terkontrol, klien yang mudah bosan, pasien rehabilitasi ambulatory yang tidak termasuk
psikosis berat, tidak menunjukkan gejala regresi dan halusinasi dan ilusi yang berat dan
orang-orang dengan kepribadian sciozoid serta neurotic, pasien dengan ego psiko patologi
berat yang menyebabkan psikotik kronik sehingga menyebabkan toleransi terhadap
kecemasan rendah dan adaptasi yang kurang (Yosep, 2009).
D. Sasaran dan Keanggotaan
Pada umumnya, sasaran TAK adalah yang memiliki masalah yang sama. Keanggotaan
sebuah TAK mempunyai persyaratan yaitu sudah ada diagnosa atau satu hasil observasi
yang jelas dan klien sudah tidak terlalu gelisah, agresif, incoherent, dan waham yang tidak
terlalu berat sehingga dapat kooperatif dan tidak menggangu berlangsungnya TAK.
E. Fokus Terapi Kelompok
Menurut Yosep (2009), terapi kelompok difokuskan untuk kelompok-kelompok
tertentu sesuai gangguan yang dialami klien, yatu:
1. Orientasi realitas, orientasi terhadap waktu, tempat dan orang dengan karakteristik:
klien dengan gangguan orientasi realita yang dapat berinteraksi dan kooperatif, dapat
berkomunikasi verbal dengan baik dan kondisi fisik dalam keadaan sehat.
2. Sosialisasi, untuk memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal dengan
karakteristik: klien yang kurang minat mengikuti kegiatan/ tidak ada inisiatif, menarik
diri dan kurang kegiatan sosial, harga diri rendah, klien gelisah, curiga, takut, cemas,
sudah dapat membina hubungan dan mau berinteraksi dengan sehat fisik.
3. Stimulasi persepsi, membantu klien yang mengalami kemunduran orientasi dengan
karakteristik: klien dengan gangguan persepsi, menarik diri dengan realitas, inisiatif,
kurang ide, kooperatif, sehat fisik dan dapat berkomunikasi verbal.
4. Stimulasi sensori, membantu klien yang mengalami kemunduran
sensori.
3. Kelompok Inspirasi refresif, bergantung pada seorang pemimpin yang kuat dan
otoriter, yang memberikan situasi yang tersusun tetap, membangkitkan perasaan
berkelompok dan respon kelompok.
4. Psiko drama. Suatu metode dengan pengekspresian melalui dramatisasi berbagai
macam bentuk keprbadian, hubungan interpersonal, konflik dan problema emosinal.
5. Kelompok interaksi bebas, meliputi berbagai macam bentuk seperti terapi analisa
kelompok dan terapi psiko analitik.
G. Komponen Kelompok Kecil
Menurut Stuart (2010), sebuah kelompok kecil harus memiliki komponen sebagai
berikut:
1. Structure (struktur): merupakan dasar rangka sebuah kelompok, termasuk batasanbatasan, komunikasi dan proses pembuatan keputusan, membantu mengatur perilaku
dan pola interaksi. Contohnya adalah mengatur waktu dan tempat rapat, aturan
mengenai kehadiran, dan aturan perilaku dalam kelompok, seperti tidak merokok
2.
3.
4.
5.
6.
7.
anggota kelompok.
Power: kemampuan untuk mempengaruhi kelompok dan anggota lainnya
Norms (peraturan): standar perilaku dalam kelompok mempengaruhi komunikasi dan
8.
H. Pengembangan Kelompok
Kelompok mempunyai kapasitas untuk tumbuh dan berkembang. Setiap kelompok
berkembang menurut serangkaian tiga tahap interpersonal, yaitu inklusi: berada didalam
atau keluar, kontrol: menjadi atas atau bawah, afeksi: menjadi dekat atau jauh. Setiap
tahap ditandai oleh anggota mengekspresikan berbagai aspek dari masalah atau konflik
interpersonal yang sama (Stuart, 2010).
