1. Melakukan telusur ilmiah pendahuluan mengenai masalah sistem respirasi pada masa
kehamilan dan kelahiran.
2. Membaca tinjauan teoritis pada Kegiatan Belajar 7
3. Menjawab Tes Formatif
4. Melakukan analisa kasus pemicu dan membuat resume hasil analisa dan asuhan
keperawatan sesuai kasus pemicu dengan metode small group discussion (SGD).
5. Mempresentasikan (reporting) hasil diskusi resume hasil analisa dan asuhan keperawatan
sesuai kasus pemicu.
Anatomis paru-paru terdiri dari sepasang organ-organ yang berbentuk kerucut terdiri dari
jaringan spons, dan berwarna abu-abu yang kemerah-merahan yang terbungkus membrane
(pleura). Posisinya sebagian besar ruang di dada atau thorax (bagian tubuh antara pangkal
leher dan diafragma). Pada masa kehamilan, rongga thorax lingkarannya meningkat 5-7 cm,
Banyak perubahan yang terjadi dalam sistem pernafasan selama kehamilan, termasuk
perubahan hormone progesterone, kortison, dan relaksin dan mungkin meningkatkan betaadrenergik disebabkan oleh progesterone menyebabkan pembesaran otot-otot saluran
pernafasan sehingga peningkatan aliran dan kapasitas paru menjadi meningkat.
jumlah yang sesuai. Efek tersebut menimbulkan ventilasi permenit menjadi meningkat. Juga
di duga bahwa kadar progesterone yang tinggi selama kehamilan meningkatkan ventilasi
permenit lebih banyak lagi, karena hormone progesterone dapat meningkatkan kepekaan pusat
pernafasan terhadap karbondioksida.
Selain akibat uterus yang sedang tumbuh menekan isi abdomen selanjutnya menekan ke area
atas hingga ke diafragma juga dengan meningkatnya kebutuhan oksigen menyebabkan
pergerakan diafragma menjadi berkurang akibatnya terjadi hiperventilasi dangkal (2024x/menit) akibat kompliansi dada (chest compliance) menurun.Volume tidal meningkat,
volume residu paru (functional residual capacity) menurun dan kapasitas vital menurun.
Akibatnya kecepatan pernafasan ditingkatkan untuk mempertahankan ventilasi yang cukup.
Konsekuensi dari perubahan fisiologis adalah terjadi hiperventilasi sebagai kondisi normal
pada kehamilannya, sehingga menimbulkan gambaran pernafasan alkalosis kronis selama
kehamilan dengan adanya penurunan tekanan parsial karbondioksida (pCO2), penurunan
bikarbonat, dan peningkatan pH. Meskipun tekanan karbondioksida normal pada ibu hamil,
dapat di curigai sebagai sinyal munculnya gangguan pernafasan.
dapat menyebabkan komplikasi kehamilan dan persalinan seperti preeklamsia, pregnancyinduced hypertension, perdarahan uterin, berat badan lahir rendah, kelahiran premature,
anomaly congenital, fetal growth restriction, neonatal hipoglikemia, seizure, tachypnea dan
kegawatan neonatal. Penting bagi ibu hamil untuk menginformasikan riwayat kesehatannya
terkait dengan kondisi mereka untuk menentukan pengelolaan yang optimal. Selama masa
kehamilan, gejala asma dapat menjadi lebih buruk, meningkatkan, atau tetap sama.
2. Patofisiologi
Infeksi sistem respirasi, asma, dan cystic fibrosis dapat menyebabkan terjadinya obstruksi
jalan nafas dan alveoli. Hipoksia adalah ancaman utama terhadap fetus karena terganggunya
sirkulasi maternal-fetal melalui placenta. Agen infeksi menyerang dan menimbulkan
peradangan pada struktur pernafasan dan membran mukosa.
Melangsir gambaran fenomena dari intrapulmonary, dimana sebagian kecil darah yang
masuk menuju paru-paru tanpa mengandung oksigen. Munculnya hipoksemia tidak dapat
diperbaharui dengan pemberian tambahan oksigen. Karbondioksida bergerak lebih mudah
daripada oksigen. Oleh karena itu lebih mudah terjadinya peningkatan CO2 dari pada
meningkatkan O2.
Beberapa penyebab hipoksemia, diantaranya adalah:
-
Dataran tinggi
Hipoventilasi, seperti dalam penurunan respirasi akibat penekanan sistem saraf pusat
Gangguan difusi, ditemukan pada fibrosis paru yang berat dan penebalan membrane
alveolar
Terlihat pada saat alveoli kolaps atau tertutupi oleh darah, pus atau adanya udem.
