(Peran Persepsi Risiko Kinerja dan Risiko Keuangan sebagai Variabel Mediator
studi kasus pada Produk Handphone)
Heriyadi (Fakultas Ekonomi UNTAN)
Inus RidhoMusamto (MM Fakultas Ekonomi UNTAN)
ABSTRAKSI
Tujuan utama Pemasar adalah untuk meningkatkan keinginan membeli
konsumen. Konsumen akan membeli suatu produk yang dianggap memberikan nilai yang
paling tinggi atau memberikan risiko yang paling rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh variabel harga, citra merek, persepsi kualitas, persepsi
pengorbanan, dan persepsi risiko terhadap persepsi nilai (perceived value) konsumen.
Penelitian ini menggunakan pendekatan desain eksperimen 2x2 (harga-citra merek)
dengan melibatkan 120 responden mahasiswa Magister Manajemen Untan.
Analisis data dilakukan dengan analisis jalur (path analysis), dimana hasilnya
mendukung hipotesis bahwa variabel persepsi kualitas dan persepsi pengorbanan
memediasi hubungan antara variabel harga dan citra merek dengan variabel persepsi
risiko kinerja dan risiko keuangan. Selain itu juga terbukti bahwa variabel persepsi risiko
kinerja dan risiko keuangan memediasi hubungan antara variabel persepsi kualitas dan
persepsi pengorbanan dengan variabel persepsi nilai. Hasil penelitian ini memberikan
implikasi jika perusahaan ingin meningkatkan persepsi nilai konsumen, maka perusahaan
harus meningkatkan persepsi kualitas yaitu dengan cara mengelola harga dan citra
mereknya.
Keywords: Persepsi Nilai, Persepsi Kualitas, Persepsi Pengorbanan, Persepsi Risiko
A. PENDAHULUAN
Dalam era globalisasi saat ini, persaingan industri dalam segala sektor usaha pun
semakin ketat. Konsumen semakin mudah mendapatkan informasi tentang suatu produk
yang memacu perusahaan untuk dapat memberikan informasi yang tepat atas produk
yang ditawarkan agar konsumen dapat memahami nilai produk tersebut. Persepsi nilai
suatu produk yang dimiliki oleh konsumen dipergunakan untuk mengambil keputusan
pembelian yang tepat atas suatu produk.
Telah banyak dilakukan penelitian tentang persepsi nilai suatu produk, misalnya
penelitian yang telah dilakukan oleh Dodds et al. (1991) membuktikan bahwa harga,
merek dan citra negara memiliki pengaruh terhadap persepsi nilai. Harga merupakan
suatu variabel yang dapat mempengaruhi pembentukan persepsi atas pengorbanan
konsumen (persepsi pengorbanan) juga pada pembentukan persepsi atas kualitas
(persepsi kualitas) suatu produk sedang merek hanya mempengaruhi pembentukan
persepsi atas kualitas (persepsi kualitas) suatu produk.
Untuk bisa bersaing dengan sukses dalam lingkungan persaingan bisnis yang
ketat, pemasar harus menekankan pada nilai (value) penawaran mereka. Nilai yang
melekat pada produk yang dipersepsikan konsumen disebut dengan persepsi nilai. Untuk
meningkatkan persepsi nilai, perusahaan dapat memilih pada salah satu dari beberapa
faktor yang meliputi harga, kualitas atau kesesuaian antara kualitas dan harga.
Harga merupakan suatu ukuran terhadap biaya pengorbanan pembeli (Dodds et
al., 1991). Meskipun demikian, bukti penelitian mengindikasikan bahwa peran harga
lebih kompleks dari pada sekedar menjadi indikator biaya pengorbanan pembeli.
Penilaian terhadap harga akan dibandingkan dengan persepsi konsumen terhadap kualitas
produk, alternatif produk pesaing dan nilai moneter yang dikorbankan. Lebih jauh
mereka menjelaskan mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi persepsi nilai
seorang konsumen dimana persepsi nilai ini akan mampu mempengaruhi keinginan
membeli seseorang. Monroe (2003) menjadikan harga sebagai indikator berapa besar
pengorbanan yang diperlukan untuk membeli suatu produk
indikator
tingkat kualitas
persepsi nilai seseorang. Pada saat yang sama, harga yang tinggi mencerminkan ukuran
pengorbanan moneter yang harus kita keluarkan untuk mendapatkan barang atau jasa
yang berarti akan mengurangi persepsi nilai seseorang terhadap suatu barang atau jasa.
