Anda di halaman 1dari 22

A.

Definisi Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok adalah kumpulan orang-orang yang memiliki hubungan satu sama lain,
saling ketergantungan, mungkin memiliki norma yang sama dan memiliki tujuan bersama.
Masing-masing kelompok memiliki struktur dan identitasnya sendiri. Kekuatan kelompok
terletak pada kontribusi isi dan proses yang dibuat oleh masing-masing anggota dan
pemimpin untuk tujuan bersama kelompok ( Stuart, 2010).
Menurut Pedoman Rehabilitasi Pasien Mental Rumah Sakit Jiwa di Indonesia dalam
Yosep (2009), terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok
pasien bersama-sama dengan jalan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau arahkan
oleh seorang therapist atau petugas kesehatan jiwa yang telah terlatih. Menurut Keliat dan
Akemat (2010), Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) merupakan salah satu tindakan
keperawatan untuk pasien gangguan jiwa dan pelaksanaannya merupakan tanggung jawab
penuh dari seorang perawat. Sedangkan menurut Yosep (2009), terapi kelompok adalah
terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan stimulasi bagi klien
dengan gangguan interpersonal.
Dari teori diatas dapat disimpulkan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah terapi
psikologi (psikoterapi) yang dilakukan dan merupakan tanggung jawab perawat untuk
memberikan stimulasi kepada sekelompok klien gangguan jiwa/ gangguan interpersonal.
B. Tujuan Terapi Kelompok
Menurut Yosep (2009), terapi kelompok mempunyai tujuan therapeutic dan
rehabilitasi. Secara umum, TAK bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menguji
kenyataan (reality testing), membentuk sosialisasi, meningkatkan fungsi psikologis yaitu
meningkatkan kesadaran tentang hubungan antara reaksi emosional diri sendiri dengan
perilaku defensif (bertahan terhadap stress) dan adaptasi, serta membangkitkan motivasi
bagi kemajuan fungsi-fungsi psikologis seperti kognitif dan afektif. Sedangkan tujuan
khususnya adalah melatih pemahaman identitas diri, penyaluran emosi, meningkatkan
keterampilan hubungan sosial untuk diterapkan sehari-hari dan bersifat rehabilitatif.
Pasien-pasien rehabilitatif adalah mereka yang telah sembuh secara medis, tetapi perlu
disiapkan fungsi dan kemampuan untuk persiapan mandiri dan sosial ditengah masyarakat.
Dari segi rehabilitasi terapi kelompok bertujuan meningkatkan kemampuan ekspresi diri,
keterampilan sosial, kepercayaan diri, kemampuan empati, dan meningkatkan pengetahuan
tentang masalah-masalah kehidupan dan pemecahannya.
C. Indikasi dan Kontraindikasi
Semua pasien rehabilitasi perlu mendapatkan terapi kelompok kecuali mereka yang
mengalami psikopat dan sosiopat, selalu diam dan/atau autistik, delusi yang tidak

terkontrol, klien yang mudah bosan, pasien rehabilitasi ambulatory yang tidak termasuk
psikosis berat, tidak menunjukkan gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat dan
orang-orang dengan kepribadian sciozoid serta neurotic, pasien dengan ego psiko patologi
berat yang menyebabkan psikotik kronik sehingga menyebabkan toleransi terhadap
kecemasan rendah dan adaptasi yang kurang (Yosep, 2009).
D. Sasaran dan Keanggotaan
Pada umumnya, sasaran TAK adalah yang memiliki masalah yang sama. Keanggotaan
sebuah TAK mempunyai persyaratan yaitu sudah ada diagnosa atau satu hasil observasi
yang jelas dan klien sudah tidak terlalu gelisah, agresif, incoherent, dan waham yang tidak
terlalu berat sehingga dapat kooperatif dan tidak menggangu berlangsungnya TAK.
E. Fokus Terapi Kelompok
Menurut Yosep (2009), terapi kelompok difokuskan untuk kelompok-kelompok
tertentu sesuai gangguan yang dialami klien, yatu:
1. Orientasi realitas, orientasi terhadap waktu, tempat dan orang dengan karakteristik:
klien dengan gangguan orientasi realita yang dapat berinteraksi dan kooperatif, dapat
berkomunikasi verbal dengan baik dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.
2. Sosialisasi, untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal dengan
karakteristik: klien yang kurang minat mengikuti kegiatan/ tidak ada inisiatif, menarik
diri dan kurang kegiatan sosial, harga diri rendah, klien gelisah, curiga, takut, cemas,
sudah dapat membina hubungan dan mau berinteraksi dengan sehat fisik.
3. Stimulasi persepsi, membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi dengan
karakteristik: klien dengan gangguan persepsi, menarik diri dengan realitas, inisiatif,
kurang ide, kooperatif, sehat fisik dan dapat berkomunikasi verbal.
4. Stimulasi sensori, membantu klien yang mengalami kemunduran

sensori.

Karakteristik: kooperatif, mengalami kemunduran sensoris, sehat fisik, bicara jelas,


waham/ halusinasi terkontrol, mau ikut kegiatan.
5. Penyaluran energi, untuk menyalurkan energi secara konstruktif. Karakteristik: klien
dengan perilaku agresif, potensial amuk, hiperaktif, sehat fisik dan kooperatif.
F. Metode Terapi Kelompok
Menurut Robinson dalam Yosep (2009), metode terapi kelompok terbagi menjadi:
1. Kelompok deduktif. Metode ini bertujuan memberikan pemahaman intelektual
mengenai suatu masalah kepada anggota dengan tehnik pemberian terapi.
2. Kelompok social therapeutic. Metode ini bermanfaat menghasilkan identifikasi,
dorongan, penerimaan, pemahaman, dan penentraman untuk orang-orang yang
menderita penyakit fisik dan emosional, misalnya terapi untuk alkoholik.

