Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Hak merupakan unsur normatif yang melekat pada diri setiap manusia yang dalam
penerapannya berada pada ruang lingkup hak persamaan dan hak kebebasan yang
terkait dengan interaksinya antara individu atau dengan instansi. Hak juga merupakan
sesuatu yang harus diperoleh. Masalah HAM adalah sesuatu hal yang sering kali
dibicarakan dan dibahas terutama dalam era reformasi ini. HAM lebih dijunjung
tinggi dan lebih diperhatikan dalam era reformasi dari pada era sebelum reformasi.
Perlu diingat bahwa dalam hal pemenuhan hak, kita hidup tidak sendiri dan kita hidup
bersosialisasi dengan orang lain. Jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM
terhadap orang lain dalam usaha perolehan atau pemenuhan HAM pada diri kita
sendiri. Dalam hal ini penulis merasa tertarik untuk membuat makalah tentang HAM.
Maka dengan ini penulis mengambil judul Hak Asasi Manusia.
1.2 Identifikasi Masalah
Dalam makalah ini penulis mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1.Pengertian HAM
2.Perkembangan HAM

BAB II
PEMBAHASAN
HAK ASASI MANUSIA (HAM)

A. Pengertian Dan Ciri Pokok Hakikat HAM


1. Pengertian
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia, sesuai dengan kodratnya
(Kaelan: 2002).
Menurut pendapat Jan Materson (dari komisi HAM PBB), dalam Teaching Human
Rights, United Nations sebagaimana dikutip Baharuddin Lopa menegaskan bahwa
HAM adalah hak-hak yang melekat pada setiap manusia, yang tanpanya manusia
mustahil dapat hidup sebagai manusia. John Locke menyatakan bahwa HAM
adalah hak-hak yang diberikan langsung oleh Tuhan Yang Maha Pencipta sebagai
hak
yang
kodrati.
(Mansyur
Effendi,
1994).
Dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang HAM disebutkan
bahwa Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat
dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan
anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara,
hukum, pemerintah dan setiap orang, demi kehormatan serta perlindungan harkat
dan martabat manusia
2. Perkembangan Pemikiran HAM Dibagi dalam 4 generasi, yaitu :
Generasi pertama berpendapat bahwa pemikiran HAM hanya berpusat pada
bidang hukum dan politik. Fokus pemikiran HAM generasi pertama pada bidang
hukum dan politik disebabkan oleh dampak dan situasi perang dunia II,
totaliterisme dan adanya keinginan Negara-negara yang baru merdeka untuk
menciptakan sesuatu tertib hukum yang baru.
Generasi kedua pemikiran HAM tidak saja menuntut hak yuridis melainkan juga
hak-hak sosial, ekonomi, politik dan budaya. Jadi pemikiran HAM generasi kedua
2

menunjukan perluasan pengertian konsep dan cakupan hak asasi manusia. Pada
masa generasi kedua, hak yuridis kurang mendapat penekanan sehingga terjadi
ketidakseimbangan dengan hak sosial-budaya, hak ekonomi dan hak politik.
Generasi ketiga sebagai reaksi pemikiran HAM generasi kedua. Generasi ketiga
menjanjikan adanya kesatuan antara hak ekonomi, sosial, budaya, politik dan
hukum dalam suatu keranjang yang disebut dengan hak-hak melaksanakan
pembangunan. Dalam pelaksanaannya hasil pemikiran HAM generasi ketiga juga
mengalami ketidakseimbangan dimana terjadi penekanan terhadap hak ekonomi
dalam arti pembangunan ekonomi menjadi prioritas utama, sedangkan hak lainnya
terabaikan sehingga menimbulkan banyak korban, karena banyak hak-hak rakyat
lainnya yang dilanggar.
Generasi keempat yang mengkritik peranan negara yang sangat dominant dalam
proses pembangunan yang terfokus pada pembangunan ekonomi dan
menimbulkan dampak negative seperti diabaikannya aspek kesejahteraan rakyat.
Selain itu program pembangunan yang dijalankan tidak berdasarkan kebutuhan
rakyat secara keseluruhan melainkan memenuhi kebutuhan sekelompok elit.
Pemikiran HAM generasi keempat dipelopori oleh Negara-negara di kawasan
Asia yang pada tahun 1983 melahirkan deklarasi hak asasi manusia yang disebut
Declaration of the basic Duties of Asia People and Government Perkembangan
pemikiran HAM dunia bermula dari:

Magna Charta
Pada umumnya para pakar di Eropa berpendapat bahwa lahirnya HAM di
kawasan Eropa dimulai dengan lahirnya magna Charta yang antara lain
memuat pandangan bahwa raja yang tadinya memiliki kekuasaan absolute
(raja yang menciptakan hukum, tetapi ia sendiri tidak terikat dengan
hukum yang dibuatnya), menjadi dibatasi kekuasaannya dan mulai dapat
diminta pertanggung jawabannya dimuka hukum(Mansyur Effendi,1994).

