BRONKOPNEUMONIA
Nama
No. Stambuk
: N 111 14 024
Pembimbing
PENDAHULUAN
Pneumonia adalah suatu sindrom yang disebabkan oleh infeksi akut,
biasanya disebabkan oleh bakteri yang mengakibatkan adanya konsolidasi
sebagian dari salah satu atau kedua paru. Sedangkan bronkopneumonia
merupakan peradangan pada paru dimana proses perdangannya ini menyebar
membentuk bercak-bercak infiltrate yang berlokasi di alveoli paru dan dapat pula
melibatkan bronkiolus terminal. Bronkopneumonia sebagai penyakit yang
menimbulkan gangguan pada sistem pernafasan, merupakan salah satu bentuk
pneumonia yang terletak pada alveoli paru. Bronkopneumonia lebih sering
menyerang bayi dan anak kecil. Hal ini dikarenakan respon imunitas mereka
masih belum berkembang dengan baik. 2
Anak dengan daya tahan terganggu akan menderita bronkopneumonia
berulang atau bahkan bisa anak tersebut tidak mampu mengatasi penyakit ini
dengan sempurna. Selain faktor imunitas, faktor iatrogen juga memacu timbulnya
penyakit ini, misalnya trauma pada paru, anestesia, pengobatan dengan antibiotika
yang tidak sempurna.7
Pneumonia merupakan inflamasi yang mengenai parenkim paru, sebagian
besar disebabkan oleh infeksi mikroorganisme (virus dan bakteri). Meskipun
demikian, hal-hal lain seperti aspirasi serta radiasi dapat memicu terjadinya
pneumonia (Said IDAI, 2008). Pneumonia disebabkan oleh adanya proliferasi
mikroba patogen pada tingkat alveolar yang disertai dengan respon tubuh terhadap
patogen tersebut. Pola infeksi bakterial biasanya berubah sesuai dengan distribusi
umur pasien. Akan tetapi, secara umum bakteri yang sering menyebabkan
pneumonia
adalah
Streptococcus
pneumonia,
Hemophilus
influenzae,
yang menderita pneumonia dengan 176 ribu di antaranya berada pada usia di
bawah 1 tahun. Sulawesi Tengah sendiri menyumbang sekitar 8 ribu kasus
pneumonia dengan 2.400 kasus di antaranya terjadi pada balita usia di bawah 1
tahun (Profil Kesehatan Indonesia, 2011).
Bronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian
atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40C dan
mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispneu,
pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di
sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit, anak
akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana padaa walnya berupa batuk
kering kemudian menjadi produktif.
Pengobatan pada pneumonia ringan rawat jalan dapat diberikan antibiotik
lini pertama secara oral, misalnya amoksisilin atau kotrimoksazol. Dosis
amoksisilin yang diberikan adalah 25 mg/kgBB 2 kali sehari, sedangkan
kotrimoksazol adalah 4 mg/kgBB TMP 20 mg/kgBB sulfametoksazol.
Walaupun pneumonia viral dapat ditatalaksana tanpa antibiotik, umumnya pasien
yang mengalami pneumonia et causa infeksi virus diberikan antibiotik untuk
menyingkirkan infeksi sekunder (Said, 2008).
Komplikasi bronkopneumonia jika tidak ditangani secara tepat yaitu dapat
terjadi Otitis media akut (OMA), atelektasis, emfisema, meningitis, abses paru.
Bronkopneumonia memiliki prognosis yang baik bila didiagnosis dini dan
ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan pada anak-anak
dengan keadaan malnutrisi energi- protein dan datang terlambat untuk
pengobatan.8
Berikut akan dibahas sebuah refleksi kasus mengenai bronkopneumonia
pada pasien anak yang dirawat di ruangan bangsal perawatan anak RSUD Undata
Palu.
