Anda di halaman 1dari 17

Impian Yang Tak Berujung

Bangun sayang, tidak baik anak gadis bangun kesiangan. Entar rejekinya keburu dipatok
ayam lho.. ayo cepat mandi..! itulah kata ibuku setiap pagi ketika hendak membangunkanku.
Iya mamaku sayang. Kataku sambil menguap.
Aku Elisabeth Patricia. Orang-orang terdekatku biasa memanggilku Elsa. Aku bertubuh
mungil dengan wajah yang kata orang sich sedikit pasaran. Tinggiku tidak lebih dari 155. Yups,
dan itu artinya aku pendek. Tapi tak apa, biar pendek yang penting gesit. Hahaha.. Aku tinggal
di kompleks Perumahan Elit di daerah Jakarta Selatan. Umurku sekarang belum genap 16 tahun.
Menjadi salah satu siswi di SMA Bina Bangsa merupakan kebanggan besar yang terjadi didalam
hidupku. Pasalnya, sekolah tersebut merupakan sekolah terfavorit seJakarta Selatan dan lebih
hebatnya lagi, disana banyak siswa-siswi yang statusnya menjadi seorang enterteiner. So, bisa
lihat mereka secara langsung tanpa harus duduk di depan layar kaca. itulah yang membuatku
bangga bisa bersekolah disana.
Elsa udah belum siap-siapnya? Nanti, nasi gorengnya keburu dingin... Kata mama sedikit
berteriak.
Iya ma.. nih udah mau turun. Kataku sambil bergegas.
Yuk, kita makan. Kataku membuka topik pmbicaraan.
Elsa, kayaknya sebentar mama pulang dari rumah sakit agak telat, soalnya mama baru dapat
sms bahwa ada rapat evaluasi kerja dadakan. Jadi, nanti siang, kamu masak sendiri yah, bahanbahannya ada di kulkas. Kamu ga apa-apa kan?. Tanya mama sambil mengunyah perlahan.
Iya mama, ga apa-apa kok, lagian kan Elsa sudah besar. Jadi mama ga perlu khawatir.
Jelasku meyakinkan.
Iya deh. Anak mama sekarang sudah besar yah. Udah tambah dewasa pikirannya. Ledek
mama sambil menahan tawa.
Ih mama, apaan sih. Yah udah ayo berangkat, mama ga mau kan pasien-pasien mama
menunggu lama. Kataku menyeringai.

Iya, ok lets go, honey. Kata mama sambil berdiri lalu pergi menuju garasi.
Well, Keluargaku bukanlah keluarga yang sempurna. Aku hanya mempunyai seorang ibu.
Ayahku meninggalkan kami karena seorang wanita. Ya, tepatnya ia selingkuh dengan wanita
lain. Kejadian itu kualami ketika aku masih balita. Kata ibuku, ayahku dulu seorang yang baik,
bijak dan penyayang. Sampai suatu hari, ayahku menerima surat dari kantornya bahwa ia harus
di PHK. Betapa menyedihkannya ayahku. Semenjak hal itu terjadi, ayah sering marah-marah
tidak jelas terhadap ibuku, pulang sampai larut malam, dan kerjaaannya hanya mabuk-mabukan.
Tapi ibuku tetap sabar menghadapinya. Ibuku selalu berdoa kepada yang Mahakuasa agar ayahku
diberi kesadaran untuk berubah dari segala sikap buruknya. Hari berganti hari, tetapi kelakuan
ayah tidak mengalami perubahan, ibu sudah mencoba memberi pengertian, tetapi sama saja
hasilnya. Nihil. Lalu pada suatu malam ketika ayahku pulang ia membawa seorang wanita yang
tak ibuku kenal. Mereka berdua sangat mesra, seketika itu ayah mengatakan bahwa ia ingin
bercerai dari ibu, dan hidup bersama wanita itu. Betapa hancurnya hati ibu setelah
mendengarnya. Lalu, ibu mengusir mereka berdua. Setelah itu orang tuaku bercerai. Dan hak
asuh atas diriku dimenangkan oleh ibuku. Sampai sekarang pun ibu selalu merahasiakan
keberadaan ayahku, ketika aku menanyakannya. Itulah uraian kisah hidupku. Memilukan, untuk
selalu dikenang. Semenjak kejadian itu, ibu bekerja

keras membanting tulang untuk

membesarkanku.
Ibuku seorang dokter gigi yang bekerja di salah satu rumah sakit swasta ternama. Ia seorang
yang tangguh, pantang menyerah dan penuh perhatian. Ia selalu sibuk melayani pasienpasiennya. Motto dari tugasnya sebagai dokter gigi ialah pasien itu layaknya raja jadi jangan
pernah membuat mereka menunggu. Tetapi sesibuk apapun ibu bekerja, ia selalu dan senantiasa
memperhatikanku. Aku bangga mempunyai seorang ibu seperti mama.
Sayang sudah sampai di sekolahmu nih. Suara mama membuyarkanku dari lamunanku yang
tak kunjung habis dipersoalkan.
Iya ma, daa mama. Be carefull and have a nice day. jawabku
Thank you sayang. Ucapnya sambil berlalu pergi.

