Anda di halaman 1dari 17

TUGAS FIQIH IBADAH

KELOMPOK 1
DISUSUN OLEH:
NAMA:GINA KHOLISOH
PRODI:FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN


ILMU KESEHATAN
UIN SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

SESEORANG YANG SAKIT


KEMUDIAN DISUNTIK,BAIK SUNTIK
PENGOBATAN MAUPUN SUNTIK
INFUS?
Suntikan di bulan ramadhan ada dua,yaitu:
Suntikan nutrisi (infus), yang bisa menggantikan
makanan dan minuman. Suntikan seperti ini
membatalkan puasa karena dianggap seperti makan
dan minum.
Suntikan selain nutrisi, seperti: suntik obat atau
pengambilan sampel darah. Suntikan seperti ini tidak
membatalkan dan tidak mempengaruhi puasa,baik
suntikan ini diberikan di lengan atau di pembuluh.Jika
memungkinkan, sebaiknya suntikan ini dilakukan di
malam hari,sebagai bentuk kehati-hatian ketika
puasa.

Pendapat pertama :
Syekh Abdul Aziz bin Baz pernah ditanya tentang
hukum suntikan di pembuluh atau lengan pada
siang hari di bulan Ramadan; apakah
membatalkan puasa?
Jawaban beliau, Puasanya sah, karena suntikan
di pembuluh tidaklah termasuk makan atau
minum. Demikian pula suntikan di lengan, lebih
tidak membatalkan lagi. Akan tetapi, andaikan dia
mengqadha puasanya dalam rangka kehati-hatian
maka itu lebih baik. Jika hal ini diakhirkan sampai
malam ketika butuh maka itu lebih baik dan lebih
berhati-hati, dalam rangka keluar dari perselisihan
pendapat dalam masalah ini.

Pendapat kedua:

Infus tidak membatalkan puasa. Karena tidak ada


sesuatu pun darinya yang sampai kepada perut dari
jalan masuk yang normal. Dan jika dianggap ada yang
sampai kepadanya, maka dia sampai dari jalan poripori, sedangkan ini bukanlah perut bukan pula yang
memiliki hukum seperti perut.

Pendapat yang lebih dekat (kepada kebenaran), bahwa


hal ini membatalkan puasa. Karena yang menjadi illah
(sebab) bukanlah sampainya ke perut, akan tetapi
yang menjadi illah adalah sampainya pemberian nutrisi
kepada badan. Dan hal ini terwujud dengan suntikan
ini.

Untuk

menghadapi masalah yang


diragukan hukumnya, cara paling
aman adalah meninggalkannya,
seperti yang diajarkan Rasulullah
SAW.Dalam hal ini,ada kaitannya
dengan perkara syubhat (tidak jelas
halal haramnya). Ini artinya,
pendapat infuse membatalkan puasa
lebih menerminkan sikap berhati-hati
(al-ahwath) dalam beragama.

2. APAKAH SAH PUASA SESEORANG YANGTIDAK


DIDAHULUI DENGAN SAHUR SEHINGGA IA LUPA
BERNIAT PUASA WAJIB PADA MALAM HARI?

1. Para ulama telah sepakat tentang sunnahnya


sahur untuk puasa dan mengakhirkannya. Meski
demikian, tanpa sahur pun puasa tetap boleh.
Dari Anas RA. Bahwa Rasulullah SAW
bersabda,Makan Sahurlah, karena sahur itu
barakah. (HR Bukhori dan Muslim)
Dari al-Mi`dam bin Ma`dikarb dari Nabi SAW.
Bersbda, Herndaklah kamu makan sahur karena
sahur itu makanan yang diberkati.(HR. An-Nasa`i)
Makan sahur itu menjadi barakah karena salah
satunya berfungsi untuk mempersiapkan tubuh yang
tidak akan menerima makan dan minum sehari
penuh.Maka tetap disunahkan sahur meski hanya
dengan segelas air putih saja.
Dari Abi Said al-Khudri RA. Sahur itu barakah

Disunnahkan untuk mengakhirkan sahur hingga


mendekati waktu subuh.
Dari Abu Zar Al-Ghifari Marfuan.Rasul SAW
berkata:Umatku masih dalam kebaikan selama
mendahulukan buka dn mengakhirkan sahur.
(Alhadits)
1. Niat adalah azam (berketatapan) di dalam hati
untuk mengerjakan puasa sebagai bentuk
pelaksanaan perintah Allah SWT dan taqarrub
(pendekatan diri) kepada-Nya.
-Sabda Rasulullah SAW : Sesungguhnya semua
amal itu tergantung niatnya.
-Kedudukan niat ini menjadi sangat penting
untuk puasa wajib. Karena harus sudah diniatkan
sebelum terbit fajar. Dan puasa wajib itu tidak
syah bila tidak berniat sebelum waktu fajar itu.
-Sabda Rasulullah SAW : Barang siapa yang

Hal

tersebut sesuai dengan apa yang telah


dilakukan oleh Rasulullah SAW.Dari Aisyah RA
berkata:Rasulullah SAW datang kepada ku pada
suatu hari dan bertanya :Apakah kamu punya
makanan?.Aku menjawab :Tidak. Beliau
berkata :Kalau begitu aku berpuasa. (HR.Muslim)

Jadi,puasa tanpa sahur tetap sah.Namun lebih baik


jika dikerjakan.
Adapun niat untuk puasa wajib,hukumnya harus
berniat sebelum subuh,Apabila ia berniatsesudah
subuh,maka puasanya dianggap sebagai puasa
sunnah.

