IDENTIFIKASI
Nama
Umur
: 62 tahun
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Alamat
: E4M6V5
Gizi
: Cukup
Suhu Badan
: 36,7 0C
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Tekanan Darah
: 180/100 mmHg
Berat Badan
: 65 Kg
Tinggi Badan
: 165 Cm
Status Internus
Jantung
Paru
Hepar
: Tidak teraba
Lien
: Tidak teraba
b. Status Psikis
Sikap
: Kooperatif
Perhatian
: Ada
Ekspresi Muka
: Wajar
Kontak Psikis
: Ada
c. Status Neurologis
1. Kepala
Bentuk : brachiocephali
Ukuran : normocephali
Simetris : simetris
2. Leher
Sikap
: lurus
Torticollis
: tidak ada
Kaku kuduk
: tidak ada
Deformitas
: tidak ada
Tumor
: tidak ada
Pembuluh darah
3. Syaraf-Syaraf Otak
A. N. Olfaktorius
Penciuman
Anosmia
Hyposmia
Parosmia
Kanan
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kiri
Tidak ada kelainan
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
6/6
Kiri
6/6
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Kiri
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
Tidak diperiksa
B. N. Optikus
Visus
Campus visi
Anopsia
Hemianopsia
Fundus Oculi
Papil edema
Papil atrofi
Perdarahan retina
Kiri
Tidak ada
Simetris
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
- Exophtalmus
Tidak ada
Tidak ada
- Enophtalmus
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
Baik ke segala arah
Tidak ada
Baik ke segala arah
Pupil
Bulat
Bulat
- Bentuk
3 mm
3 mm
Diplopia
Celah mata
Ptosis
Sikap Bola mata
- Strabismus
- Deviation Conjuge
Gerakan bola mata
- Diameter
- Iso/Anisokor
- Midriasis/Miosis
Isokor
Tidak ada
Tidak ada
Langsung
Ada
Ada
Konsensuil
Ada
Ada
Akomodasi
Ada
Ada
Tidak ada
Tidak ada
Kanan
Kiri
Kuat
Kuat
Tidak ada
Tidak ada
- Refleks kornea
Sensorik
Baik
Baik
- Dahi
Baik
Baik
- Pipi
Baik
Baik
- Refleks cahaya
- Argyl Robertson
D. N. Trigeminus
Motorik
- Menggigit
- Trismus
- Dagu
E. N. Facialis
Baik
Baik
Kanan
Kiri
Motorik
- Mengerut dahi
- Menutup mata
Simetris
Lagophtalmus tidak ada
Lagophtalmus tidak ada
- Menunjukkan gigi
- Lipat nasolabialis
- Bentuk muka
Istirahat
Bicara/bersiul
Sensorik
- Salivasi
Normal
- Lakrimasi
Chovsteks Sign
Normal
Tidak ada kelainan
F. N. Cochlearis
Kanan
Terdengar
Kiri
Terdengar
- Detik arloji
- Test Weber
Terdengar
Tidak ada kelainan
Terdengar
Tidak ada kelainan
- Test Rinner
- Suara bisikan
Kiri
- Arcus pharynx
Simetris
- Uvula
Di tengah
- Gangguan menelan
Tidak ada
- Suara bicara
Tidak ada
- Denyut jantung
Normal
- Refleks
Muntah
Batuk
Oculocardic
Sinus caroticus
H. N. Acessorius
Kanan
Kiri
Kuat
Kuat
Tidak ada kelainan
- Mengangkat bahu
- Memutar kepala
I. N. Hypoglosus
Kanan
Kiri
- Menjulur lidah
- Fasikulasi
Simetris
Tidak ada
- Atrofi papil
Tidak ada
- Disatria
Ada
4. Columna Vertebralis
- Kyphosis
: tidak ada
- Scoliosis
: tidak ada
- Lordosis
: tidak ada
- Gibbus
: tidak ada
- Deformitas
: tidak ada
- Tumor
: tidak ada
: tidak ada
- Nyeri ketok
: tidak ada
Kanan
Cukup
2
Normal
Kiri
Cukup
5
Normal