Prevalensi kejadian asma pada populasi umum adalah sekitar 4-6% (Kwon, Belanger, and
Bracken, 2003; Dombrowski and others, 2004). Sedangkan, dalam kehamilan berkisar dari
1-4%. Berhubungan dengan angka morbiditas dan mortalitas akibat serangan asma pada
wanita hamil sebanding dengan orang-orang pada populasi umum. Di Amerika Serikat
angka kematian disebabkan penyakit asma adalah 2.1 orang per 100.000. Angka morbiditas
pada ibu hamil akibat asma menyebabkan kegagalan respirasi dan diperlukannya ventilasi
mekanik, barotrauma, komplikasi dari penggunaan steroid dan kematian.
Pengkajian
Monitor jalan nafas, auskultasi bunyi paru, stridor (menunjukkan pernafasan darurat jalan
nafas), nafas pendek, produksi sputum, sianosis, memiliki riwayat alergi, terpapar racun
atau allergen, nilai fungsi respirasi, bernafas dengan menggunakan otot aksesoris (
intercostals, diafragma, dll), kemudahan bernafas, pemicu untuk asma episode, riwayat
pengobatan.
makanan seperti wine, ikan laut, gandum, telur, kacang, olahan susu, dan obat-obatan
seperti aspirin, serta beberapa nonsteroid antiperadangan (NAEPP, 2005).
7) Ajarkan pentingnya keberanjutan pengobatan dalam mengontrol asma tanpa membatasi
aktivitas
8) Ajarkan penggunaan inhaler secara benar.
9) Instruksikan klien untuk melakukan kontrol dan tahapan pengobatan secara teratur
10) Menegaskan pentingnya monitoring janin pada trimester pertama untuk menentukan
taksiran persalinan, dilanjurtkan monitoring pada trimester kedua dan ketiga untuk
mengetahui perkembangan janin.
11) Ajarkan tentang mendeteksi tanda-tanda kontraksi premature.
12) Ajarkan tentang pentingnya asupan kalori dan nutrient, jika perlu dirujuk kepada ahli gizi
dan spesialis obstetrian yang menangani kehamilan beresiko.
13) Berikan pendidikan kesehatan tentang asma dari berbagai referensi yang mudah
dimengerti oleh pasien.
penderitat asma, dengan memberikas asi eksklusif selama 6 bulan, bayi jangan
diberi
makanan telur atau campuran susu selama satu tahun pertama, jangan diberikan makanan
mengandung produk kacang-kacangan selama 2 tahun kehidupannya dan hindari kontak
dengan asap rokok (Kramer, 2000).
5. Asfiksia
Asfiksia adalah keadaan bayi tidak bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir.
Hal tersebut terjadi akibat terjadinya gawat janin pada saat kehamilan dimana adanya reaksi
ketika janin tidak memperoleh oksigen yag cukup. Hal tersebut dapat disebabkan oleh
keadaan ibu, tali pusat atau masalah pada bayi selama dan sesudah persalinan.
Berdasarkan data dari WHO, setiap tahunnya, sekitar 3% (3.6 juta) per 120.000.000
kelahiran bayi lahir mengalami asfiksia, dan hampir 1.000.000 bayi tersebut kemudian
meninggal. Menurut data IACMEG (2005) dan WHO (2007), di Indonesia, dinyatakan 32%
penyebab kematian Bayi Baru Lahir disebabkan karena persalinan prematur, 30% disebabkan
oleh asfiksia, dan 22% karena infeksi, 7% kematian disebabkan oleh kelainan kongenital
sedangkan 9% dikarenakan lain-lain.
Gawat janin sangat erat kaitannya dengan riwayat penyakit yang diderita oleh ibu hamil,
terutama gangguan fungsi pernafasan seperti asma yang tidak terkontrol dengan baik atau
asma yang berat dapat berpengaruh terhadap proses oksigenasi dan metabolisme janin yaitu
mengakibatkan hipoksia pada janin akibat adanya penurunan sirkulasi darah ke uterus.
Namun bagi bayi yang lahir dari ibu penderita asma yang terkontrol biasanya bayi tidak
mengalami permasalahan dalam hal berat badan dan nilai APGAR.
Patofisiologi
Sirkulasi oksigen melalui plasenta kepada janin
dan
jaringan
perifer
harus
asidosis
metabolik. Selain itu kondisi hipoksia yang berlangsung lama mengharuskan janin mengubah
glukosa menjadi energi melalui reaksi anaerobik yang tidak efisien, bahkan menimbulkan
asam organik. Pada umumnya asidosis janin disebabkan oleh gangguan arus darah uterus atau
arus darah tali pusat.