Dalam
nilai (Agarwal dan Teas 2001). Disisi yang lain, persepsi kualitas dan persepsi
pengorbanan dipengaruhi harga, citra merek, citra negara asal dan citra toko.
Risiko keuangan diterjemahkan sebagai persepsi konsumen terhadap pengorbanan
moneter yang harus dilakukan untuk mendapatkan suatu produk. Persepsi risiko
keuangan ini meningkat atau tidak tergantung pada bagaimana nilai-nilai ekonomis yang
dianut konsumen. Persepsi risiko merupakan variabel yang memediasi hubungan antara
kualitas dan persepsi pengorbanan terhadap persepsi nilai (Agarwal & Teas, 2001).
Variabel persepsi risiko tersebut meliputi risiko keuangan dan risiko kinerja.
Selain itu Agarwal dan Teas (2001) juga menemukan bahwa persepsi kualitas
dipengaruhi oleh harga, citra merek dan citra negara asal. Sedangkan citra toko tidak
berpengaruh terhadap persepsi kualitas konsumen.
Oleh karena itu penelitian ini lebih diarahkan untuk meneliti hubungan kausalitas
antara indikator ekternal (Harga dan Citra Merek), Persepsi kualitas, Persepsi
pengorbanan, Risiko Kinerja, Risiko Keuangan dan Persepsi nilai.
B. TINJAUAN PUSTAKA
Harga dan Citra Merek
Beberapa penelitian mengenai dampak indikator ekternal yang mempengaruhi
persepsi kualitas
konsumen. Penelitian
penelitian mengenai harga dan citra merek sebagai indikator eksternal mempengaruhi
persepsi kualitas konsumen (Rao & Monroe, 1989). Harga sangat berpengaruh terhadap
persepsi kualitas. Untuk menghasilkan barang yang memiliki kualitas tinggi diperlukan
biaya yang lebih mahal dibandingkan dengan apabila menghasilkan barang dengan
kualitas yang rendah.
Kesan konsumen terhadap harga baik itu mahal atau murah akan berpengaruh
terhadap aktivitas pembelian dan kepuasan konsumen setelah pembelian. Kesan ini akan
menciptakan persepsi nilai konsumen terhadap suatu barang. Manakala konsumen
kecewa setelah membeli suatu barang ternyata terlalu mahal menurut dia, maka
kemungkinan selanjutnya dia enggan untuk membeli barang itu lagi dan bisa jadi beralih
ke barang lain.
Harga memiliki dua peranan penting terhadap konsumen. Pertama, harga berperan
sebagai sinyal kualitas produk dan yang kedua harga merupakan suatu bentuk
pengorbanan moneter yang harus dilakukan oleh konsumen untuk memperoleh barang
atau jasa tersebut. Studi mengenai peran harga sebagai indikator kualitas sekaligus
sebagai indikator pengorbanan menunjukkan temuan bahwa harga berpengaruh positif
terhadap persepsi kualitas dan harga berpengaruh positif terhadap persepsi pengorbanan.
Semakin tinggi harga mengindikasikan kualitas yang semakin tinggi tapi disisi yang lain
semakin tinggi harga menyebabkan semakin tinggi pengorbanan yang harus dilakukan
konsumen (Agarwal & Teas, 2001; Chapman & Wahlers, 1999; Dodds et al., 1991;
Grewal et al., 1998)
Merek adalah nama, istilah, tanda, simbol, atau rancangan, atau kombinasi hal-hal
tersebut yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang atau jasa
seorang atau
sekelompok penjual dan untuk membedakannya produk pesaing (Kotler & Keller, 2003).
Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan feature,
manfaat dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan
kualitas.
