Anda di halaman 1dari 15

Refarat

LEUKEMIA
Rahma Nilasari
09-777-033
Pembimbing: dr. Christina Kolondam,
Sp.A

Definisi

Merupakan

proliferasi

patologis

dari

leukosit, yang terakumulasi di dalam darah


dan sumsum tulang.

Leukemia yang paling sering ditemukan


pada anak adalah leukemia limfositik akut.

Etiologi
Etiologi

penyakit

ini

masih

belum

jelas,

diduga

disebabkan oleh virus (virus onkogenik). Faktor lain yang


turut berperan adalah:

Faktor eksogen: sinar X, snar radioaktif, hormon, bahan


kimia (benzol, arsen, preparat sulfat), dan infeksi (virus
& bakteri).

Faktor endogen: ras (orang Yahudi mudah menderita


LLK),

faktor

konstitusi

(kelainan

kromosom

seperti

sindrom down), herediter (kakak-beradik atau pada


kembar dari 1 ovum).

Gambaran klinik

Gejala khas LLA: pucat, panas, perdarahan,


disertai

splenomegali

dan

kadang-kadang

hepatomegali serta limfadenopati. Pucat terjadi


secara mendadak dan tanpa sebab yang jelas.
Perdarahan yang ada dapat berupa ekimosis,
epistaksis,

petekie,

perdarahan

gusi,

dan

sebagainya. Pada stadium awal, biasanya tidak


ditemukan splenomegali.

Gejala yang tidak khas: nyeri sendi dan


nyeri tulang yang biasanya salah-artikan
sebagai penyakit reumatik. Gejala lain yang
dapat timbul adalah infiltrasi sel leukemia
pada alat tubuh, seperti lesi purpura pada
kulit, efusi pleura, kejang pada leukemia
cerebral dan sebagainya.

Pemeriksaan penunjang
Laboratorium:

Darah tepi (kelainan sumsum tulang): pansitopenia,


limfositosis yang kadang menyebabkan gambaran
darah tepi monoton dan terdapatnya sel

blas.

Terdapatnya sel blas dalam darah tepi merupakan


gejala patognomonik untuk leukemia.

Sumsum tulang menunjukkan gambaran monoton


yaitu hanya terdiri dari sel limfopoetik patologis
sedangkan sistem lain terdesak (aplasia sekunder).

Biopsi

limpa:

tampak

proliferasi

sel

leukemia dan sel yang berasal dari jaringan


limpa

akan

terdesak

seperti

limfosit

normal, RES, granulosit, pulp cell.

Kimia darah: kolesterol menurun, asam


urat meningkat, hipogamaglobulinemia.

Cairan cerebrospinal: peningkatan jumlah


sel patologis dan protein menunjukkan

Diagnosis

Gejala khas: pucat mendadak dengan atau


tanpa trombositopenia.

Pemeriksaan

sumsum

memastikan diagnosis.

tulang

dapat

Pengobatan
1.Induksi:
-Sistemik:

VCR (vinkristin) 2 mg/m2/minggu, secara IV, sebanyak


6 kali.

ADR (adriamisin) 40 mg/m2/2 minggu, secara Iv,


sebayak 3 kali dan dimulai pada hari ke-3 pengobatan.

Pred (prednison): 50 mg/m2/hari secara oral, selama 5


minggu, kemudian tapering off selama 1 minggu.

SSP: profilaksis:
Metotreksat 10mg/m2/minggu intratekal,
diberikan 5 kali dimulai dengan atau
setelah VCR pertama.
Radiasi kranial dosis total 2400 radiasi
dimulai setelah konsolidasi terakhir
(siklofosfamida).

2.Konsolidasi

MTX 15 mg/m2/hari secara IV, diberikan 3 kali,


dimuali 1 minggu setelah VCR ke-6, dan dilanjutkan
dengan:

6-merkaptopurin

500mg/m2/hari

secara

oral,

diberikan 3 kali.

CPA

(siklofosfamid)

800mg/m2/kali

diberikan

sekaligus pada akhir minggu kedua dari konsolidasi.

3.Rumat:

dimulai

minggu

setelah

konsolidasi terakhir (CPA) dengan:

6-MP 65mg/m2/hari secara oral

MTX 20 mg/m2/minggu secara oral, dibagi


dalam 2 dosis (misalnya: senin dan kamis)

4.Reinduksi: diberikan setiap 3 bulan sejak VCR terakhir.


Selama reinduksi obat-obat rumat dihentikan.
Sistemik:

VCR dosis sam dengan dosis induksi, diberikan 2 kali.

Prednisolon dosis sam dengan dosis induksi, diberikan

1 minggu penuh dan 1 minggu kemudian tapering off.


SSP:
MTX intratekal, dosis sam dengan dosis profilaksis,
diberikan 2 kali.

5.Imunoterapi:

BCG diberikan 2 minggu setelah VCR kedua pada


reinduksi pertama. Dosis 0,6 ml intrakutan, diberikan
pada 3 tempat masing-masing 0,2 ml. Diberikan
sebanyak 3 kali dengan interval waktu 4 minggu.
Obat-obatan

rumat

tetap

dilanjutkan

selama

pengobatan.
Pengobatan seluruhnya dihentikan setelah 3 tahun
tahun remisi terus-menerus.

Terima
Kasih......

Anda mungkin juga menyukai