Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Kepemimpinan merupakan sesuatu yang harus ada dalam
suatu pergerakan/ organisasi, dalam kepemimpinan tersebut
terdapat pemimpin yang harus ditaati sebagaimana firman Allah
QS. AN-Nisa: 59





Islam menganjurkan umatnya agar taat kepada pemimpin,
namun yang dimaksud dengan taat di sini adalah taat jika
pemimpin

itu

memperhatikan

berlaku

adil,

kemakmuran

dan

tidak

sewenang-wenang,

kesejahteraan

rakyatnya.

Kriteria untuk menjadi seorang pemimpin itu harus memenuhi


empat sifat-sifat kenabian yaitu: shidiq (jujur), amanah (dapat
dipercaya), tabligh (menyampaikan) dan fathonah (cerdas).
Keberhasilan Nabi Muhammad dalam memimpin umat
Islam sehingga muncul beberapa peradaban dunia yang ia
bangun tidak berhenti ketika beliau wafat. Kepemimpinan Islam
itu dilanjutkan oleh para penggantinya yaitu Khulafaur Rasidin
(Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin
Abi Thalib). Di bawah kekuasan merekalah Islam bisa tersebar
luas, penyusunan al-Quran, perluasan masjid dan lain-lain.
B. Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.

Bagaiamana kisah Utsman Ibn Affan Sebelum Menjadi Khalifah?


Bagaiamana Proses Pengangkatan Sebagai Khalifah ?
Bagaiamana Masa Kekhalifahan Utsman ibn Affan ?
Bagaimana Masa Krisis Khalifah Utsman Ibn Affan dan Masa
Kehancurannya ?

C. Tujuan Penulisan
1.
2.
3.
4.

Untuk mengetahui kisah Utsman Ibn Affan Sebelum Menjadi Khalifah


Untuk mengetahui Proses Pengangkatan Sebagai Khalifah
Untuk mengetahui Masa Kekhalifahan Utsman ibn Affan
Untuk mengetahui Masa Krisis Khalifah Utsman Ibn Affan dan Masa
Kehancurannya ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Utsman Ibn Affan Sebelum Menjadi Khalifah
Usman Bin Affan dikenal sebagai Abu Abdillah, dilahirkan
di Mekkah, Dzurunain gelar kehormatannya karna mengawini dua
putri Nabi berturut-turut. Ia termasuk keluarga besar Umayyah
dari suku Quraisy, dan silsilah pertaliannya dengan Nabi adalah
generasi kelima.
Setelah melalui pendidikan dasarnya, Utsman menjalankan usaha nenek
moyangnya yang menjadi pedagang Arab terkemuka. Ia sahabat dekat Abu Bakar,
khalifah Islam pertama. Adalah Abu Bakar yang membawa berita pertama kali
tentang Islam kepadanya. Bersama dengan Thalhah bin Ubaidillah, ia masuk
Islam kepadanya. Bersama dengan Thalhah bin Ubaidillah, ia masuk Islam
langsung melalui Nabi. Ia sempat disiksa dengan kejam oleh pamannya sendiri,
Hakim, karena masuk agama baru itu, namun Utsman tetap pada pendiriannya.
Atas perintah Nabi, Utsman hijrah ke Abessinia bersama kaum Muslimin
lainnya. Ia berada di bawah Abu Bakar dan membantu dana keuangan kepada
Islam di masa-masa awalnya. Ia mengabdikan diri dengan sepenuhnya walaupun
harus mengorbankan perdagangannya. Ia berperan aktif dalam dewan inti agama
Islam. Meninggalkan harta bendanya kemudian hijrah ke Madinah bersama kaum
Muslimin lainnya. Pada waktu itu, di Madinah hanya ada sebuah sumur sumber
air minum bernama Bir Rumah milik seorang non Muslim yang memungut
pembayaran yang tinggi dari kaum Muslimin yang memerlukannya. Karena Nabi
menginginkan kaum Muslimin membeli sumur tersebut, seketika itu Utsman
tampil menyatakan kesediaannya. Ia membelinya dengan harga 30.000 dirham,
lalu menjadikan sumur itu milik umum. Utsman juga membeli tanah yang
berbatasan dengan masjid Nabi di Madinah, karena bangunan ibadah tidak lagi
mampu menampung orang yang sholat. Dari uangnya sendiri pula Utsman
membiayai perluasan masjid itu.
Semasa hidup Nabi, kecuali dalam perang Badar, Utsman
senantiasa

berperan

serta

dalam
3

setiap

peperangan

mempertahankan

agama Islam yang

baru

berkembang.