Ku langkahkan kakiku dengan malas menuju ruang kelas XI IPA 2, karena itu kelasku. Dikelas
aku mempunyai sahabat yang selalu menemaniku dikala suka maupun duka. Namanya Lisa
Davita. Anaknya baik, blak-blakan, pintar, rajin menabung, dan yang pasti humoris abis, gimana
ga setiap hari ada aja bahan untuk diketawain. Tapi sifat dia yang itu yang buat aku suka
bersahabat sama dia, karena selalu membuat hidupku berwarna.
Pagi Elsa.. . Kata lisa sambil menaruh tasnya disamping bangkuku.
Pagi juga, gimana kabarmu hari ini? tanyaku perhatian.
Sangat baik, kamu sendiri gimana?
Aku juga baik. Ngomong-ngomong lo udah ngerjain pr matematika yang dikasih pa Gunawan
minggu lalu? tanyaku sambil membuka pr yang tadi malam aku kerjakan.
Udah dong. Gak mungkin lah aku lupa untuk ngerjain pr matematika. Itukan pelajaran
kesukaanku. Jelasnya panjang lebar.
Tiba-tiba lagu Mad-nya Neyo, mengagetkanku pertanda satu pesan baru masuk di ponselku.
Kubuka sms itu dengan teliti, ternyata dari orang yang selama ini tidak pernah berhenti
menggangguku.
Huh, benci, sebel. Ga bisa apa setiap hari ga gangguin hidupku?, makiku.
Ada apa sich, kok jadi marah-marah ga jelas gini? tanya Lisa penasaran.
Ini lho. Andi, untuk kesekian kalinya dia sms minta balikan ke gue. Gimana gue ga kesel.
Jelasku penuh amarah.
Tuh orang emang ga ada malunya yah. Udah ketahuan selingkuh dihadapan lo, masih aja mau
ngelak. Terus setelah lo putusin dia ga mau terima dan malah minta balikan?? tanggapya.
Terus gue harus gimana dong? tanyaku lirih.
Udah cuekin aja, ga usah peduli sama dia. Dia juga waktu dulu dia selingkuh dia ga pernah
peduli dan pikirin lo kan? Jadi, sekarang lo harus berusaha lupakan dia. katanya berapi-api.
Iya akan gue coba. Thanks for your suggest.Lisa.

Akhirnya bel berbunyi tanda pelajaran hari ini siap dimulai. Pak Gunawan masuk ke kelas.
Seketika itu juga aku mulai memfokuskan diri dengan pelajaran matematika pagi ini. Walaupun
perasaanku bergejolak tak menentu akan sms yang tak aku harapkan masuk.
***
Elsa, gue pulang duluan yah. biasa sudah ada yang nungguiin gue didepan. Ucapnya terburuburu.
Yah sudah. Daa-daa Lisa jelek.. jawabku.
Sementara aku berjalan menjahui gerbang sekolah. Aku melihat sesosok bayangan laki-laki
menghampiriku. Dengan teliti, aku mengamati bayangan laki-laki yang berdiri dihadapanku.
Wajahnya sudah tak asing lagi olehku. Dia Andi. Oh my God, hatiku serasa bermandikan air
panas yang suhunya mencapai 1000C. Badanku gemetar. Jantungku berdenyut sangat cepat. Apa
yang harus aku lakukan? Apakah aku harus lari? Atau tetap tinggal dan mengahadapinya seorang
diri?? Apakah aku harus berteriak minta tolong? Bingung. Seribu pertanyaan berkecamuk di
pikiranku, untuk mengihindar darinya. Sampai suatu suara keluar dari mulutnya.
Elsa, aku mau bicara, soal hubungan kita. Aku ga terima kamu putusin aku. Aku mau kita
berdua balikan. Aku sayang banget sama kamu. Aku ga bisa lupain kamu Elsa, please.. ucapnya
memelas.
Ga ada yang perlu kita bahas lagi, Ndi. Semuanya udah jelas. Kamu udah selingkuh, dengan
cewek lain dihadapan aku sendiri, dan hal itu yang kamu bilang kamu masih sayang aku? Aku
gak mau balikan sama kamu. Dan kamu harus terima keputusan aku. Ucapku dengan lantang.
tapi, Elsa..
udah ga ada tapi-tapi. Gue mau pulang. Dan jangan pernah gangguin hidup gue lagi. Ngerti
lo? potongku.
Tanpa menunggu jawaban darinya, akupun langsung berlari pergi meninggalkannya. Aku tak
kuat menahan air mata. Sejujurnya aku masih sayang sama dia. Sempat terpikir olehku bahwa
dia adalah jodohku. Dia adalah cinta pertama dan terakhirku. Dia adalah kekasih jiwaku. Tapi,
hal itu kandas ketika aku melihatnya jalan dengan perempuan lain. Kadang aku berpikir, apa

