Anda di halaman 1dari 18

CASE REPORT SESSION

Intan Arvianty
Dani Dania Darmawan
Siti Fatimah

Perseptor
Dr Lelly Sp.KJ(K)

SMF ILMU KESEHATAN JIWA


FK UNISBA RSJ PROVINSI JAWA BARAT
CIMAHI 2015
Identifikasi pasien
Nama

: Nn. U

Umur

: 18 th

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Siswi

Alamat

: Citeureup Cimahi

St. Marital

: Belum Kawin

Tgl. Pemeriksaan

: 29 januari 2015

Anamnesis
Keluhan Utama
Kontrol rutin
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan ibunya untuk kontrol rutin ke poli keswara.
Menurut ibunya, pasien menjadi susah untuk mengontrol emosi, dimana
pasien menjadi mudah marah dan kesal apabila keinginannya tidak
terpenuhi. Keluhan tersebut sudah terjadi sejak 4 tahun yang lalu.
Keluhan ini muncul berawal dari semakin jarangnya keinginan
pasien yang dipenuhi oleh kedua orang tuanya, karena menurut ibunya,
pasien menjadi semakin boros dalam berbelanja dan mudah mentraktir
teman-temannya, sehingga terkesan seperti pasien dimanfaatkan oleh
teman-temannya.
Selain keluhan tersebut, prestasi pasien di sekolah juga menjadi
menurun, dan ketika malam hari pasien menjadi tidak tidur tetapi malah
berjalan mondar-mandir di rumah sehingga mengganggu anggota
keluarga lainnya. Pasien juga sering membeli pakaian setiap berjalanjalan namun pada akhirnya tidak menggunakan pakaian tersebut karena
merasa tidak suka.
Jika keinginannya tidak terpenuhi maka pasien akan pergi dari
rumah dengan menggunakan motor dan pada akhirnya sering mengalami
kecelakaan dijalan, namun menurut ibu pasien, pasien tidak pernah
menyadari hal tersebut. Pasien juga menjadi mudah marah atau curiga
jika barang yang dimilikinya tidak berada pada tempatnya dan
menyalahkan ibu pasien, walaupun akhirnya benda tersebut kembali
ditemukan.
Pasien mengatakan selama keluhan tersebut muncul tidak disertai
dengan sakit kepala, diare, ataupun berkeringat dingin. Selain itu pasien
1

juga menyangkal menjadi mudah sedih, murung, ataupun lebih banyak


menyendiri, tetapi malah terlihat seperti sangat senang tanpa alasan yang
jelas.
Pasien pernah berpikiran untuk melakukan bunuh diri sebanyak 3
kali dengan menggoreskan pisau ke pergelangan tangannya serta dengan
menggunakan obat-obatan namun tidak berhasil. Pasien melakukan hal
tersebut untuk melampiaskan kekesalan dan karena terkadang merasa
tidak dihargai.
Pasien tidak pernah melihat sesuatu, mendengar suara, ataupun
mencium bau-bauan yang tidak ada sumbernya ataupun yang menurut
orang tidak ada. Pasien juga tidak merasakan seperti dikejar-kejar oleh
seseorang, seperti dimata-matai, dapat mengontrol pikiran orang lain,
pikirannya seperti ada yang mencoba mengeluarkan ataupun memasukan.
Pasien juga menyangkal memiliki kemampuan lebih atau mempunyai
indera keenam.
Riwayat Penyakit Psikiatri
Pada 4 tahun yang lalu, pasien pernah dirawat di rumah sakit
karena gizi pasien yang memburuk. Keluhan tersebut terjadi karena sejak
2 tahun sebelumnya pasien sangat sedikit bahkan tidak makan nasi sama
sekali selama beberapa minggu, yang mengakibatkan penurunan berat
badan pasien dari 45 kg menjadi 27 kg dalam tiga bulan. Pasien juga
pernah mencoba mengkonsumsi obat pencahar hingga 10 butir perhari.
Pasien juga pernah mengkonsumsi jamu-jamuan namun merasa kram
pada tangan sehingga kapok menggunakan jamu tersebut. Akibat
penurunan berat badan tersebut pasien menjadi mengalami penurunan
konsentrasi dalam belajar dan tidak menstruasi selama 2 tahun.
Keluhan ini awalnya terjadi karena pasien sering dicemooh oleh
teman-temannya karena terlihat gendut, selain itu pasien juga terobsesi
memiliki tubuh yang ideal seperti model-model di televisi. Dikarenakan
hal tersebut, membeli buku tuntunan diet dan pasien mulai melakukan
diet berdasarkan buku panutannya, tetapi pasien tidak pernah