- Biceps
Normal
Normal
- Triceps
Normal
Normal
- Periost radius
Normal
Normal
- Periost ulna
Refleks Patologis
Normal
Normal
- Hoffman Tromner
Tungkai
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
Negatif
Kanan
Cukup
2
Normal
Kiri
Cukup
5
Normal
- Paha
Tidak ada
Tidak ada
- Kaki
Tidak ada
Tidak ada
- KPR
Normal
Normal
- APR
Normal
Normal
- Babinsky
Tidak ada
Tidak ada
- Chaddock
Tidak ada
Tidak ada
- Oppenheim
Ada
Tidak ada
- Gordon
Ada
Tidak ada
- Schaffer
Tidak ada
Tidak ada
- Rossolimo
Tidak ada
Tidak ada
- Mendel Bechtreyev
Refleks Kulit Perut
Tidak ada
Tidak ada
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
- Atas
- Tengah
- Bawah
- Tropik
B. Sensorik
Tidak terdapat gangguan sensorik
GAMBAR
Kiri
- Kaku kuduk
- Kernig
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
- Lassergue
Tidak ada
Tidak ada
- Brudzinsky
Neck
Tidak ada
Cheek
Tidak ada
Symphysis
Leg I
Leg II
Tidak ada
Tidak ada
Tidak ada
: tidak ada
- Hemiplegic
: tidak ada
- Scissor
: tidak ada
- Propulsion
: tidak ada
- Histeric
: tidak ada
- Limping
: tidak ada
- Steppage
: tidak ada
: (+) Positif
- Dysmetri
Jari-jari
Jari-hidung
Tumit-tumit
Limb ataxia
8. Gerakan Abnormal
- Tremor
: tidak ada
- Chorea
: tidak ada
9
Tidak ada
Tidak ada
: tidak ada
- Defekasi
- Ereksi
- Agrafia
- Alexia
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
1. Darah
PEMERIKSAAN
Hb
Leukosit
Trombosit
HASIL
13,4
9.600
244.000
SATUAN
g/dl
/ul
/ul
10
NILAI NORMAL
12 - 14
5000 - 10000
150.000 - 400.000
Hematokrit
Hitung jenis
Basofil
Eosinofil
Batang
Segmen
Limfosit
Monosit
Glukosa Sewaktu
Ureum
Creatinin
Uric acid
Trigliserid
Kolesterol Total
Kolesterol HDL
Kolesterol LDL
43
40 - 48
0
1
1
88
6
4
122
27
0,76
7,06
75
232
38
180
%
%
%
%
%
%
0-1
1-3
2-6
50 - 70
20 - 40
2-8
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
mg/dl
< 180
20 - 40
0,9 - 1,3
3,4 - 7
< 200
< 200
>50
<130
2. Urine
Tidak dilakukan pemeriksaan
3. Faeces
Tidak dilakukan pemeriksaan
b. Liquor Cerebro Spinal
Tidak dilakukan pemeriksaan
c. Pemeriksaan Khusus
- Rontgen foto cranium
- Electroencephalography
- Arteriography
- Electrocardiography
- Pneumography
- Lain-lain
:11
RINGKASAN
a. Anamnesis
Penderita dirawat di Bagian Saraf RSUD Palembang BARI karena tidak bisa
berjalan yang disebabkan kelemahan pada lengan kanan dan tungkai kanan yang
terjadi secara tiba-tiba.
4 hari SMRS, saat sedang beristirahat, bangun dari tidur pagi hari pada pukul
05.00, tiba-tiba penderita mengalami kelemahan lengan kanan dan tungkai kanan
tanpa disertai kehilangan kesadaran. Saat serangan penderita tidak merasa sakit
kepala, mual (-), muntah (-), dan kejang (-) serta tanpa disertai gangguan rasa pada
sisi yang lemah, penderita juga tidak merasa demam. Kelemahan pada lengan kanan
dan tungkai kanan dirasakan tidak sama berat. Tungkai kanan dirasakan lebih berat
dari lengan kanan. Sehari-hari penderita bekerja menggunakan tangan kanan.