LAPORAN KASUS
Masuk rumah sakit tanggal 29 Januari 2015
IDENTITAS
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Alamat
: An MF
: 3 tahun 5 bulan
: Laki-laki
: Islam
: jln. Tondo
ANAMNESIS
Keluhan Utama : Panas
Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan
panas sejak 3 hari yang lalu, panas timbul mendadak, panas naik turun, turun
dengan pemberian obat penurun panas lalu naik lagi, menggigil (-), kejang (-).
Pasien juga batuk (+) berlendir sejak 2 minggu yang lalu, flu (-), sakit menelan
(-), Pasien sesak (+) tadi malam sebelum masuk rumah sakit, sakit dada (+)
terutama kalau lagi batuk, mual (-), muntah (-), sakit perut (-), nafsu makan dan
minum baik, BAK (buang air kecil) lancar, BAB (buang air besar) lancar seperti
biasa.
Riwayat penyakit dahulu: Tidak pernah mengalami hal serupa sebelumnya.
Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada di keluarga yang mengalami hal serupa.
Riwayat sosial-ekonomi : Menengah
Riwayat kebiasaan dan lingkungan : Kebiasaan pasien hanya menonton dan
bermain dirumah.
Riwayat Kehamilan dan persalinan Anak ke 4 dari 4 bersaudara. Perawatan
antenatal care (ANC) ibu rutin. Penyakit selama kehamilan tidak ada. Lahir
normal, cukup bulan. Berat badan lahir (BBL) 3100 gram, panjang badan lahir
(PBL) 48 cm.
Kemampuan dan Kepandaian Bayi : bisa berjalan usia 11 bulan. Bicara usia 1
tahun lebih.
Anamnesis makanan :
-
: Sakit sedang
Kesadaran
: Compos Mentis
Berat badan
: 15 kg
Tinggi badan
: 99 cm
Respirasi
= 50 x/menit
Suhu badan
= 37,9 0C
Kulit
Kepala
Mata
Hidung
Telinga
: Otorrhea (-)
Mulut
Leher
Paru
Inspeksi
Palpasi
(+)
: Vocal fremitus kanan sama dengan kiri, meningkat, tidak
teraba massa, tidak teraba krepitasi, tidak ada nyeri tekan
Perkusi paru
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
: Timpani
Palpasi
Anggota gerak
Genital
: Normal
Punggung
Otot-otot
: Eutrofi
Hasil Laboratorium
RBC : 4,81 x 106/mm3 (N)
Hb : 12,1 g/dL ()
Hct : 36,8 % ()
Plt
: 539 x 103/mm3 ()
WBC : 32,8 x 103/mm3 ()
Lym : 2,12
Nilai Normal :
RBC : 4,56,5 x 106/mm3
Hb : 1317 g/dL
Hct : 40-54 %
Plt
: 150-500 x 103/mm3
WBC : 4-10 x 103/mm3
Lym : 1,00 4,00
Scoring Tb :
- Riwayat kontak
- Status gizi
- Demam tidak diketahui sebabnya
- Batuk kronik
- Pembesaran kelenjar getah bening
- Pembengkakan tulang/sendi panggul/lutut/falang
- Foto
:0
:0
:0
:1
:0
:0
Total : 1
RESUME :
Pasien anak laki-laki usia 3 tahun 5 bulan datang ke rumah sakit dengah
keluhan panas sejak 3 hari yang lalu, panas timbul mendadak, panas naik turun,
turun dengan pemberian obat penurun panas lalu naik lagi. Pasien juga batuk (+)
berlendir sejak 2 minggu yang lalu. Pasien sesak (+) tadi malam sebelum masuk
rumah sakit, sakit dada (+) terutama kalau lagi batuk. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan : TD=100/60 mmHg, N=118x/menit S=37,9C, R=50x/menit.
Pernapasan cuping hidung (+/+), tampak retraksi substernal (+), vocal fremitus
ka=ki meningkat, perkusi redup pada kedua lapang paru, ronchi (+/+). Pada
pemeriksaan laboratorium didapatkan WBC: 32,8 x 103/mm3 ().