yang kurang dari diriku? Kata orang-orang yang mengenal diriku. Aku cantik, baik, pintar,
walaupun aku sedikit pendek, tapi mandiri. Apa mungkin dia meninggalkanku karena aku
seorang anak broken home? Apakah aku semenjijikan ini, sampai ia rela meninggalkanku dengan
selingkuh dengan perempuan lain? Apakah ini takdirku untuk tidak pernah mendapat laki-laki
yang aku cintai? Pasrah, yah mungkin hanya itu jawaban akan setiap permasalahan yang aku
hadapi sekarang.
Setibanya aku dirumah, aku langsung berlari kekamar dan merebahkan diriku dikasur. Lalu ku
angkat ponselku untuk menghubungi lisa dan menceritakan semuanya yang terjadi.
Lis, gue mau curhat sama lo? kataku menahan tangis.
Iya , Elsa. Ada masalah apa lagi? Soal Andi lagi? tanyanya tanpa henti.
Yups, tadi gue ketemu sama dia, terus dia mohon-mohon minta balikan ke gue. Dan gue jawab
gue ga bisa balikan sama dia. Tapi, sejujurnya gue masih sayang banget sama dia. menurut lo
gimana? jelasku.
Good job. Itu baru temen gue. Udah ga usah balikan lagi sama dia. Elsa, kan gue udah bilang,
lupain dia. Dia ga baik buat lo. Percaya deh, masih banyak laki-laki yang ngantri mau jadi pacar
lo. Jawabnya menenangkan.
Iya, Lisa. Akan kucoba. Walaupun mungkin sangat sulit. Thanks yah. Lo memang sahabat gue
yang tiada duanya deh. Ngomong-ngomong udahan dulu yah. sampai ketemu besok. Daa Lisa.
Balasku sambil menutup telepon.
***

Di salah satu ruangan dengan background dinding putih bersih serta atap yang tidak terlalu
tinggi dan pengaturan kursi dan meja yang rapi, terdapat dua dokter yang sedang
memperbincangkan sesuatu hal yang kelihatannya sangat rumit untuk dipecahkan.

Saya, mendapat banyak keluhan mengenai cara kerja Anda dalam menangani para pasien di
Rumah Sakit ini. Saya mendengar cara kerja anda sangat buruk. Apakah ibu ada masalah? tanya
salah seorang Direktur kepada Ibu Regina.
Saya rasa, saya sudah menjalankan tugas saya sebagai dokter disini dengan baik. Dan saya
selalu menangani dan melayani pasien-pasien saya dengan ramah. Jadi, maaf menurut saya
mengenai keluhan-keluhan yang Bapak dengar itu tidak benar adanya. Ucapnya dengan lantang
dan sedikit hati-hati.
Oh jadi ibu Regina,bermaksud menuduh saya berbohong dan merekayasa semua yang terjadi,
begitu? bentaknya.
Maaf, Pak. Bukan begitu maksud saya. Maksud saya tiba-tiba bapak direktur memotong
penjelasannya.
Sudah saya pikir semuanya sudah jelas. Dan dengan menyesal ibu harus saya berhentikan dari
pekerjaan ibu di Rumah Sakit ini. Ucapnya dengan nada penuh penyesalan.
Tapi Pak, apakah sudah tidak ada cara lain lagi? Ini hanya kesalahpahaman Pak. Apa tidak bisa
dipertimbangkan lagi, Pak? tanyanya penuh harap.
Maaf Bu, keputusan saya sebagai salah satu direktur di Rumah Sakit ini tidak bisa diganggu
gugat lagi. Ibu bisa mengambil semua berkas-berkas beserta uang pesangon ibu di ruang
administrasi sekarang. Terima kasih atas dedikasi yang sudah banyak ibu berikan untuk Rumah
sakit ini. Saya berharap, semoga ditempat yang baru nanti ibu bisa memberikan yang terbaik.
Saya kira cukup sekian. Mari bu. katanya sambil berlalu meninggalkan Ibu Regina seorang
diri.
Wanita ini pun berjalan dengan muka lesu dan tak bersemangat meninggalkan ruangan. Air
matanya pun keluar perlahan-lahan, ia tak kuat menahan kesedihannya, lalu ia mencoba
memberhentikan tangisnya sambil menyusuri ruang administrasi. Ia tidak percaya dengan semua
hal yang telah terjadi barusan. Ini seperti mimpi buruk. Sambil berjalan ia terus menampari pipi
kiri dan kanannya, seolah semua ini hanya fiktif belaka. Ia terus berpikir, benarkah ia tidak becus
dalam melayani semua pasien-pasiennya?