3. Kelompok Inspirasi refresif, bergantung pada seorang pemimpin yang kuat dan
otoriter, yang memberikan situasi yang tersusun tetap, membangkitkan perasaan
berkelompok dan respon kelompok.
4. Psiko drama. Suatu metode dengan pengekspresian melalui dramatisasi berbagai
macam bentuk keprbadian, hubungan interpersonal, konflik dan problema emosinal.
5. Kelompok interaksi bebas, meliputi berbagai macam bentuk seperti terapi analisa
kelompok dan terapi psiko analitik.
G. Komponen Kelompok Kecil
Menurut Stuart (2010), sebuah kelompok kecil harus memiliki komponen sebagai
berikut:
1. Structure (struktur): merupakan dasar rangka sebuah kelompok, termasuk batasanbatasan, komunikasi dan proses pembuatan keputusan, membantu mengatur perilaku
dan pola interaksi. Contohnya adalah mengatur waktu dan tempat rapat, aturan
mengenai kehadiran, dan aturan perilaku dalam kelompok, seperti tidak merokok
2.
3.

selama berinteraksi dalam kelompok.


Size ( banyaknya anggota) : besarnya anggota kelompok 7-10 anggota.
Length of sessions (waktu): panjangnya waktu setiap sesi yang optimal adalah 20-40
menit untuk kelompok fungsi yang lebih rendah dan 60-120 menit untuk kelompok

4.

dengan fungsi yang lebih tinggi.


Communication (komunikasi) : umpan balik digunakan untuk membantu anggota

5.

dalam mengidentifikasi dinamika kelompok dan pola komunikasi.


Roles (peran): ditentukan oleh perilaku dan tanggung jawab yang diasumsikan oleh

6.
7.

anggota kelompok.
Power: kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dan anggota lainnya
Norms (peraturan): standar perilaku dalam kelompok mempengaruhi komunikasi dan

8.

perilaku, komunikasi terang-terangan atau komunikasi terselubung.


Cohesin (solidaritas): kekuatan keinginan anggota untuk bekerja sama menuju tujuan
bersama.

H. Pengembangan Kelompok
Kelompok mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kelompok
berkembang menurut serangkaian tiga tahap interpersonal, yaitu inklusi: berada didalam
atau keluar, kontrol: menjadi atas atau bawah, afeksi: menjadi dekat atau jauh. Setiap
tahap ditandai oleh anggota mengekspresikan berbagai aspek dari masalah atau konflik
interpersonal yang sama (Stuart, 2010).
Menurut Judith Haber dalam Yosep (2009), perkembangan kelompok dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
1. Tahap ketidakpastian. Pada fase ini terdapat banyak keluhan yang dirasakan oleh
anggota kelompokdiantaranya keragu-raguan, perasaan tidak cocok diantara anggota,

rasa permusuhan terhadap pemimpin. Pada fase ini anggota sering merasa bahwa
setiap komentar atau interpretasi pemimpin adalah kritikan terhadap mereka, sehingga
pemimpin harus sering mengingatkan pada kelompok bahwa yang dikatakannya
hanyalah suatu komentar, bukan kritikan.
2. Tahap Overagresif. Pada fase ini perselisihan sering diabaikan oleh kelompok dan
pemimpin dan mulai muncul rasa tertarik pada anggota kelompok.
3. Tahap Regresi. Regresi tidak muncul dari suatu keinginan untuk memanipulasi orang
lain secara spontan. Pertama anggota merasa cemas dan ada keinginan untuk
meninggalkan anggota yang regres. Sehingga saat ini penting bagi pemimpin untuk
bertindak dan menanyakan pada anggota yang mengalami regres tentang apa yang
dialaminya sehingga memudahkan pemimpin untuk mengarahkan perilakunya kepada
kenyataan.
4. Tahap adaptasi. Pada tahap ini anggota kelompok mulai menerima anggota lain
terhadap kelemahan dan kecacatan sementara tingkah laku yang kepada yang lainnya
dapat diterima.
Menurut Stuart (2010), pengembangan kelompok terdiri dari tiga fase, yaitu:
1. Fase Pregroup
Faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika memulai sebuah kelompok
adalah tujuan yang harus dimengerti oleh semua anggota kelompok. Setelah
menetapkan tujuan pemimpin harus yakin bahwa kelompok tersebut memiliki izin
administratif, yaitu proposal kelompok. Pemimpin bertanggung jawab untuk
menemukan ruang fisik dimana kelompok dapat bertemu dan memilih anggota.
Sistematika penulisan proposal TAK menurut Yosep (2009) adalah lampiran anggota
kelompok, lembar pengesahan, daftar isi, latar belakang, pengertian, metode TAK,
tujuan, kriteria klien, waktu pelaksanaan, nama peserta dan ruangan, media dan alat,
susunan pelaksana, uraian tugas pelaksana, mekanisme kegiatan, pengaturan tempat,
tata tertib dan program antisipasi, evaluasi, lampiran lembar evaluasi, perkembangan
klien dalam TAK dan yang terakhir adalah daftar pustaka.
2. Fase Awal
Menurut Yalom (2005) dalam Stuart (2010), fase awal dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu orientasi, konflik dan tahap kohesif. Tahapan orientasi, untuk mengidentifikasi
tugas, hubungan dependen dengan pemimpin, anggota kelompok lain atau standars
yang sudah ada ditentukan. Tahapan konflik, anggota kelompok menolak tugas dan
kelompok yang berpengaruh, menanggapi tugas secara emosional, dan konflik antar
kelompok. Tahapan kohesif, perlawanan terhadap kelompok diatasi oleh anggota,

