Anda di halaman 1dari 21

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
A.

Tinjauan Umum Tentang ASI


1. Pengertian
ASI merupakan satu-satunya makanan tunggal paling sempurna
bagi bayi hingga berusia 6 bulan. ASI cukup mengandung seluruh zat gizi
yang dibutuhkan bayi. Selain itu ASI secara alamiah dibekali enzim
pencerna susu sehingga organ pencernaan bayi mudah mencerna dan
menyerap gizi ASI. Hal ini dikarenakan bayi belum memiliki cukup enzim
pencerna makanan (Arif, 2009).
2. Kelangsungan Produksi ASI
Kelangsungan produksi ASI bergantung pada:
a. Rangsangan dari puting susu (diisap), pengeluaran hormon produksi
susu dari hipotalamus (hormon prolaktin).
b. Pengosongan payudara (mengisap dan memeras air susunya).
Pengeluaran susu dari payudara (diisap) atau memeras susu ke luar
sehingga mengalir dengan lancar. Ini disebut refleks pengeluaran dan
disebabkan sekresi dari hormon Oxytocin. Refleks ini dapat terhambat bila
ibu dalam keadaan stress atau gelisah (Jelliffe, 2006).
3. Pengeluaran ASI
Pengeluaran ASI dapat dibedakan atas :
a. Kolostrum. Berwarna kuning jernih dengan protein berkadar tinggi.
Mengandung imunoglobulin, laktoferin, ion-ion (Na, Ca, K, Zn, Fe),

vitamin (A, E, K dan D), lemak dan rendah laktosa. Pengeluaran


kolostrum berlangsung sekitar dua atau tiga hari dan diikuti oleh ASI
yang berwarna putih. Kolostrum merupakan cairan lengket yang keluar
selama beberapa minggu terakhir kehamilan dan pada hari pertama atau
kedua setelah kelahiran. Colostrum tidak merugikan bahkan harus
diterima oleh bayi (Jelliffe, 2006).
b. ASI transisi. Mulai berwarna putih bening dengan susunan yang
disesuaikan kebutuhan bayi, dan kemampuan mencerna susu bayi.
c. ASI sempurna. Pengeluaran ASI penuh sesuai dengan perkembangan
usus bayi, sehingga dapat menerima susunan ASI sempurna
(Manuaba, 2009).
4. Komposisi ASI
ASI bersifat khas untuk bayi karena susunan kimianya, mempunyai
nilai biologis tertentu, dan mempunyai substansia yang spesifik. Ketiga
sifat itulah yang membedakan ASI dengan susu formula (Manuaba, 2009).
ASI mudah dicerna karena selain mengandung gizi yang sesuai,
juga mengandung enzim-enzim untuk mencerna zat-zat gizi yang terdapat
dalam ASI tersebut. ASI mengandung zat-zat gizi berkualitas tinggi yang
berguna untuk pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan bayi
(Arif, 2009).
Selain

mengandung

protein

yang

tinggi,

ASI

memiliki

perbandingan antara Whei dan Casin yang sesuai untuk bayi. ASI
mengandung Whei lebih banyak yaitu 65:35. Komposisi ini menyebabkan

protein ASI lebih mudah diserap, sedangkan susu sapi mempunyai


perbandingan Whei dan Casin sebesar 20:80, sehingga tidak mudah
diserap (Arif, 2009).
Selain itu ASI mengandung komposisi sebagai berikut:
a. Taurin, DHA dan AA. Taurin adalah sejenis asam amino kedua yang
terbanyak dalam ASI yang berfungsi sebagai neurotransmitter dan
berperan penting untuk proses maturasi sel otak. Decosahexanoic
Acid (DHA) dan Arachidonic Acid (AA) adalah asam lemak tak jenuh
rantai panjang (polyunsaturated fatty acids) yang diperlukan untuk
pembentukan sel-sel otak yang optimal. Jumlah DHA dan AA dalam
ASI sangat mencukupi untuk menjamin pertumbuhan dan kecerdasan
anak. Di samping itu DHA dan AA dalam tubuh dapat dibentuk
/disintesa dan substansi pembentuknya (precursor), yaitu masingmasing dari Omega 3 (asam linolenat) dan Omega 6 (asam linoleat).
b. ASI mengandung zat anti infeksi, bersih, dan bebas kontaminasi.
Immunoglobulin A (IgA) dalam kolesterum atau ASI kadarnya cukup
tinggi. Sekretori IgA tidak diserap, tetapi dapat melumpuhkan baktori
parogen E. Coli dan berbagai virus dalam saluran pencernaan.
Lysosim, enzim yang melindungi bayi terhadap bakteri (E. Coli dan
Salmonela) dan virus. Jumlah lysosim dalam ASI 300 kali lebih
banyak daripada susu sapi. Sel darah putih pada ASI pada 2 minggu
pertama lebih dari 4000 sel per mil. Terdiri atas 3 macam, yaitu
Brochus-Asociated Lympocyte Tissue (BALT) antibodi pernapasan,