memuntahkan atau mencoba memuntahkan makanan yang sudah


dimakannya.
Pasien juga mengatakan sering berjalan-jalan tanpa arah untuk
membakar kalorinya, seperti pasien pernah jalan kaki dari rumahnya di
cimahi sampai ke salah satu mall di kota Bandung atau berjalan-jalan
pada malam hari tanpa diketahui orang tua.
Karena hal ini maka pasien disarankan untuk berobat ke Psikiater
oleh salah seorang kerabat pasien dan menjalani perawatan di RSJ Prov.
Jawa Barat selama 1 bulan.
Riwayat Penyakit Medis
Pada saat masih kecil, orag tua pasien mengatakan bahwa pasien
tidak pernah mengalami sakit berat, perkembangannya pun menurut
keluarga pasien hampir sama dengan anak seusianya. Pasien tidak pernah
memiliki riwayat kejang, saat kecil, trauma kepala atau patah tulang
ataupun penyakit lainnya.
Riwayat Pribadi
Masa di kandungan dan persalinan
9 bulan, normal.
Masa Bayi dan Kanak-kanak
Pasien tidak pernah mengalami kejang, trauma kepala, tumbuh
dan kembang normal.
Masa remaja
Terlihat mengalami keadaan yang terpukul disaat ekonomi
kelurga menurun dan orang tuanya bercerai, dikarenakan pasien
sangat dimanja terutama oleh ayahnya. Sering dikatakan gendut oleh
teman sekolahnya, sehingga pasien menjadi terobsesi untuk
menurunkan berat badannya. pasien pernah mencoba bunuh diri.
Sampai sekarang pasien masih menjadi perokok aktif meskipun
kuantitas konsumsi rokoknya menurun.
Kepribadian sebelum sakit
3

Sebelum sakit, orang tua pasien mengatakan bahwa tidak ada


gangguan dalam hal sekolah ataupun pergaulan, bahkan menurut salah
satu guru pasien, pasien termasuk anak yang pintar.
Riwayat Keluarga
Ibu pasien mengatakan bahwa pasien merupakan anak pertama
dari dua bersaudara. Ibu pasien menyangkal adanya riwayat yang sama
pada keluarganya, tetapi ibu pasien mengatakan bahwa ayah pasien
pernah mengalami depresi yang sangat berat akibat dari masalah
pekerjaannya, karena hal tersebut, ayah dan ibu pasien memilih untuk
bercerai sejak 6 tahun yang lalu.
Sumber ekonomi pada awalnya berasal dari ayah pasien, namun
saat ini sumber ekonomi hanya berasal dari ibu pasien. Pasien merasa
lebih menyukai saat ayah pasien yang menjadi sumber ekonomi utama,
karena semua keinginan pasien biasanya dituruti oleh ayah pasien.
Pemeriksaan Fisik
Status generalis

Keadaan Umum: sakit ringan


Kesadaran: Compos mentis
Tanda Vital:
TD
: dalam batas normal
Nadi
: dalam batas normal
Respi
: dalam batas normal
Suhu
: dalam batas normal
Status Interna
: dalam batas normal

Status Psikiatrikus

Kesadaran
: Compos mentis
Roman muka
: Ceria
Kontak/rapport : (+) / Adekuat
Orientasi:
Time
: baik
Place
: baik
Person
: baik
4