Penderita masih dapat mengungkapkan isi pikirannya secara lisan, dan isyarat tetapi
penderita tidak bisa mengungkapkannya melalui tulisan dikarenakan penderita
menulis menggunakan tangan kanan. Penderita masih dapat mengerti isi pikiran
orang lain yang diungkapkan secara lisan, tulisan dan isyarat. Saat bicara mulut
penderita tidak mengot ke kanan atau ke kiri, tetapi penderita tidak bisa bicara dengan
lancer sesudah serangan, pelo.
Saat serangan penderita tidak mengalami serangan jantung, berdebar-debar (-),
sesak napas (-). Penderita tidak pernah mengeluh sakit kepala baik pada saat serangan
maupun pada saat sehari-hari. Penderita tidak pernah mengalami koreng di kemaluan,
penderita tidak pernah mengalami bercak merah di kulit.
Penderita mengaku memiliki riwayat darah tinggi, yang didapatkan sejak 1
tahun yang lalu, namun penderita tidak berobat secara teratur. Riwayat DM (-),
riwayat dirawat karena penyakit jantung disangkal.
Penyakit ini , diderita untuk pertama kalinya.
b. Pemeriksaan :
Status Generalis
12
Kesadaran
: E4M6V5
Gizi
: Cukup
Suhu Badan
: 36,7 0C
Nadi
: 80 x/menit
Pernapasan
: 20 x/menit
Tekanan Darah
: 180/100 mmHg
Status Neurologicus
Nn. Cranialis : tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
Lengan
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Refleks Fisiologis
Kanan
Cukup
2
Normal
Kiri
Cukup
5
Normal
- Biceps
Normal
Normal
- Triceps
Normal
Normal
- Periost radius
Normal
Normal
- Periost ulna
Refleks Patologis
Normal
Normal
- Hoffman Tromner
Tungkai
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Klonus
- Paha
Negatif
Kanan
Cukup
2
Normal
Kiri
Cukup
5
Normal
Tidak ada
Tidak ada
13
- Kaki
Tidak ada
Tidak ada
- KPR
Normal
Normal
- APR
Normal
Normal
- Babinsky
Tidak ada
Tidak ada
- Chaddock
Tidak ada
Tidak ada
- Oppenheim
Ada
Tidak ada
- Gordon
Ada
Tidak ada
- Schaffer
Tidak ada
Tidak ada
- Rossolimo
Tidak ada
Tidak ada
- Mendel Bechtreyev
Refleks Kulit Perut
Tidak ada
Tidak ada
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
- Atas
- Tengah
- Bawah
- Tropik
14
- Perawatan
Diet nasi biasa
Bed rest
- Medikamentosa
IVFD RL gtt XX/mnt
Inj. Tranza
1 x 1 vial (iv)
Brainact
2 x 500 mg (iv)
Aspilet
1 x 80 mg tab
Amlodipine
1 x 10 mg tab
Neurosanbe
1 x 1 amp drip/kolf
- Rehabilitasi
Psioterapi
PROGNOSA
Quo ad vitam
: ad bonam
DISKUSI
A.Diagnosis Banding Klinis
Hemiparese Dextra tipe spastik + parese N.XII dextra tipe sentral
B. Diagnosis Banding Topik
Cerebri Sinistra
-Defisit Motorik
-Gejala iritatif
15
lemah
- Kelemahan lengan dan tungkai
-Gejala Fokal (kelumpuhan tidak sama berat)
Sinistra
dapat
disingkirkan
2) Lesi di subcortex Hemisferium Cerebri
Sinistra, gejalanya:
*Ada gejala defisit motorik
sinistra, gejalanya:
-
16
1) Hemorrhagia Cerebri
*Didahului
sakit
kepala,
muntah
(-)
*Riwayat Hipertensi
menit
17
< 30
LEMBAR FOLLOW UP
Tanggal : 31 Desember 2014
Keluhan : Belum BAB
Status Generalis :
-
GCS
TD
P
RR
T
: E4M6V5
: 150/100 mmHg
: 70 x/menit
: 20 x/menit
: 36,4 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis : tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