anggota merasa bebas untuk memberikan informasi dan mengungkapkan diri, berbagi
kepedulian yang lebih intim.
3. Fase Kerja
Pada fase ini kelompok menjadi sebuah tim dan mengarahkan energi untuk
menyelesaikan tugasnya sehingga terjadi pemecahan masalah secara kreatif dan
munculnya solusi.
4. Fase Terminasi
Ada dua tipe terminasi yaitu terminasi kelompok secara keseluruhan dan terminasi
anggota individu.
I. Evaluasi Kelompok
Evaluasi kelompok didasarkan pada pencapaian tujuan individu dan hasil kelompok
yang diharapkan. Catatan rincian setiap sesi kelompok harus deskriptif untuk membantu
mengidentifikasi pencapaian tujuan. Sebelum, selama dan pada akhir kelompok, dokter
harus menggunakan skala penilaian perilaku untuk menilai kemajuan menuju hasil yang
diharapkan dan penting untuk mengidentifikasi hasil tertentu sehingga dampak intervensi
kelompok keperawatan dapat dikomunikasikan kepada konsumen dan organisasi
pelayanan kesehatan ( Stuart, 2010).
Evaluasi dalam terapi kelompok terdiri dari evaluasi input, proses dan hasil. Evaluasi
input meliputi persiapan, penyelesaian klien, tempat dan pengaturan ruangan. Evaluasi
proses meliputi peran therapis disesuaikan dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan
aktivitas kelompok dan cara mengatasi masalah yang timbul. Sedangkan evaluasi hasil
dapat dinilai melalui format evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara subjektif dan
objektif. Secara subjektif, anggota kelompok merasa telah menemukan tujuan hidupnya
dalam lingkup kelompok tersebut. Sedangkan secara objektif dapat dilihat dari adanya
perubahan tingkah laku yang dialami yang merupakan hasil pengalaman mereka dalam
kelompok dan sumbangan peran dari anggota kelompok itu (Yosep, 2009).
J. Perawat Sebagai Pemimpin Kelompok
Menurut Stuart (2010), perawat adalah pemimpin kelompok yang harus dapat
mempelajari dan berpartisipasi di dalam kelompok pada waktu yang sama. Pemimpin
harus memantau kelompok terus menerus dan, bila diperlukan, bantu kelompok dalam
mencapai tujuannya. Kualitas perawat pemimpin yang efektif adalah kualitas yang sama
pentingnya dalam hubungan terapeutik, yaitu dimensi responsif dan empati, keiklasan dan
kehangatan. Pemimpin harus memiliki kreativitas, kemampuan komunikasi asertif, mampu
mengorganisasi informasi dan mengidentifikasi tema pada setiap sesi. Seorang perawat
pemimpin juga harus memiliki humor. Tipe kelompok yang dipimpin perawat termasuk
task groups, self-help groups, educational groups, supportive therapy groups,

psychotherapy groups, brief therapy groups, intensive problem-solving groups, dan peer
support groups.

Terapi Aktivitas Kelompok


Stimulasi Persepsi

Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001). Terapi
kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2007). Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
(Keliat,2004). Fokus TAK stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang mengalami
kemunduran orientasi dengan karakteristik : pasien dengan gangguan persepsi; halusinasi,
menarik diri dengan realita, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik dan dapat
berkomunikasi verbal (Yosef, 2007). Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah
pasien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya. Sementara tujuan khususnya; pasien dapat mempersepsikan stimulus
yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari
stimulus yang dialami (Darsana, 2007). Indikasi TAK stimulasi persepsi yakni : pasien
dengan resiko perilaku kekerasan, pasien dengan halusinasi, pasien dengan harga diri rendah
dan pasien dengan isolasi sosial. TAK stimulasi persepsi terdiri dari perilaku 4 jenis meliputi :
1. TAK Stimulasi Persepsi Umum :
1. Sesi I : Menonton TV
2. Sesi II : Membaca majalah / koran