Memori :

Perhatian

Immediate
Recent
Recent Past
Remote

: baik
: baik
: baik
: baik

: Baik

Persepsi

: Halusinasi (-) Ilusi (-)

Pikiran:

Bentuk pikiran
Jalan pikiran
Isi pikiran

: realistik
: koheren, relevan
: waham (-)

Emosi

Mood
Afek
Wawasan penyakit

Tingkah laku
Bicara
Dekorum:

: Euthymic
: Luas, Appropriate
: Grade V / Baik
Menyadari penyakitnya dan faktor yang
berhubungan dengan penyakitnya. Namun
tidak menerapkan dalam prilaku praktisnya.
: normoaktif
: baik

Sopan santun : baik

Kooperatif

: baik

Kebersihan

: baik

Diagnosis Multiaksial

Axis I

: F31.7 Gangguan afektif bipolar episode kini dalam remisi


DD/ F31.1. Gangguan afektif bipolar, episode kini
manik tanpa gejala psikotik

Axis II

: Tidak ada diagnosis

Axis III

: Tidak ada diagnosis

Axis IV
: masalah dengan primary support group, keluarga, masalah
berkaitan dengan lingkungan sosial

Axis V : GAF SCALE 80-71 (gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas
ringan dalam sosial, pekerjaan, sekolah, dll)

Rencana Terapi

Psikofarmaka:
Depacote 500 mg 2x1

Psikoterapi
Psikoterapi suportif : dorongan, semangat dan motivasi
Psikoterapi keluarga : keluarganya dapat membantu mempercepat
proses penyembuhan penderita dengan mengingatkan os untuk minum
obat secara teratur.

Prognosis

Quo ad vitam

: ad bonam

Quo ad functionam

: ad bonam

Quo ad sanationam

: ad bonam

GANGGUAN BIPOLAR
I. Definisi
Gangguan bipolar merupakan gangguan mood dengan kelainan berupa
perubahan suasana perasaan atau afek, dimana pada waktu didapat kumpulan gejala
yang terdiri dari depresi, dengan atau tanpa anxietas yang menyertainya (penurunan
afek disertai pengurangan energi dan aktivitas) dan pada waktu lain mengalami elasi
(suasana perasaan yang meningkat disertai penambahan energi dan aktivitas).
Gangguan ini memiliki episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode), yang
6

khas adalah biasanya terdapat penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik
biasanya dimulai dengan tiba-tiba antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, sedangkan
episode depresi cenderung berlangsung lebih lama rata-rata sekitar 6 bulan, tetapi
jarang melebihi 1 tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua episode ini seringkali
terjadi setelah peristiwa hidup yang penuh stres atau trauma mental lain.
II. Epidemiologi
Prevalensi gangguan bipolar I sekitar 0,4-1,6% sedangkan prevalensi gangguan
bipolar II adalah 0,5%. Gangguan bipolar I angka kejadiannya sama antara pria dan
wanita, dimana episode manik lebih sering didapati pada pria sedangkan episode
depresi pada wanita. Onset gangguan bipolar I terjadi pada usia 5-50 tahun, rata-rata
pada usia 30 tahun. Gangguan bipolar I lebih sering terjadi pada orang yang bercerai
atau belum menikah.
III. Etiologi
1. Genetik
Terdapat bukti-bukti yang mendukung peranan faktor genetik sebagai
predisposisi gangguan bipolar. Di antaranya adalah :
1. Tingkat persesuaian gangguan bipolar pada kembar monozigot mencapai 80%.
2. Hasil analisis regresi menunjukkan pola transmisi autosomal dominan.
3. Beberapa letak gen pada kromosom keluarga yang mendapat gangguan bipolar
telah diduga berkaitan dengan pewarisan penyakit. Namun sampai kini, dugaan ini
belum terbukti satu pun.
2. Neurobiologis
Mekanisme patofisiologi yang mendasari perubahan mood yang berulang pada
gangguan bipolar masih belum dapat dijelaskan. Namun dari beberapa penelitian,
ada beberapa dugaan yang menarik banyak perhatian :
1. Terdapat perubahan enzim ATPase membran yang diaktifkan oleh Na+ dan K+.
2. Adanya gangguan mekanisme yang transduksi sinyal yang melibatkan sistem
phosphoinositol dan protein yang berikatan dengan GTP
3. Gangguan regulasi glutamat dan faktor transmisi neuroprotektif, yang dapat
menjelaskan efek terapeutik lithium.
7