:LKa
LKi
TKa
TKi
Gerakan
:cukup
cukup
cukup
cukup
Kekuatan
:2
Tonus
:normal
normal
normal
normal
Klonus
:
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks Fisisologis
Biseps
:Normal
normal
18
Triseps
:Normal
normal
normal
Periost ulna
:normal
normal
KPR
normal
normal
APR
normal
normal
Refleks Patologi:
-
Babinsky
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Openheim
(+)
(-)
Gordon
(+)
(-)
Shcaffer
(-)
(-)
Fungsi Sensorik
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
: tidak ada
GRM
DK
DT
DE
: Trombosis Cerebri
Rencana Terapi :
- IVFD RL gtt XX/menit
- Candesartan 1 x 16 mg tab
- Neurodex 1 x 1 tab
- Amlodipin 1 x 10 mg tab
- Aspilet 2 x 80 mg tab
19
20
GCS
TD
P
RR
T
: E4M6V5
: 140/90 mmHg
: 68 x/menit
: 20 x/menit
: 36 oC
Status Neurologis :
Nn. Cranialis : tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
:LKa
LKi
TKa
TKi
Gerakan
:cukup
cukup
cukup
cukup
Kekuatan
:2
Tonus
:normal
normal
normal
normal
Klonus
:
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks Fisisologis
Biseps
:Normal
normal
Triseps
:Normal
normal
normal
Periost ulna
:normal
normal
KPR
normal
normal
APR
normal
normal
Refleks Patologi:
-
Babinsky
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Openheim
(+)
(-)
Gordon
(+)
(-)
21
Shcaffer
(-)
Fungsi Sensorik
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
(-)
: tidak ada
GRM
DK
DT
DE
: Trombosis Cerebri
Rencana Terapi :
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Ranitidine 1 x 1 amp (iv)
- Candesartan 1 x 16 mg tab
- Neurodex 1 x 1 tab
- Amlodipin 1 x 10 mg tab
- Simvastatin 1 x 10 mg tab
GCS
TD
P
RR
T
: E4M6V5
: 140/80 mmHg
: 82 x/menit
: 20 x/menit
: 36,2 oC
22
Status Neurologis :
Nn. Cranialis : tidak ada kelainan
Fungsi Motorik
:LKa
LKi
TKa
TKi
Gerakan
:cukup
cukup
cukup
cukup
Kekuatan
:2
Tonus
:normal
normal
normal
normal
Klonus
:
Paha
tidak ada
tidak ada
Kaki
tidak ada
tidak ada
Refleks Fisisologis
Biseps
:Normal
normal
Triseps
:Normal
normal
normal
Periost ulna
:normal
normal
KPR
normal
normal
APR
normal
normal
Refleks Patologi:
-
Babinsky
(-)
(-)
Chaddock
(-)
(-)
Openheim
(+)
(-)
Gordon
(+)
(-)
Shcaffer
(-)
(-)
Fungsi Sensorik
Fungsi Luhur
Fungsi Vegetatif
: tidak ada
GRM
DK
DT
DE
: Trombosis Cerebri
Rencana Terapi :
- IVFD RL gtt XX/menit
- Inj. Ranitidine 1 x 1 amp (iv)
- Candesartan 1 x 16 mg tab
- Neurodex 1 x 1 tab
- Amlodipin 1 x 10 mg tab
- Simvastatin 1 x 10 mg tab
24
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Otak memperoleh darah melalui dua sistem yakni sistem karotis (arteri
karotis interna kanan dan kiri) dan sistem vertebral. Arteri karotis interna,
setelah memisahkan diri dari arteri karotis komunis, naik dan masuk ke
rongga
tengkorak melalui
kanalis
karotikus,
berjalan
dalam sinus
25
arteri serebri media dan posterior) kanan dan kiri. Anyaman arteri ini
terletak di dasar otak.
Anastomosis antara arteri serebri interna dan arteri karotis eksterna di
daerah orbita, masing-masing melalui arteri oftalmika dan arteri fasialis ke
arteri maksilaris eksterna.