Menurut Judith Haber dalam Yosep (2009), perkembangan kelompok dibagi menjadi
empat tahap, yaitu:
1. Tahap ketidakpastian. Pada fase ini terdapat banyak keluhan yang dirasakan oleh
anggota kelompokdiantaranya keragu-raguan, perasaan tidak cocok diantara anggota,
rasa permusuhan terhadap pemimpin. Pada fase ini anggota sering merasa bahwa
setiap komentar atau interpretasi pemimpin adalah kritikan terhadap mereka, sehingga
pemimpin harus sering mengingatkan pada kelompok bahwa yang dikatakannya
hanyalah suatu komentar, bukan kritikan.
2. Tahap Overagresif. Pada fase ini perselisihan sering diabaikan oleh kelompok dan
pemimpin dan mulai muncul rasa tertarik pada anggota kelompok.
3. Tahap Regresi. Regresi tidak muncul dari suatu keinginan untuk memanipulasi orang
lain secara spontan. Pertama anggota merasa cemas dan ada keinginan untuk
meninggalkan anggota yang regres. Sehingga saat ini penting bagi pemimpin untuk
bertindak dan menanyakan pada anggota yang mengalami regres tentang apa yang
dialaminya sehingga memudahkan pemimpin untuk mengarahkan perilakunya kepada
kenyataan.
4. Tahap adaptasi. Pada tahap ini anggota kelompok mulai menerima anggota lain
terhadap kelemahan dan kecacatan sementara tingkah laku yang kepada yang lainnya
dapat diterima.
Menurut Stuart (2010), pengembangan kelompok terdiri dari tiga fase, yaitu:
1. Fase Pregroup
Faktor penting yang harus dipertimbangkan ketika memulai sebuah kelompok
adalah tujuan yang harus dimengerti oleh semua anggota kelompok. Setelah
menetapkan tujuan pemimpin harus yakin bahwa kelompok tersebut memiliki izin
administratif, yaitu proposal kelompok. Pemimpin bertanggung jawab untuk
menemukan ruang fisik dimana kelompok dapat bertemu dan memilih anggota.
Sistematika penulisan proposal TAK menurut Yosep (2009) adalah lampiran anggota
kelompok, lembar pengesahan, daftar isi, latar belakang, pengertian, metode TAK,
tujuan, kriteria klien, waktu pelaksanaan, nama peserta dan ruangan, media dan alat,
susunan pelaksana, uraian tugas pelaksana, mekanisme kegiatan, pengaturan tempat,
tata tertib dan program antisipasi, evaluasi, lampiran lembar evaluasi, perkembangan
klien dalam TAK dan yang terakhir adalah daftar pustaka.
2. Fase Awal
Menurut Yalom (2005) dalam Stuart (2010), fase awal dibagi menjadi tiga tahapan,
yaitu orientasi, konflik dan tahap kohesif. Tahapan orientasi, untuk mengidentifikasi
tugas, hubungan dependen dengan pemimpin, anggota kelompok lain atau standars
yang sudah ada ditentukan. Tahapan konflik, anggota kelompok menolak tugas dan
kelompok yang berpengaruh, menanggapi tugas secara emosional, dan konflik antar
kelompok. Tahapan kohesif, perlawanan terhadap kelompok diatasi oleh anggota,
anggota merasa bebas untuk memberikan informasi dan mengungkapkan diri, berbagi
kepedulian yang lebih intim.
3. Fase Kerja
Pada fase ini kelompok menjadi sebuah tim dan mengarahkan energi untuk
menyelesaikan tugasnya sehingga terjadi pemecahan masalah secara kreatif dan
munculnya solusi.
4. Fase Terminasi
Ada dua tipe terminasi yaitu terminasi kelompok secara keseluruhan dan terminasi
anggota individu.
I. Evaluasi Kelompok
Evaluasi kelompok didasarkan pada pencapaian tujuan individu dan hasil kelompok
yang diharapkan. Catatan rincian setiap sesi kelompok harus deskriptif untuk membantu
mengidentifikasi pencapaian tujuan. Sebelum, selama dan pada akhir kelompok, dokter
harus menggunakan skala penilaian perilaku untuk menilai kemajuan menuju hasil yang
diharapkan dan penting untuk mengidentifikasi hasil tertentu sehingga dampak intervensi
kelompok keperawatan dapat dikomunikasikan kepada konsumen dan organisasi
pelayanan kesehatan ( Stuart, 2010).