Terdapat hubungan antara perubahan kadar hormon-hormon tertentu dengan


gangguan bipolar, seperti
1. Peningkatan konsentrasi SRIF (somatostatin releasing inhipbitor factor) dalam
cairan serebrospinal pada gangguan bipolar I
2.

Pemberian terapi tambahan hormon thyroid (T4) memperlambat siklus pada


gangguan bipolar Irapid-cycling.(6)
Pada pasien gangguan bipolar terdapat gangguan irama sirkadian. Dari hal ini,

terapi dengan lithium memberikan hasil lebih besar apabila diiringi dengan
penyesuaian irama sirkadian pasien dengan pengaturan siklus gelap dan terang.
Pencitraan

syaraf

(neuroimaging),

mengungkapkan

besarnya

tingkat

abnormalitas substansia alba subkortikal pada pasien gangguan bipolar dibandingkan


dengan kelompok kontrol berumur sama. Terdapat pembesaran ventrikel ke III, yang
akan berdampak pada disfungsi hipothalamus yang terletak di dekatnya.(6)
3. Psikodinamika
Dari sudut pandang psikodinamika, terdapat faktor predisposisi dan presipitasi
yang mendukung terjadinya gangguan afektif bipolar, yaitu :
a. Faktor Predisposisi
Faktor Kepribadian
Jenis kepribadian yang menjadi presisposisi terjadinya gangguan bipolar adalah
kepribadian sikotimik, dimana kepribadian ini mempunyai ciri pergantian
mood yang ekstrim dari elasi ke murung dalam hitungan hari. Ketidakstabilan
mood ini dapat mengganggu pkerjaan dan hubungan sosial.(5)
Stresor berkepanjangan
Keadaan ekonomi keluarga yang kurang mampu, tanggung jawab berat untuk
mengasuh banyak anak sekaligus, dan hubungan pernikahan yang tidak
kondusif memberikan tekanan yang kronis, sehingga mengganggu rasa aman
dan harga diri. Tingkat stres dapat bertambah dengan tiadanya orang yang
dapat dipercaya dan diandalkan untuk membantu menyelesaikan masalah., atau
sebagai pendengar(5).
b. Faktor Presipitasi