Hubungan antara sistem vertebral dengan arteri karotis ekterna (pembuluh
darah ekstrakranial).
Ada dua hemisfer di otak yang memiliki masing-masing fungsi.
Fungsi-fungsi dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau
motorik, sebagai pusat sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara
motorik, sebagai area wernicke atau pusat bicara sensoris, sebagai area
visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi sebagai pusat koordinasi serta
batang otak yang merupakan tempat jalan serabut-serabut saraf ke target
organ.
2.2. Definisi
Definisi Stroke
Menurut World Health Organization (WHO) stroke adalah manifestasi
klinik dari gangguan fungsi serebral, baik fokal maupun global, yang berlangsung
dengan cepat dan lebih dari 24 jam atau berakhir dengan kematian tanpa
ditemukannya penyakit selain daripada gangguan vaskular 1. Secara umum, stroke
digunakan sebagai sinonim Cerebro Vascular Disease (CVD) dan kurikulum Inti
Pendidikan Dokter di Indonesia (KIPDI) mengistilahkan stroke sebagai penyakit
akibat gangguan peredaran darah otak. Stroke atau gangguan aliran darah di otak
disebut juga sebagai serangan otak (brain attack), merupakan penyebab cacat
(disabilitas, invaliditas).
26
2.3. Klasifikasi
Klasifikasi stroke
A. Berdasarkan kelainan patologik pada otak :
1. Stroke Hemoragik
:
Perdarahan intraserebral
b.
darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan merupakan
Patofisiologi
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja didalam
arteri-arteri yang membentuk sirkulus Willisi : arteri karotis interna dan
sistem verterbrobasilar atas semua cabang-cabangnya.
28
2.
3.
4.
otak
serta
defisit
neurologi
permanen
pada
20-50%
vasospasme
keadaan
arteri
koma
di
yang
sekitar
aneurisma
lama.Penyebab
sehingga
perdarahan
31
trombosis
adalah
kompleks
dan
bersifat
32
dan
lain-lain.
Ada
hal
yang
berpengaruh
dalam
atau jantung (stroke kardioembolik.13 Pada stroke jenis ini, embolus dapat
berasal dari tempat lain didalam tubuh, dimana 90% emboli berasal dari
jantung. Hal tersebut dikarenakan aliran darah ke otak berasal dari arkus
aorta sehingga emboli yang lepas dari ventrikel kiri akan disebarkan
melalui aliran darah ke arteri karotis komunis kiri dan arteri
brakhiosefalika. Selain itu,
terhadap
kerusakan otak.
Alexia adalah hilangnya kemampuan membaca karena kerusakan otak.
Dibedakan dari Dyslexia (yang memang ada secara kongenital), yaitu
35
otak.
Acalculia adalah hilangnya kemampuan berhitung dan mengenal angka
di otak.
Dementia adalah hilangnya fungsi intelektual yang mencakup sejumlah
kemampuan.
2.6.
B. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
a. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
Computerized Tomography Scanning (CT-Scan), sangat membantu
diagnosis dan membedakannya dengan perdarahan terutama pada fase
akut.Angiografi serebral (karotis atau vertebral) untuk mendapatkan
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila
scan tak jelas. Pemeriksaan likuor serebrospinalis, seringkali dapat
membantu membedakan infark, perdarahan otak, baik perdarahan
intraserebral (PIS) maupun perdarahan subarakhnoid (PSA).
b. Pemeriksaan lain-lain
Pemeriksaan untuk menemukan faktor resiko, seperti: pemeriksaan darah
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
gambaran darah. Komponen kimia darah, gas, elektrolit, Doppler,
Elektrokardiografi (EKG).
Sistem skor
Perbedaan antara stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik sangat penting
dalam rangka pengobatan stroke, pengetahuan mengenai taraf ketepatan
pembuktian klinis terhadap stroke hemoragik dan stroke non-hemoragik yang
dapat diandalkan akan sangat membantu para dokter yang bekerja di daerah
terpencil dengan fasilitas pelayanan medis yang sangat terbatas dan belum
tersedianya pemeriksaan penunjang yang memadai (misalnya CT-Scan). Untuk
itu beberapa peneliti mencoba membuat perbedaan antara kedua jenis stroke
dengan menggunakan tabel dengan sistem skor.