DIAGNOSIS : Bronkopneumonia
TERAPI : -
IVFD RL 16 tetes/menit
O2 2 L/menit
Paracetamol syr 4 x 1 Cth
Inj. Ampicillin 3 x 375 mg iv
Inj. Kloramfenikol 3 x 375 mg iv
GG 1/3 tab
Salbutamol 1 mg
3 x 1 pulv
Metylprednisolon 2,5 mg
FOLLOW UP
30 Januari 2015
-
S : Demam (-), batuk berlendir (+), sesak (-), nyeri dada (-), nafsu makan
minum baik.
O:
KU : sakit sedang, composmentis.
TTV : TD
: 100/70 mmHg
Nadi
: 104 x/menit
Suhu
: 36,5 C
Respirasi
: 28 x/menit
Pernapasan cuping hidung (-), retraksi substernal (-), vokal fremitus ka=ki
meningkat, redup pada kedua lapang paru (+), ronchi (+/+).
Pemeriksaan darah rutin :
PARAMETER
WBC
RBC
Hgb
Hct
Plt
Lym
-
HASIL
26,63 ()
5,58 (N)
13,8 (N)
41,2 (N)
570 ()
31,2 (N)
NILAI NORMAL
3,8 - 10,6
4,4 - 5,9
13,2 - 17,3
40 - 52
150 440
25 - 40
A : Bronkopneumonia
P : - IVFD RL 16 tetes/menit
- Inj. Ampicillin 3 x 375 mg iv
- Inj. Kloramfenikol 3 x 375 mg iv
- GG 1/3
Salbutamol
3 x 1 pulv
Metylprednisolon 25
31 Januari 2015
-
S : Demam (-), batuk berlendir (+) berkurang dari sebelumnya, sesak (-),
: 100/60 mmHg
Nadi
: 110 x/menit
Suhu
: 37 C
Respirasi
: 30 x/menit
Pernapasan cuping hidung (-), retraksi substernal (-), vokal fremitus ka=ki,
-
3 x 1 pulv
Metylprednisolon 25
1 Februari 2015
-
S : Demam (-), batuk berlendir (-), sesak (-), nyeri dada (-), nafsu makan
minum baik.
O:
KU : membaik, composmentis.
TTV : TD
: 90/60 mmHg
Nadi
: 98 x/menit
Suhu
: 36,5 C
Respirasi
: 28 x/menit
Pernapasan cuping hidung (-), retraksi substernal (-), vokal fremitus ka=ki,
-
Pasien boleh pulang dengan alasan bebas demam 2 hari, tetapi harus kontrol ke
poli jika ada keluhan lagi.
DISKUSI
Bronkopneumonia adalah peradangan pada parenkim paru yang melibatkan
bronkus atau bronkiolus yang berupa distribusi berbentuk bercak-bercak (patchy
distribution). Pneumonia merupakan penyakit peradangan akut pada paru yang
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme dan sebagian kecil disebabkan oleh
penyebab non-infeksi yang akan menimbulkan konsolidasi jaringan paru dan
gangguan pertukaran gas setempat.3
Penyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah :1,4,5
1. Faktor Infeksi
a.
b.
Pada bayi :
- Virus: Virus parainfluensa, virus influenza,Adenovirus,
RSV, Cytomegalovirus.
- Organisme atipikal: Chlamidia trachomatis, Pneumocytis.
- Bakteri: Streptokokus pneumoni, Haemofilus
influenza, Mycobacterium tuberculosa, Bordetellapertusis.
c.
Pada anak-anak :
-
Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde
lambung atau karena aspirasi zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak
tanah dan bensin.
b.
Bronkopneumonia lipoid :
Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara
intranasal, termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu
mekanisme menelan seperti palatoskizis, pemberian makanan dengan
posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak
ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung
pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang
mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya
seperti susu dan minyak ikan.
10
saluran nafas bagian atas selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak
dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah,
dispneu, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan
sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal
penyakit, anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya
12
Sesak napas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding
dada
2.
Panas badan
3.
4.
5.