Pada perang Badar, Nabi meminta Utsman menjaga isterinya,


Ruqayyah, yang sedang dalam sekaratul maut.
Selama masa pemerintahan Abu Bakar dan Umar, Utsman menjadi pejabat
yang dipercayai sebagai anggota terkemuka dewan inti, dan pendapatnya tentang
masalah kenegaraan yang penting-penting selalu didengarkan. Ia satu di antara
dua orang yang diajak berunding oleh Abu Bakar menjelang wafatnya, untuk
membicarakan soal pengangkatan Umar sebagai penggantinya.
B. Proses Pengangkatan Sebagai Khalifah
Sebelum khalifah umar bin khatab wafat karena tikaman peroz (Abu
Luluah) beliau membentuk tim yang terdiri atas enam orang sahabat terkemuka
untuk menentukan penggantinya sebagai khalifah. Enam sahabat yang menjadi
anggota formatur adalah Utsman ibn Affan, Ali Ibn Abi Thalib, Talhah, Zuber,Abd
Rahman Ibn Auf, dan Saad Ibn Abu Waqash. Untuk menghindari deadlock dalam
pemilihan, umar mengangkat anaknya Abdullah ibn Umar, sebagai anggota
formatur dengan disertai hak pilih tanpa hak untuk dipilih. Thalhah tidak ada di
madinah dan baru kembali kemadinah setelah pemilihan khalifah selesai
dilakukan.
Dalam penjajakan pendapat yang dilakukan oleh Abdurahman bin Auf
terhadap angota formatur diperoleh dua calon khalifah yaitu Utsman ibn Affan
dan Ali ibn Abi Thalib. Ali ibn Abi Thalib memilih Utsman bin Affan menjadi
khalifah. Sebaliknya, Utsman ibn Affan memilih Ali ibn Abi Thalib sebagai
khalifah. Saad ibn Abi Waqash memilih Utsman. Sementara suara Abdurrahman
bin Auf dan Zubeir tidak diketahui hak pilihnya direalisasikan. Dewan
musyawarah akhirnya berhasil mengangkat Utsman ibn Affan sebagai khalifah
ketiga sebagai pengganti Umar ibn Khatab, setelah beliau mangkat.
C. Masa Kekhalifahan Utsman ibn Affan
1. Perluasan Wilayah dan Kodifikasi Al-Quran
Pada zaman khalifah Utsman ibn Affan, perluasan wilayah dilanjutkan
kewilayah Armenia, Tunisia, Cyprus,Rhodes, sebagian Persia, Transoxania, dan
Tabaristan. Utsman bin Affan adalah khalifah pertama yang memperluas masjid