Lalu sesampainya di ruang administrasi, ia mengambil semua berkas-berkasnya beserta uang


pesangon yang telah dijanjikan. Sementara itu, ia terus menatap seisi ruangan rumah sakit ini.
Betapa cepat aku harus pergi meninggalkan bayangan rumah sakit ini. Berat hatiku untuk
melepaskan bayangmu di setiap langkah kerjaku. Tetapi, sudahlah ini memang jalan yang terbaik
untuk berpisah denganmu. Aku sadar mungkin karirku bukan di rumah sakit ini lagi. Mungkin
sekarang saatnya aku pergi. Selamat tinggal. Aku akan selalu mengenangmu.
***
Disaat aku tengah berkutat dengan pr fisikaku. Tiba-tiba ku mendengar suara klakson dari
sebuah mobil. Itu adalah mobil mama. Ku setengah berlari menuju pintu gerbang rumahhku
untuk membukakan pagar.
Selamat malam sayang. ucap mama datar.
Met malam juga ma. Maaf mama habis nangis yah? Mata mama merah, dan sedikit bengkak.
Apa mama ada masalah di rumah sakit? tanyaku penasaran.
Iya, mama ada masalah di rumah sakit. Tiba-tiba mama di-pee- catt tanpa alasan yang menurut
mama kurang jelas. Maafin mama sayang, mama belum bisa menjadi mama yang baik buat
kamu, tapi mama akan berusaha untuk melamar kerja di rumah sakit lain, sehingga mama bisa
menafkahi kamu lagi. Jangan sedih yah. katanya sambil sesekali mengusap air matanya yang
mengalir deras dipipinya.
Ma, ini semua bukan kesalahan mama, mama ga perlu minta maaf. Aku akan tetap bangga
mempunyai mama seperti mama. Ma, jangan sedih. Ini mungkin hanya sedikit ujian dari yang
Maha Pencipta untuk keluarga kita. Dan aku akan tetap mendukung semua keputusan mama.
Kataku sambil memeluk mama.
Yah udah, sekarang acara nangis-nangisan udah selesai. Kamu udah makan belum sayang?
katanya sambil melepas pelukan anaknya,
Belum ma. Yah udah, sekarang lebih baik mama mandi dan aku yang buat makan malam untuk
malam ini. Aku masakin makanan kesukaan mama yah. jawabku semangat.
Baiklah, kalau begitu, mama mandi dulu yah. katanya mengiyakan.

Aku terdiam merenung meratapi akan nasibku. Mengapa masalah bertubi-tubi datang
mengahampiriku? Dosakah aku? Murkakah aku? Seburuk itukah tabiatku sampai Sang Ilahi
mendatangkan semua cobaan ini kepadaku? Apakah anak broken home seperti aku tidak layak
mendapat kebahagiaan? Apakah aku harus pergi jauh ke alam yang aku tak tahu bagimana
mendekripsikan rupanya untuk mengakhiri semua penderitaan ini? Sudahlah jalani saja, Elsa.
Inilah hidupmu, kamu harus kuat dan tabah dalam menjalaninya. Mungkin ini sebuah jalan untuk
menuju kesuksesan yang harus kamu capai.
***
Hei, pagi-pagi gini masih cemberut aja, muka lo jelek tahu, udah kayak pantat kuali yang gak
pernah dicuci satu tahun. Jangan bilang lo lagi pikirin mantan lo yang ga tahu diri itu?
timpalnya ngeledek.
Ga mungkin lah, gue lagi pikirin Andi. Gila aja kalau gue sekarang lagi mikirin dia. Gue sadar
dia itu cuma masa lalu gue, yang ga pantas gue kenag. Dan gue yakin kok, gue akan mendapat
cowo yang jauh seribu kali lebih baik buat gue. ucapku percaya diri.
Gitu dong baru temen gue. Hehehe.. Lah terus kenapa muka lo cemberut gitu? tanyanya
Gue lagi bingung nih, Lis. Nyokap gue kemarin dipecat dari rumah sakit tempat ia bekerja.
Dan sekarang ia lagi ngelamar kerja ke rumah sakit lain. Lis, kadang gue mikir, kenapa hidup
gue sesial ini, gue selalu diliputi masalah yang berat kayak gini. Apakah karena gue seorang anak
broken home? jelasku galau.
Oh jadi itu masalahnya. Menurut gue lo salah kalau lo mikir kayak gitu, Tuhan kasih kita
masalah itu, karena Ia sayang sama kita. Ia mau kalau kita selalu mengigat-Nya. Dan yang pasti
setiap masalah ada jalan keluarnya. Jadi lo harus kuat dan terus berjuang untuk menghadapi
setiap persoalan hidup yang lo miliki. Dan jangan lupa berdoa, karena doa adalah sumber
kekuatan dari setiap perjalanan hidup kita. Ucapnya bijak.
Lisa makasih yah. Gue ga tau gimana jadinya kalau ga ada lo. Kataku berterimakasih
Iya, ga usah berlebihan gitu deh, biasa aja lagi. Sebagai temen kan gue wajib ngebantu
temennya yang lagi kesusahan. Jangan sedih lagi yah. ucapnya sambil memelukku.

