Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Internasional 1

1. Nama Penulis
Inmaculada Carrasco, Juan Sebastián Castillo-Valero, Marcos Carchano and Carmen
Córcoles
2. Jurnal terdaptar pada
Scopus Q1
3. Judul
Recent evolution of wine exports in a turbulence period: a multiregional input–output
analysis
4. Permasalahan
The economic impact of Spanish wine exports is influenced by various factors, including the
pandemic and regulatory changes in importing countries such as Russia.The multiregional
input-output analysis used in this study aims to identify the direct and indirect economic
impacts of Spanish wine exports in recent years.Other studies have also looked at the impact
of external factors such as drought, trade retaliation and COVID-19 on the wine
industry.Barriers to the wine trade and changes in the Spanish wine sector have also been
studied.
(Dampak ekonomi eskpor anggur spanyol dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain
pandemi dan perubahan regulasi di negara importir seperti Rusia.Analisis input-output
multiregional yang digunakan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dampak
ekonomi langsung dan tidak langsung dari ekspor anggur spanyol dalam beberapa tahun
terakhir.Studi lain juga melihat dampak faktor eksternal seperti kekeringan, pembalasan
perdagangan,dan covid-19 pada industri anggur.Hambatan perdagangan anggur dan
perubahan di sektor anggur Spanyol juga telah dipelajari).
5. Variabel
The study used the multiregional input-output model (MRIO) to determine the direct and
indirect economic effects of Spanish wine exports in different countries and sectors (e.g.
[1]). The value-added generated by Spanish wine exports was also incorporated into the
model (e.g. [2]). The study used data from the World Input-Output Database (WIOD) and
the Spanish Wine Market Observatory (OeMv) (e.g. [1]). The study focused on the years
2018-2020 and assumed that there were no significant changes in the technical coefficients
of the sector during this period (e.g. [1]).
Studi ini menggunakan model input-output multiregional (MRIO) untuk menentukan
dampak ekonomi langsung dan tidak langsung dari ekspor anggur Spanyol di berbagai
negara dan sektor (misalnya [1] ). Nilai tambah yang dihasilkan oleh ekspor wine Spanyol
juga dimasukkan ke dalam model (misalnya [2] ). Studi ini menggunakan data dari World
Input-Output Database (WIOD) dan Spanish Wine Market Observatory (OeMv) (misalnya
[1] ). Kajian difokuskan pada tahun 2018-2020 dan diasumsikan tidak ada perubahan yang
signifikan pada koefisien teknis sektor tersebut selama periode tersebut (misalnya [1] ).
Halaman: 9,10,11

6. Novelty
The novelty of this study lies in its application of an input-output model to analyze the direct
and indirect effects of the evolution of markets for Spanish wine exports in different
countries and sectors, particularly in the context of the COVID-19 pandemic. [4]
(Kebaruan dari penelitian ini terletak pada penerapan model input-output untuk menganalisis
efek langsung dan tidak langsung dari evolusi pasar ekspor wine Spanyol di berbagai negara
dan sektor, khususnya dalam konteks pandemi COVID-19). [4]
Halaman: 11