nabi SAW. Di Madinah dan masjidil Haram di makkah.dan dia khalifah pertama
yang menentuka adzan awal shalat jumat.
Pekerjaan berat yang dilakukan utsman ibn Affan adalah kodifikasi AlQuran lanjutan kerja yang telah diawali oleh Abu Bakar atas inisiatif Umar r.a.
Latar belakang pembukuan Al-quran pada zaman Utsman yakni masalah
perbedaan qiraat dimasing-masing daerah kekuasaan islam yang berbeda sehingga
menimbulkan percekcokan diantara umat islam.
Pada saat penyalinan Al-Quran yang kedua kalinya, panitia penysunan
mushaf yang dibentuk oleh Utsman melakukan pengecekan ulang dengan meneliti
kembali mushaf yang sudah disimpan di rumah Hafshah dan memban dingkannya
dengan mushaf lain. Ketika terdapat empat mushaf Al-Quran yang merupakan
mushaf pribadi. Pertama, mushaf yang ditulis Ali ibn Abi Thalib, mushaf Ali
terdiri dari 111 surat. Surat pertama adalah surat Al-baqarah dan surat terakhir
adalah al-Mwazatain.Kedua,mushaf yang. disusun oleh Ubay ibn Kaab. Yang
terdiri atas i05 surat, surat yang pertama adalah Al-Fatihah dan yang terahir adalah
An-Nas. Ketiga, mushaf ibn Masud yg terdiri 108 surat. Surat yang pertama
adalah Al-Baqarah dan yang terahir Al-Iklas. Dan yang keempat, mushaf milik Ibn
Abbas, yang terdiri atas 114 surat. Surat pertama Al-Alaq dan yang terahir AnNas.
Selain itu, tugas panitia adalah menyalin mushaf Al-Quran yang disimpan
Hafsah dan menyeragamkan qiraat dan bacaannya, yaitu dialek Quraisy. Setelah
membuat salinannya Said bin Tsabit mengembalikan naskah yang disalinnya
kepada Hafsah. Khalifah Utsman memerintahkan Said bin Tsabit agar membuat
sejumlah salinan mushaf dan dikirim ke Mekah, Madinah, Basrah, Kufah,dan
Syiria dan salah satunya disimpan oleh Utsman bin Affan yang kemudian
disebut mushaf al imam. Sedangkan mushaf lain, selain mushaf yang telah
disusun oleh panitia yang dipimpin oleh Said bin Tsabit, diperintahkan untuk
dibakar.
2. otonomi Daerah
Pada zaman khalifah Abu Bakar dan Umar, wilayah dibedakan menjadi dua:
wilayah yang pemimpinnya memiliki otonomi penuh dan pemimpinnya

disebut amir,dan wilayah yang tidak memiliki otonomi penuh yang pemimpinnya
disebut wali. Pada zaman Utsman dilakukan perubahan status wilayah sehingga
semua wilayah memiliki otonomi penuh. Oleh sebab itu seluruh pemimpin
wilayah

jabatan

setingkat

gubernur

bergelar amir. Abd

al

Wahab

mengimformasikan pembagian wilayah dan amir-nya pada zaman Utsman sebagai


berikut;
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Wilayah
Makkah
Thaif
Shana
Jand
Bahrain
Kuffah
Bashrah
Damaskus
Himsh
Mesir

Amir
Nafi Ibn Abd al-Harits al-Khuzai
Sufyan ibn Abdullah al-Tsaqafi
Yala ibn Munbih
Abdullah ibn abi rabiah
Utsman ibn Abi aiAsh al-tsaqafi
Al-Mugirah ibn Syubah al-Tsaqafi
Abu Musa Abduullah ibn Qaish al-ayari
Muawiyah ibn Abi Sufyan
Amir ibn Sad
Amr ibn al-Ash

D. Masa Krisis Khalifah Utsman Ibn Affan dan Masa Kehancurannya


H.A.R. Gib dan J.H Krames membagi membagi fase pemerintahan Utsman
bin Affan menjadi dua periode: selama enam tahun pertma administrasi
pemerintahan berjalan secara bersihdari pengangkatan kerabat sebagai pejabat
Negara (bebas KKN). Sedangkan periode kedua adalah enam tahun terahir yang
merupakan periode pemerintahan yang tidak bersih dari pengangkatan kerabat
sebagai pejabat Negara.
Kebijakan Khaliifah Utsman menurut sebagian peneliti sejarah tergolong
nepotisme adalh:
1)Perluasan wilayah kekuasaan. Muawiyah pada zaman khalifah Umar
diangkat menjadi wali damaskus. Wilayah kekuasaannnya diperluas oleh Utsman
sehingga mencakup lima wilayah: dammaskus, himsh, Palestina, Yordania dan
Libanon.
2) Promosi jabatan kepada keluarga. Marwan ibn Hakam (saudara sepupu
utsman) diangkat menjadi sekertaris jenderal Negara yang menyebabkan Negara
diikendalikan oleh satu keluarga.

