BAB II
PELAKSANAAN PENELITIAN
II.1. Persiapan
Pada tahap persiapan dilakukan studi pustaka, penentuan daerah penelitian,
pengajuan ijin penggunaan data citra ASTER, pencarian dan pengumpulan data
penelitian yang antara lain berupa citra ASTER dalam format HDF, peta orthophoto,
peta rupa bumi digital skala 1 : 25.000 dan peta rupabumi skala 1:25.000, serta
penyiapan perangkat keras dan perangkat lunak komputer yang akan digunakan.
II.1.1. Materi penelitian
Materi yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa :
1. Satu scene citra ASTER level 1B dalam format EOS-HDF (tahun 2002)
pada media CD-ROM yang meliputi daerah Merapi dan sekitarnya.
2. Peta rupabumi digital skala 1:25.000 tahun 1994, lembar 1408 244
(sumber : Bakosurtanal)
3. Peta orthophoto daerah Merapi dan Merbabu, skala 1 : 25.000 tahun 1981
format digital (sumber : BPPT Kegunungapian)
II.1.2. Alat penelitian
Peralatan yang dipergunakan dalam penelitian ini berupa :
1. Satu unit komputer dengan procesor Intel Pentium 4, 3000 MHz, memori
1000 MB, dan harddisk 80 GB.
2. Perangkat lunak PCI Geomatics 8.2.3, untuk melakukan proses registrasi
citra, ekstraksi DEM, dan ortorektifikasi citra. (pinjaman
dari
31
II.2. Pelaksanaan penelitian
Tahapan-tahapan yang akan dilakukan dalam penelitian terlihat pada diagram
alir pelaksanaan berikut ini :
Persiapan
Peta rupa
bumi
Peta Foto
Pemilihan dan
pengukuran titik cek
Pemilihan dan
pengukuran GCP
PCI ASTER
project
ASTER
HDF L 1B
Geocoding band 3N
Geocoding band 3B ke 3N
(image to image)
Ekstraksi band
3N 3N & 3B
3N dan 3 B
Evaluasi
DEM
DEM
PCI Orthoengine
ortorektifikasi
Orthoimage ASTER
Visualisasi
Peta Foto
Udara
Peta Citra
ASTER
Evaluasi /
analisis hasil
Gambar II.1 alir . Diagram penelitian.
Kartografi
Pengumpulan data
Pengolahan data
32
Sebelum dilakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan identifikasi titiktitik yang dapat dikenali pada citra serta mencocokkannya dengan kenampakan yang
ada pada peta foto. Peta foto yang digunakan sudah dalam format digital (.cdr)
dengan sistem koordinat UTM dan geografis. Untuk mempermudah identifikasi dan
pengukuran koordinat, maka peta foto ini dikonversi ke format .pix (format file pada
PCI Geomatics). Konversi meliputi dua tahap pekerjaan, proses transformasi
koordinat dan proses impor dari format .cdr ke format .pix. Hasil konversi ini
kemudian ditampilkan menggunakan modul PCI Focus. Dengan demikian, proses
penentuan koordinat suatu titik dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, karena
setiap kali pointer menunjuk pada suatu titik pada peta foto, koordinat UTM,
geografis, raster dan koordinat paper akan muncul secara otomatis.
II.2.2.1. Pengukuran Titik Kontrol Tanah dan Titik Ikat. Setelah dilakukan
proses identifikasi, titik-titik tersebut kemudian diukur koordinatnya dalam sistem
UTM. Untuk identifikasi titik kontrol tanah dan titik ikat digunakan peta foto karena
lebih mudah dalam proses identifikasinya dibanding dengan menggunakan peta
rupabumi. Sedangkan untuk elevasi titik tinggi diambil dari DEM yang diperoleh
dari digitasi garis kontur pada peta rupabumi. Untuk keperluan registrasi model
permukaan digital, digunakan 12 buah titik kontrol tanah, sedangkan untuk keperluan
geocoding band 3B ke 3N digunakan titik yang sama dengan titik yang digunakan
sebagai titik kontrol tanah (GCPs). Untuk pengukuran titik ikat caranya sama dengan
pengukuran GCP, demikian pula dengan elevasinya.
II.2.2.2. Pengukuran Titik Cek. Titik cek diperlukan dalam tahap evaluasi
ketelitian model permukaan digital. Cara mengukur titik cek mirip dengan cara
mengukur koordinat titik kontrol tanah. Titik-titik yang dipilih adalah titik-titik tinggi
pada peta rupabumi dan peta foto yang tersebar secara merata di seluruh muka peta.
Untuk keperluan titik cek, diukur koordinat dan elevasi 75 buah titik tinggi pada
peta rupabumi dan pada peta foto..
33
Pembuatan project mutlak diperlukan ketika memulai menjalankan PCI
orthoengine. Pada dasarnya pembuatan project adalah untuk menentukan metode
model matematik yang akan digunakan. Ada enam macam model matematik yang
disediakan, yaitu aerial photography, satellite orbital modelling, polinomial, thin
plate spline, rational functions, dan mozaic only. Didalam project inilah semua
tahapan proses dilakukan, seperti pendefinisian sistem proyeksi, entry data GCP dan
titik ikat (TP), registrasi citra, ekstraksi DEM, ortorektifikasi citra, serta pembuatan
mozaik.