Leukositosis
Pada kasus didapatkan adanya keluhan demam sejak 3 hari sebelum masuk
rumah sakit, batuk berlendir 2 minggu, sesak napas disertai dengan pernapasan
cuping hidung. Pada pemeriksaan thoraks didapatkan tampak retraksi substernal
(+), vocal fremitus ka=ki meningkat, perkusi redup pada kedua lapang paru, dan
pada auskultasi terdengar bunyi ronki basah halus (+/+) pada kedua lapangan paru
dan suara napas bronchovesikuler. Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan
WBC: 32,8 x 103/mm3 (). Pada pasien juga dilakukan scoring TB karena pasien
mengalami batuk 2 minggu, didapatkan total scor 1 sehingga diagnosis TB dapat
disingkirkan.
Pemeriksaan darah rutin pada pasien menunjukkan adanya leukositosis
sebesar 32,8 x 103/mm3. Pemeriksaan penunjang laboratorium darah rutin pada
bronkopneumonia menunjukkan leukositosis. Leukositosis menunjukkana adanya
infeksi bakteri, sering ditemukan pada keadaan bakteremia,dan resiko terjadinya
komplikasi lebih tinggi. Nilai hemoglobin (Hb) biasanya tetap normal atau sedikit
menurun. Pemeriksaan radiologi ditandai dengan gambaran difus merata pada
kedua paru, berupa bercak-bercak infiltrat yang dapat meluas hingga daerah
perifer paru,disertai dengan peningkatan corakan peribronkial. Pemeriksaan foto
thorax pada pasien tidak dilakukan. 2,5
Bila bronkopneumonia tidak ditangani secara tepat, maka komplikasinya
adalah sebagai berikut
-
Otitis media akut (OMA) : Terjadi bila tidak diobati, maka sputum
yang berlebihan akan masuk ke dalam tuba eustachius, sehingga menghalangi
13
paru.
Emfisema adalah suatu keadaan dimana terkumpulnya nanah dalam rongga
Penatalaksaan Umum
a. Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang
b.
Penatalaksanaan Khusus
a. Mukolitik dan ekspektoran
b.
Obat penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi,
takikardi, atau penderita kelainan jantung
c.
14
b.
c.
golongan sefalosporin
d. kotrimoksazol
e.
makrolid (eritromisin)
Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,
dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga penyebab
pneumonia adalah S aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi
terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin. Lama
pengobatan untuk stafilokok adalah 3-4 minggu.
Pada kasus ini diberikan antibiotik golongan penicilin yaitu ampicillin
dengan kloramfenikol dimana merupakan lini pertama untuk pengobatan
pneumonia untuk anak usia >3 bulan.
Bronkopneumonia pada kasus ini memiliki prognosis yang baik bila
didiagnosis dini dan ditangani secara adekuat. Mortalitas lebih tinggi didapatkan
pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi- protein dan datang terlambat
untuk pengobatan.4,6
15
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajoe N., Supriyatno B., Setyanto D. 2010. Buku Ajar Respirologi Anak,
Edisi Pertama. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
2. Sumarmo, S., Soedarmo, P., Hadinegoro, S. R. 2010. Buku Ajar Infeksi dan
Pediatri Tropis. Jakarta : Ikatan Dokter Anak Indonesia.
3. Sectish, Theodore C, and Charles G, Prober. Tuberculosis Paru. Dalam:
Behrman R.E., et.al (editor). 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelsons vol. 2
edisi. 15. Jakarta: EGC.
4. FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid II. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
5. IDAI, 2004. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak edisi I. Jakarta :
Badan Penerbit IDAI.
6. McPhee,S., Papadakis,MA. 2008. Curreny Medical Diagnosis and
Treatment, California : McGraw hill.
7. Widagdo, 2011, Masalah dan Tatalaksana Penyakit Infeksi pada Anak,
Sagung Seto, Jakarta.
8. Mansjoer A, 2000 Kapita Selekta Kedokteran Edisi III Jilid 2. Jakarta.
Media Aesculapius FK UI.
16