Evaluasi dalam terapi kelompok terdiri dari evaluasi input, proses dan hasil. Evaluasi
input meliputi persiapan, penyelesaian klien, tempat dan pengaturan ruangan. Evaluasi
proses meliputi peran therapis disesuaikan dengan perencanaan, pelaksanaan kegiatan
aktivitas kelompok dan cara mengatasi masalah yang timbul. Sedangkan evaluasi hasil
dapat dinilai melalui format evaluasi. Evaluasi dapat dilakukan secara subjektif dan
objektif. Secara subjektif, anggota kelompok merasa telah menemukan tujuan hidupnya
dalam lingkup kelompok tersebut. Sedangkan secara objektif dapat dilihat dari adanya
perubahan tingkah laku yang dialami yang merupakan hasil pengalaman mereka dalam
kelompok dan sumbangan peran dari anggota kelompok itu (Yosep, 2009).
J. Perawat Sebagai Pemimpin Kelompok
Menurut Stuart (2010), perawat adalah pemimpin kelompok yang harus dapat
mempelajari dan berpartisipasi di dalam kelompok pada waktu yang sama. Pemimpin
harus memantau kelompok terus menerus dan, bila diperlukan, bantu kelompok dalam
mencapai tujuannya. Kualitas perawat pemimpin yang efektif adalah kualitas yang sama
pentingnya dalam hubungan terapeutik, yaitu dimensi responsif dan empati, keiklasan dan
kehangatan. Pemimpin harus memiliki kreativitas, kemampuan komunikasi asertif, mampu
mengorganisasi informasi dan mengidentifikasi tema pada setiap sesi. Seorang perawat
pemimpin juga harus memiliki humor. Tipe kelompok yang dipimpin perawat termasuk
task groups, self-help groups, educational groups, supportive therapy groups,
psychotherapy groups, brief therapy groups, intensive problem-solving groups, dan peer
support groups.
Kelompok adalah kumpulan individu yang memiliki hubungan satu dengan yang lain,
saling bergantung dan mempunyai norma yang sama (Stuart & Laraia, 2001). Terapi
kelompok adalah terapi psikologi yang dilakukan secara kelompok untuk memberikan
stimulasi bagi pasien dengan gangguan interpersonal (Yosep, 2007). Terapi Aktivitas
Kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah terapi yang menggunakan aktivitas sebagai
stimulus terkait dengan pengalaman dan atau kehidupan untuk didiskusikan dalam kelompok.
(Keliat,2004). Fokus TAK stimulasi persepsi adalah membantu pasien yang mengalami
kemunduran orientasi dengan karakteristik : pasien dengan gangguan persepsi; halusinasi,
menarik diri dengan realita, kurang inisiatif atau ide, kooperatif, sehat fisik dan dapat
berkomunikasi verbal (Yosef, 2007). Adapun tujuan dari TAK stimulasi persepsi adalah
pasien mempunyai kemampuan untuk menyelesaikan masalah yang diakibatkan oleh paparan
stimulus kepadanya. Sementara tujuan khususnya; pasien dapat mempersepsikan stimulus
yang dipaparkan kepadanya dengan tepat dan menyelesaikan masalah yang timbul dari
stimulus yang dialami (Darsana, 2007). Indikasi TAK stimulasi persepsi yakni : pasien
dengan resiko perilaku kekerasan, pasien dengan halusinasi, pasien dengan harga diri rendah
dan pasien dengan isolasi sosial. TAK stimulasi persepsi terdiri dari perilaku 4 jenis meliputi :
1. TAK Stimulasi Persepsi Umum :
1. Sesi I : Menonton TV
2. Sesi II : Membaca majalah / koran
seperti
individu,
memiliki
kapasitas
untuk
pertumbuhan
dan
perkembangan. Juga, mereka memiliki kemampuan untuk mundur dan menolak bekerja
secara efektif. Tuckman berteori bahwa konsep sentral pembangunan kelompok adalah
ketergantungan dan saling ketergantungan.Tuckman percaya bahwa setiap kelompok
berkaitan dengan penyelesaian tugasnya. Ia mengacu kepada struktur kelompok sebagai
hubungan interpersonal antara anggota dan aktivitas tugas sebagai interaksi langsung
berhubungan dengan tugas.Setiap tahap dicirikan oleh anggota mengekspresikan berbagai
aspek masalah antarpribadi yang sama atau konflik.