3. APAKAH SAH PUASA SESEORANG YANG


BARU MELAKSANAKAN MANDI JUNUB DI
JELANG AKHIR WAKTU SUBUH?

Orang-orang yang akan berpuasa diperbolehkan


makan dan minum dan atau bersenggama
(jima) pada malam hari sampai terbit fajar
atau sebelum masuk waktu shalat Shubuh.
(Surat Al-Baqarah :187),sesudah waktu
tersebut seseorang diperintahkan untuk tetap
berpuasa.
Seseorang baru selesai bersenggama pada saat
terbit fajar, dan mandi junubnya hanya dapat
dilakukan setelah terbit fajar atau setelah
lewat waktu Shubuh. Sesuai dengan isyarat
dalam ayat di atas, maka ia tetap diwajibkan

Hukum ini diperkuat dengan hadist yang


diriwayatkan oleh muslim Ibnu Hibban dan
Ibnu Khuzaimah dari aisyah bahwa pada
suatu ketika ada seorang lelaki yang
datang kepada Rasulullah SAW
danbertanya tentang mandi junub setelah
fajar,sementara Aisyah mendengarkan di
balik tirai.Kemudian Rasulullah SAW
menjawab bahwa beliau juga pernah
mengalami hal serupa untuk menunjukkan
bahwa puasa itu tetap sah.
Ada satu lagi hadist yang diriwayatkan
bukhori dan muslim dari aisyah dan ummu
salamah yakni:Sesungguhnya Nabi SAW

Tidak

mengapa jika dia pagi-pagi dalam keadaan junub. Dari


Aisyah: Bahwa Rasulullah SAW telah kedatangan Shubuh
sedang beliau masih dalam keadaan junub sebab (menggauli)
isterinya kemudian beliau mandi dan berpuasa. (Muttafaq
alaih).
Suci dari hadas besar bukan termasuk syarat sah puasa. Karena
itu, ketika seseorang mengalami junub di malam hari, baik
karena mimpi basah atau sehabis melakukan hubungan badan,
kemudian sampai masuk waktu subuh dia belum mandi wajib,
puasanya tetap sah. Dalilnya:
Dari Aisyah dan Ummu Salamah radhiallahu anhuma; mereka
menceritakan,




















Nabi shallallahu alaihi wa sallam memasuki waktu subuh,
sementara beliau sedang junub karena berhubungan dengan
istrinya. Kemudian, beliau mandi dan berpuasa. (H.r. Bukhari
dan Turmudzi)

Apabila masih dalam keadaan junub,kemudian ia


ingin sahur dikarenakan waktu sahur
terbatas.Maka ia harus berwudhu terlebih dahulu.
Ini berdasarkan hadits dari Aisyah radhiallahu
anha, bahwa Rasul SAW mengatakan,

Apabila Nabi shallallahu alaihi wa sallam berada


dalam kondisi junub, kemudian beliau ingin makan
atau tidur, beliau berwudhu sebagaimana wudhu
ketika hendak shalat. (H.r. Muslim, no. 305)

4. APAKAH HUKUM ORANG


YANG BERPUASA KEMUDIAN
IA MIMPI BASAH?
Sesungguhnya bermimpi basah
(mimpi yang disertai mengeluarkan sperma) tidak membatalkan
puasa. Sebab hal itu di luar
kemampuan dan kesadaran
manusia atau merupakan
perbuatan yang tidak disengaja.
Begitu pula mandi jinabat tidak
membatalkan puasa.

Didalam

al Mughni (4/363) disebutkan bahwa


seandainya seorang bermimpi maka tidaklah
merusak puasanya karena hal itu diluar
kehendaknya sepertihalnya seorang yang
kemasukan sesuatu di tenggorokan sedangkan
ia dalam keadaan tidur.
Syeikh Ibn Baaz didalam Majmu al Fatawa
(15/276) ditanya tentang seseorang yang tidur
di siang hari Ramadhan lalu dia bermimpi dan
keluar mani darinya maka apakah ia harus
mengqadha hari itu?
Beliau menjawab,tidak ada qadha baginya
karena mimpi itu diluar kehendaknya akan
tetapi diharuskan baginya mandi (junub) jika dia
mendapati mani.

Jika seseorang bangun lalu mendapati pada


celananya basah, maka tidak lepas dari tiga hal:
Pertama: Dia yakin bahwa itu mani, maka dia
wajib mandi baik dia ingat bermimpi ataupun
tidak.
Kedua: Dia yakin bahwa itu bukan mani, maka dia
tdak wajib mandi, tetapi mencuci bagian yang
terkena basah itu; karena hal itu dhukumi dengan
air kecing.
Ketiga: Dia benar-benar tidak tahu apakah itu
mani atau bukan; maka hal ini dirinci:
Jika dia ingat bahwa dia bermimpi, maka dia harus
menganggap itu mani dan mandi, karena haits
Ummu Salmah radhiyallahu anha, ketika
bertanya kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam
tentang wanita yang bermimpi seperti yang

Jika dia tidak bermimpi apa-apa, walaupun


sebelumnya terbesit dalam pikirannya tentang
masalah jima, maka hal itu dianggap madzi. Adapun
jika tidak terbesit dalam pikiran tentang jima
sebelum tidurnya maka hukumnya juga
diperselisihkan:
Ada yang mengatakan bahwa dia wajib mandi untuk
berjaga-jaga.
Ada yang mengatakan tidak wajib mandi dan inilah
pendapat yang benar, karena hukum asalnya bebas
dari tanggungan.

TERIMA
KASIH.........

^_^

Anda mungkin juga menyukai