Gut Asociated Lympocyte Tissue (GALT) antibodi saluran pernapasan,


Mammary Asociated Lympocyte Tissue (MALT) antibodi jaringan
payudara ibu.
c. Lactobacillus bifidus merupakan spesies bakteri yang mempunyai
tingkat pertumbuhan yang cepat di dalam usus bayi yang
mendapatkan ASI, karena ASI mengandung bifidus faktor yang
konsentrasinya tinggi dalam kolostrum. Lingkungan yang kondusif
untuk mendukung pertumbuhan bakteri ini ialah tersedianya faktorfaktor bifidus serta pH (derajat keasaman) yang rendah (suasana
asam) pada usus. Lactobacillus bifidus membentuk enzim pencernaan
(laktase) yang mampu memecah senyawa laktosa menjadi asam laktat
dan asam asetat. Produk dari pemecahan laktosa, yang berupa asam
pada usus, sehingga menghambat pertumbuhan mikroorganismemikroorganisme patogen misalnya; E. Coli patogen, Staphylococcus
aureus, shigela dan protozoa tertentu. Faktor bifidus ini hanya
terkandung pada produk susu hewani yang lain, misalnya susu sapi.
d. Laktoferin. Laktoferin adalah protein yang terikat dengan zat besi
(Fe). Keberadaan laktoferin di dalam ASI menghambat aktifitas
mikroorganisme-mikroorganisme

patogen

merupakan

kofaktor

(berupa zat besi) ketika memasuki saluran pencernaan bayi.


Laktoferin juga menghambat pertumbuhan jamur Candida albicans.
e. Hormon. ASI mengandung beberapa macam hormon antara lain:
Epedermal Growth Factor (EFG). Berfungsi untuk meningkatkan

regenerasi (pergantian) sel-sel epitel pada saluran pencernaan setelah


terjadinya diare. Memacu pertumbuhan tulang dan otot. Biasa dikenal
dengan hormon pertumbuhan. Adrenokotikotropin Hormone (ACTH),
menghasilkan hormon-hormon yang mengatur pencernaan kerbohidrat
(dalam ASI berupa laktosa) , serta mengatur keseimbangan cairan
tubuh. Thyroid Stimulating Hormone (TSH) merangsang pembentukan
hormon thyroid, yang berfungsi dalam proses klasifikasi tulang, serta
pembentukan sel-sel darah merah di dalam sum-sum tulang.
Kortikosteroid

berperan

dalam

produksi

ASI.

Prolaktin,

mempengaruhi kelenjar susu dalam mempersiapkan, memulai, dan


mempertahankan laktasi. Prostaglandin merupakan bahan makanan
yang sesuai untuk bayi.
f. Vitamin. ASI mengandung beberapa jenis vitamin yaitu antara lain;
vitamin A, karoten, Vitamin D, Vitamin E, Vitamin K, Vitamin C
(asam askorbat), biotin, kolin asam folat, inositol, niasin, Vitamin B3
(asam panthotenat), Vitamin B2 (pridoksin), Vitamin B2 (ribovlavin),
Vitamin

B1

(thiamin),

dan

Vitamin

B12

(sianokobalamin)

(Arif, 2009).
5. Keuntungan ASI
Keuntungan pemberian ASI bagi ibu adalah sebagai berikut.
a. Memberikan ASI sesuai dengan tugas seorang ibu, sehingga dapat
meningkatkan martabat wanita dan sekaligus meningkatkan kualitas
sumber daya manusia.

b. Ibu yang siap memberikan ASI mempunyai keuntungan:


