Gideon Tomasoa
102011084
Awalliantoni
102011411
Shirley Patricia
102012013
Jordy Gabriell
102012069
Jefri Sokko
102012073
Resty Aulia Wulandari
102012171
Valenchia Jeandry
102012221
Lisa Lina Pakel
102012307
Tiffany
102012368
10. Muhammad Aiman Afiq bin Che Rani 102012494
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Krida Wacana
Kelompok C6 :
GIDEON TOMASOA (102011084)
AWALLIANTONI (102011411)
Cara Kerja :
Mata sebagai susunan optic
Pelajari model mata Cenco-ingersoll dengan perlengkapannya:
1. Sebuah bejana yang terisi air hampir penuh
2. Kornea
Astigmatisma
Astigmatisma adalah kelainan mata yang disebabkan kelengkungan kornea matanya yang
tidak berbentuk bola sehingga sinar-sinar yang masuk tidak terpusat sempurna.
Akibatnya, benda yang dilihat ada bayangannya. Penderita ini dapat dibantu dengan
kacamata berlensa silindris.
Mata afakia
Afakia adalah ketiadaan lensa mata. Afakia secara literature berarti tidak adanya lensa
dalam mata. Afakia akan mengakibatkan Hipermetropia tinggi.
Penyebab :
1. Kongenital.
Suatu keadaan yang jarang dimana lensa tidak ada sejak lahir.
2. Afakia paska operasi.
Terjadi setelah operasi ICCE ( Intra Capsular Cataract Extraction ), ECCE
Percobaan 1
Jarak 30cm :
Miopi
Bayangan awal : Kabur dan tumpul
Koreksi dengan lensa -1,75 : Lebih tajam dan kembali normal
Hipermetropy
Bayangan awal : kabur dan tidak tajam
Koreksi dengan lensa +1,75 : lebih tajam dan kembali normal
Astigma
Menggunakan lensa silindris. Lensa 2 dan + 2 silindris telihat jelas. Bayangan jatuh
pada titik fokus bisa dibelakang retina atau didepan tapi banyak titik.
Mata afakia
Bayangan jatuh pada titik fokus bisa dibelakang retina atau didepan tapi banyak titik
hingga disebut juga hipermetropia tinggi dan mata afakia jika menggunakan lensa positif
tinggi maka akan terlihat jelas.
2. PERIMETRI
Pemeriksaan Luas Lapang Pandang(perimetri)
1. Suruh orang percobaan duduk membelakangi cahaya menghadapi alat perimetri
2. Tutup mata kiri orang percobaan dengan sapu tangan
3. Letakkan dagu orang percobaan ditempat sandaran dagu yang dapat diatur
tingginya,sehingga tepi bawah mata kanannya terletak setinggi bagian atas batang vertikal
sandaran dagu
4. Siapkan formulir
5. Suruh orang percobaan memusatkan penglihatannya pada titik fiksasi ditengah
perimeter.Selama pemeriksaan,penglihatan orang percobaan harus tetap dipusatkan pada
titik fiksasi tersebut
6. Gunakan benda yang dpat digeser(lidi yang ada bulatan berwarna warni)pada busur
perimeter untuk pemeriksaan luas lapang pandang.Pilih bulatan berwarna putih dengan
diameter sedang(5mm)pada benda tersebut.
7. Gerakkan perlahan-lahan bulatan putih itu menyusuri busur dari tepi kiri orang percobaan
ke tengah.Tepat pada saat orang percobaan melihat bulatan putih tersebut penggeseran
benda dihentikan.
8. Baca tempat penghentian itu pada busur dan catat pada formulir dengan tepat
9. Ulangi tindakan no.7 dan 8 pada sisi busur yang berlawanan tanpa mengubah posisi
busur.
10. Ulangi tindakan no 7,8 dan 9 setelah busur tiap kali diputar 30 sesuai arah jarum jam dari
pemeriksa,sampai posisi busur vertikal.
11. Kembalikan busur pada posisi horizontal seperti semula.Pada posisi ini tidak perlu
dilakukan pencatatan lagi.
12. Ulangi tindakan no 7,8,dan 9 setelah memutar busur tiap kali 30 berlawanan arah jarum
jam sari pemeriksa,sampai tercapai posisi busur 60 dari bidang horizontal.
13. Periksa juga lapang pandang orang percobaan untuk berbagai warna
lain:merah,hijau,kuning dan biru dengan cara yang sama seperti diatas.
14. Lakukan juga pemeriksaan lapang pandang untuk mata kirinya dengan bulatan berwarna
putih.
Hasil pengamatan :
Ketika OP melakukan percobaan melihat warna putih antara mata kiri dan mata kanan di
dapatkan hasil lapang pandang yang berbeda. Mata kiri memiliki hasil lapang pandang yang
lebih besar daripada hasil lapang pandang mata kanan pada percobaan menggunakan
perimeter. Saat melakukan percobaan dengan mata kanan pun warna hijau mendapatkan
darat-rata yang jauh lebih sedikit dibanding dengan warna merah, biru, kuning, dan putih.