Hehe, iya. Siap bos. Balasku sambil mengangkat tangan memberi tanda hormat.
Oh iya. Lo abis pulang sekolah ada acara ga? tanyanya ceria
Hmm, ga ada deh kayaknnya. Emang kenapa? jawabku ragu-ragu.
kita hang out ke Mall yuk. Sekalian gue kenalin sama temen gue di tempat les biola gue.
Anaknya keren lho, Sekalian lo bisa PDKT sama dia. Setahu gue dia lagi jomblo sekarang.
Katanya tersenyum penuh harap.
Yah udah deh. Daripada gue ga ada kerjaan dirumah, lebih baik gue menghibur diri dengan
cara mencari temen baru. Kataku mengiyakan.
Makasih yah, Elsa manis.
Sebenaranya pelajaran hari ini sangat mengasyikan untuk diikuti, karena mata pelajaran hari ini
adalah mata pelajaran favoritku yaitu fisika,kimia, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Tetapi
entah kenapa aku merasa hari ini sangat membosankan. Sepanjang pagi sampai siang hari ini aku
tidak bisa melupakan ajakan Lisa untuk berkenalan dengan temen barunya. Apakah mungkin aku
bisa mendapat cowo baru lagi, yang siap mengisi hari-hariku yang kosong? Entahlah, kita lihat
saja nanti.
Pelajaran hari ini ditutup dengan pelajaran Bahasa Indonesia dari Ibu Kurniati. Akhirnya selesai
juga. Semoga semuanya bisa berjalan dengan lancar.
Lis, cabut yuk. Ajakku dengan penuh semangat.
Iya, aduh ga sabaran banget sich kamu. Nyantai aja dong Mallnya ga akan lari kok, atau kamu
ngebet kenalan yah sama temenku? omelnya sambil memasukkan buku-bukunya dalam tasnya.
Iya-iya makanya kamu cepet dong. Kataku sambil menunggunya.
Mall Taman Anggrek adalah tempat tujuan kami. Sesampainya disana ku lihat banyak
pengunjung yang datang dan pergi. Pengunjung yang datang kebanyakan dari kalangan remaja,
maklumlah karena ini hari sabtu. Ku tetap menunggu disalah satu Restaurant tempat biasa ku
tongkrongi bersama Lisa. Hatiku gelisah dan jiwaku bergejolak resah menunggu kehadirannya.
Sampai sebuah pukulan halus yang mendarat tepat di bahuku.

Elsa, kenalin ini temen gue Daniel. Katanya memperkenalkan


Iya, gue Elsa. Kataku gugup.
Daniel, salam kenal yah. katanya sambil mengulurkan tangannya.
Gue ke toilet bentar yah, kalian berdua duduk sambil ngobrol sambil pesen makan aja dulu
disini. Kata Lisa sambil mengambil tasnya.
Itulah kisah awal perkenalanku sama Daniel. Iya bener yang dibilang Lisa dia itu keren,
ganteng, cakep, kelihatannya baik, sopan, gentle pokoknya susah dideskrepsikan deh. Kayaknya
getar-getar cinta mulai tumbuh lagi deh. Semoga ini menjadi awal yang baik.
Kok bengong aja sih. Kata Daniel bingung.
Ah-eh. Sorry-sorry. Jawabku malu.
Jadi lo temen les biolanya Lisa? Tanyaku membuka topik pembicaraan.
Iya, malahan kita berdua udah kayak orang pacaran gitu. Di tempat les selalu berdua, udah
kayak amplop sama perangko aja, nempel terus. But dont worry. We have Just friend. Jelasnya.
Oh Its OK. Jawabku.
By the way, lo sekolah dimana dan kelas berapa? tanyaku
Gue sekolah di SMA Pelita Harapan dan kelas tiga SMA. Lo sekelas sama Lisa juga kan?
tanyanya
Yups, bener banget.
Hobby lo apa aja kalau lagi gak ada kerjaan? tanyanya.
Palingan sich nonton DVD di rumah, baca novel, dan online gitu deh. Lo biasanya ngapain?
Kok hobby lo, sama kayak hobby gue, tapi yang beda gue kurang suka online gitu. Ga enak,
ga nyata aja. Cuma bisanya, berkomunikasi lewat dunia maya tapi gak pernah tau keaslianya
kayak gimana. Males dan ngebosenin banget. Jawabnya sambil memutar sedotan yang ada di
Jus Mangganya.