Skor Siriraj
1
Kesadaran ( x 2,5 )
Bersiaga
37
Pingsan
No
Yes
No
2 jam ( x 2 )
Yes
Muntah ( x 2 )
Tekanan Diastolik
(DBP )
Atheroma
markers(x3)
None
diabetes, angina,
1/>
DBP x 0,1
claudicatio
intermitten
Konstanta
- 12
Total skor =
Interpretasi skor
Skor
-1
Infark
Hemoragik
Gambaran CT scan :
2.7. Penatalaksanaan
Target managemen stroke non hemoragik akut adalah untuk menstabilkan
pasien dan menyelesaikan evaluasi dan pemeriksaan termasuk diantaranya
38
yang
kurang
baik
dan
menghambat
reperfusi
pada
hiperglikemia
dan
memicu
iskemik
serebral
pemberian
trombolitik
agar
tidak
terjadi
komplikasi
perdarahan.Preparat antihipertensi yang dapat diberikan adalah labetolol (1020 mmHg/IV selama 1-2 menit dapat diulang satu kali). Alternatif obat yang
dapat digunakan adalah nicardipine infuse 5 mg/jam yang dititrasi hingga
dosis maksimal 15 mg/jam.
Pengawasan terhadap tekanan darah adalah penting. Tekanan darah harus
diperiksa setiap 15 menit selama 2 jam pertama, setiap 30 menit selama 6 jam
berikutnya, dan setiap jam selama 16 jam terakhir. Target terapi adalah
tekanan darah berkurang 10-15 persen dari nilai awal. Untuk mengontrol
tekanan darah selama opname maka agen berikut dapat diberikan 13
1.
2.
3.
2. Penatalaksanaan Khusus
a. Terapi Trombolitik
Tissue plaminogen activator (recombinant t-PA) yang diberikan
secara intravena akan mengubah plasminogen menjadi plasmin yaitu enzim
proteolitik yang mampu menghidrolisa fibrin, fibrinogen dan protein
pembekuan lainnya.
Pada penelitian NINDS (National Institute of Neurological Disorders
and Stroke) di Amerika Serikat, rt-PA diberikan dalam waktu tidak lebih
dari 3 jam setelah onset stroke, dalam dosis 0,9 mg/kg (maksimal 90 mg)
dan 10% dari dosis tersebut diberikan secara bolus IV sedang sisanya
diberikan dalam tempo 1 jam. Tiga bulan setelah pemberian rt-PA didapati
pasien tidak mengalami cacat atau hanya minimal.Efek samping dari rt-PA
ini
adalah
perdarahan
intraserebral,
yang
diperkirakan
sekitar
secara
keseluruhan
hasil
dari
penelitian
ini
dinyatakan
kurang
menguntungkan. Tetapi pada penelitian kedua (ECASS II) pada 800 pasien
menggunakan dosis 0,9 mg/kg diberikan dalam waktu tidak lebih dari 6 jam
sesudah onset. Hasilnya lebih sedikit pasien yang meninggal atau cacat
dengan pemberian rt-PA dan perdarahan intraserebral dijumpai sebesar
8,8%.Tetapi rt-PA belum mendapat ijin untuk digunakan di Eropa.
Kontroversi mengenai manfaat rt-PA masih berlanjut, JM Mardlaw
dkk mengatakan bahwa terapi trombolisis perlu penelitian random dalam
skala besar sebab resikonya sangat besar sedang manfaatnya kurang
jelas.Lagi pula jendela waktu untuk terapi tersebut masih kurang jelas dan
secara objektif belum terbukti rt-PA lebih aman dari streptokinase. Sedang
penelitian
dari The
Multicenter
Acute
Stroke
Trial-Europe
Study
43
mg/hari, tergantung PT. Reaksi yang merugikan: hemoragi, terutama ren dan
gastrointestinal18.