Pembuatan project dilakukan dengan menggunakan kotak dialog project
information yang akan muncul pertama kali setiap memulai orthoengine. Pada kotak
dialog project information terdapat empat isian informasi yang harus dimasukkan,
yaitu file name, name, description, dan math modelling method. File name
mendefinisikan lokasi project akan disimpan, name dan description mendefinisikan
jenis project dan deskripsi tentang project yang dilakukan, math modelling method
mendefinisikan macam model yang akan digunakan. Untuk membuat DEM dari
citra satelit, dipilih jenis model satellite orbital modelling, dan pada kolom options
dipilih Toutins model kemudian pilih accept setelah semua informasi dimasukkan.
Setelah project information dilakukan, akan muncul kotak dialog set projection
yang merupakan pendefinisian output projection dan GCP projection. Output
projection digunakan untuk mendefinisikan sistem proyeksi yang akan digunakan,
34
jenis earth model (datum dan elipsoid) , dan resolusi dari citra masukan. Untuk
ASTER karena resolusinya adalah 15m, maka pada kolom pixel spacing dan line
spacing diisikan nilai 15. Sedangkan GCP projection digunakan untuk pendefinisian
GCP , seperti jenis proyeksi dari GCP, dan juga earth model-nya.
II.2.3 Ekstraksi band 3N dan 3B
Dalam pembentukan DEM dari citra ASTER, yang diperlukan adalah band 3N
dan 3B saja, sehingga ekstraksi data citra hanya dilakukan pada kedua band ini.
Untuk membentuk model pada ekstraksi DEM menggunakan PCI Orthoengine,
harus diproses seluruh scene citra ASTER (full scene). Croping/subset scene citra
sebelum pembentukan model akan menyebabkan berbagai informasi ephemeris
satelit menjadi tidak sesuai. Sehingga ekstraksi band 3N dan 3B harus dilakukan
pada citra full scene, bukan citra hasil croping.
35
akan menyebebkan infromasi ephemeris tidak dapat ter-impor, sehingga model tidak
dapat terbentuk.
36
Untuk registrasi band 3N ke koordinat peta, maka citra band 3N dibuat dalam
status working. Sedangkan untuk registrasi band 3 B ke band 3N, dimana citra band
3N sebagai citra referensi maka status working adalah citra band 3B dan status
references adalah citra band 3 N. Pemasukan data titik GCP menggunakan kotak
dialog GCP collection. Titik GCP diambil dari identifikasi obyek pada peta foto,
sedangkan untuk elevasi GCP (GCP 3D) diekstrak dari DEM yang telah dibuat
sebelumnya dengan mendigitasi garis kontur peta rupabumi. Ekstraksi elevasi
menggunakan DEM peta rupa bumi ini dilakukan dengan menggunakan perintah
select DEM yang ada pada kotak dialog GCP collection. Dengan cara ini, setiap kali
sebuah titik GCP didefinisikan (koordinat UTM-nya) maka secara otomatis software
akan mengekstrak elevasi pada koordinat titik GCP tersebut.
37
Untuk identifikasi titk ikat (TP), bisa dilakukan dengan cara manual maupun
secara otomatis. Secara otomatis, maka software akan menggunakan teknik korelasi
stereo untuk menentukan titik/obyek yang bersesuaian. Pada kotak dialog automatic
tie point collection, ditentukan jumlah titik ikat yaang akan digunakan (nilai default
adalah 9) dan juga nilai batas nilai matching threshold (nilai default adalah 0.75).
Penambahan nilai threshold akan mengurangi jumlah titik ikat yang akan diekstrak.
38
G : titik GCP
T : titik ikat (TP)
39
40
41
automatic dem extraction ini, ditentukan beberapa parameter DEM hasil ekstraksi
yang meliputi :
Pada Extraction window ada 2 macam pilihan, full image dan window. Full
image jika akan digunakan untuk mengekstrak DEM pada seluruh daerah citra (citra
42
full scene), sedangkan window digunakan untuk mendefinisikan sebagian daerah
tertentu pada citra yang akan diekstrak DEM-nya (subset). Pada penelitian ini dipilih
option window untuk menentukan ukuran dan posisi daerah penelitian (sekitar
merapi) yang hanya meliputi sebagian kecil daerah citra. Pendefinisian posisi dan
ukuran daerah window dilakukan dengan memasukkan nilai offset dan size window.
Offset window mengidentifikasikan posisi kiri atas (top left) daerah subset, dimana
posisi ini berdasarkan file citra yang sudah terepipolar bukan pada posisi citra asli.
Offset pada daerah penelitian adalah pada baris 1940 dan kolom 3100. Sedangkan
size merupakan ukuran (besar baris dan kolom) dari subset daerah penelitian, pada
daerah penelitian besar size adalah 466 x 583 piksel.
