseluruhan) yaitu antara
variabel X1 dan X2 terhadap variabel Y, dimana jika dalam penelitian dan
pengolahan data dijumpai nilai Fhitung>Ftabel maka hipotesis alternatif Ha diterima
dengan level of signifikansi atau α = 1%.

Hasil regresi dari penelitian ini menggunakan taraf kepercayaan 99% (α =


1%). Berdasarkan hasil pengujian yang dilakukan secara bersama-sama dari tabel
4.6 Di atas dapat dilihat nilai F statistik sebesar 5995.685 dengan nilai probabilitas
statistiknya sebesar 0,0000. Sedangkan Ftabel V1 = n-k (47-4=43) dan V2 = k-1 (4-
1=3) diperoleh nilai sebesar 4.27 pada α = 1%. Maka F statistik> Ftabel yaitu 5995.685
> 4.27, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis H0 di tolak dan hipotesis Ha
diterima, yang berarti secara bersama-sama sektor perdagangan, sektor jasa-jasa,
dan kemiskinan tahun sebelumnya berpengaruh secara positif terhadap
kemiskinan di Kabupaten Bireuen.

Koefisien Determinasi (R2)

Pengaruh dari sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa terhadap


kemiskinan di Kabupaten Bireuen dapat dilihat dari nilai R2. Dari hasil pengujian
diperoleh nilai R2 sebesar 0,9974 yang berarti besarnya pengaruh dari variabel
sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa terhadap kemiskinan di Kabupaten
Bireuen yaitu sebesar 0,9974 atau 99,74%, sementara sisanya yaitu sebesar 0,26%
dipengaruhi oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan kedalam penelitian ini.

Koefisien Korelasi (R)

Maka hubungan antara sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa terhadap


kemiskinan di Kabupaten Bireuen dilihat dari koefisien korelasi (R) yaitu dengan
cara mengakarkan nilai R2, dari hasil penelitian menunjukkan bahwa sektor
perdagangan, sektor jasa-jasa dan kemiskinan tahun sebelumnya berhubungan
sangat kuat secara positif terhadap kemiskinan, karena nilai korelasi sebesar
0.9987 mendekati posotif satu (+1).

E. KESIMPULAN DAN SARAN


Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian iniyang telah diperoleh pada bab sebelumnya,


maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:
1. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa sektor perdagangan berpengaruh
secara negative dan signifikan terhadap kemiskinan Kabupaten Bireuen
Dari hasil.
2. Secara parsial dapat disimpulkan bahwa sektor jasa-jasa berpengaruh
secara negatif dan signifikan terhadap kemiskinan di Kabupaten Bireuen.
3. Besarnya pengaruh dari variabel sektor perdagangan dan sektor jasa-jasa
terhadap kemiskinan di Kabupaten Bireuen yaitu sebesar 0,9974 atau
99,74%.
5.2 Saran

1. berdasarkan hasil penelitian ini, variabel sektor perdagangan berpengaruh


terhadap kemiskinan Kabupaten bireuen maka disarankan agar pemerintah
dapat menambah sarana dan prasarana agar terciptanya perekonomian
yang lebih baik lagi dari sebelumnya.
2. berdasarkan hasil penelitian ini, variabel sektor jasa-jasa berpengaruh
terhadap kemiskinan di Kabupaten Bireuen. Hal ini disarankan kepada
pemerintah kabupaten bireun untuk dapat mempertahankan dan
meningkatkan kebijakan pengembangan sektor jasa.
3. Semua subsektor harus diperhatikan oleh pemerintah karena satu sektor
berhubungan dengan sektor yang lain, apabila pertumbuhan salah satu
sektor utama akan mendorong sektor lain untuk tumbuh. Sejalan dengan
hal tersebut, sesuai dengan teori Horrod- Domar menyebutkan bahwa
dalam meningkatkan kualitas pertumbuhan ekonomi wilayah harus adanya
usaha untuk mendorong kinerja sektor utama secara bersama- sama,
karena apabila semua sektor berkembang secara seimbang, kenaikan
produksi suatu sektor akan mampu diserap oleh sektor lainnya. Dengan
adanya langkah ini maka akan mempercepat pertumbuhan ekonomi
wilayah.
4. untuk penelitian selanjutnya, diharapkan untuk menambah tahun
penelitiannya dan jumlah variabel penelitiannya agar dapat memberikan
penjelasan yang lebih banyak lagi terkait dengan kemiskinan. Dan
penelitiannya dapat terbebas dari uji asumsi klasik.

DAFTAR PUSTAKA

Kuncoro, M. (2003). Ekonomi Pembangunan, Teori Masalah, Dan Kebijakan


(Cetakan Ed). Yogyakarta: APP-AMP.YKPN.

Kuncoro, M. (2000). Ekonomi Pembangunan. Yogyakarta: UPP-AMP.YKPN.

Muliza T. Zulham, C. S. (2017). Analisis Pengaruh Belanja Pendidikan, Belanja


Kesehatan, Tingkat Kemiskinan Dan Pdrb Terhadap Ipm Di Provinsi
Aceh. Jurnal Perspektif Ekonomi Darussalam Volume 3 Nomor 1, Maret
2017 ISSN. 2502-6976 51.

Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Tahun 2012.

Siregar, S. (2017). Pengaruh Pdrb Riil Dan Inflasi Terhadap Tingkat Kemiskinan
Kota Medan Dengan Variabel Intervening Pengangguran, 3(2), 61–72.

Subandi. (2016). Ekonomi Pembangunan (Cetakan Keempat). Bandung: Alfabeta.

Sukirno, S. (2000). Makro Ekonomi Modern. Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.


Santika, R., & Juliansyah, H. (2022). PENGARUH PERTUMBUHAN
EKONOMI DAN UPAH BURUH TERHAP TINGKAT KEMISKINAN
DI PULAU SUMATERA. Jurnal Ekonomi Regional Unimal, 5(2), 43-
51.
Husal, I. M. (2020). PENGARUH SEKTOR INDUSTRI DAN PERDAGANGAN
TERHADAP KEMISKINAN PERKOTAAN DI PROVINSI JAWA
TIMUR (Doctoral dissertation, Universitas Muhammadiyah Malang).

Wibowo, A. (2019). Pengaruh Output Sektor Pertanian dan Perdagangan


Terhadap Kemiskinan di Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Riset dan
Aplikasi Matematika (JRAM), 3(2), 89-100.

Anda mungkin juga menyukai