3. Sesi III : Melihat gambar


2. TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol perilaku kekerasan :
1. Sesi I : Mengenal perilaku kekerasan
2. Sesi II : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan fisik
3. Sesi III : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan interaksi sosial asertif
4. Sesi IV : Mencegah perilaku kekerasan dengan kagiatan patuh minum obat
5. Sesi V : Mencegah perilaku kekerasan dengan kegiatan ibadah
3. TAK Stimulasi Persepsi Harga Diri Rendah
1. Sesi I : Mengidentifikasi aspek positif
2. Sesi II : Melatih kemampuan dan aspek positif
4.TAK Stimulasi Persepsi Mengontrol Halusinasi
Halusinasi adalah persepsi sensori yang salah atau pengalaman persepsi eksternal
yang tidak realita atau tidak ada. (Videbeck, 2008). Halusinasi adalah suatu keadaan dimana
individu mengalami suatu perubahan dalam jumlah atau pola rangsang yang mendekat ( baik
yang dimulai eksternal maupun internal) disertai dengan respon yang berkurang, dibesarbesarkan, distorsi atau kerusakan rangsang tertentu (Townsend, 1998 dikutip dari Yosep
2007). Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya rangsangan
(stimulus) eksternal (Stuart & Laraia, 2001). Tanda dan gejala halusinasi (Townsend, 1998)
yakni ; berbicara sendiri, tersenyum atau tertawa sendiri, disorientasi, pikiran cepat berubahubah,bersikap seperti mendengar, konsentrasi rendah, berhenti berbicara di tengah-tengah
kalimat untuk mendengarkan sesuatu, kekacauan alur pikir dan respon tidak sesuai. Salah
satu penyebab dari perubahan sensori perseptsual : halusinasi yaitu isolasi social : menarik
diri. Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,
menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993). Terapi Aktivitas Kelompok
Stimulasi Persepsi : halusinasi adalah TAK yang diberikan dengan memberikan stimulus pada
pasien halusinasi sehingga pasien bisa mengontrol halusinasinya ( Purwaningsih dan Karlina,
2010). Dimana aktivitasnya pasien mempersepsikan stimulus yang tidak nyata (halusinasi)
dan respon yang dialami kemudian didiskusikan dalam kelompok dan hasil diskusi kelompok
berupa kesepakatan persepsi dan alternatif penyelesaian masalah. TAK stimulasi persepsi :
halusinasi terdiri atas lima sesi, dimana masing-masing sesi terdiri atas kegiatan yaitu :
1. Sesi 1 mengenal halusinasi
Tujuan : pasien dapat mengenal halusinasi, mengenal waktunya halusinasi, mengenal
situasi terjadinya halusinasi dan mengenal perasaannya pada saat terjadi halusinasi.
2. Sesi 2 mengontrol halusinasi dengan menghardik halusinasi
Tujuan : pasien dapat menjelaskan cara yang selama ini dilakukan untuk mengatasi
halusinasi, dapat memahami cara menghardik halusinasi dan dapat memperagakan
cara menghardik halusinasi

3. Sesi 3 mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan


Tujuan : pasien dapat memahami pentingnya melakukan kegiatan untuk mencegah
munculnya halusinasi dan dapat menyusun jadwal kegiatan untuk mencegah
terjadinya halusinasi
4. Sesi 4 mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
Tujuan : pasien memahami pentingnya bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah munculnya halusinasi dan dapat bercakap-cakap dengan orang lain untuk
mencegah halusinasi.
5. Sesi 5 mengontrol halusinasi dengan minum obat
Tujuan : pasien memahami pentingmya minum obat, memahami akibat tidak patuh
minum obat dan dapat menyebutkan lima benar cara minum obat
Langkah-langkah kegiatan TAK stimulasi persepsi : halusinasi dalam setiap sesinya terdapat
tahapan-tahan, yakni tahap persiapan, tahap orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi dengan
menggunakan metode diskusi, tanya jawab dan simulasi atau bermain peran.

Terapi Aktivitas Kelompok


Kelompok,

seperti

individu,

memiliki

kapasitas

untuk

pertumbuhan

dan

perkembangan. Juga, mereka memiliki kemampuan untuk mundur dan menolak bekerja
secara efektif. Tuckman berteori bahwa konsep sentral pembangunan kelompok adalah
ketergantungan dan saling ketergantungan.Tuckman percaya bahwa setiap kelompok
berkaitan dengan penyelesaian tugasnya. Ia mengacu kepada struktur kelompok sebagai
hubungan interpersonal antara anggota dan aktivitas tugas sebagai interaksi langsung
berhubungan dengan tugas.Setiap tahap dicirikan oleh anggota mengekspresikan berbagai
aspek masalah antarpribadi yang sama atau konflik.
Dalam pengembangan kelompok, fase mungkin tumpang tindih, atau kelompok
mungkin mundur ke tahap sebelumnya. misalnya, regresi kelompok dapat terjadi ketika
anggota baru ditambahkan. Fase pengembangan kelompok dapat dianggap jalan yang
kelompok diperlukan untuk membentuk dan mencapai tujuannya. Tugas pemimpin adalah
untuk memahami dan membantu kelompok ketika bergerak sepanjang jalur pertumbuhan.
(Stuart & Laraia, 2001).
Proses keperawatan dalam TAK

Seperti dalam psikoterapi individu, seorang perawat melakukan terapi kelompok tidak
menerapkan proses keperawatan. Terapis/Perawat akan menilai anggota kelompok dan
menerapkan strategi untuk membantu klien mecapai tujuan, terapis dipandu oleh teori
psikoterapi. Pengkajian seorang terapis akan dalam hal teori tertentu dan tidak akan
mengarah pada diagnosis keperawatan. Dalam beberapa pendekatan untuk terapi kelompok,
terapis tidak akan mengidentifikasi hasil, melainkan akan fokus pengalaman di masa kini.
Dengan demikian, fungsi perawat sebagai terapis kelompok berbeda dari perawat
menerapkan proses keperawatan untuk klien. Contoh kasus berikut disajikan untuk
menggambarkan peran keperawatan dalam membangun, melaksanakan dan mengevaluasi
intervensi kelompok, menyoroti penekanan pada peran perawat dalam kelompok.(Norren &
Lawrence, 1998)
TAK Orientasi Realtitas
Terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas adalah upaya untuk mengorientasikan
keadaaan nyata pada klien, yaitu dari diri sendiri, oranglain, lingkungan/tampat dan waktu.
(Kliat, 2005). Klien dengan gangguan jiwa psikotik mengalami penurunan daya nilai realitas.
Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu dan orang-orang disekitarnya. Hal ini dapat
menyebabkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. perlu
adanya aktivitas yang memberikan stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas
lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, tempat dan waktu.
Tujuan : tujuan umum adalah klien mampu mengenali orang, tempat dan waktu sesuai dengan
kenyataan. Sedangkan tujuan khusus :

Klien mampu mengenal tempat ia berada dan pernah berada.