Merek dalam persaingan yang kompetitif semakin strategis, tidak hanya sekedar
nama ataupun simbol, bahkan tidak sekedar pembeda produk. Merek dapat meningkatkan
preferensi konsumen terhadap sebuah merek, membentuk loyalitas pelanggan dan dapat
menjadi keunggulan bersaing bagi perusahaan. Merek sangat bermanfaat bagi konsumen
dalam banyak aspek. Dengan merek, konsumen dapat mengidentifikasi sebuah produk
yang pada masa lalu telah dapat memuaskan kebutuhannya. Melalui pengetahuan merek
yang cukup, konsumen dapat menghemat waktu dan biaya pencarian (searching cost)
serta menghindari risiko-risiko yang dapat muncul kemudian, seperti risiko fungsional,
finansial, fisik, sosial, dan psikologis. Bagi konsumen, kesan merek yang melekat pada
suatu produk disebut citra merek
Untuk menghasilkan persepsi nilai yang tepat bagi konsumen, perusahaan
hendaknya memperhatikan kriteria evaluasi bagi kualitas produk atau jasa yang
ditawarkan. Sebagai contoh, dalam membeli mobil, konsumen mungkin memperhatikan
faktor-faktor seperti keselamatan, keterandalan, harga, nama merek, negara asal, garansi,
dan pemakaian bensin perkilometer. Konsumen mungkin pula mempertimbangkan
kriteria penilaian kualitas yang lebih bersifat hedonik, seperti perasaan yang muncul
karena memilikinya.
Harga tentu saja sebagai salah satu kriteria penilaian kualitas yang cukup penting.
Karena, ketika konsumen akan memilih suatu produk, tentu sangat dipengaruhi oleh
pertimbangan harga. Meskipun begitu ada variasi yang luas dalam kepentingan harga
antarkonsumen maupun produk. Akibatnya, kepekaan harga konsumen sering digunakan
sebagai dasar dalam membidik pasar. Akan tetapi, peran harga sering dinilai terlalu
berlebihan. Konsumen tidak selalu mencari harga semurah mungkin atau bahkan rasio
harga dengan kualitas yang terbaik; faktor lain seperti kenyamanan atau nama merek
mungkin juga dianggap penting. Sehingga konsumen pun kadang menilai produk dengan
harga yang tinggi memiliki kualitas yang lebih baik dari pada produk dengan harga yang
rendah.
Persepsi kualitas
Persepsi kualitas adalah estimasi tentang keunggulan suatu produk. (Agarwal dan Teas
2001; Dodds, Monroe, dan Grewal 1991)
Persepsi pengorbanan
Persepsi pengorbanan adalah segala bentuk pengorbanan yang harus dilakukan oleh
konsumen untuk mendapatkan barang/jasa. (Agarwal dan Teas 2001; Dodds, Monroe,
dan Grewal 1991)
memiliki hubungan negatif terhadap nilai persepsian yang dimediasikan oleh rrisiko
keuangan (Agarwal dan Teas 2001).
Penilaian konsumen terhadap suatu barang tergantung pada harapan dan manfaat
produk. Kalau konsumen mendapatkan manfaat yang diterima oleh suatu produk lebih
besar dibandingkan harapannya, konsumen itu akan merasa puas setelah melakukan
pembelian. Akan tetapi sebaliknya, kalau manfaat yang diterima lebih rendah dari
harapannya akan suatu produk, konsumen tersebut akan menjadi tidak puas dan berakhir
dengan ketidakpuasan. Faktor risiko kinerja dan risiko keuangan akan mempengaruhi
persepsi nilai akan suatu produk. Semakin tinggi risiko yang melekat pada suatu produk
maka akan menurunkan nilai dari suatu produk tersebut (Agarwal dan Teas 2001).
Persepsi nilai
Persepsi nilai adalah nilai yang diterima konsumen terhadap suatu produk/jasa yang
merupakan trade off antara benefit yang diterima suatu produk yang diwujudkan dalam
persepsi kualitas dan pengorbanan yang dilakukan untuk memperoleh barang tersebut
(percived sacrifice). Persepsi nilai menunjukkan seberapa layak produk dalam konteks
apa yang dikorbankan dibandingkan dengan apa yang diperoleh. Konstruk ini diukur
dengan menggunakan lima butir pertanyaan (Agarwal dan Teas 2001; Dodds, Monroe,
dan Grewal 1991).