The American declaration


Perkembangan HAM selanjutnya ditandai dengan munculnya The
American Declaration of Independence yang lahir dari paham Rousseau
dan Montesquuieu. Mulailah dipertegas bahwa manusia adalah merdeka
sejak di dalam perut ibunya, sehingga tidaklah logis bila sesudah lahir ia
harus dibelenggu.

The French declaration Selanjutnya, pada tahun 1789 lahirlah The French
Declaration (Deklarasi Perancis), dimana ketentuan tentang hak lebih
dirinci lagi sebagaimana dimuat dalam The Rule of Law yang antara lain
berbunyi tidak boleh ada penangkapan tanpa alasan yang sah. Dalam
kaitan itu berlaku prinsip presumption of innocent, artinya orang-orang
yang ditangkap, kemudian ditahan dan dituduh, berhak dinyatakan tidak
bersalah, sampai ada keputusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap
yang menyatakan ia bersalah. The four freedom Ada empat hak kebebasan
3

berbicara dan menyatakan pendapat, hak kebebasan memeluk agama dan


beribadah sesuai dengan ajaran agama yang diperlukannya, hak kebebasan
dari kemiskinan dalam Pengertian setiap bangsa berusaha mencapai
tingkat kehidupan yang damai dan sejahtera bagi penduduknya, hak
kebebasan dari ketakutan, yang meliputi usaha, pengurangan persenjataan,
sehingga tidak satupun bangsa berada dalam posisi berkeinginan untuk
melakukan serangan terhadap Negara lain ( Mansyur Effendi,1994).
Perkembangan pemikiran HAM di Indonesia:
3. Pemikiran HAM periode sebelum kemerdekaan yang paling menonjol pada
Indische Partij adalah hak untuk mendapatkan kemerdekaan serta mendapatkan
perlakukan yang sama hak kemerdekaan. Sejak kemerdekaan tahun 1945 sampai
sekarang di Indonesia telah berlaku UUD dalam4.Periode, yaitu:
1. Periode 18 Agustus 1945 sampai 27 Desember 1949, berlaku UUD 1945
2. Periode 27 Desember 1949 sampai 17 Agustus 1950, berlaku konstitusi
Republik Indonesia Serikat
3. Periode 17 Agustus sampai 5 Juli 1959, berlaku UUD 1950
4. Periode 5 Juli 1959 sampai sekarang, berlaku Kembali UUD 1945

Contoh Pelanggaran Ham

B. Pelaksanaan Ham Di Indonesia Dalam Kerangka Ham Internasional


Indonesia adalah sebuah negara demokrasi. Indonesia merupakan negara yang sangat
menghargaikebebasan. Juga, Indonesia sangat menghargai hak asasi manusia(HAM).
Ini bisa dilihat dengan adanyaTAP No. XVII/MPR/1998 tentang HAM, UndangUndang No. 39 tahun 1999 tentang HAM dan UU No. 26/2000 tentang peradilan
HAM yang cukup memadai. Ini merupakan tonggak baru bagi sejarahHAM
Indonesia.ini merupakan kebanggaan tersendiri bagi Indonesia, karena baru Indonesia
dan AfrikaSelatan yang mempunyai undang undang peradilan HAM. Aplikasi dari
undang undang ini adalah sudahmulai adanya penegakan HAM yang lebih baik,
dengan ditandai dengan adanya komisi nasional HAMdan peradilan HAM
nasional.Dengan adanya penegakan HAM yang lebih baik ini, membuat pandangan
dunia terhadapIndonesia kian membaik. Tapi, meskipun penegakan HAM di
Indonesia lebih baik, Indonesia tidak boleh senang dulu, karena masih ada setumpuk
PR tentang penegakan HAM di Indonesia yang belumtuntas.