7. Model Yang Digunakan


The method used in the study is based on the multiregional input-output model (MRIO),
which is widely used to determine the effects on individual countries and productive sectors
of any change in final demand. The application of the model allowed the authors to obtain
the results presented in the study. [4]
(Metode yang digunakan dalam penelitian ini didasarkan pada model input-output
multiregional (MRIO), yang banyak digunakan untuk menentukan dampak pada masing-
masing negara dan sektor produktif dari setiap perubahan permintaan akhir. Penerapan
model memungkinkan penulis untuk mendapatkan hasil yang disajikan dalam penelitian) [4]
Halaman: 9
8. Hasil Dan Pembahasan :
The study aimed to calculate the direct and indirect economic effects of Spanish wine
exports in recent years in other countries and sectors, particularly in the context of the
COVID-19 pandemic. The authors used a multiregional input-output model (MRIO) to
determine the effects on individual countries and productive sectors of any change in final
demand. The results showed that the decline in Spanish wine exports in 2020 was due to the
effect of the pandemic and the entry into force of the new Law on Viticulture and
Winemaking of the Russian Federation. The study also found that the first wave of the
COVID-19 crisis had a stronger impact on France, Italy, Germany, China, and the USA. The
value-added generated in March, April, and May fell with respect to the previous year by
€73 million in 2019 and €47.5 in 2020. Overall, in these countries, the contribution to value-
added decreased by 120.7 million euros in those months since 2018, with France, Italy, and
Germany recording the sharpest declines of more than 80%, while the decreases in the
United States and China were less severe. [1][3]
(Studi tersebut bertujuan untuk menghitung dampak ekonomi langsung dan tidak langsung
dari ekspor anggur Spanyol dalam beberapa tahun terakhir di negara dan sektor lain,
khususnya dalam konteks pandemi COVID-19. Penulis menggunakan model input-output
multiregional (MRIO) untuk menentukan efek pada masing-masing negara dan sektor
produktif dari setiap perubahan permintaan akhir. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
penurunan ekspor wine Spanyol pada tahun 2020 disebabkan oleh dampak pandemi dan
berlakunya Undang-Undang baru tentang Vitikultur dan Pembuatan Anggur Federasi Rusia.
Studi tersebut juga menemukan bahwa gelombang pertama krisis COVID-19 memiliki
dampak yang lebih kuat di Prancis, Italia, Jerman, China, dan Amerika Serikat. Nilai tambah
yang dihasilkan pada bulan Maret, April, dan Mei turun dibandingkan tahun sebelumnya
sebesar €73 juta pada tahun 2019 dan €47,5 pada tahun 2020. Secara keseluruhan, di negara-
negara ini)[1] [3]
Halaman :9,14,15
Jurnal Internasional 2

1. Nama Penulis
Satoko Kubota,Hirotsugu Sawano and Hiroichi Kono
2. Jurnal terdaftar pada
Scopus Q1
3. Judul
Japanese consumer preferences for additive-free wine labeling
4. Permasalahan
The study identified the problem of adverse selection in the wine market, where consumers
may not have accurate information about the quality and safety of the wine they are
purchasing, leading to a potential mismatch between their preferences and the actual
characteristics of the wine. This highlights the need for promoting and disseminating
accurate information about wine to increase consumer awareness and reduce
misunderstandings ([2]).
Studi tersebut mengidentifikasi masalah pemilihan yang merugikan di pasar anggur, di mana
konsumen mungkin tidak memiliki informasi yang akurat tentang kualitas dan keamanan
anggur yang mereka beli, yang mengarah ke potensi ketidaksesuaian antara preferensi
mereka dan karakteristik anggur yang sebenarnya. Ini menyoroti kebutuhan untuk
mempromosikan dan menyebarkan informasi yang akurat tentang anggur untuk
meningkatkan kesadaran konsumen dan mengurangi kesalahpahaman ( [2] ).
Halaman: 14

5. Variabel
The study identified several observable and latent variables related to consumer preferences
for wine, including awareness of the dangers of food additives (Q13-4, Q14-7, Q16),
knowledge of wine (Q6-1 ~ 3, Q13-13 ~ 17), knowledge of food processing (Q15-1 ~ 11),
conformity with others, and low need for cognition as independent variables, and preference
for antioxidant-free wine and excessive concern for food safety as dependent variables [1].
6. Novelti
The study conducted by Kubota et al. (2017) provides a novel approach to understanding
consumer preferences for wine by identifying several observable and latent variables related
to consumer preferences, including awareness of the dangers of food additives, knowledge
of wine, knowledge of food processing, conformity with others, and low need for cognition
as independent variables, and preference for antioxidant-free wine and excessive concern for
food safety as dependent variables [1]. The study also utilized a conditional logit model and
a structural equation model to analyze the data and identify significant paths and factors that
explain consumer preferences for wine. [1]
Studi yang dilakukan oleh Kubota et al. (2017) memberikan pendekatan baru untuk
memahami preferensi konsumen terhadap wine dengan mengidentifikasi beberapa variabel
yang dapat diamati dan laten terkait dengan preferensi konsumen, termasuk kesadaran akan
bahaya bahan tambahan makanan, pengetahuan tentang wine, pengetahuan tentang
pengolahan makanan, kesesuaian dengan orang lain, dan kebutuhan rendah. untuk kognisi
sebagai variabel independen, dan preferensi untuk anggur bebas antioksidan dan perhatian
berlebihan terhadap keamanan pangan sebagai variabel dependen [1] . Studi ini juga
menggunakan model logit bersyarat dan model persamaan struktural untuk menganalisis
data dan mengidentifikasi jalur dan faktor signifikan yang menjelaskan preferensi konsumen
terhadap anggur. [1]
Halaman :5,6

