Anda di halaman 1dari 5

DI SUATU KETIKA

i suatu ketika, aku teringat pada pengalamanku bertugas


selama 2 hari sebagai penyuluh kehutanan di daerah ini.
Sekitar lima tahun yang lalu, aku mengunjungi desa ini.
Namanya Desa Kelapa Gading. Desa ini terletak di Kecamatan
Kelapa Kembar dan berjarak dari pusat kecamatan kira-kira 45 km. Desa
ini berbatasan di Utara dengan Desa Tanjung Raya, di Selatan berbatasan
dengan HTI PT. Wana Baru, di barat berbatasan dengan Desa Gunung
Setia dan di sebelah timur dengan kawasan hutan lindung.
Bila berjalan memasuki desa dari
arah jalan utama yaitu dari arah
Desa Gunung Setia, maka jalan
desa
akan
bercabang
di
seperempat
pertama
(bentuk
percabangan jalan kira-kira seperti
cabang
pohon
jambu
untuk
membuat ketapel). Cabang ke kiri
akan terus menuju desa Tanjung
Raya. Dusun Kelapa Raya adalah
dusun
yang
terletak
diawal
persimpangan hingga batas desa
dengan penduduknya yang padat, fasilitas desa sebagaian besar terletak
di dusun ini, termasuk sekolah dasar, kantor desa dan juga balai desa,
rumah penduduk tersebar di sepanjang jalan hingga beberapa jalan
desa/dusun yang ada yang membentuk seperti ranting-ranting pohon.
Adapun tepat dipercabangan terdapat fasilitas ibadah (masjid) dan
sebuah madrasah serta terdapat pasar mingguan dengan bentuk
bangunan kayu. Dusun ini menempati posisi terluas dari Desa Kelapa
Gading dengan batas awal dusun dari batas desa Gunung Setia hingga
kira2 sepertiga panjang desa.
Adapun cabang ke kanan (tepatnya buka cabang) hanya lurus dari
jalan utama akan menyebarangi sungai kembang dan sampai di dusun
Kembang Mayang yang terletak 2/3 bagian dari panjang desa ini, di dusun
ini jalan desa akan bercabang dua, tepatnya terletak pertengahan
panjang dusun dari batas dengan dusun Kelapa Raya dan hutan lindung.
Satu bagian cabang ke arah hutan lindung dan bagian lain ke kanan ke
dusun rimba. Rumah-rumah penduduk di dua dusun ini tidak terlalu rapat,
namun disekitar rumah-rumah penduduk hingga batas desa terhampar
kebun penduduk mulai dari kebuh karet dan sawit serta ladang penduduk
lainnya. Sebenarnya bentuk desa ini seperti buah kurma yang memajang
mendatar. Terdapat dua sungai di desa ini yaitu Sungai Kelapa yang
mengalir dari HTI ke arah utara desa, berkelok-kelok melewati beberapa
1

bagian desa dengan airnya yang sudah surut dan kotor, serta sungai
Rimba yang mengalir dari hutan lindung dengan air yang masih lumayan,
namun di saat ini sedang kemarau sehingga airnya menyusut.
Ketika aku bertanya kepada beberapa tokoh masyarakat, maka
menurut penuturan mereka, dahulunya, sekitar tahun 1970-an Desa
Kelapa Gading adalah hanya sebuah lokasi pemukiman (camp) para
pekerja di sebuah HPH, Hingga tahun 1982 Desa Kelapa Gading baru
merupakan ladang yang berisikan 1-3 gubuk (lebih tepatnya pondok)
pekebun/ladang. Ditahun-tahun awal tersebut, Desa Kelapa Gading belum
berupa desa tetapi jadi bagian dari Desa Gunung Setia sebagai sebuah
dusun kecil yang bernama dusun Gading, karena konon menurut
penuturan bebarapa tokoh masyarakat di dusun itu penah dijumpai seekor
gajah yang mati dengan gading yang besar dan tertancap sebutir kelapa
di ujung gading tersebut.
Lambat laun dusun Gading berkembang penduduknya. Dusun
Gading merupakan Dusun terakhir di Desa Gunung Setia yang
berbabatasan langsung dengan kawasan hutan. Di tahun tersebut kondisi
hutan masih lebat sehingga penduduk dusun Gading tidak kesulitan
mendapatkan air bersih dari dua anak sungai yang mengalir melalui
dusun ini yaitu sungai Kelapa dan sungai Rimba. Tahun 1984, dimulailah
pembangun dusun lebih maju, yaitu sejak terbuka jalan dari dusun ini ke
desa tetangga di tengah hutan, yaitu Desa Kembang Wangi, desa ini
adalah desa transmigrasi. Selain itu di dusun sudah mulai berdiri
beberapa bangunan umum mulai dari mushala, tempat pengajian dan
pasar mingguan. Di tahun tersebut, hutan mulai dirambah terutama
disekitar jalan desa yang dibuka. Empat tahun kemudian, penduduk dusun
Gading mulai meningkat pengetahuan sejak berinteraksi dengan
transmigrasi, mereka mulai membuka hutan untuk membuat kebun karet.
Kondisi dusun masih belum berubah di masa itu dimana penduduk masih
hidup dengan sederhana. Di tahun 1989, penduduk diperkenalkan dengan
tanaman sawit. Beberapa kepala keluarga mulai membuka hutan untuk
kebun sawit hingga beberapa hektar. Di tahun 1993 hutan di sekitar
dusun mulai dibuka secara besar-besaran setelah masuk areal sebuah
perusahaan pemegang konsesi HTI, perusahaan ini sudah lama memiliki
hak pengelolaan tsb, namun baru mulai dibuka untuk kegiatan
penanaman di tahun tersebut. Di tahun yang sama dusun Gading
berkembang menjadi Desa Kelapa Gading setelah jumlah penduduk
bertambah pesat. Sekolah dasar dan angkutan umum mulai memasuki
desa di saat itu. Selain itu di tahun tersebut beberapa penduduk ikut
bekerja di perusahaan, tetapi beberapa penduduk yang lebih tua memilih
tetap
di
usaha
berkebun.
Setahun
kemudian,
mulai
terjadi
ketidaknyamanan antara beberapa penduduk yang memiliki kebun karet
dan kebun sawit dengan perusahaan, beberapa lahan penduduk masuk
2