Klien mengenal waktu dengan tepat
Klien dapat mengenal diri sendiri dan orang disekitarnya dengan tepat.

Aktivitas dan indikasi


Aktivitas yang dilakukan tiga sesi berupa aktivitas pengenalan orang, tempat dan waktu.
Klien yang mempunyai indikasi TAK orientasi realitas adalah klien halusinasi, dimensia,
kebingungan, tidak kenal dirinya: salah mengenal oranglain: tempat dan waktu
Contoh TAK orientasi Realitas
Sesi 1 : pengenalan orang

Tujuan

Klien mampu mengenal nama-nama perawat


Klien mampu mengenal nama-nama klien

Setting

Terapis dan klien duduk bersama dalam lingkaran


Ruangan nyaman dan tenang

Alat

Papan nama sejumlah klien dan perawat yang ikut TAK


Spidol, bola tenis, tape recorder, kaset dangdut

Metode

Dinamika kelompok
Diskusikan dan tanya jawab

Langkah kegiatan
1. Persiapan
Memilih klien sesuai dengan indikasi, membuat kontrak dengan klien,
mepersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Salam terapeutik : salam dari terapis kepada klien
Evaluasi validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
Kontrak : terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang. Tera[is
menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin pada petugas, lama kegiatan 45 menit, setiap klien
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
Terapis mebagikan papan nama untuk masing klien
Terapis meminta klien menyebutkan nama lengkap, panggilan, dan asal
Terapis meminta klien menulisakan nama panggilan pada papan nama yang

dibagikan
Terapis meminta klien memperkenalkan diri secara berurutan, searah jarum

jam dimulai dengan terapis, meliputi nama lengkap, panggian, asal dan hobi.
Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan, saat
musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu klien ke klien yang lain. Saat

musik dihentiksn, klien yang sedang memegang bola tenis menyebutkan nama

lengkap, penggilan, asal dan hobi dari klien yang lain.


Ulangi langkah sampai semua klien mendapatkan giliran
Terapis meberikan pujian untuk setiap keberhasilan klien dengan mengajak
klien lain bertepuk tangan.

4. Tahap terminasi
Evaluasi : terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, Terapis

memberikan pujian atas keberhasilan kelompok


Tindak lanjut: terapis menganjurkan klien menyapa oranglain sesuai dengan

nama panggilan
Kontrak yang akan datang: terapis meberikan kontrak untuk TAK yang akan
datang yaitumengenal waktu , menyepakati waktu yang tempat.

Evaluasi
Dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas
orang, kemampuan klien yang diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal
dan hobi klien lain. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 TAK : Orientasi realitas orang, kemampuan mengenal oranglain
No

Aspek yang dinilai

1
2

Menyebutkan nama klien lain


Menyebutkan nama panggilan klien

3
4

yang lain
Menyebutkan asal klien yang lain
Menyebutkan hobi klien lain

Nama

Nama

Nama

Nama

Nama

klien

klien

klien

klien

klien

Petunjuk : tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien., untuk tiap
klien beri penilaian tentang kemampuan klien mengetahui nama, panggilan, hobi, asal klien
lain. Beri tanda checklist jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi pada catatan proses keperawatan tiap klien. contoh klien mengikuti TAK
orientasi realitas orang. Klien mampu menyebutkan nama, panggilan, asal dan hobi klien lain
sebelahnnya. Anjurkan klien mengenal nama klien lain diruangan.

Sesi 2 : pengenalan tempat


Tujuan

Klien mampu mengenal nama rumah sakit


Klien mampu mengenal nama ruangan tempat dirawat
Klien mampu mengenal kamar tidur
Klien mampu mengenal tempat tidur
Klien mengenal ruang perawat, ruang istirahat, ruang makan, kamar mandi, dan toilet.

Setting

Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran


Ruangan tempat perawatan klien

Alat

Tape recorder
Kaset lagu dangdut
Bola tenis

Metode

Diskusi kelompok
Orientasi lapangan

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
mengingatkan kontrak pada klien pesserta sesi 1 TAK orientasi realitas
mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Salam terapeutik, salam dari terapis kepada klien
Evaluasi dan validasi
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama klien lain.
Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat
Menjelaskan aturan main yaitu : jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin pada terapis, lama kegiatan 45 menit
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapi selesai.
3. Tahap kerja

Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama ruangan, klien diberi
kesempatan menjawab. Beri pujian pada klien yang mampu menjawab dengan

tepat.
Terapis menjelaskan dengan menyalakan tape recorder lagu dangdut, sedangkan
bola tenis diedarkan dari satu peserta ke peserta yang lain searah jarum jam. pada
saat lagu berhenti, klien yang sedang memegang bola tenis akan diminta

menyebutkan nama rumah sakit dan nama ruangan tempat klien dirawat.
Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan meminta klien yang
memegang bola tenis untuk menyebutkan nama ruangan dan nama rumah sakit.

Kegiatan ini diulang sampai semua peserta mendapat giliran.


Terapis memberikan pujian saat klien telah menyebutkan dengan benar.
Terapis mengajak klien berkeliling serta menjelaskan nama dan fungsi ruanagan

yang ada.
Kantor perawat, toilet, kamar mandi, ruang istirahat, ruang TAK, dan ruanagn

lainnya.
4. Tahap terminasi
Evaluasi
Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menghapal nama-nama tempat
Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan yang akan datang, yaitu mengenal waktu.
Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi
realitas tempat, kemampuan klien yang dihartapkan adalah mengenal tempat rumah sakit
Sesi 3 pengenalan waktu
Tujuan

Klien dapat mengenal waktu dan tempat


Klien dapat mengenal tanggal dengan tepat
Klien dapat mengenal hari dengan tepat.
Klien dapat mengenal tahun dengan tepat.