Diantara PR itu adalah masalah kekerasan di Aceh, di Ambon, Palu, dan Irian Jaya
tragedy Priok,kekerasan pembantaian dukun santet di Banyuwangi, Ciamis, dan
berbagai daerah lain, tragedi Mei diJakarta, Solo, dan berbagai kota lain, tragedi Sabtu
Kelabu, 27 Juli 1996, penangkapan yang salahtangkap, serta rentetan kekerasan
kerusuhan massa terekayasa di berbagai kota, yang bagaikan kisah bersambung
sepanjang tahun-tahun terakhir pemerintahan kedua: tragedi Trisakti, tragedy
Semanggi,kasus-kasus penghilangan warga negara secara paksa, dan
sebagainya.Pemerintah di negeri ini, harus lebih serius dalam menangani kasus HAM
ini jika ingin lebihdihargai dunia. Karena itu, pemerintah harus membuat aturan
aturan yang lebih baik. Juga kejelasan pelaksanaan aturan itu.
Komnas HAM sebagai harus melakukan gebrakan diantaranya :
1. Komnas
HAM
mendesak
pemerintah
dan
DPR
agar
segera
meratifikasi berbagai instrumeninternasional hak asasi manusia, dengan memberi
prioritas pada Statuta Roma MahkamahPidana Internasional (Rome Statute
International Criminal Court), Protokol Opsional KonvensiAnti Penyiksaan
(Optional Protocol Convention Against Torture), Konvensi Internasionaltentang
Penyandang Cacat, Konvensi Internasional tentang Pekerja HAM,
KonvensiInternasional Tentang Perlindungan Terhadap Semua Orang Dari
Tindakan Penghilangan
Secara Paksa. Dalam rangka untuk memberikan perlindungan yang optimal bagi
para TenagaKerja Indonesia, pemerintah dan DPR agar segera meratifikasi juga
Konvensi InternasionalPerlindungan Hak-hak Buruh Migran dan Anggota
Keluarganya (International Convention onthe Protection of the Rights of All
Migrant Workers and Members of Their Families). Dalamkontek ini hendaknya
pemerintah segera mengeluarkan Rencana Aksi Nasional Hak AsasiManusia 2009
2014.
2. Perlu ditinjau kembali pendekatan hukum yang represif dalam penyelesaian
konflik politik diPapua yang diterapkan saat ini. Langkah yang dilakukan
sekarang lebih banyak melahirkankekerasan dan jatuhnya korban. Komnas HAM
mendesak perlunya dilakukan langkah-langkah politik daripada hukum dalam
penyelesaian konflik di Papua. Langkah dialog atau perundingan sudah harus
dipikirkan oleh pemerintah.
3. Penuntasan berbagai bentuk kasus pelanggaran hak asasi manusia merupakan
kewajiban pemerintah, oleh karena itu, Komnas HAM mendesak agar pemerintah
secara berkalamenginformasikan kepada publik mengenai status perkembangan
penyelesaian kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia yang ditangani. Hal ini
perlu dilakukan untuk memberikankeyakinan kepada masyarakat tentang tidak
adanya kemungkinan untuk menutupi keterlibatanaparatur pemerintah serta
menjamin tidak adanya praktik-praktik impunity bagi mereka yangterlibat.
Langkah ini juga menjadi penting dalam rangka terus membangun suatu
5

kepercayaan publik terhadap kesungguhan pemerintah untuk melindungi,


menegakkan, memajukan danmemenuhi hak asasi manusia.Tapi, yang jelas
penegakan HAM tidak akan terlaksana tanpa adanya partisipasi dan
dukunganmasyarakat kepada pemerintah, dan juga keseriusan pemerintah dalam
menegakan HAM, karena itu merupakan hak dasar setiap orang.