dalam wilayah perusahaan. Selain masalah tersebut, terjadi juga


perebutan batas desa antara perusahaan, desa Kelapa Gading dan Desa
tetangga.
Dua tahun kemudian, setelah sawit mulai panen beberapa penduduk telah
menikmati hasil kebun, namun beberapa penduduk merasa semakin
tertekan karena lahan kebun mereka masuk areal perusahaan. Kondisi
ekonomi masyarakat di desa menurun, karena keamanan mereka untuk
panen kebun mereka menjadi sulit. Beberapa penduduk membentuk
kelompok/LSM untuk memenangkan lahan mereka. Pihak perusahaanpun
sejak mulai berdiri sudah mendekati masyarkat dengan membangunkan
beberapa fasilitas umum seperti Masjid, semenisasi beberapa jalan desa
dan pemberian hadiah lebaran berupa sarung dan biskuit. Masyarakat
sudah pernah berunding dengan perusahaan, namun masih jalan buntu.
Lalu setahun setelah itu, kondisi kondisi jalan desa mulai rusak setelah
perusahaan mulai memasukkan alat berat dan sawit mulai panen raya.
Juga kondisi air sungai Kelapa dan sungai Rimba sudah berubah dahulu air
kedua sungai jernih, namun di tahun ini sudah mulai menyusut dan keruh,
apalagi sungai Kelapa yang mengalir dari areal perusahaan HTI sudah
kadang2 kering dimusim kemarau dan menyebabkan banjir dimusim
penghujan. Selain itu kelompok masyarakat sudah mengadukan ke pihak
desa, dinas kehutanan, dinas pertanahan, kecamatan, kabupaten, bahkan
beberapa penduduk bersurat ke Jakarta, namun permasalahan belum
tuntas. Disamping itu tanpa sepengetahuan beberapa anggota kelompok,
terdapat oknum desa, dan dinas kehutanan yang bermain dengan oknum
pejabat di perusahaan dengan mengatas namakan kelompok masyarakat
menyatakan bahwa
permasalahan telah selesai, dan mereka
mendapatkan keuntungan. Setahun setelah itu konflik semakin memanas,
pihak perusahaan menyewa personil dari angkatan untuk menjaga arela
mereka, dan masyarkat melakukan ronda dan kadang2 sweeping
terhadap pihak perusahaan, ketengangan semakin tinggi ketika beberapa
penduduk yang sedang memanen hasil kebun mendapat perlakuan fisik
dari perusahaan, dan sebaliknya beberapa karyawan perusahaan yang
bukan putra daerah mendapat tekanan fisik dan psikis hingga diusir oleh
masyarakat. Ditahun tersebut, desa terpilih sebagai penyelenggara
kegiatan Hari Menenam Nasional tingkat Provinsi, sehingga banyak
pejabat pusat dan daerah datang. Hal ini meredakan ketegangan yang
ada, beberapa fasilitas desa diperbaiki dan pimpinan tertinggi perusahaan
ikut hadir, sehingga dengan mediasi pemerintah pusat dan daerah
permasalah mendapatkan penyelesaian yang menyenangkan.
Dua tahun terakhir, kondisi desa sudah nyaman sekali. Semua orang
merasa aman untuk berusaha di desa ini, bahkan satu tahun terakhir,
desa ini dinominasikan untuk menjadi kota kecamatan pemekaran setelah
beberapa desa baru muncul disekitar desa Kelapa Gading. Pendduk desa
3

ini pun semakin bersemangat untuk berusaha di semua bidang.