Pengkajian
Kaji terlebih dahulu beberapa keadaan yang dapat menyebabkan gawat janin akibat sirkulasi
darah ibu melalui plasenta berkurang, yang menyebabkan aliran oksigen ke janin terganggu
sehingga menimbulkan asfiksia pada bayi baru lahir.
1) Keadaan ibu: kaji terhadap riyawat kesehatan ibu meliputi kondisi preeklamsi dan
eklampsia, perdarahan abnormal (plasenta previa atau solution plasenta), partus lama atau
partus macet, demam selama persalinan, infeksi berat (malaria, TB, HIV), dan kehamilan
postmaturus.
2) Keadaan tali pusat: melalui monitoring Ultra Sonografi dilihat adakah lilitan tali pusat, tali
pusat pendek, simpul tali pusat dan prolapsus tali pusat (biasanya pada letak kepala).
3) Keadaan bayi: biasanya ditemukan kondisi tidak disertai dengan gawat janin, seperti
persalinan premature (sebelum 37 minggu kehamilan), dimana surfaktan belum terbentuk
sempurna, ersalinan sulit (letak sungsang, bayi kembar, distosia bahu, ekstraksi vakum
dan forcep), kelainan kongenital, dan tercampurnya air ketuban oleh mekonium.
Pemeriksaan Penunjang
1) CTG dan USG
Dapat memastikan adanya gawat janin melalui frekuensi bunyi jantung janin kurang dari
100 atau lebih dari 180x/menit.
2) Amnioskopi
Dapat memastikan warna air ketuban yang tak terbaca dengan USG biasa, ditambah
amniosentesis untuk menilai kualitas air ketuban, maupun pemeriksaan pH darah kepala
janin.
3) Memeriksa ada atau tidaknya air ketuban bercampur dengan mekonium (warna
kehijauan).
Masalah Keperawatan yang mungkin muncul
1) Gangguan sirkulasi fetal-maternal
2) Gangguan psikososial meliputi kecemasan, nyeri, kurangnya pengetahuan.
Intervensi Keperawatan
1) Resusitasi intrauterin atau bantuan pernapasan dengan memposisikan ibu berbaring miring
ke kiri, juga dengan pemberian oksigen 8-10 L/min. Selama 2 jam kemudian kondisi ibu
harus diobservasi, untuk melihat adakah perubahan atau tidak.
2) Monitoring pemberian oksitosin melalui Intravena untuk penambahan dosis.
3) Monitoring ketat terhadap peningkatan Denyut Jantung Janin. Jika demikian harus segera
melaporkan kepada obstetrian untuk melakukan tindakan selanjutnya.
4) Bila sudah aterm atau setidaknya mencapai 34 minggu atau 36 minggu, dipertimbangkan
untuk segera terminasi kehamilan melalui tindakan section sesaria.
5) Monitoring pemberian medikamentosa terkait dengan obat-obatan untuk
paru.
kematangan
Kemungkinan terjadi pada setiap saat dalam kehamilan, namun sebagian dapat terjadi pada
saat inpartu (70%), pasca persalinan (11%) an pasca sectio saecarea (19%). Prevalensi
kejadian emboli cairan ketuban diperkirakan tidak lebih dari 1 kasus per 8.000-30.000
kelahiran, data yang terekan pada tahun 2010 bahwa angka mortality berkisar antara 10-61%
sebagai penyebab kematian ibu dan angka morbiditas mencakup 26% wanita yang bertahan
hidup, mengalami kerusakan neurologis permanen.
Menurut sejarahnya pada tahun 1926, pertama kali Ricardo Meyer menjelaskan bahwa
komponen kecil dari sel-sel fetus pada sirkulasi maternal ada kaitannya terhadap gejala
hipotensi dan kejadian dyspnea pada saat persalinan. Sedangkan pada tahun 1941, Dr. Paul
Steiner dan Dr. Clarence Lushbaugh (pathologists dri Chicago University) menjelaskan dari
hasil autopsi pada 8 kasus emboli cairan ketuban yang berbeda, bahwa kekuatan kontraksi
uterus mendorong cairan ketuban ke vena uterus selama persalinan berlangsung,
kemungkinan mempengaruhi hiperkinesis uterin.