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan jenis Penelitian Kausal. Penelitian kausal merupakan
penelitian yang menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara yang
berdasarkan atas pengamatan terhadap akibat yang ada dan mencari kembali faktor yang
mungkin menjadi penyebab melalui data tertentu. Penelitian ini menggunakan
treatment/perlakuan
tertentu
terhadap
subjek
penelitian
guna
tingkatan harga, dan citra merek dilakukan pretest. Harga tinggi merupakan tingkat harga
produk yang dianggap mahal oleh konsumen dan harga rendah merupakan tingkat harga
produk yang dianggap murah oleh konsumen. Citra merek tinggi merupakan merek yang
dipandang konsumen memiliki kualitas yang bagus dan terpercaya, sedangkan citra
merek rendah merupakan merek yang dipandang konsumen memiliki kualitas yang jelek
dan meragukan.
Tabel 1
Desain Matrik Penelitian Eksperimen
RENDAH TINGGI
CITRA MERK
HARGA
TINGGI RENDAH
A
Prosedur Eksperimen
Pemilihan Produk Obyek Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa mahasiswa MM Untan tentang produk
apa yang penting bagi mereka untuk kegiatan sehari-hari dan perkuliahan. Produk yang
paling banyak disebutkan adalah Handphone. Oleh karena itu Handphone dijadikan
sebagai obyek penelitian dalam penelitian ini.
Pretest
Pretest dilakukan terhadap 20 responden digunakan untuk menentukan.
a.
b.
Responden diberi kuesioner yang berisi pertanyaan mengenai harga, dan merek yang
mereka ketahui terkait dengan produk handphone. Selanjutnya hasil pretest tersebut yang
berupa peringkat harga, dan citra merek dipakai sebagai treatment untuk kuesioner
penelitian. Treatment yang diberikan merupakan kombinasi dari tingkatan harga, dan
tingkatan merek. Sehingga total ada 4 kombinasi treatment yaitu harga tinggi dengan
citra merek tinggi, harga tinggi dengan citra merek rendah, harga rendah dengan citra
merek tinggi, dan harga rendah dengan citra merek tinggi.
Penentuan Sampel dan Lokasi Penelitian (Eksperimen)
Sample ditentukan dengan metode purposive sampling. Responden yang diambil
merupakan mahasiswa MM Untan Pontianak yang memiliki handphone dengan harapan
mereka telah mengerti spesifikasi umum handphone yang mereka beli. Karena penelitian
ini menggunakan disain ekperimental 2x2 (4 sell) dimana untuk tiap sell diambil sampel
10
sebanyak 30 orang sehingga total sampel 120 mahasiswa (30 X 4 sell) Magister
Manajemen UNTAN (Sekaran 2000).
Instrumen Penelitian dan Skala Pengukurannya
Dalam suatu penelitian dibutuhkan instrumen penelitian yang valid dan reliabel.
Instrumen tersebut dapat dikembangkan sendiri oleh peneliti atau diadopsi
peneliti
Model Penelitian
Model yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
Gambar 1
Model Penelitian
Merek
H2
Persepsi
Kualitas
H3
Risiko
Kinerja
H6
Persepsi
Nilai
H5
H7
Harga
H1
Persepsi
Pengorbanan
H4
Risiko
Keuangan
11
Hipotesis Penelitian
Berdasarkan model penelitian yang diajukan maka dapat disusun hipotesis
penelitian sebagai berikut:
H1a: Harga bepengaruh secara positif terhadap persepsi kualitas.
H1b: Harga bepengaruh secara positif terhadap persepsi pengorbanan.
H2: Citra Merek bepengaruh secara positif terhadap persepsi kualitas.
H3: Persepsi kualitas berpengaruh secara negatif terhadap risiko kinerja.
H4: Persepsi pengorbanan berpengaruh secara positif terhadap risiko keuangan.
H5: Risiko kinerja bepengaruh secara positif terhadap risiko keuangan.
H6: Risiko kinerja bepengaruh secara negatif terhadap persepsi nilai.
H7: Risiko keuangan bepengaruh secara negatif terhadap persepsi nilai.
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan analisis jalur (path analysis) yang merupakan kombinasi dari
beberapa persamaan regresi linear.
12
Tabel 2
Hasil Pretest Harga dan Merek
HARGA
MEREK
KODE
2.000.000 NOKIA
2.000.000 NEXIAN
500.000 NOKIA
500.000 NEXIAN
13
Karena ada
dengan tepat.