7. Model yang digunakan


The study conducted by Kubota et al. (2017) utilized a conditional logit model and a
structural equation model to analyze the data and identify significant paths and factors that
explain consumer preferences for wine. The conditional logit model was used to determine
consumers' appraisals of wine labels by incorporating latent variables related to consumers'
perception obtained from the covariance structural analysis into utility models as consumers'
attributes. The structural equation model was used to identify the relationships among the
variables and to test the hypotheses. The model is shown in Figure 1 of the study [1].
Studi yang dilakukan oleh Kubota et al. (2017) menggunakan model conditional logit dan
model persamaan struktural untuk menganalisis data dan mengidentifikasi jalur dan faktor
signifikan yang menjelaskan preferensi konsumen terhadap wine. Model conditional logit
digunakan untuk menentukan penilaian konsumen terhadap label wine dengan memasukkan
variabel laten terkait persepsi konsumen yang diperoleh dari analisis struktural kovarian ke
dalam model utilitas sebagai atribut konsumen. Model persamaan struktural digunakan
untuk mengidentifikasi hubungan antar variabel dan untuk menguji hipotesis. Model
tersebut ditunjukkan pada Gambar 1 penelitian [1] .
8. Hasil dan pembahasan
The study conducted by Kubota et al. (2017) found that consumer preferences for wine are
influenced by several observable and latent variables, including awareness of the dangers of
food additives, knowledge of wine, knowledge of food processing, conformity with others,
and low need for cognition as independent variables, and preference for antioxidant-free
wine and excessive concern for food safety as dependent variables [1]. The study also found
that consumers are willing to pay a premium for wine that is labeled as antioxidant-free or
organic, indicating a strong preference for additive-free and high levels of food safety.
The study utilized a conditional logit model and a structural equation model to analyze the
data and identify significant paths and factors that explain consumer preferences for wine.
The results showed that knowledge of wine and awareness of the dangers of food additives
have a positive effect on preference for antioxidant-free wine, while conformity with others
has a negative effect. In addition, excessive concern for food safety has a positive effect on
preference for organic wine.The study also found that consumers with low need for
cognition are more likely to rely on heuristics, such as price and source, when making wine
purchasing decisions. This suggests that wine producers and marketers should consider the
role of heuristics in consumer decision-making and develop effective marketing strategies
that appeal to consumers with different levels of cognitive processing. Overall, the study
provides valuable insights into consumer preferences for wine and highlights the importance
of understanding the underlying factors that influence consumer decision-making in the
wine market [1].
Studi yang dilakukan oleh Kubota et al. (2017) menemukan bahwa preferensi konsumen
terhadap wine dipengaruhi oleh beberapa variabel yang dapat diamati dan laten, antara lain
kesadaran akan bahaya bahan tambahan makanan, pengetahuan tentang wine, pengetahuan
tentang pengolahan makanan, kesesuaian dengan orang lain, dan kebutuhan kognisi yang
rendah sebagai variabel independen, dan preferensi untuk anggur bebas antioksidan dan
perhatian berlebihan terhadap keamanan pangan sebagai variabel dependen [1]. Studi ini
juga menemukan bahwa konsumen bersedia membayar lebih mahal untuk anggur yang
diberi label bebas antioksidan atau organik, yang menunjukkan preferensi kuat untuk bebas
aditif dan tingkat keamanan makanan yang tinggi. Studi ini menggunakan model logit
bersyarat dan model persamaan struktural untuk menganalisis data dan mengidentifikasi
jalur dan faktor signifikan yang menjelaskan preferensi konsumen terhadap anggur. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa pengetahuan tentang wine dan kesadaran akan bahaya bahan
tambahan makanan berpengaruh positif terhadap preferensi terhadap wine bebas
antioksidan, sedangkan konformitas dengan orang lain berpengaruh negatif. Selain itu,
kepedulian yang berlebihan terhadap keamanan pangan berdampak positif pada preferensi
anggur organik. Studi ini juga menemukan bahwa konsumen dengan kebutuhan kognisi
rendah lebih cenderung mengandalkan heuristik, seperti harga dan sumber, saat membuat
keputusan pembelian anggur. Hal ini menunjukkan bahwa produsen dan pemasar wine harus
mempertimbangkan peran heuristik dalam pengambilan keputusan konsumen dan
mengembangkan strategi pemasaran yang efektif yang menarik konsumen dengan berbagai
tingkat pemrosesan kognitif. Secara keseluruhan, penelitian ini memberikan wawasan
berharga tentang preferensi konsumen terhadap wine dan menyoroti pentingnya memahami
faktor-faktor mendasar yang memengaruhi pengambilan keputusan konsumen di pasar wine.
[1]
Jurnal Internasional 3