1) Terjadi metode laktasi amenorea (MAL), dapat bertindak sebagai
metode KB dalam waktu relatif 3 sampai 4 bulan.
2) Mempercepat terjadinya involusi uterus.
3) Pemberian ASI mengurangi kejadian karsinoma mamae.
4) Melalui pemberian ASI kasih sayang ibu terhadap bayi lebih baik
sehingga

menumbuhkan

hubungan

batin

lebih

sempurna

(Manuaba, 2009).
b. Pengaruh kontak langsung ibu-bayi: Ikatan kasih sayang ibu-bayi
terjadi karena berbagai rangsangan seperti sentuhan kulit (skin to skin
contact). Pertumbuhan dan perkembangan psikologi bayi dapat
berkembang. Bayi akan merasa aman dan puas karena bayi merasakan
kehangatan tubuh ibu dan mendengar denyut jantung ibu yang dikenal
sejak bayi masih ada di dalam rahim.
c. Dengan menyusui secara ekslusif, ibu tidak perlu mengeluarkan biaya
untuk makanan bayi sampai berumur 6 bulan (Arif, 2009).
Keuntungan pemberian ASI bagi bayi adalah sebagai berikut.
a. ASI mempunyai kelebihan dalam susunan kimia, komposisi biologis
dan mempunyai substansia spesifik untuk bayi.
b. ASI siap setiap saat untuk diberikan pada bayi dengan sterilitas yang
terjamin.
c. ASI dapat disimpan selama 8 jam tanpa perubahan apa pun, sedangkan
susu botol hanya cukup 4 jam.

10

d. Karena bersifat spesifik, maka pertumbuhan bayi baik dan terhindar


dari beberapa penyakit tertentu.
e. ASI telah disiapkan sejak mulai kehamilan sehingga sesuai dengan
tumbuh kembang bayi.
f. Bayi mengukur sendiri rasa laparnya sehingga metode pemberian ASI
dengan call feeding (Manuaba, 2009).
g. Meningkatkan kecerdasan bayi dan koordinasi syaraf menelan,
menghisap dan bernafas. Penelitian menunjukan bahwa IQ pada bayi
yang diberi ASI memiliki IQ point 4,3 lebih tinggi pada usia 18 bulan,
4-6 point lebih tinggi pada usia 3 tahun, dan 8,3 point lebih tinggi pada
usia 8,5 tahun, dibandingkan dengan bayi yang tidak diberi ASI
(Arif, 2009).
6.

Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian ASI


Sekalipun upaya untuk memberikan ASI digalakan tetapi pada
beberapa kasus pemberian ASI perlu dipertimbangkan.
a. Faktor dari ibu.
1) Ibu dengan penyakit jantung yang berat, akan menambah beratnya
penyakit ibu.
2) Ibu dengan pre-eklampsia dan eklampsia, karena banyaknya obatobatan yang diberikan, sehingga dapat mempengaruhi bayinya.
3) Karsinoma mamae
4) mungkin dapat menimbulkan metastasis.

11

5) Ibu dengan psikosis, dengan pertimbangan kesadaran ibu sulit


diperkirakan sehingga dapat membahayakan bayi.
6) Ibu dengan infeksi virus.
7) Ibu dengan TBC atau lepra.
b. Faktor dari bayi.
1) Bayi dalam keadaan kejang-kejang, yang dapat menimbulkan
bahaya aspirasi ASI.
2) Bayi yang menderita sakit berat, dengan pertimbangan dokter anak
tidak dibenarkan untuk mendapatkan ASI.
3) Bayi dengan berat badan lahir rendah, karena refleks menelannya
sulit sehingga bahaya aspirasi mengancam.
4) Bayi dengan cacat bawaan yang tidak mungkin menelan (labioksis,
palatognatokisis, labiognatopalatokisis).
5) Bayi yang tidak menerima ASI, panyakit metabolisme seperti
alergi ASI.
Pada kasus tersebut di atas untuk memberikan ASI
sebaiknya dipertimbangkan dengan dokter anak.
c. Keadaan patologis pada payudara
Terdapat

beberapa

keadaan

patologis

payudara

yang

memerlukan konsultasi dokter sehingga tidak merugikan ibu dan


bayinya. Keadaan patologis yang memerlukan konsultasi adalah:
1) Infeksi payudara.
2) Terdapat abses yang memerlukan insisi.