Setting

Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran

Klien berada di ruangan yang ada kalender dan jam dinidng

Alat

Kalender
Jam dinding
Tape recorder
Kaset lagu dangdut
Bola tenis

Metode

Diskusi
Tanya jawab

Langkah Kegiatan
1. Persiapan
Mengingatkan kotrak dengan klien peserta sesi 2 TAK orientasi realitas.
Mempersiapakan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Salam terapeutik, salam dari terapis kepada klien, terapis dank lien memakai nama
Evaluasi dan validasi
Terapis menanykan perasaan klien saat ini
Terapis menanyakan apakah klien mmasih ingat nama-nama ruangan yang sudah

dipelajari.
Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal waktu.
Menjelaskan aturan main yaitu :
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.

Lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
Terapis menjelaskan akan menghidupkan tape recorder, sedangkan bola tenis
diedarkan dari satu klien ke klien lain. Pada saat music berhenti, klien yang

memegang bola menjawab pertanyaan dari terapis.


Terapis menghidupkan music, klien mengedrkan bola secara bergantian searah
jarum jam, saat music berhenti klienn yang memegang boal siap menjawab
pertanyaan terapis tentang tanggal, hari, bulan, tahun dan jam saat itu. Kegiatan

ini diulang sampai klien semua mendapatkan giliran.


4. Tahap terminasi
Evaluasi
Terapis menanyakan perasaan kliensetelah mengikuti TAK

Evaluasi

Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok


Tindak lanjut
Terapis meminta klien member tanda atau mangganti kalender setiap hari.
Kontrak yang akan datang
Menyepakati TAK yang akan datang sesuai dengan indikasi klien.
Menyepakati waktu dan tempat

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung. Khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas
waktu kemampuan klien yang diharapkan adalah mengenal waktu, hari, tanggal, bulan, dan
tahun

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK SOSIALISASI

Pada terapi aktivitas kelompok, pasien diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam sebuah sesi
bersama sekelompok individu lainnya yang tergabung dalam suatu kelompok terapi tersebut.
Para anggota kelompok terapi mempunyai tujuan yang sama dan diharapkan memberi
bantuan atau kontribusi kepada kelompok terapi untuk membantu anggota kelompok atau
individu yang lain dan juga mendapat bantuan dari anggota kelompok terapi yang lain
(Videbeck. 2001).
Pada kegiatan terapi kelompok, pasien dapat mempelajari cara baru memandang masalah dan
cara koping atau cara menyelesaikan masalah dan juga membantu pasien untuk mempelajari
ketrampilan interpersonal yang penting. Misalnya melalui interaksi atau hubungan dengan
anggota kelompok terapi yang lain, pasien seringkali menerima umpan balik tentang cara
anggota yang lain mempersepsikan dan bereaksi terhadap suatu masalah yang dihadapi oleh
mereka dan perilaku mereka. Hal ini merupakan informasi yang sangat penting bagi banyak
pasien penderita gangguan jiwa yang sering kali mengalami kesulitan dengan keterampilan
interpersonalnya dalam menyelesaikan suatu masalah atau menghadapi masalah yang
beragam (Videbeck. 2001).
Pada umumnya yang menjadi sasaran dari terapi kelompok adalah yang memiliki masalah
yang sama. Dimana anggotanya terdiri dari berbagai macam kelompok unur, jenis kelamin
dan kepribadian.

Adapun hasil terapeutik yang diharapkan dalam terapi aktifitas kelompok menurut Yalom
(1995) dalam Videbeck (2001) meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.

Klien memperoleh informasi atau pembelajaran baru


Klien memperoleh inspirasi atau harapan
Klien berinteraksi dengan orang lain
Klien merasa diterima dan timbul rasa memiliki
Klien menyadari bahwa ia tidak sendirian dan orang lain memiliki masalah yang sama
Klien memahami masalah dan perilakunya dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi

orang lain
7. Klien mengutamakan kepentingan orang lain (altruisme)

Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan salah satu terapi kelompok yang bisa
dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa. Terapi ini diharapkan dapat memacu pasien
untuk melakukan hubungan interpersonal yang adekuat. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
ini bertujuan mengembangkan sosialiasi dimana pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi
kepada individu yang ada disekitar pasien. Sosialisasi ini dapat dilakukan secara bertahap dan
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi
dalam kelompok. (Keliat. 2005)
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali

tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin

merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Keliat. 2010).
Menurut (keliat. 2010) TAK atau terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk
pasien isolasi sosial adalah TAK sosialisasi. TAK sosialisasi ini terdiri dari 7 sesi yang
meiputi hal-hal berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sesi 1 Kemampuan memperkenalkan diri


Sesi 2 Kemampuan berkenalan
Sesi 3 Kemampuan bercakap-cakap
Sesi 4 Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
Sesi 5 Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
Sesi 6 Kemampuan berkerja sama
Sesi 7 Evaluasi kemampuan sosilalisasi