Untuk treatment merek tinggi, didapatkan hasil rata rata pada 42 responden
adalah 1,35 dan untuk merek rendah didapatkan nilai rata-rata sebesar 3,59. karena
rata rata responden untuk merek tinggi lebih kecil dari 2,5 dan merek rendah lebih
besar dari 2,5 maka dapat dikatakan treatment yang dipakai telah bekerja dengan
tepat. Selanjutnya diuji dengan menggunakan one way anova untuk mengetahui
apakah ada perbedaan antara merek tinggi dan merek rendah. Hasil one way anova
menunjukkan nilai F sebesar 213,243 pada tingkat signifikan 0.000 dengan tingkat
R square sebesar 0,247. Hasil tersebut menunjukkan bahwa ada perbedaan yang
signifikan antara merek tinggi dan merek rendah. Karena ada perbedaan yang
signifikan, berarti treatment citra merek yang dipakai telah bekerja dengan tepat.
B
0,224a
0,186a
-0,168
-0,055
-0,158
-0,149
-0,142
0,064
0,010
0,040
-0,011
P
0,247a
0,318a
0,000
0,165
-0,027
-0,003
-0,001
-0,125
-0,134
-0,125
-0,134
-0,323a
-0,390
-0,024
0,358a
0,247a
0,352a
0,244a
PR
0,334a
0,557a
0,541a
-0,463a
-0,348a
-0,372a
-0,264a
14
FR
0,046
-0,343a
a
-0,336
-0,164
-0,147a
R2
0,111
0,136
0,028
0,030
0,274
0,311
0,312
0,423
0,509
0,442
0,524
F-Hitung
8,065
10,116
1,877
2,008
12,008
14,316
11,446
23,313
26,088
19,952
22,897
F-Sig
0,001a
0,000a
0,157
0,138
0,000a
0,000a
0,000a
0,000a
0,000a
0,000a
0,000a
h1,h2
h1
h3
h4
h5
h6
h7
h6,h7
Pengujian Hipotesis
Dari data tersebut maka dapat dilakukan analisa sebagai berikut:
1.
15
16
dengan temuan Rao dan Monroe (1989), Agarwal dan Teas (2001). Harga disamping
sebagai indikator kualitas juga berperan sebagai indikator dari Persepsi Pengorbanan. Nilai thitung yang tinggi yaitu 3,885 mengindikasikan kuatnya pengaruh harga terhadap Persepsi
Pengorbanan. Pada saat harga meningkat maka Persepsi Pengorbanan akan meningkat.
3.
(1999),
Agarwal dan Teas (2001) yang menemukan adanya hubungan negatif antara kualitas dan
risiko. Semakin tinggi kualitas yang dipersepsikan maka akan semakin rendah risiko yang
dipersepsikan terhadap produk/jasa. Lebih jauh temuan yang dihasilkan oleh sweeney et
al. (1999) menunjukkan hubungan negatif yang sangat kuat antara persepsi kualitas
terhadap risiko kinerja pada produk handphone ini. Konsumen mendasarkan diri pada
Persepsi Kualitas untuk membentuk Persepsi Risiko terhadap suatu produk.
H4: Persepsi pengorbanan berpengaruh secara positif terhadap risiko keuangan.
Berdasarkan hasil analisa tersebut yang menguji hubungan pengaruh antara Persepsi
Pengorbanan dengan Risiko Keuangan didapatkan hasil nilai signifikan sebesar 0,000 dengan
nilai koefisien beta sebesar 0.557. Dapat dikatakan bahwa hipotesis 4 diterima pada tingkat
17
signifikansi = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh Positif
antara Persepsi Pengorbanan dengan Risiko Keuangan. Hubungan pengaruh positif yang
timbul merupakan hubungan yang kuat karena signifikan pada = 0,05. Temuan ini sejalan
dengan temuan Agarwal dan Teas (2001) yang menemukan hubungan positif antara
Persepsi Pengorbanan. Semakin tinggi pengorbanan yang dipersepsikan terhadap produk
maka semakin tinggi risiko keuangan dari produk tersebut. Semakin sulit untuk
mendapatkan produk berarti semakin banyak biaya yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan produk tersebut. Pengaruh yang kuat dengan nilai t-hitung yang besar
menunjukkan adanya peranan Persepsi Pengorbanan sebagai prediktor dari risiko
keuangan. Segala bentuk pengorbanan yang harus dilakukan identik dengan biaya yang
harus dikeluarkan.