12

3) Terdapat benjolan payudara yang membesar saat hamil dan


menyusui.
4) ASI yang bercampur darah.
B.

Tinjauan Umum Tentang ASI ekslusif


1. Pengertian
ASI ekslusif berarti memberikan hanya ASI saja kepada bayi
(tanpa tambahan cairan lain, seperti susu formula, jeruk, madu, air putih,
air teh; maupun makanan lain, seperti pisang, bubur susu, biskuit, bubur
nasi, tim dan lain-lain) hingga usia 6 bulan. Dengan manajemen laktasi
yang baik, produksi ASI dinyatakan cukup sebagai makanan tunggal untuk
pertumbuhan bayi yang normal sampai usia 6 bulan. Itu sebabnya, World
Health Organization (WHO) menganjurkan agar ASI ekslusif diberikan
hingga bayi berusia 6 bulan (Arif, 2009).
ASI ekslusif harus diberikan hingga usia 6 bulan karena di bawah
usia tersebut bayi belum mampu mencerna makanan lain selain ASI. ASI
juga mengandung enzim pencernaan yang belum dapat diproduksi oleh
bayi baru lahir. Dalam jangka panjang pemberian ASI mencegah anak
kelak menderita kegemukan dan diabetes mellitus (Arif, 2009).
2. Kendala ASI Ekslusif
Kendala umum yang dijumpai di kota besar ialah para ibu yang
bekerja. Namun, dengan tekad dan tetap dapat memberikan ASI ekslusif.
Caranya, simpanlah ASI di dalam wadah yang steril dan tertutup rapat.

13

Saat ini diberbagai toko peralatan bayi, telah tersedia kantung plastik
khusus untuk menyimpan ASI (Arif, 2009).
C.

Tinjauan Umum Tentang Menyusui


1.

Anatomi Mamae
Payudara adalah pelengkap organ reproduksi pada wanita dan
mengeluarkan air susu. Buah dada terletak dalam fasia superfisialis di
daerah antara sternum dan aksila, melebar dari iga kedua sampai iga
ketujuh. Bagian tengah terdapat puting susu yang dikelilingi oleh areola
mamae yang berwarna cokelat. Dekat dasar puting terdapat kelenjar
montgomeri yang mengeluarkan zat lemak supaya puting tetap lemas.
Puting mempunyai lubang 1,5-2 mm untuk tempat saluran kelenjar susu.
Buah dada terdiri dari bahan-bahan kelenjar susu (jaringan
alveolar) tersusun atas lobus-lobus yang saling terpisah oleh jaringan ikat
dan jaringan lemak, setiap lobus bermuara ke dalam duktus laktiferus
(saluran air susu). Saluran limfe sebagai pleksus halus dalam ruang
interlobuler jaringan kelenjar bergabung membentuk saluran yang lebih
besar.
Kelenjar mamae menyebar di sekitar aerola mamae dan
mempunyai luas antara 1,5-2,4 mm. Tiap lobus berbentuk piramid dengan
puncak mengarah ke areola mamae. Masing-masing lobus dibatasi oleh
septum yang terdiri dari jaringan fibrosa yang padat, serat jaringan fibrosa
yang terbentang dari kulit ke fasia pektoralis yang menyebar di antara
jaringan kelenjar. Tiap lobus kelenjar mamae mempunyai saluran keluar

14

yang disebut ductus lactiverus yang bermuara ke papila mamae, pada


daerah aerola mamae ductus lactiverus melebar disebut sinus laktiverus. Di
daerah terminalis lumen sinus ini mengecil dan bercabang-cabang ke
alveoli. Di antara jaringan kelenjar dan jaringan fibrosa ruangannya diisi
oleh jaringan lemak yang membentuk postur dari mamae sehingga
permukaan mamae terlihat rata. Bagian dalam kelenjar mamae dapat
dipisahkan dengan mudah dari fasia dan kedudukan mamae bergeser
(Syaifudin,2006).

Gambar 2.1
Anatomi Mamae
2.