3) pemecatan amir atau wali yang berprestasi diganti dengan anak dan
kerabat dekatnya.
Tindakan Khalifah Utsman ibn Affan yang menyebabkan terkumpulnya
seluruh kekuasaan ditangan keluarganya menimbulkan reaksi dari masyarakat,
terlebih lagi dari mereka yang dipecat dari jabatannya tanpa alas an yang jelas.
Disamping itu, tindakan bawahan khalifah Utsman dinilai masyarakat telah
banyak menyimpang dari ajaran Islam. Walid ibn Uqbah pernah shalat subuh
empat rakaat dalam keadaan mabuk. Utsman tidak dapat mengatasi ambisi
keluarga sehingga pelanggaran tidak dapat diatasi. Tanah fadak yang pernah
disengketakan Fatimah dan Abu Bakar dimasukan menjadi milik pribadi oleh
marwan ibn al-Hakam.
Reaksi masyarakat terhadap khalifah Utsman berupa protes atas prilaku
pejabat pemerintah di daerah, dan ahirnya protes terbesar datang dari mesir yang
menurut pemecatan Abdullah ibn Abi Syarh sebagai wali mesir.setelah dinasehati
Talhah dan aisyah dan desakan Ali ibn a bi Thalib, Utsman bersedia memecat
Abdullah ibn Abi Syarh sebagai wali mesir dan mengangkat Muhamad Ibn Abu
Bakkar sebagai gantinya.
Penduduk mesir yang melakukan protes yang berjumlah 700 orang serta
disertai Muhammad ibn Abu Bakkar kembali ke mesir setelah protesnya mendapat
responyang baik.. akan tetapi, ditengah perjalanan mereka mendapati seseorang
budak yang mencurigakan dan ternyata membawa surat dengan stempel khalifah.
Surat tersebut ditujukan kepada Abdulah ibn Syarh yang berisi perintah untuk
memenggal kepala Muhammad ketika sampai di Mesir.
Muhamad ibn Au Bakkar beserta rombongan kembali ke Madinah untuk
melakukan konfirmasi kepada Khalifah tentang surat yang dibawa oleh budak.
Berdasarkan penelitian terhadap tulisan tangan surat yang dibawa budak, diduga
kuat bahwa surat tersebut berasal dari Marwan. Muhamad ibn Abu Bakkar
meminta kepada khalifah agar Marwan diserahka kepad mereka. Tetapi, Utsman
menolak permintaan trsebut Karen khawatir akan dibunuh. Situasi menjadi
tegang dan tudak terkendali dan pengawalan terhadap khalifah menjadi tak
berdaya karena banyaknya penduduk mesir yang melakuan protes. Akhirnya

Utsma ibn Affan wafat trebunuh pada tanggal 18 zulhijah 35 H. dalam usia 83
tahun dan pembunuhnya tidak diketahui secara pasti.
Selain hal-hal diatas yang menjadi pemicu kehancuran khalifah Utsman ibn
Affan banyak alasan yang menjadi penyebab lahirnya pertikaian di antara kaum
Muslimin, yang memuncak dengan timbulnya pemberontakan terbuka terhadap
kekuasaan Khalifah. Tapi faktornya yang utama di balik persengkongkolan ini
ialah kebencian kepada kekuatan Muslimin, yang mendorong Ibn Saba dan para
pengikutnya ingin membakarnya dari dalam. Prinsip-prinsip demokrasi yang
diterapkan dalam Islam serta kesederhanaan dan kesalehan Utsman yang tidak
menginginkan terjadinya pertumpahan darah di antara sesama Muslimin, memberi
keleluasaan kepada komplotan jahat memfitnah dan merusak rezimnya.

BAB III
KESIMPULAN
Gaya kepemimpinan dalam Islam itu ada 5 macam, yaitu:
1.

Seniman

2.

Komandan

3.

Pelayan

4.

Birokrat

5.

Manager

Gaya kepemimpinan yang dimilki oleh Utsman menurut penulis


adalah gaya kepemimpinan yang bersifat melayani (pelayan) dan
komandan (tegas). Melayani ketika banyak masyarakat yang
membutuhkan bantuan maka ia membantu (membeli sumur dari
seorang yahudi untuk kepentingan bersama dan memberikan
gandum yang dibawa oleh 1000 ekor unta untuk rakyat miskin
yang hidup kekurangan). Bersikap tegas ketika banyak para
pemerintah/

pembesar

yang

dalam

kepemimpinannya

itu

dianggap tidak cakap maka ia mengganti dengan pemimpin yang


dianggap lebih kredibel dalam memimpin.

Anda mungkin juga menyukai