Seseorang yang telah memiliki faktor-faktor predisposisi berpeluang besar


untuk mengembangkan gangguan bipolar setelah timbulnya faktor pemicu,
yaitu peristiwa yang dapat menimbulkan stres yang mendadak. Contohnya
adalah kehilangan pekerjaan, kehilangan orang terdekat, perceraian dan lainlain. Walaupun demikian, faktor ini harus diiinterpretasi dengan hati-hati,
apakah peristiwa tersebut merupakan sebab dari timbulnya gangguan (mis:
dipecat karena perusahaan bangkrut), atau merupakan akibat dari gangguan
yang sudah timbul (misalnya : dipecat karena kualitas pekerjaan memburuk
akibat gangguan afektif) (5)
Mekanisme pertahanan jiwa yang digunakan pada gangguan bipolar manik
umumnya penolakan (denial), berupa sikap defensif dari posisi depresi akibat stress.
Sedangkan mekanisme pertahanan jiwa yang digunakan pada depresi umumnya
introyeksi, memasukkan ke dalam obyek yang dibenci yang merupakan sumber stres,
lalu menjelma menjadi kecenderungan untuk menghukum diri. (1)
IV. Kriteria Diagnosis
1. DSM-IV-TR
Berdasarkan DSM-IV-TR, terdapat 2 bentuk utama gangguan bipolar, yaitu :
1. Gangguan bipolar I, dimana terdapat perjalanan penyakit yang terdiri dari satu
atau lebih episode manik dan kadang-kadang episode depresi berat. Dapat juga
terjadi episode campur,yaitu suatu periode sekurang-kurangnya satu minggu
terdapat episode manik dan episode depresi setiap hari.
2. Gangguan bipolar II, ditandai dengan periode depresi berat dan hipomanik,
tanpa episode manik.(1,4)
Kriteria diagnostik untuk episode depresi berat berdasarkan DSM-IV-TR :
A. Lima atau lebih gejala di bawah ini harus ada selama dua minggu dan
terdapat perubahan dari fungsi sebelumnya.; sekurang-kurangnya terdapat
satu gejala depresi atau kehilangan keinginan atau harapan.
(1) Depresi sepanjang hari, hampir setiap hari, yang dikeluhkan secara
subyektif (merasa sedih, atau kosong), atau berdasarkan pengamatan
orang lain

Note : pada anak dan remaja, dapat berupa mood yang mudah
tersinggung
(2) Kehilangan minat atau kesenangan pada semua atau hampir semua
kegiatan sepanjang hari, hampir setiap hari
(3) Kehilangan berat badan yang signifikan tanpa diet, atau penurunan atau
peningkatan selera makan hampir setiap hari
(4) Insomnia atau hipersomnia hampir setiap hari
(5) Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari
(6) Lemah atau kehilangan energi hampir setiap hari
(7) Merasa tidak berharga atau merasa bersalah berlebihan (dapat menjadi
delusi), hampir setiap hari
(8) Berkurangnya kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau tidak
mampu mengambil keputusan hampir setiap hari
(9) Sering berpikir tentang mati (buakan takut mati), sering memiliki ide
bunuh diri tanpa rencana yang spesifik, atau melakukan percobaan bunuh
diri atau memiliki rencana yang spesifik untuk bunuh diri
B. Tidak ditemukan gejala yang masuk dalam kriteria episode campur.
C. Gejala menunjukkan tekanan atau kegagalan dalam masyarakat, pekerjaan,
atau area fungsional lain yang penting.
D. Gejala bukan karena efek fisiologis dari obat
E. Gejala tidak lebih baik dari kehilangan, seperti kehilangan seseorang yang
dicintai, gejala menetap selama dua bulan, atau ditandai dengan kegagalan
fungsional, kegemaran abnormal yang tidak berguna, kehilangan harapan, ide
bunuh diri, gejala psikotik, atau retardasi psikomotor.
Kriteria diagnostik untuk episode manik berdasarkan DSM-IV-TR:
A. Adanya suatu periode yang jelas dimana terdapat peningkatan suasana
perasaan yang menetap dan abnormal, perasaan yang meluap-luap, atau
mudah tersinggung, sekurang-kurangnya satu minggu
B. Selama periode gangguan mood, terdapat tiga (atau lebih), gejala di bawah ini
(empat jika gangguan mood hanya mudah tersinggung) dan telah ada derajat
yang tampak :
(1) Peningkatan percaya diri
10