Dalam pengembangan kelompok, fase mungkin tumpang tindih, atau kelompok
mungkin mundur ke tahap sebelumnya. misalnya, regresi kelompok dapat terjadi ketika
anggota baru ditambahkan. Fase pengembangan kelompok dapat dianggap jalan yang
kelompok diperlukan untuk membentuk dan mencapai tujuannya. Tugas pemimpin adalah
untuk memahami dan membantu kelompok ketika bergerak sepanjang jalur pertumbuhan.
(Stuart & Laraia, 2001).
Proses keperawatan dalam TAK
Seperti dalam psikoterapi individu, seorang perawat melakukan terapi kelompok tidak
menerapkan proses keperawatan. Terapis/Perawat akan menilai anggota kelompok dan
menerapkan strategi untuk membantu klien mecapai tujuan, terapis dipandu oleh teori
psikoterapi. Pengkajian seorang terapis akan dalam hal teori tertentu dan tidak akan
mengarah pada diagnosis keperawatan. Dalam beberapa pendekatan untuk terapi kelompok,
terapis tidak akan mengidentifikasi hasil, melainkan akan fokus pengalaman di masa kini.
Dengan demikian, fungsi perawat sebagai terapis kelompok berbeda dari perawat
menerapkan proses keperawatan untuk klien. Contoh kasus berikut disajikan untuk
menggambarkan peran keperawatan dalam membangun, melaksanakan dan mengevaluasi
intervensi kelompok, menyoroti penekanan pada peran perawat dalam kelompok.(Norren &
Lawrence, 1998)
TAK Orientasi Realtitas
Terapi aktivitas kelompok : orientasi realitas adalah upaya untuk mengorientasikan
keadaaan nyata pada klien, yaitu dari diri sendiri, oranglain, lingkungan/tampat dan waktu.
(Kliat, 2005). Klien dengan gangguan jiwa psikotik mengalami penurunan daya nilai realitas.
Klien tidak lagi mengenali tempat, waktu dan orang-orang disekitarnya. Hal ini dapat
menyebabkan klien merasa asing dan menjadi pencetus terjadinya ansietas pada klien. perlu
adanya aktivitas yang memberikan stimulus secara konsisten kepada klien tentang realitas
lingkungan, yaitu diri sendiri, orang lain, tempat dan waktu.
Tujuan : tujuan umum adalah klien mampu mengenali orang, tempat dan waktu sesuai dengan
kenyataan. Sedangkan tujuan khusus :
Tujuan
Setting
Alat
Metode
Dinamika kelompok
Diskusikan dan tanya jawab
Langkah kegiatan
1. Persiapan
Memilih klien sesuai dengan indikasi, membuat kontrak dengan klien,
mepersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Salam terapeutik : salam dari terapis kepada klien
Evaluasi validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
Kontrak : terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal orang. Tera[is
menjelaskan aturan main berikut: jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin pada petugas, lama kegiatan 45 menit, setiap klien
mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap kerja
Terapis mebagikan papan nama untuk masing klien
Terapis meminta klien menyebutkan nama lengkap, panggilan, dan asal
Terapis meminta klien menulisakan nama panggilan pada papan nama yang
dibagikan
Terapis meminta klien memperkenalkan diri secara berurutan, searah jarum
jam dimulai dengan terapis, meliputi nama lengkap, panggian, asal dan hobi.