Perkembangan Mamae
Pada perempuan, perubahan dan perkembangan buah dada terjadi
setelah masa remaja atau pubertas (11-12 tahun) karena terdapat
penambahan jaringan kelenjar. Seorang wanita mulai menstruasi pertama
terjadi sedikit pembesaran buah dada disebabkan pengaruh hormon
15

esterogen dan progesteron yang dihasilkan ovarium, lama kelamaan buah


dada

berkembang

penuh

dan

penimbunan

lemak

menimbulkan

pembesaran yang tetap. Pada masa menopause, lama kelamaan ovarium


berhenti berfungsi dan jaringan buah dada mengkerut.
Perkembangan

payudara

distimulasi

oleh

esterogen

yang

merangsang pertumbuhan kelenjar mamarea ditambah dengan deposit


lemak untuk memberikan massa pada kelenjar payudara. Pertumbuhan
jauh lebih besar terjadi selama masa kehamilan dan jaringan kelenjar
hanya berkembang sempurna untuk pembentukan air susu. Selama
kehamilan esterogen disekresikan oleh plasenta sehingga duktus payudara
tumbuh dan berkembang, hormon prolaktin, glukokortikoid, adrenal dan
insulin berperan dalam metabolisme protein dalam perkembangan
payudara (Syaifudin,2006).
3.

Fisiologi Menyusui
Perkembangan payudara terjadi pada waktu remaja dan selama
hamil. Selama remaja terjadi perkembangan pada puting susu dan saluran
kelenjar susu. Dan selama hamil terjadi perkembangan kelenjar-kelenjar
susu. Keluarnya air susu dirangsang oleh perubahan homon ibu setelah
melahirkan dan oleh isapan bayi (Jelliffe, 2006).
Segera setelah terjadi kehamilan maka korpus luteum berkembang
terus dan mengeluarkan esterogen dan progesteron, untuk mempersiapkan
payudara, agar pada waktunya dapat memberikan ASI. Esterogen akan
mempersiapkan kelenjar dan saluran ASI dalam bentuk proliferasi, deposit

16

lemak, air dan elektrolit, jaringan ikat semakin banyak dan mioepitel
disekitar kelenjar mamae semakin membesar. Sedangkan progesteron
meningkatkan kematangan kelenjar mamae beserta dengan hormon
lainnya (Manuaba, 2009).
Hormon prolakitn yang sangat penting dalam pembentukan dan
penambahan

pengeluaran

ASI,

tetapi

fungsinya

belum

mampu

mengeluarkan ASI karena dihalangi oleh hormon esterogen, progesteron,


dan human placental lactogen hormone. Oksitoksin meningkat dari
hipofisis posterior, tetapi belum juga berfungsi mengeluarkan ASI karena
dihalangi oleh hormon esterogen dan progesteron (Manuaba, 2009).
Bersamaan dengan membesarnya kehamilan, perkembangan dan
persiapan untuk memberikan ASI makin tampak. Payudara makin besar,
puting susu makin menonjol, pembuluh darah makin tampak, aerola
mamae semakin menghitam (Manuaba, 2009).
Segera setelah persalinan hormon-hormon yang dikeluarkan
plasenta berkurang yang berfungsi menghalangi prolaktin dan oksitoksin.
Untuk mempercepat pengeluaran ASI, segera setelah persalinan, bayi
langsung diisapkan pada puting susu ibunya sehingga terjadi refleks
pengeluaran prolaktin dan oksitoksin. Isapan bayi sangat menguntungkan
karena dapat mempercepat pengeluaran plasenta, serta perdarahan
postpartum dapat dihindari (Manuaba, 2009).

17

4.

Cara Menyusui Bayi


a. Waktu menyusui.
Menyusui sebaliknya dilakukan setelah kelahiran bayi dan
setiap kali bayi ingin menyusui.
b. Langkah menyusui.
Ketika menyusui, duduklah dengan nyaman pada kursi yang
mempunyai sandaran punggung. Gunakanlah bantalan sebagai alas bayi
supaya dekat dengan payudara ibu.
Alangkah baiknya apabila memulai menyusui dengan payudara
kanan. Letakan kepala bayi pada siku bagian dalam lengan kanan ibu.
Sementara badannya menghadap badan ibu. Letakan lengan kiri bayi
diseputar pinggang ibu dan tangan kanan ibu memegang pantat atau
paha kanan bayi.
Ibu hendaknya menyangga payudara kanan dengan keempat jari
tangan kiri di bawahnya dan ibu jari di atasnya, seperti huruf C, tetapi
tidak di atas bagian puting. Sentuhlah mulut bayi dengan puting susu.
Tunggu sampai bayi membuka mulutnya lebar-lebar.
Kemudian, tengadahkan sedikit kepala bayi dan masukan
secepatnya seluruh puting susu sebanyak mungkin daerah yang
berwarna kehitaman ke dalam mulut bayi, sehingga terletak di antara
lidah dan langit-langit mulutnya.

