Pada dasarnya tedapat dua pendekatan utama dalam peramalan dengan metode
kuantitatif. Pertama adalah pendekatan Times services, yakni model yang tidak memperhatikan
hubungan sebab akibat atau hanya memeperhatikan data dari masa lalu yang tersedia. Pada
pedekatan ini diperlukan banyak data dari masa lalu dan tentu saja tingkat akurasi yang
diharapkan tidak dapat berlebihan terkecuali pada masa lalu tidak terjad perubahan yang
melonjak serta masa yang akan dating tidak terjadi perubahan yang mendasar.
Pendekatan kedua adalah pendekatan yang memperhatikan hubungan sebab akibat.
Model ini diharapkan dapat memiliki tingkat akurasi yang memadai dan dapat meliputi jangka
waktu yang panjang karena secara eksplisit
Prosedur peramalan
Secara ringkas prosedur peramalan permintaab yang di lakukan dalam studi kelayakan melalui
tahapan sebagaia berikut:
a. Analisa ekonomi, yaitu dengan mengadakan proyeksi terhadap
Rp
155.000,00
: Rp
: Rp
: Rp
: Rp
: Rp
: Rp
: RP
679.000,00
634.000,00
450.000,00
13.900,00
2.975,00
1.775,00
21.275,00
Rp 1.806.590,00
Rp 1.961.590,00
Biaya Total
Jadi biaya produksi per kg berat hidup =
1.961.590,00 : 1.583,04 = Rp 1.239,13
Angaran enterprise dapat di pakai untuk menentukan break even harga atau hasil
Biaya total
BEPharga
=
Hasil yang diharapkan
Biaya total
BEPhasil =
Harga output
Rp 1.961.590,00
BEPharga ( 1 kg broiler) =
1.583,04 kg
= Rp 1.293,13
Rp 1.961.590,00
BEPhasil
=
Rp 1.500,00
= 1.300 kg
Break even ini dapat berubah sesuai dengan harga produk atau jumlah hasilnya. Bila harga
produk turun, agar terjadi break even maka hasil harus lebih tinggi dan sebaliknya. Demikian
pula untuk BEP harga, bila hasil per satuan makin besar maka BEP dapat lebih kecil.
2. Anggaran partial
Dalam perencanaan perubahan usaha tani anggaran partial sering digunakan. Sisitem
yang dipakai adalah hanya menghitung perubahan-perubahan keuntungan dan biaya akibat usul
perubahan suatau usaha.
Di dalam menyusun anggaran ini perlu pengelompokan pertanyaan yaitu:
a. Tambahan biaya apa yang akan dikeluarkan dan berapa.
b. Bagian pendapatan usaha tani yang mana pada system lama yang akan berkurang dan
berapa.
c. Pendapatan tambahan apa yang akan diperoleh pada system yang diusulkan dan
berapa.
d. Bagian biaya apa yang berkurang pada system yang diusulkan dan berapa.
Dari dua pertanyaan yang pertama akan didapat berapa berkurangnya pendapatan dan dari dua
pertanyaan yang terakhir akan didapat berapa tambahan pendapatan yang diperoleh dari usulan
yang baru. Bila perbedaan itu positif maka usulan baru tersebut memberikan keuntungan, sedang
bila negative, usulan baru tersebut akan memberi kerugian.
Perubahan usulan yang biasa masuk dalam anggaran partial:
a. Substitusi usaha (product substitution) : misalnya usaha pembibitan (cow-calf) diganti
dengan usaha penggemukan pedet-pedet jantan.
b. Substitusi input (factor substitution) : misalnya buruh diganti tenaga kerja ternak.
Konsentrat diganti hijauan, dan lain-lainnya.
c. Merubah ukuran usaha, yaitu dapat menambah atau mengurangi ternak dan lainlainnya.
Contoh penggunaan anggaran partial :
Diusulkan penambahan 50 sapi bibit pada suatu usaha peternakan. Akibat penambahan
itu perlu sebagian tanah yang tadinya untuk produksi biji-bijian dirubah untuk produksi hijauan
yaitu sejumlah 50 ha.
Penyusunan anggaran adalah sebagai berikut:
Tambahan biaya Rp (000)
Biaya tetap
- Interest
1.800
- Depresiasi
300
- Pajak
100
Biaya variable
- Obat-obatan
200
- Feed supplement
750
- Hay
1.200
- Alat-alat
300
- Perawatan pasture 1.500
Berkurangnya pendapatan :
Produksi biji-bijian
9.600
Berkurangnya biaya :
Pupuk
1.500
Biji
400
Herbicida
300
Mesin
700
Total tambahan pendapatan dan berkurangnya
biaya per tahun = Rp 16.012,00 (000) = Rp
262,00 (positif)
Jadi dalam usulan usaha baru ini, tentu ada tambahan untuk biaya total yaitu bunga pada
investment yang ditanam pada sapi-sapi bibit, depresiasi sapi-sapi pejantan, dan tentu tambahan
pajak. Pada sapi bibit tidak ada depresiasi karena diadakan program herd replacement. Biaya
variable juga bertambah terutama untuk tambahan biaya-biaya perawatan tanah yang dijadikan
untuk produksi pasture. Pendapatan yang tadinya berasal dari biji-bijian yang ditanam pada 100
ha tidak lagi akan diterima, yaitu sebesar Rp 9.600,00. Tambahan pendapatan dari usaha baru ini
tentu berasal dari penjualan sapi-sapi bibit hasil culling, pedet-pedet jantan dan pedet-pedet
betina.
Dari 50 sapi bibit diperkirakan akan beranak 46 ekor/tahun, lalu 6 ekor sapi bibit betina
disisihkan untuk herd replacement untuk mengganti 6 ekor yang diculling, sehingga 40 ekor
pedet yang dapat dijual pada berat tertentu (50% lahir sebagai pedet jantan dan 50% lahir pedet
betina), terdiri atas 17 sapi muda betina dan 23 sapi muda jantan. Pengurangan biaya juga terjadi
akibat tidak ditanamnya 100 ha tanah untuk biji-bijian. Dengan dijumlahkannya lajur kanan dan
kiri pada table anggaran partial maka diketahui bahwa usaha baru ini dapat member tambahan
keuntungan Rp 262,00 (000) per tahun.
Referensi;
Husnan, Suad, Dr, MBA dan Drs. Suwarsono, MBA. 1994. Studi Kelayakan Proyek Edisi Revisi.
Penerbit UPP AMP YKPN : Yogyakarta.
Prawirokusumo, Soeharto, Prof. Dr., M.Sc. 1990. Ilmu Usaha Tani Edisi Pertama. Penerbit BPFE
: Yogyakarta.