Terapis menjelaskan langkah berikutnya: tape recorder akan dinyalakan, saat
musik terdengar bola tenis dipindahkan dari satu klien ke klien yang lain. Saat
musik dihentiksn, klien yang sedang memegang bola tenis menyebutkan nama
4. Tahap terminasi
Evaluasi : terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK, Terapis
nama panggilan
Kontrak yang akan datang: terapis meberikan kontrak untuk TAK yang akan
datang yaitumengenal waktu , menyepakati waktu yang tempat.
Evaluasi
Dilakukan pada saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas
orang, kemampuan klien yang diharapkan adalah dapat menyebutkan nama, panggilan, asal
dan hobi klien lain. Formulir evaluasi sebagai berikut :
Sesi 1 TAK : Orientasi realitas orang, kemampuan mengenal oranglain
No
1
2
3
4
yang lain
Menyebutkan asal klien yang lain
Menyebutkan hobi klien lain
Nama
Nama
Nama
Nama
Nama
klien
klien
klien
klien
klien
Petunjuk : tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien., untuk tiap
klien beri penilaian tentang kemampuan klien mengetahui nama, panggilan, hobi, asal klien
lain. Beri tanda checklist jika klien mampu dan tanda silang jika klien tidak mampu.
Dokumentasi
Dokumentasi pada catatan proses keperawatan tiap klien. contoh klien mengikuti TAK
orientasi realitas orang. Klien mampu menyebutkan nama, panggilan, asal dan hobi klien lain
sebelahnnya. Anjurkan klien mengenal nama klien lain diruangan.
Setting
Alat
Tape recorder
Kaset lagu dangdut
Bola tenis
Metode
Diskusi kelompok
Orientasi lapangan
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
mengingatkan kontrak pada klien pesserta sesi 1 TAK orientasi realitas
mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
2. Orientasi
Salam terapeutik, salam dari terapis kepada klien
Evaluasi dan validasi
Terapis menanyakan perasaan klien saat ini
Menanyakan apakah klien masih mengingat nama-nama klien lain.
Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal tempat yang biasa dilihat
Menjelaskan aturan main yaitu : jika ada klien yang ingin meninggalkan
kelompok, harus minta izin pada terapis, lama kegiatan 45 menit
setiap klien mengikuti kegiatan dari awal samapi selesai.
3. Tahap kerja
Terapis menanyakan kepada klien nama rumah sakit, nama ruangan, klien diberi
kesempatan menjawab. Beri pujian pada klien yang mampu menjawab dengan
tepat.
Terapis menjelaskan dengan menyalakan tape recorder lagu dangdut, sedangkan
bola tenis diedarkan dari satu peserta ke peserta yang lain searah jarum jam. pada
saat lagu berhenti, klien yang sedang memegang bola tenis akan diminta
menyebutkan nama rumah sakit dan nama ruangan tempat klien dirawat.
Terapis menyalakan tape recorder, menghentikan lagu, dan meminta klien yang
memegang bola tenis untuk menyebutkan nama ruangan dan nama rumah sakit.
yang ada.
Kantor perawat, toilet, kamar mandi, ruang istirahat, ruang TAK, dan ruanagn
lainnya.
4. Tahap terminasi
Evaluasi
Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
Tindak lanjut
Terapis menganjurkan klien untuk menghapal nama-nama tempat
Kontrak yang akan datang
Menyepakati kegiatan yang akan datang, yaitu mengenal waktu.
Menyepakati waktu dan tempat.
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek
yang di evaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi
realitas tempat, kemampuan klien yang dihartapkan adalah mengenal tempat rumah sakit
Sesi 3 pengenalan waktu
Tujuan
Setting
Alat
Kalender
Jam dinding
Tape recorder
Kaset lagu dangdut
Bola tenis
Metode
Diskusi
Tanya jawab
Langkah Kegiatan
1. Persiapan
Mengingatkan kotrak dengan klien peserta sesi 2 TAK orientasi realitas.
Mempersiapakan alat dan tempat pertemuan.