18

Gambar 2.2
Posisi dalam Menyusui
Secara singkat tata cara menyusui adalah sebagai berikut:
1) Ibu harus duduk atau berbaring dengan santai.
2) Pegang bayi pada belakang bahunya, tidak pada dasar kepala.
3) Putar seluruh badan bayi sehingga menghadap ke ibu.
4) Rapatkan dada bayi dengan dada ibu atau bagian bawah payudara
ibu.
5) Tempelkan dagu bayi pada payudara ibu.
6) Dengan posisi ini maka telinga bayi akan berada dalam satu garis
dengan leher dan lengan bayi.
7) Jauhkan hidung bayi dari payudara ibu dengan cara menekan pantat
bayi dengan lengan ibu bagian dalam (Setiawan, 2011).

19

Posisi mulut bayi dan puting susu ibu:


1) Keluarkan ASI sedikit oleskan pada puting susu dan areola.
2) Pegang payudara dengan pegangan seperti membentuk huruf C
yaitu payudara dipegang dengan ibu jari dibagian atas dan jari yang
lain menopang dibawah atau dengan pegangan seperti gunting
(puting susu dan areola dijepit oleh jari telunjuk dan jari tengah
seperti gunting) dibelakang areola.
3) Sentuh pipi/bibir bayi untuk merangsang rooting refleks (refleks
menghisap).
4) Tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar, dan lidah menjulur.
5) Dengan cepat dekatkan bayi ke payudara ibu dengan menekan bahu
belakang bayi bukan belakang kepala.
6) Posisikan puting susu diatas bibir atas bayi dan berhadap-hadapan
dengan hidung bayi.
7) Kemudian arahkan puting susu keatas menyusuri langit-langit mulut
bayi.
8) Usahakan sebagian besar areola masuk ke mulut bayi, sehingga
puting susu berada diantara pertemuan langit-langit yang keras
(palatum durum) dan langit-langit yang lunak (palatum molle).
9) Lidah bayi akan menekan dinding bawah payudara dengan gerakan
memerah sehingga ASI akan keluar.
10) Setelah bayi menyusu atau menghisap payudara dengan baik,
payudara tidak perlu dipegang atau disangga lagi.

20

11) Beberapa ibu sering meletakan jarinya pada payudara dengan


hidung bayi dengan maksud untuk memudahkan bayi bernafas. Hal
ini tidak perlu karena hidung bayi telah dijauhkan dari payudara
dengan cara menekan pantat bayi dengan lengan ibu.
12) Dianjurkan tangan ibu yang

bebas untuk mengelus

bayi

(Setiawan, 2011).
c. Indikator terpenuhinya kebutuhan bayi.
Mungkin yang timbul keraguan di benak para ibu ialah cukup
tidaknya produksi air susunya untuk kebutuhan bayi. Acap kali persepsi
dan komentar negatif yang masuk membuat seorang ibu merasa tidak
mampu menghasilkan ASI dengan cukup. Seorang ibu harus memiliki
optimisme, bahwa mayoritas ibu bisa menghasilkan ASI yang memadai
bagi bayinya. Jumlah ASI yang diproduksi tergantung pada kebutuhan
bayi. Semakin banyak ASI yang dibutuhkan oleh bayi, maka payudara
ibu akan menghasilkan lebih banyak ASI. Bahkan seandainya kesehatan
ibu agak terganggu, lemah atau kurang gizi, seorang ibu masih tetap
bisa menghasilkan ASI yang cukup baginya.
Seorang bayi dianggap cukup mendapatkan ASI jika terdapat
penambahan berat badan yang signifikan, bayi merasa puas dan
kenyang setelah menetek, kemudian tidur selama 2-4 jam, serta buang
air kecil atau besar dengan frekuensi minimal enam kali dalam seharisemalam.

21

d. Makanan ibu menyusui.