Elsa, gue baru inget. Gue ada janji sama temen gue untuk latihan basket gitu di lapangan
sekolah gue. Im so sorry. Katanya sambil melirik jam tangan yang terpasang di pergelangan
tangan kirinya.
Iya, ga apa-apa kok. Ok bye.kataku mengiyakan.
Lalu ia pergi dengan terburu-terburu meninggalkan diriku seorang diri.
Elsa, Danielnya mana? tanyanya panic.
Dia pulang duluan, katanya sih mau latihan basket gitu di sekolahnya. Jawabku santai.
Oh gitu yah udah deh. lanjutin makannya aja deh yuk. Timpalnya sambil memegang sendok
di tangan kanannya.
***
Malam hari ini terasa sangat dingin, karena hujan mengguyur rumahku dengan deras. Aku
mencoba menonton acara kesukaanku, tapi aku kehilangan konsentrasi untuknya. Bayangan
diriya selalu menghantui pikiranku. Teringat akan senyum indahnya, tatapan matannya yang
tajam, cara bicaranya yang menawan. Aduh Elsa, kenapa kamu jadi mikirin dia terus sih? Udahudah kenapa pikiran kamu jadi ngelantur kemana-mana sih? Stop, mikirin yang lain aja oke. Tapi
apa daya tangan tak sampai. Sampai beberapa menit kemudian ponselku tiba-tiba melantunkan
Pick Menya Justin Bieber.
Mat malam, apa bener ini nomornya Elsa? sapanya.
Malam juga, iya benar. Maaf ini siapa yah? balasku sambil mencoba mengingat suara yang
tak asing lagi ditelingaku.
Ini aku Daniel, maaf kalau aku ganggu. Aku dapat nomor kamu dari Lisa. Ucapnya santai.
Oh Daniel, ia gak apa-apa kok. Ngomong-ngomong ada perlu apa nih? tanyaku membuka
topik pembicaraan.
Hmm, gini besok siang gue mau ngajak lo ke Konser biola gitu, itung-itung gue mau nebus
kesalahan gue yang tadi siang, apa lo ada waktu? Kalau ga bisa juga gak apa-apa. Katanya

Betapa senangnya hatiku. Mimpi apa gue semalam bisa diajak jalan sama seorang cowok kayak
Daniel. How lucky I am.
Elsa, lo masih disana kan? tanggapnya membuyarkan lamunanku.
Oh, iya gue ada waktu kok. Gimana kalau sehabis gue pulang sekolah aja.
Sounds great. Ok besok gue jemput di sekolah lo yah? see you tomorrow.
Oke. See you. Ucapku sambil memutuskan pembicaraan.
Betapa senangnya hatiku. Tiba-tiba Daniel menelponku dan mengajakku ke konser biola Oh
My God. Semoga ini menjadi awal yang baik.
Elsa Elsa. Ayo makan.. katanya sedikit berteriak..
Iya ma.. Im coming Jawabku sambil sedikit berlari menuju meja makan.
Elsa, mama punya kabar baik buat kamu. Tadi mama sudah melamar pekerjaan di Rumah
Sakit baru, dan hasilnya.. ucap mama dengan wajah sedikit murung
Apa ma hasilnya? Hmm, mengecewakan yah ma? balasku
sebenarnya mama diterima sayang jawabnya sambil berdiri dan memelukku.
wah.. Congrats mom. Youre the best mommy that I ever had
Iya makasih sayang.