2. Orientasi
Salam terapeutik, salam dari terapis kepada klien, terapis dank lien memakai nama
Evaluasi dan validasi
Terapis menanykan perasaan klien saat ini
Terapis menanyakan apakah klien mmasih ingat nama-nama ruangan yang sudah
dipelajari.
Kontrak
Terapis menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu mengenal waktu.
Menjelaskan aturan main yaitu :
Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin pada terapis.
Lama kegiatan 45 menit, setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai.
3. Tahap Kerja
Terapis menjelaskan akan menghidupkan tape recorder, sedangkan bola tenis
diedarkan dari satu klien ke klien lain. Pada saat music berhenti, klien yang
Evaluasi
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung. Khususnya pada tahap kerja. Aspek yang
dievaluasi adalah kemampuan klien sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK orientasi realitas
waktu kemampuan klien yang diharapkan adalah mengenal waktu, hari, tanggal, bulan, dan
tahun
Pada terapi aktivitas kelompok, pasien diharapkan dapat ikut berpartisipasi dalam sebuah sesi
bersama sekelompok individu lainnya yang tergabung dalam suatu kelompok terapi tersebut.
Para anggota kelompok terapi mempunyai tujuan yang sama dan diharapkan memberi
bantuan atau kontribusi kepada kelompok terapi untuk membantu anggota kelompok atau
individu yang lain dan juga mendapat bantuan dari anggota kelompok terapi yang lain
(Videbeck. 2001).
Pada kegiatan terapi kelompok, pasien dapat mempelajari cara baru memandang masalah dan
cara koping atau cara menyelesaikan masalah dan juga membantu pasien untuk mempelajari
ketrampilan interpersonal yang penting. Misalnya melalui interaksi atau hubungan dengan
anggota kelompok terapi yang lain, pasien seringkali menerima umpan balik tentang cara
anggota yang lain mempersepsikan dan bereaksi terhadap suatu masalah yang dihadapi oleh
mereka dan perilaku mereka. Hal ini merupakan informasi yang sangat penting bagi banyak
pasien penderita gangguan jiwa yang sering kali mengalami kesulitan dengan keterampilan
interpersonalnya dalam menyelesaikan suatu masalah atau menghadapi masalah yang
beragam (Videbeck. 2001).
Pada umumnya yang menjadi sasaran dari terapi kelompok adalah yang memiliki masalah
yang sama. Dimana anggotanya terdiri dari berbagai macam kelompok unur, jenis kelamin
dan kepribadian.
Adapun hasil terapeutik yang diharapkan dalam terapi aktifitas kelompok menurut Yalom
(1995) dalam Videbeck (2001) meliputi :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
orang lain
7. Klien mengutamakan kepentingan orang lain (altruisme)
Terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan salah satu terapi kelompok yang bisa
dilaksanakan dalam praktek keperawatan jiwa. Terapi ini diharapkan dapat memacu pasien
untuk melakukan hubungan interpersonal yang adekuat. Terapi aktivitas kelompok sosialisasi
ini bertujuan mengembangkan sosialiasi dimana pasien dibantu untuk melakukan sosialisasi
kepada individu yang ada disekitar pasien. Sosialisasi ini dapat dilakukan secara bertahap dan
interpersonal (satu dan satu), kelompok, dan massa. Aktivitas dapat berupa latihan sosialisasi
dalam kelompok. (Keliat. 2005)
Isolasi sosial adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain (Keliat. 2010).
Menurut (keliat. 2010) TAK atau terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk
pasien isolasi sosial adalah TAK sosialisasi. TAK sosialisasi ini terdiri dari 7 sesi yang
meiputi hal-hal berikut :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Dalam keliat, (2010) Tujuan keperawatan yang diharapkan dapat tercapai pada terapi
aktivitas kelompok sosialisasi terhadap pasien isolasi sosial antara lain :
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya
Untuk membina hubungan saling percaya dengan pasien kadang membutuhkan waktu
yang lama dan interaksi yang sering serta singkat, karena tidak mudah bagi pasien
untuk percaya pada orang lain. Oleh karena itu perawat harus tetap konsisten bersikap
terapeutik terhadap pasien.
2. Pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosial
Yaitu dengan cara menanyakan kepada pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain dan menanyakan penyebab pasien tidak ingin berinteraksi dengan orang
lain
3. Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
Yaitu dengan membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
Hal ini dapat dicapai dengan cara bantu pasien mengenal manfaat berhubungan
dengan orang lain dan manfaat mempunyai banyak teman, serta bantu pasien untuk
mengenal kerugian apabila tidak berhubungan dengan orang lain
Kriteria pasien yang dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok, antara lain:
1. Pasien tenang dan kooperatif
2. Pembicaraan jelas
3. Keadaan fisik klien yang sehat dan baik
Dalam TAK sosialisasi ini perawat bertugas sebagai terapis dan membagi peran dengan tim
perawat antara lain sebagai Leader yang memimpin jalannya TAK, Co Leader sebagai
operator dan membantu leader menjalankan TAK, Fasilitator yang memfasilitasi anggota
kelompok TAK untuk berperan aktif, Observer yang mengobservasi respon klien, mengamati
dan mencatat setiap respon klien.
Perang
Bencana alam
Serangan fisik
Pelecehan seksual atau kekerasan
Ancaman dengan senjata
Kecelakaan yang serius
Penyakit
Kematian yang tak terduga oleh orang yang dicintai
memisahkan diri, kesulitan konsentrasi, enuresis (pada anak), respons kaget yang berlebihan,
kengerian, sikap hati hati yang berlebihan, iritabilitas, iritabilitas neurosensorik, serangan
panik, amnesia psikogenik, represi, dan penyalahgunaan zat
Post Taumatic Stress Disorder (PTSD)
Definisi: Respon maladafpif yang terus berlangsung terhadap kejadian taumatik dan
melelahkan
Batasan Karakteristik
Subjektif
-
Tidak berdaya
Mimpi yang mengganggu
Pikiran yang menganggu
Mimpi buruk
Palpitasi
Melaporkan mati rasa
Malu
Objektif
-
Agresi
Pengasingan
Perubahan kondisi alam perasaan
Menghindar
Perilaku kompulsif
Menyangkal
Depresi
Memisahkan diri
Kesulitan konsentrasi
Penyalahgunaan obat
12. Penyiksaan
13. Kejadian tragis yang menyebabkan banyak korban jiwa
14. Peperangan
15. Menyaksikan mutilasi, kematian tragis, atau peristiwa mengerikan lainnya.
Diagnosa Keperawatan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Hasil NOC
1. Pemulihan dari penganiayaan: Emosional: tingkat penyembuhan cedera psikologis
akibat penganiayaan
2. Pemulihan dari penganiayaan: Finansial: tingkat pengendalian keuangan dan
masalah hukum setelah mengalami eksploitasi finansial
3. Pemulihan dar penganiayaan: Seksual: tingkat penyembuhan cedera fisik dan
psikologis akibat penganiayaan atau eksploitasi seksual
4. Tingkat ansietas: Kepearahan manifestasi ketakutan, ketegangan, atau kegelisahan
akibat sumber yang tidak jelas
5. Koping: Tindakan individu untuk mengatasi stressor yang membebani sumbersumber individu
6. Tingkat depresi: Keparahan alam perasaan melankolis dan kehilangan minat
terhadap peristiwa kehidupan
7. Tingkat Ketakutan: Keparahan manifestasi rasa takut, ketegangan, atau kegelisahan
yang berasal dari sumber yang jelas
8. Tingkat Ketakutan: Anak-anak: Keparahan manifestasi rasa takut, ketegangan, atau
kegelisahan yang berasal dari sumber yang jelas pada anak-anak dari usia 1 tahun
sampai 11 tahun
9. Pengendalian Diri Terhadap Impuls: Kemampuan untuk menahan diri dari perilaku
kompulsif atau impulsive
10. Restrain Mutilasi-Diri: Tindakan personal untuk menahan diri dari perilaku
mencederai diri sendiri yang disengaja (tidak mematikan
Tujuan/Kriteria Evaluasi
Contoh menggunakan bahasa NOC