Pembahasan :
Lapang pandang mata adalah luas kemampuan mata untuk dapat melihat suatu benda
dalam jarak tertentu melalui proses penglihatan tanpa menggerakan kepala ataupun melirik.
Area yang terlihat pada sisi nasal disebut lapang pandang nasalis, sedangkan area yang
terlihat di daerah lateral disebut lapang pandang temporalis. Secara teoritis bentuk dari lapang
pandang adalah sirkular, namun lapang pandang terpotong di medial oleh adanya
hidung/nasal dan di superior oleh adanya atap orbita. Bagian perifer (tepian) lapang pandang
dapat dipetakan dengan menggunakan suatu alat yang disebut perimeter, melalui proses
perimetrik. Lapang pandang temporal dari tiap mata jauh lebih besar daripada lapang
pandang nasal dari hidung dan pipi. Berkas cahaya dari objek dalam lapang pandang
temporal jatuh pada sisi nasal di retina, dan berkas cahaya dari objek dalam lapang pandang
nasal jatuh pada sisi temporal dari retina.1
Bagian dari otak yang menerima sensai penglihatan adalah lobus occipital. Lobus
occipital ini menerima sensai penglihatan dari lapang pandang mata kiri. Antara luas pandang
mata kiri dan mata kanan memiliki luas pandang yang sama namun jikalau hanya
menggunakan penglihatan monokular yaitu hanya mengukur penglihatan dengan
menggunakan salah satu mata maka luas pandang mata akan lenih kecil dibandingan
menggunakan penglihatan binokular yang menggunakan kedua mata.2
Luas lapang pandang mata untuk setiap warna pun berbeda-beda. Urutan luas
pandang dari yang terkecil atau yang tersempit sampai yang terluas adalah warna hijau,
merah, biru, kuning, dan putih. Sesuai dengan hasil percobaan warna hijau memang memiliki
rata-rata yang lebih kecil daripada warna yang lainnya. Sementara yang memiliki luas
pandang paling besar adalah warna putih namun dalam percobaan ini yang paling luas lapang
pandangnya adalah warna biru, mungkin hal ini disebabkan karena pengamat atau OP kurang
teliti dalam mengamati atau melihat benda tersebut jatuh pada sudut berapa.Warna adalah
suatu spektrum yang dapat dilihat dalam suatu cahaya. Warna dapat dilihat oleh adanya
bantuan dari sel kerucut pada makula utea. Panjang gelombang warna yang masih dapat
dilihat oleh manusia adalah 380-780 m. 3
Berkas cahaya yang dipantulkan inilah yang akan memungkinkan mata dapat melihat
benda yang ada pada jarak tertentu. Suatu benda yang terlihat biru menyerap panjang
gelombang merah dan hijau dan memantulkan panjang gelombang biru yang lebih pendek
yang dapat diserap oleh fotopigmen di sel kerucut birudan mengaktifkan sel tersebut. Setiap
sel kerucut diaktifkan paling efektif oleh panjang gelombang tertentu dalam kisaran warna
yang ditunjukkan oleh namanya biru, hijau, merah.3
Penglihatan warna bergantung pada berbagai rasio stimulasi ketiga tipe sel kerucut
sebagai respons terhadap bermacam panjang gelombang. Panjang gelombang yang terlihat
sebagai biru tidak merangsang sel kerucut merah atau hijau sama sekali tetapi merangsang sel
kerucut biru secara maksimal (persentasi stimulasi maksimal untuk sel kerucut merah, hijau,
biru, masing-masing adalah 0 : 0 : 100). Sensasi kuning, sebagai perbandingan berasal dari
rasio stimulasi 83 : 83 : 0, dengan sel kerucut merah dan hijau masing-masing dirangsang
83% maksimal, sementara sel keucut biru tidak dirangsang sama sekali. Rasio untuk hijau
adalah 31 : 67 : 36, dan demikian seterusnya, dengan berbagai kombinasi menghasilkan
sensasi warna yang berbeda. Hitam tidak memiliki cahaya, semetara putih adalah campuran
semua panjang gelombang cahaya yang mengakibatkan putih memiliki luas pandang yang
paling luas.
2.
Nomor 9 yang dimana seharusnya tidak tercantum angka, hanya goresan beberapa
warna abstrak akan tetapi OP membacanya 2.
Kesalahan yang terjadi satu kali maka dilakukan penghitungan sebagai berikut :
No.
1
2
3
4
5
6.
7
8
9
10
11
12
13
14
Berdasarkan Buku
Buku
12
8
5
29
74
7
45
2
16
35
96
-
OP
12
8
5
29
74
7
45
2
2
16
35
96
-
Jumla h kesala h an
Jumla h Semua Nomor
x100%=
1
14
x100% =7,14
Daftar pustaka
1. Modul Swa-Instruksional. Anatomi fisiologi sistem lokomotor dan pendengaran. Edisi
2. Jakarta: EGC; 2004.h.53.
2. Wibowo DS. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: Grasindo; 2006.h.128.
3. Sherwood L. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Edisi 6. Jakarta: EGC; 2012.h.225.