Pada extraction option
43
mereduksi
spikes
yang
terjadi
pada
permukaan
DEM
dan
juga
untuk
44
dengan tujuan untuk menghilangkan noise yang masih tersisa dan mengurangi sifat
diskontinuitas model.
a
Gambar II.15. Citra dengan noise (a), citra yang telah dihilangkan noise-nya (b).
Untuk editing failed area, digunakan mask operation yang ada pada menu 2D
DEM editing. Mask operation adalah pembuatan suatu area (mask) pada failed area
45
dengan menggunakan empat jenis operasi mask, yaitu trace, trace and close,
poligon, polyline. Daerah yang telah dibentuk mask, kemudian diedit nilai
ketinggiannya berdasar elevasi peta acuan. Ada tiga metode untuk mengedit nilai
ketinggian ini, fill using value, fill using average, fill each polygon with polygon
average. Fill using value digunakan untuk mengedit nilai ketinggian pada failed area
dengan suatu nilai elevasi tertentu yang telah ditentukan. Nilai ini diambil dari
elevasi DEM peta rupabumi. Fill using average digunakan untuk mengedit nilai
ketinggian berdasarkan rata-rata elevasi pada daerah dibawah mask. Nilai elevasi
rata-rata ini secara otomatis akan muncul pada status average. Sedangkan fill each
polygon with polygon average hampir sama dengan fill using average, hanya saja fill
each polygon with polygon average digunakan pada beberapa poligon mask
kemudian masing-masing poligon akan teredit elevasinya dengan nilai rata rata
pada masing-masing poligon.
: failed area
46
: mask area
Setelah itu, data model permukaan digital yang dihasilkan perlu untuk
dilakukukan proses geocoding, karena data DEM masih terorientasi relatif pada
model epipolar, sehingga untuk membawanya ke koordinat tanah, diperlukan proses
georeferensi. Georeferensi dilakukan melalui fasilitas processing stepdem from
stereogeocoded dem.. Pada form geocoded dem dimasukkan beberapa parameter,
seperti number of channel, nilai failed value, background value, dan juga pixel
spacing. Setelah semua ditentukan, kemudian pilih geocoded dem. Hasil DEM yang
telah tergeocoding ini telah mempunyai koordinat berdasarkan data GCP yang
dilakukan pada proses sebelumnya, sehingga DEM bisa digunakan untuk berbagai
aplikasi pemetaan dan juga untuk proses ortorektifikasi.
II.2.7. Proses ortorektifikasi
Dalam proses ortorektifikasi, diperlukan data GCP, DEM pada daerah coverage
citra, orientasi parameter dari sensor/kamera dan sistem proyeksi peta. Untuk
pendefinisian orientasi sensor, sistem proyeksi dan data GCP, menggunakan project
yang sama dengan yang digunakan pada ekstraksi DEM. Sehingga untuk proses
47
ortorektifikasi tidak perlu dilakukan entry GCP dan pembentukan model lagi, karena
semua telah didefinisikan pada proses sebelumnya yaitu pada project ekstraksi DEM.
Ortorektifikasi ASTER dapat dilakukan pada band 3N, band 3B, maupun gabungan
dari band 1,2 dan 3N. Ortorektifikasi pada gabungan band 1, 2, dan 3N akan
menghasilkan orthoimage dengan komposit warna RGB.
Untuk proses ortorektifikasi digunakan project yang sama dengan yang
digunakan pada ekstraksi DEM. Pada menu processing step, dipilih ortho
generation. Pada form ini akan muncul tiga buah menu, open image, define clip
region, dan ortho photo/image production. Open image digunakan untuk
memasukkan file citra yang akan diproses ortorektifikasi. Define clip region
digunakan untuk mendefinisikan posisi dan ukuran (size) subset image. Define clip
region digunakan jika akan diproses ortorektifikasi pada sebagian citra (citra hasil
croping). Ortho photo/image production untuk proses ortorektifikasi dan penentukan
beberapa opsi pada proses ortorektifikasi, seperti spesifikasi DEM yaang digunakan
(lokasi/sumber DEM, elevation scale dan elevation offset DEM), jenis resampling
yang digunakan, working cache (memori RAM yang akan digunakan dalam
generate orthoimage), dan sampling interval. Elevation scale dan elevation offset
digunakan untuk mengkonversi elevasi pada permukaan DEM dengan fungsi :
Elevasi= scale * (value + offset)
(II.1)
Nilai default dari scale dan offset adalah 1 dan 0. Jika tidak ada data DEM pada
sebagian daerah citra, dan elevasi pada daerah tersebut akan diganti dengan elevasi
rata-rata, maka harga elevasi rata-rata dimasukkan pada offset value.
Untuk mempertahankan tingkat resolusi citra, digunakan jenis resampling
bilinier interpolation. Jenis resampling ini juga akan menghasilkan gambar lebih
smooth. Penggunaan nearest neightbour resampling akan cenderung mengurangi
tingkat resolusi hasil orthoimage. Karena proses ortorektifikasi yang memakan
waktu yang relatif lama, software menyediakan dua opsi processing start time, start
now dan start at (hh,mm). Start now untuk memproses orthoimage secara langsung,
dan opsi kedua untuk mengatur waktu (schedule) proses generate orthoimage pada
waktu tertentu.
48