(2) Penurunan kebutuhan tidur (merasa cukup beristirahat setelah tidur 3


jam)
(3) Lebih banyak bicara daripada biasanya atau mempunyai tekanan untuk
terus berbicara
(4) Flight of ideas
(5) Distraktibilitas
(6) Agitasi psikomotor
(7) Memiliki keinginan yang berlebihan dan kesenangan untuk melakukan
aktivitas yang dapat mencelakakan
C. Gejala tidak termasuk dalam kriteria episode campur
D. Gangguan mood cukup berat untuk menyebabkan kegagalan berfungsi dalam
pekerjaan, atau dalam kegiatan sosial sehari-hari atau dalam hubungan
dengan orang lain, atau sampai memerlukan perawatan di rumah sakit untuk
mencegah melukai diri sendiri atau orang lain, atau ada gambaran psikotik
E. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari obat atau penyakit umum
Note : episode mirip manik yang jelas disebabkan oleh pengobatan somatik
antidepresan (seperti obat-obatan, ECT, terapi cahaya) tidak digolongkan
pada gangguan bipolar I.
Kriteria diagnostik untuk episode hipomanik berdasarkan DSM-IV-TR:
A. Adanya suatu periode yang jelas dimana terdapat peningkatan suasana
perasaan yang menetap dan abnormal, perasaan yang meluap-luap, atau
mudah tersinggung, selama 4 hari, yang jelas berbeda dari mood nondepresi
pada umumnya
B. Selama periode gangguan mood, terdapat tiga (atau lebih), gejala di bawah ini
(empat jika gangguan mood hanya mudah tersinggung) dan telah ada derajat
yang tampak :
(1) Peningkatan percaya diri
(2) Penurunan kebutuhan tidur (merasa cukup beristirahat setelah tidur 3
jam)
(3) Lebih banyak bicara daripada biasanya atau mempunyai tekanan untuk
terus berbicara
(4) Flight of ideas
11

(5) Distraktibilitas
(6) Agitasi psikomotor
(7) Memiliki keinginan yang berlebihan dan kesenangan untuk melakukan
aktivitas yang dapat mencelakakan
C. Episode berhubungan dengan perubahan fungsional yang tegas yang tidak
tergambarkan pada orang tanpa gejala
D. Gangguan mood dan perubahan fungsional dapat diobservasi oleh orang lain
E. Episode tidak cukup berat untuk menimbulkan kegagalan dalam masyarakat
dan pekerjaan, atau tidak memerlukan perawatan di rumah sakit dan tidak ada
gambaran psikotik
F. Gejala bukan karena efek fisiologis langsung dari obat atau penyakit umum
Note : Hypomanik like episode yang jelas disebabkan oleh pengobatan
somatik antidepresan (seperti obat-obatan, ECT, terapi cahaya) tidak
digolongkan pada gangguan bipolar II.
2. PPDGJ-III
PPDGJ-III membagi gangguan afektif bipolar menjadi :
F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk hipomania
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a)

episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala
psikotik

(b)

harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,


manik, depresi, atau campuran) di masa lampau

F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan
gejala psikotik

12

(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,


manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi ringan atau sedang
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk depresi ringan
ataupun sedang
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat tanpa gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi
berat tanpa gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau.
F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresi berat dengan gejala psikotik
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi
berat dengan gejala psikotik
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini episode kini campuran
Pedoman diagnostik :
(a) episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan
depresi

yang

tercampur

atau

bergantian

dengan

cepat

(gejala

mania/hipomania, dan depresi sama-sama mencolok selama masa


terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya dua minggu)
(b) harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik,
manik, depresi, atau campuran) di masa lampau
F31.7 Gangguan afektif bipolar, kini dalam remisi
Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan
terakhir ini, tetapi pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif
hipomanik, manik, atau campuran di masa lampau dan ditambah sekurang13

kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresi, atau


campuran)
F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya
F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT
Kriteria diagnostik hipomania berdasarkan PPDGJ-III :

derajat gangguan yang lebih ringan dari mania, afek yang meninggi atau

berubah disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya


beberapa hari berturut-turut, pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan
melebihi apa yang digambarkan bagi siklotimia, dan tidak disertai halusinasi
atau waham

pengaruh nyata atas kelancaran aktivitas dan sosial memang sesuai dengan

diagnoosis hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau menyeluruh
maka diagnosis mania harus ditegakkan

Kriteria diagnostik mania tanpa gejala psikotik berdasarkan PPDGJ-III :

episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu dan cukup berat

sampai mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial
yang biasa dilakukan

perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi

aktivitas berlebihan, percepatan, dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang


berkurang, ide-ide perihal kebesaran/grandios ideas atau terlalu optimistik
Kriteria diagnostik mania dengan gejala psikotik berdasarkan PPDGJ-III :

gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat

harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang

menjadi waham kebesaran, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar.