Patofisologis
Proses cairan amnion memasuki sirkulasi maternal masih belum jelas, (which is still the
subject of controvesial and open debate). Cairan ketuban dan komponen yang masuk ke
sirkulasi ibu, mungkin menimbulkan respon inflamasi yang mengakibatkan kolaps cepat
sama seperti syok anafilaktik atau syok sepsis. Cairan ketuban yang menyumbat pembuluh
darah di paru-paru ibu menimbulkan perluasan sehingga menghambat aliran ke jantung
iskemia miocardium gagal jantung kiri dan gangguan pernafasan. Mengalami fase
perdarahan yang ditandai dengan perdarahan besar dengan atonia uteri dan Coagulation
Intravascular Diseminata (DIC).
Manifestasi dari emboli cairan ketuban biasanya disertai dengan tanda dan gejala sebagai
berikut: hipotensi disertai dengan shock, hipoksia, dyspnea, batuk, gawat janin, pulmonary
edema, cardiac arrest, atonia uteri, dan koagulopati.
Pengkajian
Pengkajian tehadap kesehatan pasien sangat diperlukan dalam menindaklanjuti suatu
intervensi keperawatan kepada pasien. Dengan adanya pengkajian yang menyeluruh maka
intervensi keperawatan kepada pasien akan semakin optimal, hal ini di awali dengan
Menetapkan kapan gejala mulai timbul, menetapkan kapan gejala timbul, apa yang menjadi
pencetusnya, apa yang dapat menghilangkan atau meringankan gejala tersebut dan apa yang
memperburuk gejala adalah bagian dari pengkajian, juga mengidentifikasi setiap riwayat
alergi atau adanya penyakit yang timbul bersamaan.
Pemeriksaan Diagnostik
Emboli cairan ketuban dapat dijadikan sebagai dasar diagnosis klinis, namun halnya tidak ada
pemeriksaan laboratorium yang spesifik untuk menegakkan diagnosa melainkan pemeriksaan
awal yang meliputi:
PO2 (mm Hg) biasanya menurun. Berikut dibawah ini nilai normal dari umbilikus analisa
gas darah:
Tabel 7.1 Nilai Normal Analisa Gas Darah
pH
PCO2 (mmhg)
PO2 (mmhg)
HCO3
(mEq/liter)
Vena Umbilikal
Arteri Umbilikal
7.350.05
7.280.05
(7.24-7.49)
(7.15-7.43)
38.25.6
49.28.4
(23.2-49.2)
(31.2-74.3)
29.25.9
18.06.2
(15.4-48.2)
(3.8-33.8)
20.42.1
22.32.5
(15.9-24.7)
(13.3-27.5)
Sumber: From Assessment of Fetal and Newborn acid-base status, by the American
College of Obstetric and gynecologists, April 1989, ACOG Technical Bulletin, 127
Penatalaksanaan
Intervensi keperawatan
Manajemen jalan nafas dengan cara:
1)
-
Sediakan jalan napas orofaringeal atau blok bite untuk mencegah tergigitnya tube
endotrekeal.
Hisap orofaring dan sekresi dari atas tube cuff sebelum mengosongkan cuff.
Pantau tekanan cuff setiap 4-8 jam selama ekspirasi menggunakan 3 cara stopcock,
syringe yang dikalibrasi dan manometer raksa
Tukar pita endotrakeal setiap 24 jam, perhatikan kondisi kulit dan mukosa oral,
pindahkan ET tube ke sisi mulut yang lain.
Auskultasi
suara
paru
endotrakeal/trakeostomi.
setelah
insersi
dan
setelah
merubah
pita
Catat petanda sentimeter acuan pada tube endotrakeal untuk memantau kemungkinan
penggantian.
Berikan perawatan trekeostomi setiap 4-8 jam, bersihkan bagian dalam kanula,
bersihkan dan keringkan area disekitar stoma dan ganti pita trakeostomi.
2)
Secara teratur pantau jumlah oksigen yang diberikan pada pasien sesuai dengan
indikasi
Pantau tanda keracunan oksigen dan tanda hipoventilasi yang dipengaruhi oksigen
Pantau kerusakan kulit akibat penekanan alat oksigen Bersihkan oral, hidung dan
trakea dari sekret
3)
-
Perkusi anterior dan posterior torak dari apeks sampai basis secara bilateral.
Monitor hasil dari ventilator, catat peningkatan dalam pernapasan dan penurunan
volume tidal jika dibutuhkan.
Monitor krepitus.
Buka jalan nafas dengan menggunakan teknik chin lift atau jaw thrust jika dbutuhkan.
4)
Monitor tekanan darah pada saat pasien tidur, duduk, dan berdiri, jika diindikasikan.