***

Elsa, kenapa lo senyum-senyum sendiri ga jelas kayak gitu? Baru abis dapet rejeki nomplok
yah, atau baru abis panen durian? katanya tersenyum lebar.
Lebih dari itu, coba tebak? balasku

Lo pasti mau liburan ke luar negeri yah? yah ampun gue ikut dong. Timplnya ngasal.
Siapa lagi, yang mau ke luar negeri, ngasal aja omongan lo. Iya deh, tadi malem gue ditelepon
sama Daniel, terus gue diajakin nonton konser biola gitu sama dia, gimana gue gak seneng dan
senyum-senyum sendiri coba. Dan satu lagi, akhirnya nyokap gue diterima di Rumah sakit
tempat ia melamar. Jelasku sambil senyum bahagia
cie-cie, yang lagi kasmaran nih yee. Tapi jangan lupa pajak pacaran yah. Wah, gue turut
bahagia deh nyokap lo diterima di Rumah Sakit baru katanya dengan wajah ceria.
Makasih atas semua dukungan yang lo kasih ke gue. Iya-iya, giliran tlaktiran aja. semangat lo.
Yah deh. Mau makan dimana nih? Tanyaku
Gitu dong. Urusan makan memakan, entar aja deh dipikirinnya. Yang penting sekarang lo
fokus untuk acara nge-date lo sama Daniel. Ucapnya menasihati
Oke-oke.
***
Siang hari itu begitu terik, menyegat dan sangat terasa panas di badan. Ku tetap menunggunya di
Halte bus dekat sekolah. Tiba-tiba sebuah mobil Honda Jazz, berhenti tepat hadapanku. Dan
sesosok laki-laki yang aku tunggu datang menghampiriku.
Hai, Elsa, yuk kita pergi. Ajaknya sambil membukakan pintu mobil untukku.
Ayo, kita pergi. Balasku.
Konser biola, merupakan suatu hal yang menurtku sangat membosankan. Pasalnya, konser biola
merupakan suatu ajang adu kemampuan yang mana harus mempertontonkan kemahiran mereka
dalam menggesek sebuah alat yang mereka mainkan di atas bahu mereka. Itu sama sekali tidak
menarik. Apa coba yang bagus dari alat musik yang namanya biola? Ih, gak banget deh.
Untunglah aku pergi nonton sama Daniel, coba kalau sama orang lain, huh gak akan gue terima
deh ajakan mereka. Ku pasang muka bahagia dan bersemangat, saat ia melempar senyum dan
bertanya mengenai pendapatku tentang konser biola barusan. Akhirnya, selesai juga konser biola
ini.

Udah selesai nih konsernya, kita pulang yuk. Ajakku


Ayo deh, tapi sebelum pulang kita makan dulu yah, aku yang tlaktir deh. Gimana mau yah?
sebentar aja kok. Please. Tanyanya agak sedikit memaksa.
Yah udah deh, ayo. Jawabku mengikuti.
***
Sambil menunggu makanan yang kami pesan, tidak ada satu kata pun yang keluar dari mulutku
dan dirinya. Kami berdua terdiam hanyut dalam pikiran kami masing-masing. Sampai seorang
pelayan datang mengantarkan makanan pesanan kami.
Makasih yah, Mba. Kata Daniel ramah.
Iya sama-sama Mas, selamat menikmati. Kata pelayan sambil senyum menatap kami berdua.
Elsa, ada sesuatu yang ingin gue kasih tau ke lo, sebenarnya dari awal gue ketemu dan kenal
lo, gue udah suka sama lo dan kayaknya gue jatuh cinta pada pandangan pertama ke lo. Maaf yah
kalau gue udah lancang ngomong kayak gini ke lo. So, would you be my honey? katanya
perlahan-lahan.
Aduh kok gue jadi speechless gini yah. Hmm, makasih atas perasaan lo ke gue. Dan jawaban
gue, gue gak bisa kalau harus nolak lo. Balasku sambil mengaduk-aduk makanan yang sedari
tadi belum mendarat dimulutku.
Jadi, artinya kita berdua sekarang pacaran? tanyanya meyakinkan.
Iya, sekarang aku itu pacar kamu, yah udah sekarang kita makan dulu yah. ucapku.
***
Hari berganti hari tak terasa telah dua minggu ku lewati keseharianku bersama dirinya. Oh
Daniel, engkau adalah pangeranku. Engkau selalu ada dalam duka maupun suka. Engkau selalu
ada disaaat aku membutuhkanmu. Aku berharap engkaulah yang terakhir di hidupku. Lagu Pick
Menya Justin Bieber tiba-tiba terdengar olehku, pertanda satu panggilan baru masuk.
Malam Say lagi ngapain nih? ucapnya dengan manja.