H5: Risiko kinerja bepengaruh secara positif terhadap risiko keuangan.
Berdasarkan hasil analisa tersebut yang menguji hubungan pengaruh antara Risiko
Kinerja
dengan Risiko Keuangan didapatkan hasil nilai signifikan 0,593 dengan nilai
koefisien beta sebesar 0.046. Karena nilai signifikan > 0,05 maka menunjukkan bahwa
hipotesis 5 ditolak pada tingkat signifikansi = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa tidak ada pengaruh positif antara Risiko Kinerja dengan Risiko Keuangan. Ini berarti
Risiko kinerja merupakan bentuk ketidakpastian apakah produk akan bekerja dengan baik.
Baik atau tidaknya suatu produk itu bekerja, tidak akan mempengaruhi pada meningkatnya
biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki produk tersebut. Biaya ini merupakan
bentuk dari risiko keuangan yang melekat pada produk. Semakin tinggi risiko kinerja tidak
berarti semakin tinggi pula risiko keuangan. Begitu pula sebaliknya.
18
4.
H6:
Kinerja dengan Persepsi Nilai didapatkan hasil nilai signifikan sebesar 0,000 dengan nilai
koefisien beta sebesar -0.336. Karena nilai signifikan < 0,05 maka menunjukkan bahwa
hipotesis 6 diterima pada tingkat signifikansi = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara Risiko Kinerja dengan Persepsi Nilai.
H7:
Keuangan dengan Persepsi Nilai didapatkan hasil nilai signifikan sebesar 0,05 dengan nilai
koefisien beta sebesar -0.147. Karena nilai signifikan = 0,05 maka menunjukkan bahwa
hipotesis 7 diterima pada tingkat signifikansi = 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa ada pengaruh negatif antara Risiko Keuangan dengan Persepsi Nilai. Risiko kinerja
dan risiko keuangan merupakan dimensi dari Persepsi Risiko. Sweeney et al. (1999)
menemukan adanya pengaruh negatif antara Persepsi Kualitas dengan Persepsi Risiko
dan pengaruh negatif antara Persepsi Risiko dengan Persepsi Nilai. Temuan ini sejalan
dengan temuan Agarwal dan Teas (2001) yang menemukan adanya hubungan negatif
antara Persepsi Kualitas terhadap Persepsi Risiko dan hubungan negatif antara Persepsi
Risiko terhadap Persepsi Nilai. Semakin tinggi Persepsi Kualitas maka semakin rendah
Persepsi Risiko yang akan berdampak pada semakin tingginya Persepsi Nilai produk.
Persepsi Nilai merupakan trade-off antara manfaat dan pengorbanan yang dipersepsian
melekat pada produk. Manfaat bisa dilihat dari Persepsi Kualitas produk sedangkan
pengorbanan bisa dilihat dari risiko yang melekat pada produk.
19
E. PENUTUP
Kesimpulan
1. Ada hubungan Positif antara Harga dan Citra Merek, dengan Persepsi Kualitas.
Hubungan positif tersebut menunjukkan adanya peran harga dan citra merek sebagai
indikator kualitas. Adanya hubungan pengaruh yang kuat disebabkan karena
keterbatasan informasi yang dimiliki konsumen terhadap
informasi produk
handphone yang selalu berubah setiap saat. Karena keterbatasan informasi konsumen
tersebut dia menggunakan informasi yang terbatas tersebut untuk menilai kualitas
handphone. Disamping itu karena produk handphone termasuk produk dengan
tingkat perubahan teknologi yang cepat, menyebabkan lebih mudah bagi konsumen
menilai kualitas produk dari harga dan merek dari produk
2. Terdapat hubungan yang signifikan antara harga dan peceived quality. Adapun
implementasi hasil ini, konsumen memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
baik dalam menilai handphone. Mereka cenderung menilai harga yang tinggi
unruk mempersepsikan kualitas yang tinggi. Mereka merasa bahwa harga tinggi
akan menjamin kualitas yang baik. Kualitas lebih cenderung dipengaruhi oleh
spesifikasi yang ada pada handphone, dengan kesesuaian terhadap apa yang
menjadi kebutuhan mereka, oleh itu mereka cenderung mengutamakan dan
memperhatikan harga sebagai faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya
kualitas yang dipersepsikan oleh mereka.