C. Pengadilan Hak Asasi Manusia


Pengadilan Hak Asasi Manusia adalah Pengadilan Khusus terhadap pelanggaran Hak
Asasi Manusia yang berat. Pelanggaran HAM yang berat diperiksa dan diputus oleh
Pengadilan HAM meliputi :
1. Kejahatan genosida;
2. Kejahatan terhadap kemanusiaan
Kejahatan genosida adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk
menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras,
kelompok etnis, kelompok agama, dengan cara :
1. Membunuh anggota kelompok;
2. mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggotaanggota kelompok;
3. menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang akan mengakibatkan
kemusnahan secara fisik baik seluruh atau sebagiannya;
4. memaksakan tindakan-tindakan yang bertujuan mencegah kelahiran di dalam
kelompok; atau
5. memindahkan secara paksa anak-anak dari kelompok tertentu ke kelompok lain.
Kejahatan terhadap kemanusiaan adalah salah satu perbuatan yang dilakukan
sebagian dari serangan yang meluas atau sistematik yang diketahuinya bahwa
serangan tersebut ditujukan secara langsung terhadap penduduk sipil, berupa :
1. pembunuhan;
2. pemusnahan;
3. perbudakan;
4. pengusiran atau pemindahan penduduk secara paksa;
5. perampasan kemerdekaan atau perampasan kebebasan fisik lain secara
sewenang-wenang yang melanggar (asas-asas) ketentuan pokok hukum
internasional;
6. penyiksaan;
6

7. perkosaan, perbudakan seksual, palcuran secara paksa, pemaksaan kehamilan,


pemandulan atau sterilisasi secara paksa atau bentuk-bentuk kekerasan
seksual lain yang setara;
8. penganiayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang
didasari persamaan paham politik, ras kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis
kelamin atau alasan lain yang telah diakui secara universal sebagai hal yang
dilarang menurut hukum internasional;
9. penghilangan orang secara paksa; atau
10. kejahatan apartheid.
(Penjelasan Pasal 7, 8, 9 UU No. 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM)
Penyiksaan adalah setiap perbuatan yang dilakukan dengan sengaja, sehingga
menimbulkan rasa sakit atau penderitaan yang hebat, baik jasmani maupun
rohani, pada seseoarang untuk memperoleh pengakuan atau keterangan dari
seseorang dari orang ketiga, dengan menghukumnya atau suatu perbuatan
yang telah dilakukan atau diduga telah dilakukan oleh seseorang atau orang
ketiga, atau mengancam atau memaksa seseorang atau orang ketiga, atau
untuk suatu alasan yang didasarkan pada setiap bentuk diskriminasi, apabila
rasa sakit atau penderitaan tersebut ditimbulkan oleh, atas hasutan dari,
dengan persetujuan, atau sepengetahuan siapapun dan atau pejabat publik
(Penjelasan Pasal 1 angka 4 UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM)
Penghilangan orang secara paksa adalah tindakan yang dilakukan oleh
siapapun yang menyebabkan seseorang tidak diketahui keberadaan dan
keadaannya (Penjelasan Pasal 33 ayat 2 UU No. 39 Tahun 1999 tentang
HAM)

BAB III
PENUTUP

1) Kesimpulan
HAM adalah hak-hak dasar yang dimiliki oleh manusia sesuai dengan kiprahnya.
Setiap individu mempunyai keinginan agar HAM-nya terpenuhi, tapi satu hal yang
perlu kita ingat bahwa Jangan pernah melanggar atau menindas HAM orang lain.
HAM setiap individu dibatasi oleh HAM orang lain. Dalam Islam, Islam sudah lebih
dulu memperhatikan HAM. Ajaran Islam tentang Islam dapat dijumpai dalam sumber
utama ajaran Islam itu yaitu Al-Quran dan Hadits yang merupakan sumber ajaran
normatif, juga terdapat dalam praktik kehidupan umat Islam.
Dalam kehidupan bernegara HAM diatur dan dilindungi oleh perundang-undangan
RI, dimana setiap bentuk pelanggaran HAM baik yang dilakukan oleh seseorang,
kelompok atau suatu instansi atau bahkan suatu Negara akan diadili dalam
pelaksanaan peradilan HAM, pengadilan HAM menempuh proses pengadilan melalui
hukum acara peradilan HAM sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang
pengadilan HAM.
2) Saran-saran
Sebagai makhluk sosial kita harus mampu mempertahankan dan memperjuangkan
HAM kita sendiri. Di samping itu kita juga harus bisa menghormati dan menjaga
HAM orang lain jangan sampai kita melakukan pelanggaran HAM. Dan Jangan
sampai pula HAM kita dilanggar dan dinjak-injak oleh orang lain. Jadi dalam
menjaga HAM kita harus mampu menyelaraskan dan mengimbangi antara HAM kita
dengan HAM orang lain.

Anda mungkin juga menyukai