Waham dan halusinasi sesuai dengan afek tersebut
V. Gambaran Klinis

14

1. Episode Depresi
Berdasarkan PPDGJ-III terdapat tiga variasi dari episode depresi yaitu depresi
ringan, sedang, dan berat.
Gejala utama dari depresi adalah:

Afek depresi

Kehilangan minat dan kegembiraan

Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa


lelah yang nyata setelah kerja sedikit saja) dan menurunnya aktivitas
Gejala lainnya :

Konsentrasi dan perhatian berkurang

Harga diri dan kepercayaan diri berkurang

Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna

Pandangan tentang masa depan dan pesimistis

Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri

Tidur terganggu

Nafsu makan berkurang


Untuk episode depresi dari ketiga tingkat keparahan tersebut diperlukan masa
sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakkan diagnosis. Kategori diagnosis
episode depresi ringan, sedang, dan berat hanya digunakan untuk episode depresi
tunggal yang pertama, episode berikutnya hanya diklasifikasikan dibawah salah satu
diagnosis gangguan depresi berulang.
Pasien menunjukkan gejala depresi seperti merasa sedih, tidak mempunyai
keinginan untuk melakukan sesuatu, kehilangan harapan, merasa tidak berharga,
beberapa pasien mengeluh sakit dan tidak dapat menangis.
Dua per tiga pasien depresi memiliki ide bunuh diri dan sekitar 10-15%
melakukan bunuh diri. Beberapa pasien depresi tampak tidak peduli dengan
depresinya dan tidak mengeluhkan perubahan suasana perasaannya, meskipun
mereka menarik diri dari keluarga, teman, dan aktivitas yang mereka senangi.
Sebagian besar pasien depresi mengeluhkan berkurangnya energi, kesulitan
menyelesaikan pekerjaan, dan kehilangan motivasi untuk memulai kegiatan. Sekitar
80% pasien mengeluh gangguan tidur.

15

Ansietas merupakan gejala umum dari depersi yang mengenai hampir 90%
pasien depresi. Selain itu didapatkan juga gejala vegetatif seperti mens yang
abnormal, masalah seksual dan masalah somatik, ketidakmampuan berkonsentrasi
dan kegagalan berpikir.
Fobia sekolah dan kelekatan yang berlebihan dengan orang tua merupakan
gejala depresi pada anak Kegagalan nilai akademis, penyalahgunaan zat psikoaktif,
perilaku antisosial, seksual promiskuitas, dan melarikan diri dari rumah merupakan
gejala depresi pada remaja. Pada orang dewasa, depresi sering berhubungan dengan
status socialekonomi, kehilangan pasangan hidup, penyakit ,dan isolasi sosial. Pada
orang dewasa, depresi sering muncul dalam keluhan somatis.

2. Episode Manik
Peningkatan perasaan seperti euforia, perasaan yang meluap-luap, atau mudah
tersinggung adalah tanda dari episode manik. Beberapa pasien manik dapat
membuka pakaiannya di tempat umum, mengenakan pakaian atau perhiasan yang
mencolok, pasien biasanya impulsive. Mereka mempunyai kecenderungan untuk
memperhatikan politik, agama, keuangan, dan seksual.

VI. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
Berdasarkan PDSKJI

16

b. Psikoterapi
c. ECT
Indikasi ECT :
1. Pasien tidak responsif terhadap obat
2. Pasien tidak mau makan obat
3. Kondisi kliniknya sedemikian parah dimana perbaikan yang cepat hanya
dengan ECT

17

Anda mungkin juga menyukai