Dalam keliat, (2010) Tujuan keperawatan yang diharapkan dapat tercapai pada terapi
aktivitas kelompok sosialisasi terhadap pasien isolasi sosial antara lain :
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien kadang membutuhkan waktu
yang lama dan interaksi yang sering serta singkat, karena tidak mudah bagi pasien
untuk percaya pada orang lain. Oleh karena itu perawat harus tetap konsisten bersikap
terapeutik terhadap pasien.
2. Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial
Yaitu dengan cara menanyakan kepada pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain dan menanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain
3. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
Yaitu dengan membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Hal ini dapat dicapai dengan cara bantu pasien mengenal manfaat berhubungan
dengan orang lain dan manfaat mempunyai banyak teman, serta bantu pasien untuk
mengenal kerugian apabila tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria pasien yang dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok, antara lain:
1. Pasien tenang dan kooperatif
2. Pembicaraan jelas
3. Keadaan fisik klien yang sehat dan baik
Dalam TAK sosialisasi ini perawat bertugas sebagai terapis dan membagi peran dengan tim
perawat antara lain sebagai Leader yang memimpin jalannya TAK, Co Leader sebagai
operator dan membantu leader menjalankan TAK, Fasilitator yang memfasilitasi anggota
kelompok TAK untuk berperan aktif, Observer yang mengobservasi respon klien, mengamati
dan mencatat setiap respon klien.

Post Traumatic Stress Disorder


(Definisi, Jenis Jenis Peristiwa yang Menyebabkan PTSD dan Batasan Karakteristik)

Menurut American Psychological Assosiation (2014), Post traumatic Stress Disorder


(PTSD) adalah masalah kecemasan yang terjadi pada beberapa orang setelah mengalami
kejadian trauma yang sangat hebat, kekerasan, kejadian atau bencana alam. Klien dengan
PTSD akan mengalami pikiran yang menggangu, kilas balik, mimpi buruk, menghindari
semua ingatan mereka pada trauma dan memiliki rasa cemas.
Sedangkan menurut Stein D. J, Friedman M., & Blanco C.(2011), PSTD adalah suatu
peristiwa yang dialami dan mengancam jiwa dan ancaman ketahanan fisik diri sendiri atau
orang lain yang menyebabkan rasa takut, tidak berdaya, dan suasana mencekam.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa PTSD merupakan kondisi
yang terjadi setelah terjadinya trauma yang mengakibatkan tanda gejala yang menimbulkan
ketidakefetifan dalam kehidupan sehari hari.
Menurut Stein D. J, Friedman M., & Blanco C.(2011) jenis jenis peristiwa traumatik
yang menyebabkan terjadinya PTSD adalah :
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

Perang
Bencana alam
Serangan fisik
Pelecehan seksual atau kekerasan
Ancaman dengan senjata
Kecelakaan yang serius
Penyakit
Kematian yang tak terduga oleh orang yang dicintai

Sedangkan menurut Wilkinson J. M & Ahern N. R (2012), batasan karakteristik pada


Sindrom Pasca Trauma yaitu secara subjektif berupa marah atau mengamuk, kecemasan,
ketakutan, kilas balik, gangguan lambung, berduka, rasa bersalah, sakit kepala, tidak berdaya,
mimpi yang mengganggu, pikiran yang mengganggu, mimpi buruk, palpitasi, melaporkan
mati rasa dan malu. Sedangkan secara objektif ditunjukan dengan agresi, pengasingan,
perubahan kondisi dan perasaan, menghindar, perilaku kompulsif, menyangkal, depresi,

memisahkan diri, kesulitan konsentrasi, enuresis (pada anak), respons kaget yang berlebihan,
kengerian, sikap hati hati yang berlebihan, iritabilitas, iritabilitas neurosensorik, serangan
panik, amnesia psikogenik, represi, dan penyalahgunaan zat
Post Taumatic Stress Disorder (PTSD)
Definisi: Respon maladafpif yang terus berlangsung terhadap kejadian taumatik dan
melelahkan
Batasan Karakteristik
Subjektif
-

Marah atau mengamuk


Kecemasan
Ketakutan
Kilas balik
Gangguan lambung
Berduka
Rasa bersalah
Sakit kepala

Tidak berdaya
Mimpi yang mengganggu
Pikiran yang menganggu
Mimpi buruk
Palpitasi
Melaporkan mati rasa
Malu

Enuresis (pada anak)


Respon kaget yang berlebihan
Kengerian
Sikap hati-hati yang berlebihan
Iritabilitas
Iritabilitas neurosensorik
Serangan panik
Amnesia psikogenik
Represi

Objektif
-

Agresi
Pengasingan
Perubahan kondisi alam perasaan
Menghindar
Perilaku kompulsif
Menyangkal
Depresi
Memisahkan diri
Kesulitan konsentrasi
Penyalahgunaan obat

Faktor yang Berhubungan


1. Penganiayaan (fisik dan psikososial)
2. Menjadi tawanan perang
3. Korban tindak criminal
4. Bencana alam
5. Epidemic
6. Kejadian diluar kewajaran pengalaman manusia
7. [perang militer]
8. [perkosaan]
9. Kecelakaan serius (misalnya: kecelakaan industry dan kendaraan bermotor)
10. Ancaman serius atau cedera pada diri atau pada orang yang dicintai
11. Perusakan rumah atau komunitas seseorang secara tiba-tiba

12. Penyiksaan
13. Kejadian tragis yang menyebabkan banyak korban jiwa
14. Peperangan
15. Menyaksikan mutilasi, kematian tragis, atau peristiwa mengerikan lainnya.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Koping: keluarga, penurunan atau ketidakmampuan