1. Nama Penulis
Takashi Ohashi, Kenji Sugimoto, Yoshikatsu Sasaki and Masashi Hisamoto
2. Jurnal terdaftar pada
Scopus Q1
3. Judul
Effect of wine pomace extract on dechlorination of chloroethenes in soil suspension
4. Permasalahan
The specific issue addressed in the study is the use of wine pomace extract (WPE) for
bioremediation of soil contaminated with chloroethenes. The study aims to confirm that
WPE contributes to the microbial degradation of chloroethenes, identify the types of
carboxylic acids present in WPE, and verify whether the identified substances function in
the microbial degradation of chloroethenes. The study found that lactic acid and tartaric acid
in WPE are effective hydrogen donors for the anaerobic degradation of chloroethenes.
(Masalah khusus yang dibahas dalam penelitian ini adalah penggunaan ekstrak anggur
pomace (WPE) untuk bioremediasi tanah yang terkontaminasi kloroetena. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkonfirmasi bahwa WPE berkontribusi terhadap degradasi mikroba
kloroetena, mengidentifikasi jenis asam karboksilat yang ada dalam WPE, dan
memverifikasi apakah zat yang diidentifikasi berfungsi dalam degradasi mikroba
kloroetena . Studi ini menemukan bahwa asam laktat dan asam tartarat dalam WPE adalah
donor hidrogen yang efektif untuk degradasi anaerob kloroetena).
Halaman: 3,4

5. Variabel
The study investigated the effect of wine pomace extract and three carboxylic acids (l-lactic
acid, l-tartaric acid, and syringic acid) on the dechlorination of tetrachloroethene (PCE) into
ethene in cultured groundwater (Fig. 4) [3]. The concentrations of vinyl chloride (VC) in
samples with wine pomace extract, l-lactic acid, and l-tartaric acid were significantly lower
than in the control sample, indicating the promotion of VC degradation (Fig. 5) [4]. The
carboxylic acids in wine pomace extract were analyzed using liquid chromatography-mass
spectrometry (LC-MS) [6]. The microbial community used in the PCE degradation test was
obtained from soil-mixed groundwater collected from a TCE-contaminated site in Osaka,
Japan [7].
Studi ini menyelidiki pengaruh ekstrak pomace anggur dan tiga asam karboksilat (asam l-
laktat, asam l-tartarat, dan asam siringat) pada deklorinasi tetrakloroetena (PCE) menjadi
etena dalam air tanah yang dibudidayakan (Gbr. 4) [3 ] . Konsentrasi vinil klorida (VC)
dalam sampel dengan ekstrak pomace anggur, asam l-laktat, dan asam l-tartarat secara
signifikan lebih rendah daripada sampel kontrol, menunjukkan promosi degradasi VC (Gbr.
5) [4 ] . Asam karboksilat dalam ekstrak anggur pomace dianalisis menggunakan
kromatografi cair-spektrometri massa (LC-MS) [6] . Komunitas mikroba yang digunakan
dalam uji degradasi PCE diperoleh dari air tanah campuran tanah yang dikumpulkan dari
situs yang terkontaminasi TCE di Osaka, Jepang [7] .
Halaman: 4,7,8,11