Perusahaan yang ada sudah bertambah dengan perusahan perkebunan,
perusahaan pertambangan yang mengelola kandungan mineral di perut
bumi hutan lindung, industri pengolahan karet dan sawit serta jasa
pelayanan kepada semua pihak yang membutuhkan.
Di hari kedua aku di desa ini, bersama beberapa tokoh masyarakat,
mencoba berjalan menyusuri desa dari batas awal desa hingga ke hutan
lindung. Bila kita berjalan di batas awal desa, akan disuguhi
pemandangan kebun penduduk dengan dominan sawit penduduk, namun
tidak terlalu subur, beberapa pohon sawit terlihat kurus dan berdaun
kuning serta tidak terawat dengan baik serta terdapat beberapa tanaman
campuran/sela diantara sawit yang belum dikelola dengan baik padahal
tanah yang terlihat cukup subur, juga dijumpai bebarapa ladang
penduduk yang terbengkalai. Seletelah itu kita akan berjumpa beberapa
rumah dan warung yang menyediakan kebutuhan masyarakat, kondisinya
tertata dengan tanaman buah2an yang dominan. Melewati kelompok
rumah pertama, kita akan kembali bertemu kebun penduduk yang berisi
tanaman semusim terutama jagung dan palawija, serta tanaman sayursayuran. Tanaman ini tumbuh subur karena dekat dengan sumber air,
namun di beberapa bagian pinggir sungai tanaman kelihatan kelebihan air
sehingga daun tanaman banyak yang rusak dan nampak bekas genangan.
Di kebun penduduk ini terasa lapang karena tidak terdapat pepohonan.
Selanjutnya kita akan bertemu lokasi perumahan penduduk kembali
dengan beragam tanaman tumbuh disekitar rumah penduduk. Pohon2
tersebut kurang subur karena tanah di bawahnya banyak yang kering dan
terlalu rapat jarak tanaman yang ada. Perumahan pendudukpun tidak
tertata sehingga terdapat beberapa saluran air pembuangan dari rumah
penduduk melewati jalan. Pemukiman penduduk ini berada ditempat
yang mulai menajak. Masuk lebih dalam ke desa ini akan bertemu kembali
dengan kebun penduduk yang dominan ditanami karet dan sawit.
Tanaman tumbuh subur, namun karena bentang alam agak berbukit,
beberapa tempat terlihat bekas longsor, karena penduduk tidak membuat
teras di lokasi tanam. Selanjutkan akan bertemu ladang penduduk yang
ditanami dengan sengon yang sudah besar2 namun tidak terurus, serta
terdapat
lahan
pertanian
campur
antara
tanaman
pertanian
(jagung/palawija) dengan beberapa pohon seperti matoa, mahoni dan
sengon, namun terlihat kurang subur dan tidak teratur padahal kondisi
tanah baik dan masih terdapat sisa-sisa humus. Sebelum sampai batas
desa kembali melewati kebun penduduk yang berisi sawit muda, namun
dibeberapa bagian tampak bekas dirusak gajah, kerena masih terlihat
sisa-sisanya, dan kebun penduduk ini pun tidak jelas batasnya dengan
hutan lindung. Sementara bila diteruskan ke hutan lindung nampak
beberapa pohon bekas tebangan lama dan baru.
4

TUGAS:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Bacalah dengan saksama Cerita Desa Kelapa Gading ini


Buatlah Bagan Sejarah Desa
Buatlah Bagan Perubahan dan Kecenderungan
Buatlah Peta/Sket Desa
Buatlah Bagan Transek Desa Kelapa Gading
Buatlah Diagram Venn (Kelembagaan) yang terlibat di desa ini
Susunlah Permasalahan yang ada di Desa Kelapa Gading
Analisislah Permasalahan Menggunakan GMP dan Tentukan
Permasalahan Prioritas
9. Tentukanlah Topik Penyuluhan Kehutanan Yang sebaiknya diberikan
dalam rangka Menyelesaikan Permasalahan Di Desa Kelapa Gading

Anda mungkin juga menyukai