2) Heparin
Merupakan acidic mucopolysaccharide, sangat terionisir.Normal
terdapat pada mast cells. Cepat bereaksi dengan protein plasma yang terlibat
dalam proses pembekuan darah. Heparin mempunyai efek vasodilatasi
ringan.Heparin melepas lipoprotein lipase.Dimetabolisir di hati, ekskresi
lewat urin. Wakto paro plasma: 50-150 menit. Diberikan tiap 4-6 jam atau
infus kontinu. Dosis biasa: 500 mg (50.000 unit) per hari. Bolus initial 50
mg diikuti infus 250 mg dalam 1 liter garam fisiologis atau glukose. Dosis
disesuaikan dengan Whole Blood Clotting Time. Nilai normal: 5-7 menit,
dan level terapetik heparin: memanjang sampai 15 menit. Reaksi yang
merugikan: hemoragi, alopesia, osteoporosis dan diare. Kontraindikasi:
sesuai dengan antikoagulan oral. Apabila pemberian obat dihentikan segala
sesuatunya
dapat kembali
normal.Akan tetapi
kemungkinan perlu
c. Hemoreologi
Pada stroke iskemik terjadi perubahan hemoreologi yaitu
peningkatan hematokrit, berkurangnya fleksibilitas eritrosit, aktivitas
trombosit, peningkatan kadar fibrinogen dan aggregasi abnormal eritrosit,
keadaan
ini
menimbulkan
gangguan
pada
aliran
viskositas
darah.Pentoxyfilline diberikan
44
dalam
dosis
45
Komplikasi
Komplikasi yang paling umum dan penting dari stroke iskemik meliputi
edema serebral, transformasi hemoragik, dan kejang.
1. Edema serebral yang signifikan setelah stroke iskemik bisa terjadi meskipun
agak jarang (10-20%)
2. Indikator awal iskemik yang tampak pada CT scan tanpa kontras adalah
indikator independen untuk potensi pembengkakan dan kerusakan. Manitol dan
terapi lain untuk mengurangi tekanan intrakranial dapat dimanfaatkan dalam
situasi darurat, meskipun kegunaannya dalam pembengkakan sekunder stroke
iskemik lebih lanjut belum diketahui. Beberapa pasien mengalami transformasi
hemoragik pada infark mereka. Hal ini diperkirakan terjadi pada 5% dari stroke
iskemik yang tidak rumit, tanpa adanya trombolitik. Transformasi hemoragik
tidak selalu dikaitkan dengan penurunan neurologis dan berkisar dari peteki
kecil sampai perdarahan hematoma yang memerlukan evakuasi.
3. Insiden kejang berkisar 2-23% pada pasca-stroke periode pemulihan. Poststroke iskemik biasanya bersifat fokal tetapi menyebar. Beberapa pasien yang
mengalami serangan stroke berkembang menjadi chronic seizure disorders.
Kejang sekunder dari stroke iskemik harus dikelola dengan cara yang sama
seperti gangguan kejang lain yang timbul sebagai akibat neurologis injury.
2.9.
Prognosis
46
dari periode akut, sekitar satu setengah samapai dua pertiga kembali fungsi
independen, sementara sekitar 15% memerlukan perawatan institusional.13
DAFTAR PUSTAKA
1. Adam H.P., Zoppo G.J.D. & Kummer R.V. 2002. Management of stroke :
A practical guide for the prevention, evaluation, and treatment of acute
stroke, Professional Communications, NC, A Medical Publishing
Company.
2. Chusid, JG 1993; Neuroanatomi Korelatif Dan Neurologi Fungsional,
cetakan ke empat, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
3. Feigin, V, 2006; Stroke , Bhuana Ilmu Populer Jakarta.
47
48
17. Majalah Kedokteran Atma Jaya Vol. 1 No. 2 September 2002. Hal: 158-67.
18. Wibowo, Samekto. Gofir, Abdul. Farmakoterapi stroke prevensi primer
dan prevensi sekunder dalam Farmakoterapi dalam Neurologi. Penerbit
Salemba Medika. Hal: 53-73
49