Pada prinsipnya, makanan yang diberikan kepada ibu yang
sedang menyusui, harus cukup mengandung kalori (energi) untuk dapat
mengganti energi yang dikeluarkan maupun yang dibutuhkan untuk
menghasilkan air susu. Komposisi bahan makanan yang terkandung
dalam diet diusahakan seimbang dan dapat memenuhi kebutuhan
nutrien untuk menjaga stamina dan berat badan ibu selama penyusuan.
Hendaknya ibu yang sedang menyusui mengkonsumsi lebih banyak
makanan yang mengandung zat besi, zat kapur dan vitamin A. Zat besi
terdapat pada hati, kacangan-kacangan (tahu dan tempe), dan sayuran
yang berwarna hijau tua. Zat kapur terdapat pada ikan teri, hati, susu,
kacang-kacangan dan sayuran. Vitamin A banyak terdapat pada telur,
hati, ikan teri, susu, minyak goreng, sayuran yang berwarna hijau dan
buah-buahan yang berwarna kuning dan orange.
Ibu yang sedang berada pada fase menyusui, sebaiknya
mengurangi konsumsi kopi dan teh, karena dapat mengganggu
penyerapan zat besi. Kalsium juga dapat menghalangi penyerapan zat
besi, waktu minum susu juga perlu diperhatikan. Dianjurkan tidak
minum susu atau sumber kalsium lain, setelah mengkonsumsi makanan
yang mengandung zat besi. Jarak waktu minimal antara pengsumsian
zat besi dengan kalsium adalah 1,5-2 jam (Arif, 2009).

22

D.

Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan


1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah
orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu (Notoadmojo,
2008). Sedangkan menurut Talbot (1995), yang dikutip oleh Potter dan
Perry (2005) pengetahuan adalah informasi, dan penemuan adalah proses
kreatif untuk mempertahankan pengetahuan baru.
2. Tingkatan Pengetahuan
Menurut Benjamin Bloom (1908), pengetahuan dibagi menjadi
beberapa tingkatan yang selanjutnya disebut dengan Taksonomi Bloom.
Menurut Bloom, pengetahuan dibagi atas: tahu (know), memahami
(comprehension), aplikasi (application), analisis (analysis), sintesis
(synthesis), dan evaluasi (evaluation) (Notoadmojo, 2008).
Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif terdiri dari
enam tingkatan sebagai berikut:
a.

Tahu (Know)
Mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
atau mengingat kembali (recoll) terhadap sesuatu spesifik dari seluruh
bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.

b.

Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara

benar

tentang

objek

yang

diketahui

dan

dapat

menginterprestasikan materi tersebut secara benar.

23

c.

Aplikasi (Application)
Aplikasi

diartikan

sebagai

suatu

kemampuan

untuk

menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi


yang sebenarnya. Misalnya dapat melaksanakan atau menggunakan
prinsipprinsip pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang ada.
d.

Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau objek ke dalam komponenkomponen tetapi masih ada kaitannya.
Misalkan dapat membedakan tanda persalinan normal atau tidak
normal.

e.

Sintesis (Synthesis)
Sintesis

menunjukan

kepada

suatu

kemampuan

untuk

meletakan atau menghubungkan bagianbagian dalam suatu bentuk


yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk
menyusun formulasiformulasi yang ada.
f.

Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melaksanakan
penilaian tetap terhadap suatu materi objek. Penilaianpenilaian itu
berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau kriteria yang
telah ada misalnya dapat membandingkan kehamilan atau persalinan
normal dengan kehamilan atau persalinan tidak normal (pathologi).
Pengukuran

pengetahuan

dapat

dilakukan

dengan

wawancara,

24

menanyakan materimateri yang akan diukur dari responden ke dalam


pengetahuan yang kita ketahui (Notoadmojo, 2008).
E.

Kerangka Konseptual
Konsep merupakan abtraksi yang dibentuk oleh generalisasi dari halhal yang khusus (Saryono, 2008).

Pengetahuan Ibu

Teknik Menyusui Yang


Benar

Gambar 2.3
Kerangka Konsep
Dari gambar diagram di atas terlihat bahwa variabel yang diteliti
adalah pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang benar di Ruangan Nifas
RSU Anutapura Palu tahun 2011.

25

Anda mungkin juga menyukai