Intervensi NIC
1. Penurunan Ansietas: Meminimalkan rasa khawatir, ketakutan, prasangka, atau
kegelisahan yang berhubungan dengan sumber bahaya atau ancaman yang tidak jelas
2. Manajemen Perilaku: Mencederai Diri Sendiri: membantu klien untuk
menurunkan atau menghilangkan perilaku memutilasi diri sendiri atau menganiaya
diri sendiri
3. Peningkatan Koping: Membantu klien untuk beradaptasi dengan persepsi stresor,
perubahan, atau ancaman yang menghambat pemenuhan tuntutan dan peran dalam
kehidupan
4. Konseling: Menggunakan proses bantuan interaktif yang berfokus pada kebutuhan,
masalah, atau perasaan klien dan orang terdekatnya untuk meningkatkan atau
mendukung koping, penyelesaian masalah, dan hubungan interpersonal
5. Bantuan Sumber Finansial: Membantu individu dan keluarga untuk mengamankan
dan mengelola keuangan untuk memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan
6. Latihan Mengendalikan Impuls: membantu klien untuk memediasi perilaku
impulsif melalui penerapan strategi penyelesaian masalah dalam mengahadapi situasi
social dan interpersonal
7. Manajemen Alam Perasaan: Memberikan Keamanan, stabilisasi, pemulihan dan
pemeliharaan pada klien yang mengalami disfungsi alam perasaan baik depresi
maupun peningkatan alam perasaan
8. Terapi Trauma Perkosaan: Memberikandukungan emosi dan fisik segera setelah
mendapat laporan perkosaan
9. Peningkatan Keamanan: Mengintensifkan rasa keamanan fisik dan psikologis klien
10. Pencegahan Bunuh Diri: Menurunkan risiko terjadinya perilaku membahayakan diri
sendiri dengan tujuan mengakhiri hidup
11. Peningkatan Sistem Pendukung: memfasilitasi dukungan bagi klien, keluarga,
teman dan komunitas
12. Terapi Trauma: Anak: Menggunakan proses interaktif dalam membantu mengatasi
trauma yang di alami anak.
Referensi:
Wilkinson, J., M., & Ahern, N.,R. (2012) Buku Saku Diagnosa Keperawatan: Diagnosa
NANDA, intervensi NIC, Kriteria hasil NOC (Dwi:Widiarti). Jakarta: EGC
Keliat, B.A. & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC
Stuart, G.W. (2010). Principles and practice of psychiatric nursing. Ten edition. St. Louis:
Mosby Year Book
Yosep, I. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama
Kelliat, Budi Anna & Akemat.2010.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta :
EGC
Yosep,Iyus. 2007. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama.
Stuart, Gail W. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Edisi 5. Jakarta : EGC
Stein D. J, Friedman M., & Blanco C.(2011) Post Traumatic Stress Disorder. United
Kingdom : Wiley
Wilkinson J. M & Ahern N. R (2012) Buku Saku Diagnosa Keperawatan : Diagnosa
NANDA, Intervensi NIC, Kriteria Hasil NOC(Dwi:Widiarti). Jakarta : EGC.
American Psychiatric Association. (2014). Post Traumatic Stress Disorder. Dikutip dari
http://www.apa.org/topics/ptsd/index.aspx pada tanggal 4 Oktober 2014 pukul
20.15 WIB.
Keliat, Budi. Anna. (2005). Keperawatan Jiwa : Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta : Penerbit
buku Kedokteran EGC
Keliat, Budi. Anna. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Stuart, G.W & Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 7th
edition. St. Louis : Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen, S.J. (1987). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 3rd
edition. St. Louis : Mosby Company
Videbeck, L. Sheila. (2001). Psychiatric Mental Health Nursing. Lippincott : Williams and
Wilkins
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung : PT Rafika Aditama.