Malam juga say, baru abis ngerjain pr kimia nih. Oh iya tadi mama bilang, beliau ngundang
kamu untuk makan malam dirumah besok malam, soalnya ada acara syukuran gitu deh, gimana
ada waktu gak? balasku cepat.
Besok malam, oke deh. Apa sih yang gak buat kamu, my princess.. jawabnya merayu.
Mulai deh gombalnya. Yah udah sampai ketemu besok malam. Love you balasku
Oke, love you too. Ucapnya sambil memutus pembicaraan.
***
Aku dan mama sudah menyiapkan segala sesuatu untuk menyambut kedatangan tamu spesial
yang sudah lama mama tunggu. Setiap hari aku selalu menceritakan tentang dirinya kepada
mama, sehingga mama sangat penasaran bagaimana rupa laki-laki yang sudah memikat hati
putrinya itu.
Malam tante. Malem Elsa. Sapanya ramah.
Malem juga, Daniel. Mari masuk. Kata mama sambil mempersilahkan masuk.
Oh iya, Daniel tinggal dimana? Orang tuanya gimana? Kerja apa? Namanya siapa? Interogasi
mama.
Saya tinggal di daerah Pancoran, tante. Orang tua saya baik. Papa saya seorang Pengusaha dan
mama saya seorang Ibu rumah tangga. Nama papa saya Anton Cahyadi dan..
Apa nama papa kamu, Anton Cahyadi? potong mama cepat.
Seketika itu juga, wajah mama kelihatan pucat pasih, tak ceria seperti tadi. Mama kelihatan
bingung dan shoke. Lalu mama pergi meninggalkan kami berdua di meja makan tanpa alasan
yang jelas.
Elsa maaf, mama kamu kenapa yah? apa tadi aku ada salah ngomong atau nyakitin perasaan
mama kamu? Katanya bingung
Perasaan gak ada deh. Aku juga gak tahu sama sikap mamaku barusan. Maaf yah, acara makan
malamnya jadi berantakan kayak gini deh. balasku

Iya gak apa-apa. Kayaknya lebih baik kamu tanya ke mama kamu, apa yang terjadi
sebenarnya. Kalau gitu aku pamit pulang dulu yah. Nanti sampai dirumah aku telepon yah
katanya
Oke deh. sekali lagi maaf banget yah. Iya. Daa. Balasku
Setelah Daniel pergi, aku langsung berjalan menuju kamar mama. Aku bingung, sebenarnya apa
yang terjadi. Tiba-tiba mama pergi meninggalkan kami tanpa alasan yang jelas. Sangat aneh.
Setibanya disana, aku mendengar suara tangisan mama. Setelah kupikir-pikir mama tadi pergi
meninggalkan kami setelah mendengar Daniel mengucapkan nama Anthon Cahyadi. Sebenarnya
siapa dia? Setelah aku masuk, mama menceritakan semuanya bahwa ayahnya Daniel adalah
ayahku juga. Dan mama menyuruhku untuk putus darinya, karena kita tak mungkin berpacaran,
kenyataanya adalah Daniel saudara tiriku.
Akhirnya aku mengetahui mengapa sampai mama rela meninggalkan kami berdua sendiri. Aku
tak habis pikir, ternyata benar ada pepatah yang mengatakan bahwa dunia ini tak selebar daun
kelor. Ini sungguh mustahil, aku tak percaya bahwa aku dan Daniel adalah saudara tiri. Jadi
selama ini aku telah berpacaran dengan saudaraku sendiri. Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini?
Kenapa sampai sekarang aku tak pernah mendapat kebahagiaan layaknya remaja lain? Tuhan
kupasrahkan seluruh hidupku kedalam tanganMu.
Beberapa saat kemudian kuputuskan untuk memberi tahu Daniel tentang semua masalah ini.
Hai, Dan. Gue udah tau kenapa tadi mama gue pergi ninggalin kita berdua. Ternyata lo sama
gue saudara tiri. Iya jadi, bokap lo itu, mantan suami nyokap gue. Gue ngedengernya shoked
banget. Terus mama bilang kita berdua gak boleh pacaran lagi, karena kita saudara.. jujur
sebenarnya gue masih sayang banget sama lo, tapi keadaan yang maksa gue harus ngelakuin ini
ke lo kataku menahan tangis.
Elsa, gue ga tau mau ngomong apa ke lo. Baiklah, gue terima semua keputusan lo. Gue gak
bisa merubah segala sesuatu yang sudah terjadi. Tapi, yang pasti sungguh sulit untuk anggap lo
sebagai saudara gue. Nanti gue akan coba ngomong ke bokap gue. Makasih untuk semuanya.
Jawabnya langsung mematikan ponselnya.

Kadang benar kata orang bahwa tak selamanya kita bisa memiliki orang yang kita cintai.
Memang sangat sukar untuk melakukannya, tetapi percayalah bahwa cinta yang tulus akan
membawa kebahagiaan besar dalam hidupmu. Hanya impian yang dapat menjawab semua
anganku akan cintaku padamu Daniel.

Anda mungkin juga menyukai