3. Adanya hubungan positif yang signifikan antara harga dengan persepsi
pengorbanan. Implementasi hasil ini menunjukkan bahwa harga merupakan
suatu ukuran terhadap purchase cost (pengorbanan) bagi konsumen, dimana jika
20
haraga meninggkat maka pengorbanan yang dirasakan oleh konsumen juga akan
ikut meningkat.
4. Ada hubungan positif antara citra merek dengan persepsi kualitas. Hubungan positif
tersebut menunjukkan adanya peran citra merek sebagai indikator kualitas. Adanya
hubungan pengaruh yang kuat disebabkan karena keterbatasan informasi yang
dimiliki konsumen terhadap informasi produk handphone. Karena keterbatasan
informasi tersebut konsumen menggunakan informasi yang kurang lengkap untuk
menilai kualitas handphone. Disamping itu karena produk handphone termasuk
produk dengan tingkat perubahan teknologi yang cepat, menyebabkan lebih mudah
bagi konsumen menilai kualitas produk dari merek.
5. Persepsi kualitas berpengaruh negatif terhadap risiko kinerja. Semakin tinggi
Persepsi kualitas produk maka semakin rendah risiko produk..
6. Persepsi Pengorbanan berpengaruh positif terhadap Risiko Keuangan. Semakin
tinggi pengorbanan yang dipersepsikan untuk mendapatkan produk/jasa maka
semakin tinggi pula risiko keuangan produk. Biaya yang dikeluarkan untuk
mendapatkan atau merawat produk itu akan semakin tinggi.
7. Risiko kinerja tidak berpengaruh terhadap risiko keuangan, Ini berarti Risiko
kinerja merupakan bentuk ketidakpastian apakah produk akan bekerja dengan baik.
Baik atau tidaknya suatu produk itu bekerja, tidak akan mempengaruhi pada
meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan untuk memperbaiki produk tersebut.
Biaya ini merupakan bentuk dari risiko keuangan yang melekat pada produk.
Semakin tinggi risiko kinerja tidak berarti semakin tinggi pula risiko keuangan.
Begitu pula sebaliknya.
21
22
yang dianggap rendah berdampak pada rendahnya persepsi risiko atas keuangan
suatu produk dan menyebabkan tingginya nilai yang diperspsikan atas produk
tersebut.
Rekomendasi dan Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian ini hanya menggunakan satu produk untuk menilai pengaruh antar variabel.
Untuk menilai peran indikator kualitas akan lebih tepat kalau menggunakan beberapa
produk dalam kategori yang sama sebagai pembanding sehingga didapatkan hasil
yang lebih tepat.
2. Penelitian ini hanya meneliti dua dimensi eksternal yaitu harga dan citra merek.
Dengan produk yang beragam, diharapkan dimensi garansi dan negara asal dapat
menyempurnakan penelitian lainnya
3. Responden yang diteliti masih terbatas. Perlu dikembangkan penelitian dengan
sampel yang lebih besar dan beragam.
DAFTAR PUSTAKA
Agarwal, S., & Teas, R. K. (2001). Perceives value: Mediating role of perceived risk.
Journal of Marketing Theory & Practice, 9(4), 1-13.
Chapman, J., & Wahlers, R. (1999). A revision and empirical test of the extended priceperceived quality model. Journal of Marketing Theory & Practice, 7(3), 53-64.
Dodds, W., Monroe, K. B., & Grewal, D. (1991). Effects of price, brand, and store
information on buyers product evaluations. Journal of Marketing Research,
28(2), 307-319.
Grewal, D., Monroe, K. B., & Krishnan, R. (1998). The effects of price-comparison
advertising on buyers perceptions of acquisition value, transaction value, and
behavioral intentions. Journal of Marketing, 62(April), 46-59.
Kotler, P., & Keller. (2003). Marketing management: Analysis, planning,
implementation, and control (13th ed.). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall, Inc.
Monroe, K. B. (2003). Pricing: Making profitable decissions (3rd ed.). New York:
McGraw-Hill.
Rao, A. R., & Monroe, K. B. (1989). The effect of price, brand name, and store name on
buyers perceptions of product quality: An integrative review. Journal of
Marketing Research, 36, 351357.
23
24