6. Novelty
The novelty of the study is the use of wine pomace extract as a biostimulant for the
bioremediation of chloroethene-contaminated groundwater. This study demonstrated that
wine pomace extract can enhance the dechlorination of chloroethenes into ethene by
indigenous microorganisms in groundwater. The use of wine pomace extract as a
biostimulant is a sustainable and cost-effective approach for the remediation of
chloroethene-contaminated sites. [4]
(Kebaruan dari penelitian ini adalah penggunaan ekstrak anggur pomace sebagai biostimulan
untuk bioremediasi air tanah yang terkontaminasi kloroetena. Studi ini menunjukkan bahwa
ekstrak pomace anggur dapat meningkatkan deklorinasi kloroetena menjadi etena oleh
mikroorganisme asli dalam air tanah. Penggunaan ekstrak pomace anggur sebagai
biostimulan adalah pendekatan yang berkelanjutan dan hemat biaya untuk remediasi situs
yang terkontaminasi kloroetena) [4]
Halaman: 7,8
7. Model yang digunakan
The methods used in the article are as follows:For the PCE degradation test with carboxylic
acids, a glass bottle was used and the final concentrations were 0.1 mM each for lactic acid,
tartaric acid, and syringic acid, and 22.7 μM for PCE. The concentrations of chloroethenes
were measured over time using gas chromatography [1].Carboxylic acids were extracted
from wine pomace by alkaline maceration. The extracted water-eluted fraction (WPE) was
used in the PCE degradation test along with the methanol-eluted fraction and aqueous test
solutions of lactic acid, tartaric acid, and syringic acid. Soil suspension and cultured
groundwater were added to the glass bottle, which was sealed tightly with Teflon-lined butyl
rubber stoppers and aluminum seals. The PCE degradation test was performed in an
anaerobic environment [4].Gas chromatography was used to determine the concentrations of
chloroethenes (VC, 1,2-DCE, TCE, and PCE) in the culture medium in the glass bottle. A
headspace gas injection method using a gas chromatograph with a dry electrolytic
conductivity detector (DELCD) was used. The GC calibration factor was determined to
directly relate the GC peak areas obtained from 0.05 mL headspace gas injection to the
masses of the compounds in the glass bottle [3].Analysis of variance (ANOVA) was
conducted using JMP software [3].Please note that the citations provided may contain
additional details on the methods used in the study.
Metode atau model yang digunakan dalam artikel tersebut adalah sebagai berikut: - Untuk
uji degradasi PCE dengan asam karboksilat, digunakan botol kaca dan konsentrasi akhir
masing-masing 0,1 mM untuk asam laktat, asam tartarat, dan asam syringic, dan 22,7 μM
untuk PCE. Konsentrasi kloroetena diukur dari waktu ke waktu menggunakan kromatografi
gas [1]. - Asam karboksilat diekstraksi dari pomace anggur dengan maserasi alkali. Fraksi
terelusi air (WPE) yang diekstraksi digunakan dalam uji degradasi PCE bersama dengan
fraksi terelusi metanol dan larutan uji berair dari asam laktat, asam tartarat, dan asam
siringat. Suspensi tanah dan air tanah yang dibudidayakan ditambahkan ke botol kaca, yang
ditutup rapat dengan sumbat karet butil berlapis Teflon dan segel aluminium. Tes degradasi
PCE dilakukan di lingkungan anaerobik [4]. - Kromatografi gas digunakan untuk
menentukan konsentrasi kloroetena (VC, 1,2-DCE, TCE, dan PCE) dalam media kultur
dalam botol kaca. Metode injeksi gas headspace menggunakan kromatografi gas dengan
detektor konduktivitas elektrolitik kering (DELCD). Faktor kalibrasi GC ditentukan untuk
menghubungkan secara langsung area puncak GC yang diperoleh dari injeksi gas headspace
0,05 mL dengan massa senyawa dalam botol kaca [3] . - Analisis varians (ANOVA)
dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak JMP [3] . Harap dicatat bahwa kutipan
yang diberikan mungkin berisi rincian tambahan tentang metode yang digunakan dalam
penelitian ini.
Halaman: 4,5,7,8

8. Hasil dan pembahasan


Studi yang dilakukan oleh Ohashi et al. (2023) menunjukkan efektivitas biostimulasi dengan
ekstrak anggur pomace untuk remediasi situs yang terkontaminasi kloroetena. Studi tersebut
menunjukkan bahwa penambahan ekstrak anggur pomace sebagai donor elektron
meningkatkan deklorinasi reduktif kloroetena oleh mikroorganisme asli dalam air tanah.
Ekstrak anggur pomace ditemukan sebagai alternatif yang hemat biaya dan berkelanjutan
untuk donor elektron tradisional seperti laktat dan minyak sayur emulsi. Studi ini juga
menyoroti potensi anggur pomace sebagai produk sampingan yang berharga dari industri
anggur, yang dapat dimanfaatkan untuk bioremediasi dan aplikasi lain seperti produksi asam
tartarat dan asam suksinat berbasis bio (Filippi et al., 2021; Nurgel dan Canbas, 1998).
Keseluruhan

Anda mungkin juga menyukai