Monitor tekanan darah, nadi, dan pernafasan sebelum, selama, dan sesudah
beraktifitas, jika diindikasikan.
5)
Jika perlu, periksa nadi apikal dan radial secara simultan dan catat perbedaannya.
Monitor adanya abnormalitas pola nafas, monitor warna, suhu, dan kelembaban kulit.
Pantau kehilangan bikarbonat ( seperti : drainase fistula dan diare), sesuai dengan
kebutuhan
Atur posisi untuk memudahkan ventilasi yang adekuat (seperti : membuka jalan nafas
dan mengangkat kepala di tempat tidur)
Pantau gejala gagal nafas ( seperti : PaO2 rendah dan menaikkan tingkat PaCO2 dan
kelelahan otot pernafasan)
Pantau proses transfer O2 di jaringan (seperti : paO2, SaO2, dan tingkat hemoglobin
dan curah jantung), sesuai dengan kebutuhan
6)
Tingkatkan orientasi
Management
Memantau fungsi ginjal (missal : BUN dan kadar Cr) jika perlu
Memantau kelebihan cairan yang dihasilkan dari terapi hidrasi (misalnya : berat badan
harian, haluaran urin, penegangan vena jugularis, bunyi paru, dan tekanan atrium
kanan), seperlunya
Memantau penyebab kenaikan kadar kalsium (misalnya : indikasi dehidrasi berat dan
gagal ginjal), seperlunya.
7)
Monitor hasil lab. terkait retensi cairan (peningkatan BUN, Ht ), Monitor TTV
Monitor adanya indikasi retensi/overload cairan (seperti :edem, asites, distensi vena
leher)
V.
Konsultasi dengan dokter, jika gejala dan tanda kehilangan cairan makin buruk.
Tes Formatif
1. Ibu hamil trimester pertama datang ke poliklinik kebidanan untuk pemeriksaan
kehamilan, pada saat dilakukan pengkajian oleh perawat ternyata ibu memiliki riwayat
penyakit asma, berdasarkan penjelasan ibu sudah hampir dua tahun tidak mengalami
serangan asma dan merasa tidak ada masalah dengan pernafasannya. Sebagai perawat
maternitas, apa sebaiknya yang dapat di anjurkan kepada ibu tersebut terkait dengan
riwayat penyakit asma?
a. Klien dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan fungsi paru
b. Klien di anjurkan untuk tidak mengkonsumsi obat-obatan asma
c. Melibatkan dokter karena perawat tidak memiliki kepentingan untuk membahas
tentang asma
d. Perawat melakukan pemeriksaan intensif terhadap janin
2. Seorang berusia 27 tahun, hamil 34 minggu datang ke unit gawat darurat dengan keluhan
sesak nafas. Saat dikaji ibu mengalami nafas pendek, wheezing, batuk, dan mengeluarkan
sputum. Dengan melihat kondisi tersebut, kemungkinan klien mengalami?
a.
b.
c.
d.
e.
Bronchial pneumonia
Asma akut
Chronic Obstruksi Pulmonary Diseases (COPD)
TB
Emphysema
3. Seorang ibu dirawat di ruang perawatan kebidanan dengan diagnosa medis emboli cairan
ketuban. Penatalaksanaanya adalah ibu perlu dimonitoring untuk mendapatkan
maintenance fungsi kardiovaskuler dan pernafasan termasuk pemberian cairan, terapi
oksigen dan obat-obatan vaso aktif. Bagaimana cara memberikan perawatan monitoring
pernafasan pada kondisi tersebut?
a. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan pernafasan, jika diindikasikan.
b. Catat adanya fluktuasi tekanan darah.
c. Berikan perawatan mulut dan suction orofaring
d. Monitor frekuensi, rata-rata, irama, kedalaman dan usaha bernafas
e. Monitor kuat/lemahnya tekanan nadi, monitor irama dan frekuensi jantung
4. Seorang ibu hamil berusia 32 tahun dengan usia kehamilan pada trimester ketiga (36
minggu) datang ke ruang gawat darurat akibat merasakan mules sejak 12 jam yang lalu.
Ibu mengatakan sejak satu hari yang lalu keluar cairan sedikit- sedikit saat akan
berkemih. Hasil pemeriksaan perawat DJJ 170x/menit, ketuban negative, pembukaan 2
cm. Segera ibu di berikan therapy oksigen dan dipersiapkan untuk terminasi kehamilan.
Berapakah kebutuhan therapy oksigen tersebut?
a. 1-2 L/min
b.
c.
d.
e.
2-4 L/min
4-6 L/min
6-8 L/min
8-10 L/min