Koping, ketidakefektifan
Sindrom trauma perkosaan: reaksi kompleks
Sindrom trauma perkosaan: reaksi diam
Mutilasi diri, risiko
Bunuh diri, risiko
Perilaku kekerasan: terhadap diri sendiri, risiko

Hasil NOC
1. Pemulihan dari penganiayaan: Emosional: tingkat penyembuhan cedera psikologis
akibat penganiayaan
2. Pemulihan dari penganiayaan: Finansial: tingkat pengendalian keuangan dan
masalah hukum setelah mengalami eksploitasi finansial
3. Pemulihan dar penganiayaan: Seksual: tingkat penyembuhan cedera fisik dan
psikologis akibat penganiayaan atau eksploitasi seksual
4. Tingkat ansietas: Kepearahan manifestasi ketakutan, ketegangan, atau kegelisahan
akibat sumber yang tidak jelas
5. Koping: Tindakan individu untuk mengatasi stressor yang membebani sumbersumber individu
6. Tingkat depresi: Keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat
terhadap peristiwa kehidupan
7. Tingkat Ketakutan: Keparahan manifestasi rasa takut, ketegangan, atau kegelisahan
yang berasal dari sumber yang jelas
8. Tingkat Ketakutan: Anak-anak: Keparahan manifestasi rasa takut, ketegangan, atau
kegelisahan yang berasal dari sumber yang jelas pada anak-anak dari usia 1 tahun
sampai 11 tahun
9. Pengendalian Diri Terhadap Impuls: Kemampuan untuk menahan diri dari perilaku
kompulsif atau impulsive
10. Restrain Mutilasi-Diri: Tindakan personal untuk menahan diri dari perilaku
mencederai diri sendiri yang disengaja (tidak mematikan

Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh menggunakan bahasa NOC

Menunjukan Pemulihan dari Penganiayaan: Seksual, yang dibuktikan oleh


indikator sebagai berikut (sebutkan1-5 tidak ada, terbatas, cukup, banyak, atau luas):
Mengekspresikan hak untuk dilindungi dari penganiayaan
Penyembuhan sedera fisik

Meredakan rasa marah dengan cara yang tidak merusak


Memperlihatkan hubungan dengan lawan jenis yang sesuai
Menunjukan Pemulihan dari Penganiayaan: Seksual: yang dibuktikan oleh
indikator sebagai berikut (sebutkan1-5 tidak ada, terbatas, cukup, banyak, atau luas):
Mengungkapkan secara verbal perasaan terhadap penganiayaan
Gangguan tidur
Depresi
Mutilasi diri
Upaya bunuh diri

Intervensi NIC
1. Penurunan Ansietas: Meminimalkan rasa khawatir, ketakutan, prasangka, atau
kegelisahan yang berhubungan dengan sumber bahaya atau ancaman yang tidak jelas
2. Manajemen Perilaku: Mencederai Diri Sendiri: membantu klien untuk
menurunkan atau menghilangkan perilaku memutilasi diri sendiri atau menganiaya
diri sendiri
3. Peningkatan Koping: Membantu klien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor,
perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran dalam
kehidupan
4. Konseling: Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan,
masalah, atau perasaan klien dan orang terdekatnya untuk meningkatkan atau
mendukung koping, penyelesaian masalah, dan hubungan interpersonal
5. Bantuan Sumber Finansial: Membantu individu dan keluarga untuk mengamankan
dan mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
6. Latihan Mengendalikan Impuls: membantu klien untuk memediasi perilaku
impulsif melalui penerapan strategi penyelesaian masalah dalam mengahadapi situasi
social dan interpersonal
7. Manajemen Alam Perasaan: Memberikan Keamanan, stabilisasi, pemulihan dan
pemeliharaan pada klien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi
maupun peningkatan alam perasaan
8. Terapi Trauma Perkosaan: Memberikandukungan emosi dan fisik segera setelah
mendapat laporan perkosaan
9. Peningkatan Keamanan: Mengintensifkan rasa keamanan fisik dan psikologis klien
10. Pencegahan Bunuh Diri: Menurunkan risiko terjadinya perilaku membahayakan diri
sendiri dengan tujuan mengakhiri hidup
11. Peningkatan Sistem Pendukung: memfasilitasi dukungan bagi klien, keluarga,
teman dan komunitas
12. Terapi Trauma: Anak: Menggunakan proses interaktif dalam membantu mengatasi
trauma yang di alami anak.

Referensi:
Wilkinson, J., M., & Ahern, N.,R. (2012) Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosa
NANDA, intervensi NIC, Kriteria hasil NOC (Dwi:Widiarti). Jakarta: EGC

Keliat, B.A. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. (2010). Principles and practice of psychiatric nursing. Ten edition. St. Louis:
Mosby Year Book
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Kelliat, Budi Anna & Akemat.2010.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
Yosep,Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC
Stein D. J, Friedman M., & Blanco C.(2011) Post Traumatic Stress Disorder. United
Kingdom : Wiley
Wilkinson J. M & Ahern N. R (2012) Buku Saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC(Dwi:Widiarti). Jakarta : EGC.
American Psychiatric Association. (2014). Post Traumatic Stress Disorder. Dikutip dari
http://www.apa.org/topics/ptsd/index.aspx pada tanggal 4 Oktober 2014 pukul
20.15 WIB.
Keliat, Budi. Anna. (2005). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : Penerbit
buku Kedokteran EGC
Keliat, Budi. Anna. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 7th
edition. St. Louis : Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1987). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 3rd
edition. St. Louis : Mosby Company
Videbeck, L. Sheila. (2001). Psychiatric Mental Health Nursing. Lippincott : Williams and
Wilkins
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rafika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai