Status Pasien Kepaniteraan Klinik FK Trisakti SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
Status Pasien Kepaniteraan Klinik FK Trisakti SMF Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih
: Syafina Wardah
NIM
: 030.09.247
Tanda Tangan :
I.IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien
: An. FK
: 960149
Jenis kelamin
: Laki-laki
Umur
: 7 tahun 9 bulan
Suku bangsa
: Betawi
Agama
: Islam
Ibu
:
Nama
Umur
Pekerjaan
Pendidikan
Suku bangsa
Agama
Alamat
: Tn. AS
: 60 tahun
: Wiraswasta
: SD
: Betawi
: Islam
: Bukit Duri Tanjakan
Kecamatan Tebet
Jakarta Selatan
II. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan ibu dan nenek pasien.
Lokasi
: Ny. M
: 52 tahun
: Wiraswasta
: SMA
: Jawa
: Islam
: Bukit Duri Tanjakan
Kecamatan Tebet
Jakarta Selatan
Tanggal / waktu
a. Keluhan Utama
Bengkak pada perut sejak 1 minggu SMRS.
b. Keluhan Tambahan
BAK keruh seperti air cucian daging sejak 1 minggu SMRS.
c. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien adalah seorang anak laki-laki usia 7 tahun 9 bulan datang ke Poliklinik Anak
RSUD Budhi Asih atas rujukan dari Puskesmas Tebet diantar oleh ibunya dengan keluhan
utama bengkak pada perut sejak 1 minggu SMRS. Enam hari SMRS, pasien dibawa ke klinik
dokter 24 jam dengan keluhan bengkak pada wajah, perut, dan kakinya. Menurut ibu pasien
dokter curiga pasien memiliki kelainan pada ginjalnya kemudian pasien diberikan obat untuk
mengurangi bengkaknya. Bengkak berkurang bahkan menghilang pada wajah dan kaki
setelah rutin mengkonsumsi obat dari dokter di klinik, 1 hari SMRS pasien ingin kontrol
kembali ke dokter namun klinik sedang tutup, sehingga ibu pasien membawa pasien ke
Puskesmas Tebet, dari puskesmas pasien dirujuk ke Poliklinik Anak RSUD Budhi Asih. Dari
poliklinik pasien disarankan untuk di rawat di bangsal anak.
Selain itu, sejak 1 minggu SMRS urin pasien berwarna keruh seperti air cucian daging
dan volumenya cenderung lebih sedikit dibanding biasanya, namun tidak didapatkan nyeri
dan rasa tidak tuntas saat berkemih. Pasien kadang merasa pusing dan mual tetapi tidak
sampai muntah. Tidak ada demam, nyeri pinggang, sesak napas, batuk pilek, sakit tenggorok
maupun nyeri menelan, nafsu makan baik, BAB dalam batas normal.
d. Riwayat Penyakit dahulu
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Penyakit
Umur
Alergi
Difteria
Jantung
Cacingan
Diare
Ginjal
Kejang
Darah
Demam
Berdarah
Demam
Kecelakaan
Radang paru
Otitis
Morbili
Tuberkulosis
Parotitis
Operasi
Lainnya
Thypoid
Pasien sebelumnya dalam keadaan sehat, tidak pernah sakit ataupun dirawat di
RS sebelumnya.
Kesan: tidak ada peyakit lain yang berhubungan dengan keluhan yang diderita sekarang.
e. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang tinggal dalam 1 rumah yang menderita keluhan
sama dengan pasien, tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit ginjal atau
hipertensi, tidak ada riwayat alergi, keganasan, penyakit sistemik atau kelainan metabolik
pada keluarga.
Kesan: tidak ada data mengenai riwayat penyakit menular ataupun genetik pada
keluarga.
f. Riwayat Kebiasaan Keluarga
Tidak ada kebiasaan merokok, minum alkohol, konsumsi obat-obatan terlarang pada
anggota keluarga.
g. Riwayat Kehamilan dan Kelahiran
Anemia (-), DM (-), penyakit
Morbiditas kehamilan
KEHAMILAN
KELAHIRAN
Tempat kelahiran
Puskesmas
Penolong persalinan
Bidan
Cara persalinan
Pervaginam, spontan
3
Masa gestasi
Keadaan bayi
Kesan : Neonatus cukup bulan sesuai masa kehamilan, tidak ada penyulit dalam masa
kehamilan maupun kelahiran.
h. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan :
Pertumbuhan gigi I
: Umur 8 bulan
(Normal: 5-9 bulan)
Psikomotor
Tengkurap
: Umur 4 bulan
(Normal: 3-4 bulan)
Duduk
: Umur 7 bulan
(Normal: 6-9 bulan)
Berdiri
: Umur 10 bulan
(Normal: 9-12 bulan)
Berjalan
: Umur 12 bulan
(Normal: 13 bulan)
Bicara
: Umur 11 bulan
(Normal: 9-12 bulan)
Kesan : Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan pasien baik sesuai dengan usia.
i. Riwayat Makanan :
Umur
(bulan
ASI/PASI
Buah / Biskuit
Bubur Susu
Nasi Tim
)
ASI dan
02
PASI (susu
formula
ASI dan
24
PASI (susu
formula
ASI dan
46
PASI (susu
formula
ASI dan
68
PASI (susu
formula
ASI dan
8 10
PASI (susu
formula
ASI dan
10 12
PASI (susu
formula
12 dst.
PASI (susu
formula
Nasi/Pengganti
Sayur
Daging
Telur
3x/minggu, - 1butir
Ikan
Tahu
Tempe
Susu (merk/takaran)
Lain-lain
Biskuit/wafer/roti/buah 1x/hari
Kesimpulan: Ibu pasien tidak memberikan ASI secara eksklusif dari pasien lahir,
tidak ada riwayat gangguan atau kesulitan makan
j. Riwayat Imunisasi :
Vaksin
Dasar ( umur )
Ulangan ( umur )
BCG
2 bulan
DPT / PT
2 bulan
4 bulan
6 bulan
Polio
0 bulan
2 bulan
4 bulan
Campak
9 bulan
Hepatitis B
0 bulan
1 bulan
6 bulan
MMR
15 bulan
Hib
2 bulan
4 bulan
6 bulan
TIPA
Kesan : Imunisasi dasar lengkap sesuai jadawal namun pasien belum mendapatkan
imunisasi booster/ulangan
k. Riwayat Keluarga (corak reproduksi)
1. Corak Reproduksi
No
1
2
3
4
5
Tanggal
Jenis
Lahir (umur)
19 Oktober
Kelamin
Perempua
1984
02 Mei 1991
n
Perempua
26
n
Perempua
September
1994
24 Mei 1997
02 April
Laki-laki
Laki-laki
Lahir
Abortu
Mati
Keterangan
Mati
(Sebab)
Kesehatan
()
Sehat
()
Sehat
()
Sehat
()
()
Sehat
Pasien
Hidup
2007
2. Riwayat Pernikahan
6
Ayah
Tn. AS
Satu
27 Tahun
SMK
Islam
Betawi
Sehat
Ibu
Ny. M
Satu
20 tahun
SMK
Islam
Jawa
Sehat
Kosanguinitas
Nama
Perkawinan keUmur saat menikah
Pendidikan terakhir
Agama
Suku bangsa
Keadaan kesehatan
Kesan: Pasien adalah anak bungsu dari 5 bersaudara. Ibu pasien tidak pernah
mengalami keguguran atau lahir mati. Keempat kakak pasien dalam keadaan sehat.
3. Riwayat Keluarga Orang Tua Pasien
Tidak ada riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung, penyakit ginjal,
penyakit hati, batuk lama maupun keganasan dalam keluarga.
4. Riwayat Anggota Keluarga Lain yang Serumah
Kedua orang tua pasien, kakak-kakak, kakak ipar dan keponakan pasien berada dalam
keadaan sehat.
l. Riwayat Perumahan dan Sanitasi
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, 4 orang kakak, 1 kakak ipar, 2 keponakan di
sebuah rumah tinggal milik sendiri. Rumah terdiri dari 3 kamar tidur dan 1 kamar mandi.
Keadaan lingkungan rumah padat, ventilasi dan pencahayaan baik. Sumber air minum dari
air tanah yang dimasak dan aqua galon sedangkan air untuk mencuci dan mandi
menggunakan air tanah. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan : lingkungan rumah padat, keadaan sekitar rumah cukup
bersih.
III. PEMERIKSAAN FISIK
Dilakukan pada tanggal 20 Januari 2015 pukul 10.00 WIB di bangsal anak lantai V Timur
kamar 512.
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
7
Kesadaran
: Compos mentis
Kulit
: Sawo matang, anemis (-), ikterik (-), sianosis (-), turgor baik, kelembaban
cukup, tidak ada efloresensi yang bermakna.
Data Antropometri
Berat Badan : 23 kg
Tinggi Badan
Lingkar Kepala
: 122 cm
: 50 cm (antara -2 SD dan +2 SD)
Status Gizi
TB/U
Baik
BB/TB: (23/23) x 100 %
: (122/127) x 100 %
= 92 %
= 91.1 %
= 100%
Gizi baik
TB normal
Kesan: Gizi
Gizi baik
Tanda Vital
Tekanan Darah
: 140/90 mmHg
Nadi : 88x/menit, kuat, reguler, isi cukup, ekual kanan kiri
Suhu : 36,4 C
Pernapasan
: 16x/menit
Kepala
: Normosefali.
Rambut
: warna hitam, tebal, distribusi merata, tidak mudah dicabut
Mata
Visus
: Tidak dinilai
Bercak bitot
: -/Ptosis
: -/Sklera ikterik
: -/Lagofthalmus : -/Konjungtiva anemis : -/Exophthalmus : -/Konjungtiva hiperemis: -/Strabismus
: -/Kornea jernih
: +/+
Nistagmus
: -/Lensa jernih
: +/+
Refleks cahaya : Langsung +/+
Pupil
: Bulat, isokor
Tidak langsung +/+
Mata cekung
: -/Hidung
Bentuk
: Simetris
Konka eutrofi
: +/+
8
Thorax
Paru
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Abdomen
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
BU (+) 2x/menit
Genitalia : Jenis kelamin laki-laki, OUE (+), tanda-tanda radang (-),ulkus (-) sekret (-)
Anggota Gerak
Ekstremitas:
Tangan
Tonus otot
Kekuatan otot
Kanan
normotonus
5
Kiri
normotonus
5
Kaki
Tonus otot
Kekuatan otot
Kanan
normotonus
5
Kiri
normotonus
5
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
141 mg/dL
110-230 mg/dL
18 mg/dL
0.63 mg/dL
11-39 mg/dL
<1.0 mg/dL
10
ASTO
Urinalisis
Negatif
<200 IU/mL
Kuning
Keruh
Negatif
Negatif
Negatif
5.5
1.010
1+
0.2 E.U./dL
Negatif
3+
Negatif
Kuning
Jernih
Negatif
Negatif
Negatif
4.6-8
1.005-1.030
Negatif
0.1-1 E.U./dL
Negatif
Negatif
Negatif
2-4 /LPB
Banyak
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
<5 /LPB
<2 /LPB
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Urine Lengkap
Warna
Kejernihan
Glukosa
Bilirubin
Keton
pH
Berat Jenis
Albumin Urine
Urobilinogen
Nitrit
Darah
Estrase Lekosit
Sedimen Urine
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Jamur
V. RESUME
Seorang anak laki-laki usia 7 tahun 9 bulan datang ke Poliklinik Anak RSUD Budhi
Asih atas rujukan dari Puskesmas Tebet diantar oleh ibunya dengan keluhan utama bengkak
pada perut sejak 1 minggu SMRS. Enam hari SMRS, pasien dibawa ke klinik dokter 24 jam
dengan keluhan bengkak pada wajah, perut, dan kakinya. Menurut ibu pasien dokter curiga
pasien memiliki kelainan pada ginjalnya kemudian pasien diberikan obat untuk mengurangi
bengkaknya. Bengkak berkurang bahkan menghilang pada wajah dan kaki setelah rutin
mengkonsumsi obat dari dokter di klinik selama 5 hari. Selain itu, sejak 1 minggu SMRS urin
pasien berwarna keruh seperti air cucian daging dan volumenya cenderung lebih sedikit
dibanding sebelumnya.
Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, pada palpasi
abdomen didapatkan ballotement +/-, lingkar abdomen 60cm, perkusi abdomen Pekak pada
daerah lateral kanan dan kiri, shifting dullness (+). Dari hasil pemeriksaan laboratorium
didapatkan urin keruh, albumin 1+, darah 3+, eritrosit banyak.
VI. DIAGNOSIS BANDING
11
IX. TERAPI
Non Medikamentosa
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Medikamentosa
1. Injeksi Furosemide 3x20mg
2. Captopril 3x6.25mg
3. Amoxillin 3x500mg
X. PROGNOSIS
Ad vitam
: ad bonam
Ad functionam
: ad bonam
Ad sanasionam
: ad bonam
12
XI. FOLLOW UP
Tgl
13-14
Januari
2015
Hari
perawatan
ke 1-2
D2= 2.8
cc/kgBB/j
am
D3= 3.02
cc/kgBB/j
am
S
Bengkak pada
perut (+),
bengkak pada
wajah dan kaki
(-)
Sakit kepala
(+)
Batuk, pilek,
nyeri menelan,
sakit tenggorok
(-)
Demam (-)
Sesak nafas (-)
BAB dbn
BAK keruh
seperti air
cucian daging
Mual (-) muntah
(-)
Kejang (-)
15/1/
2015
HP ke 3
D4= 2,75
Bengkak pada
perut (-),
bengkak pada
wajah dan kaki
O
KU : TSS
Kesadaran: CM
TTV :
Tek. Darah : 140/90
mmHg
Nadi : 88x/m
Suhu : 36.4 C
RR : 20x/ min
Kepala : normocephali
Mata : CA -/- SI -/oedem -/Hidung : nch -/- ,sekret
-/Mulut :
kering (-) sianosis (-),
faring hiperemis (-),
T1-T1
Leher : KGB dan tiroid
tidak teraba membesar
Thoraks: sejajar saat
inspirasi dan ekspirasi,
J: BJ I-II reg, murmur
(-), gallop (-).
P: sn vesikuler +/+, rh
-/-, wh -/-,
Abdomen : supel,
sedikit buncit, BU (+)
3x/min, perkusi pekak
pada daerah lateral
kanan dan kiri,
shifting dullness (+),
undulasi (-), hepar/lien
ttm, ballotement +/-,
CVA -/- , lingkar
abdomen 60cm, turgor
baik.
Ekstremitas : akral
hangat ++/++, oedem
--/-KU : TSS
Kesadaran: CM
TTV :
Tek. Darah : 100/60
13
A
GNA Non
PS
P
- Inj Furosemid 3x20mg
- Captopril 3x6.25mg
- Amoxillin 3x500mg
GNA Non
PS
cc/kgBB/j
am
(-)
Sakit kepala (-)
Batuk, pilek,
nyeri menelan,
sakit tenggorok
(-)
Demam (-)
Sesak nafas (-)
BAB dbn
BAK keruh
seperti air
cucian daging
Mual (-) muntah
(-)
Kejang (-)
16-22
Januari
2015
HP ke 410
Bengkak pada
perut (-),
bengkak pada
wajah dan kaki
(-)
D4= 2,1
cc/kgBB/j
am
D5= 2,63
cc/kgBB/j
am
D6= 3.8
cc/kgBB/j
mmHg
Nadi : 80x/m
Suhu : 36.6 C
RR : 16x/ min
Kepala : normocephali
Mata : CA -/- SI -/oedem -/Hidung : nch -/- ,sekret
-/Mulut :
kering (-) sianosis (-),
faring hiperemis (-),
T1-T1
Leher : KGB dan tiroid
tidak teraba membesar
Thoraks: sejajar saat
inspirasi dan ekspirasi,
J: BJ I-II reg, murmur
(-), gallop (-).
P: sn vesikuler +/+, rh
-/-, wh -/-,
Abdomen : supel,
datar, BU (+) 3x/min,
perkusi timpani di
seluruh regio, shifting
dullness (-), undulasi
(-), hepar/lien ttm,
ballotement +/-, CVA
-/-, turgor baik.
Ekstremitas : akral
hangat ++/++, oedem
--/-KU : TSS
Kesadaran: CM
TTV :
Tek. Darah : 90/60
mmHg
Nadi : 80x/m
Suhu : 36.5 C
RR : 16x/ min
Kepala : normocephali
Mata : CA -/- SI -/oedem -/Hidung : nch -/- ,sekret
-/Mulut :
kering (-) sianosis (-),
14
GNA Non
PS
am
D7= 3,8
cc/kgBB/j
am
D8= 2,52
cc/kgBB/j
am
D9= 3.2
cc/kgBB/j
am
D10=
3.72
cc/kgBB/j
am
23 Januari
2015
HP-11
Bengkak pada
perut (-),
bengkak pada
wajah dan kaki
D11= 3,75
(-)
cc/kgBB/j
am
Sakit kepala (-)
Batuk, pilek,
nyeri menelan,
sakit tenggorok
(-)
Demam (-)
Sesak nafas (-)
BAB dbn
BAK keruh
seperti air
cucian daging,
namun sudah
tidak sepekat
sebelumnya
GNA Non
PS
24 Januari
2015
HP-12
D12= 3.95
cc/kgBB/ja
m
mmHg
Nadi : 80x/m
Suhu : 36.5 C
RR : 16x/ min
Kepala : normocephali
Mata : CA -/- SI -/oedem -/Hidung : nch -/- ,sekret
-/Mulut :
kering (-) sianosis (-),
faring hiperemis (-),
T1-T1
Leher : KGB dan tiroid
tidak teraba membesar
Thoraks: sejajar saat
inspirasi dan ekspirasi,
J: BJ I-II reg, murmur
(-), gallop (-).
P: sn vesikuler +/+, rh
-/-, wh -/-,
Abdomen : supel,
perkusi timpani di
seluruh regio, shifting
dullness (-), undulasi
(-), hepar/lien ttm,
16
Bengkak pada
D14= 3,07
cc/kgBB/ja
m
D15= 2,52
cc/kgBB/ja
m
perut (-),
bengkak pada
(-)
Sakit kepala (-)
Batuk, pilek,
nyeri menelan,
sakit tenggorok
(-)
Demam (-)
Sesak nafas (-)
BAB dbn
BAK masih
pekat, warna
kuning gelap
Mual (-) muntah
(-)
Kejang (-)
--/-KU : TSS
Kesadaran: CM
TTV :
Tek. Darah : 100/60
mmHg
Nadi : 80x/m
Suhu : 36.5 C
RR : 16x/ min
Kepala : normocephali
Mata : CA -/- SI -/oedem -/Hidung : nch -/- ,sekret
-/Mulut :
kering (-) sianosis (-),
faring hiperemis (-),
T1-T1
Leher : KGB dan tiroid
tidak teraba membesar
Thoraks: sejajar saat
inspirasi dan ekspirasi,
J: BJ I-II reg, murmur
(-), gallop (-).
P: sn vesikuler +/+, rh
-/-, wh -/-,
Abdomen : supel,
datar, BU (+) 3x/min,
perkusi timpani di
seluruh regio, shifting
dullness (-), undulasi
(-), hepar/lien ttm,
ballotement -/-, CVA
-/-, turgor baik.
17
GNA Non
PS
setelah penggunaan 14
hari.
Ekstremitas : akral
hangat ++/++, oedem
--/--
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
Kuning
Keruh
Negatif
Negatif
Negatif
5.5
>1.030
2+
1.0 E.U./dL
Positif
3+
Negatif
Kuning
Jernih
Negatif
Negatif
Negatif
4.6-8
1.005-1.030
Negatif
0.1-1 E.U./dL
Negatif
Negatif
Negatif
2-4 /LPB
40-45/LPB
Positif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
<5 /LPB
<2 /LPB
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
10.5 g/dL
30 %
10.1rb /uL
602 rb/uL
Urine Lengkap
Warna
Kejernihan
Glukosa
Bilirubin
Keton
pH
Berat Jenis
Albumin Urine
Urobilinogen
Nitrit
Darah
Estrase Lekosit
Sedimen Urine
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Jamur
JENIS PEMERIKSAAN
Hematologi
Darah Lengkap (CBC)
Hemoglobin
Hematokrit
Leukosit
Trombosit
18
Eritrosit
LED
MCV
MCH
MCHC
RDW
Hitung Jenis
Basofil
Eosinofil
Netrofil Batang
Netrofil Segmen
Limfosit
Monosit
3.9 juta/uL
31 mm/jam
79.0 fL
27.3 pg
34.6 g/dL
14.5 %
3.6-5.8 juta/uL
0-10mm/jam
69-93 fL
22-34 pg
32-36 g/dL
<14 %
0%
4%
0%
43%
45%
8%
0-1%
1-5%
3-6%
25-60%
25-50%
1-6%
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
Kuning
Keruh
Negatif
Negatif
Negatif
7.0
1.020
Trace
1.0 E.U./dL
Negatif
3+
Negatif
Kuning
Jernih
Negatif
Negatif
Negatif
4.6-8
1.005-1.030
Negatif
0.1-1 E.U./dL
Negatif
Negatif
Negatif
3-5 /LPB
Banyak
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
<5 /LPB
<2 /LPB
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
Tanggal 14/01/2015
JENIS PEMERIKSAAN
Urinalisis
Urine Lengkap
Warna
Kejernihan
Glukosa
Bilirubin
Keton
pH
Berat Jenis
Albumin Urine
Urobilinogen
Nitrit
Darah
Estrase Lekosit
Sedimen Urine
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Jamur
JENIS PEMERIKSAAN
Kimia Klinik
Hati
19
Albumin
Immunoserologi
3.8 g/dL
3.8-5.4 g/dL
<5mg/dL
<5mg/dL
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
Cokelat
Lunak
Negatif
Negatif
Cokelat
Lunak
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
Kuning
Keruh
Negatif
Negatif
Negatif
6.0
>1.030
1+
1.0 E.U./dL
Negatif
2+
Kuning
Jernih
Negatif
Negatif
Negatif
4.6-8
1.005-1.030
Negatif
0.1-1 E.U./dL
Negatif
Negatif
Autoimmune
CRP Kuantitatif
15 Januari 2015
JENIS PEMERIKSAAN
Tinja
Faeces Rutin
Makroskopik
Warna
Konsistensi
Lendir
Darah
Mikroskopik
Leukosit
Eritrosit
Amoeba Colli
Amoeba Histolitica
Telur Cacing
Pencernaan
Lemak
Amilum
Serat
Sel Ragi
Tanggal 21/01/2015
JENIS PEMERIKSAAN
Urinalisis
Urine Lengkap
Warna
Kejernihan
Glukosa
Bilirubin
Keton
pH
Berat Jenis
Albumin Urine
Urobilinogen
Nitrit
Darah
20
Estrase Lekosit
Sedimen Urine
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Jamur
Negatif
Negatif
0-2 /LPB
Banyak
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
<5 /LPB
<2 /LPB
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
HASIL PEMERIKSAAN
NILAI NORMAL
Kuning
Keruh
Negatif
Negatif
Negatif
5.5
1.015
1+
0.2 E.U./dL
Negatif
3+
Negatif
Kuning
Jernih
Negatif
Negatif
Negatif
4.6-8
1.005-1.030
Negatif
0.1-1 E.U./dL
Negatif
Negatif
Negatif
3-5 /LPB
25-30/LPB
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
<5 /LPB
<2 /LPB
Positif
Negatif
Negatif
Negatif
Negatif
Tanggal 25/01/2015
JENIS PEMERIKSAAN
Urinalisis
Urine Lengkap
Warna
Kejernihan
Glukosa
Bilirubin
Keton
pH
Berat Jenis
Albumin Urine
Urobilinogen
Nitrit
Darah
Estrase Lekosit
Sedimen Urine
Leukosit
Eritrosit
Epitel
Silinder
Kristal
Bakteri
Jamur
21
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
22
Gambar 1. Sayatan melintang ginjal dan nefron
Antara sel endotel dan podosit terdapat membrana basalis glomeruler (GBM =
glomerular basement membrane). Membrana basalis ini tidak mengelilingi seluruh
lumen kapiler. Dengan mikroskop elektron diketahui bahwa membrana basalis ini
terdiri atas tiga lapisan, yaitu dari arah dalam ke luar ialah lamina rara interna, lamina
densa dan lamina rara externa.
Simpai Bowman di sebelah dalam berlapiskan sel epitel parietal yang gepeng,
yang terletak pada membrana basalis simpai Bowman. Membrana basalis ini berlanjut
dengan membrana basalis glomeruler pada kutub vaskuler, dan dengan membrana
basalis tubuler pada kutub tubuler. Dalam keadaan patologik, sel epitel parietal kadangkadang berproliferasi membentuk bulan sabit (crescent). Bulan sabit bisa segmental
atau sirkumferensial, dan bisa seluler, fibroseluler atau fibrosa.
Populasi glomerulus ada 2 macam yaitu :
1.
Glomerulus korteks yang mempunyai ansa henle yang pendek berada dibagian
2.
luar korteks.
Glomerulus jukstamedular yang mempunyai ansa henle yang panjang sampai
ke bagian dalam medula. Glomerulus semacam ini berada di perbatasan
korteks dan medula dan merupakan 20% populasi nefron tetapi sangat penting
24
untuk
reabsoprsi
air
25
dan
solut.
26
dan lain-lain. Selain itu ion-ion natrium, kalium, klorida dan hidrogen yang cenderung untuk
berakumulasi dalam tubuh secara berlebihan.
Mekanisme kerja utama nefron dalam membersihkan substansi yang tidak diperlukan
dalam tubuh adalah :
1. Nefron menyaring sebagian besar plasma di dalam glomerulus yang akan
menghasilkan cairan filtrasi.
2. Jika cairan filtrasi ini mengalir melalui tubulus, substansi yang tidak diperlukan tidak
akan direabsorpsi sedangkan substansi yang diperlukan direabsorpsi kembali ke
dalam plasma dan kapiler peritubulus.
Mekanisme kerja nefron yang lain dalam membersihkan plasma dan substansi yang
tidak diperlukan tubuh adalah sekresi. Substansi-substansi yang tidak diperlukan tubuh akan
disekresi dan plasma langsung melewati sel-sel epitel yang melapisi tubulus ke dalam cairan
tubulus. Jadi urin yang akhirnya terbentuk terdiri dari bagian utama berupa substansisubstansi yang difiltrasi dan juga sebagian kecil substansi-substansi yang disekresi.
Filtrasi Glomerulus
menyusunnya
kreatinin, peptida, protein-protein dengan berat molekul rendah kecuali protein yang
berat molekulnya lebih dari 68.000 (sepertI albumin dan globulin). Filtrat
dikumpulkan dalam ruang Bowman dan masuk ke dalam tubulus sebelum
meninggalkan ginjal berupa urin.
Filtrasi glomerulus adalah hasil akhir dari gaya-gaya yang berlawanan melewati
dinding kapiler. Gaya ultrafiltrasi (tekanan hidrostatis kapiler glomerulus) berasal dari
tekanan arteri sistemik, yang di ubah oleh tonus arteriole aferen dan eferen. Gaya
utama yang melawan ultrafiltrasi adalah tekanan onkotik kapiler glomerulus, yang
dibentuk oleh perbedaan tekanan antara kadar protein plasma yang tinggi dalam
kapiler dan ultrafiltrat yang hampir saja bebas protein dalam ruang bowman. Filtrasi
dapat diubah oleh kecepatan aliran plasma glomerulus, tekanan hidrostatis dalam
ruang bowman, dan permeabilitas dari dinding kapiler glomerulus. Permeabilitas,
seperti yang diukur dengan koefisien ultrafiltrasi (K1) adalah hasil kali permeabilitas
air pada membran dan luas permukaan kapiler glomerulus total yang tersedia untuk
filtrasi.
Laju filtrasi glomelurus (LFG) sebaiknya ditetapkan dengan cara pengukuran
klirens kreatinin atau memakai rumus berikut:
LFG = k . Tinggi Badan (cm)
Kreatinin serum (mg/dl)
Nilai k pada:
= 0,33
= 0,45
= 0,55
II. DEFINISI
Glomerulonefritis merupakan suatu istilah yang dipakai untuk menjelaskan berbagai
ragam penyakit ginjal yang mengalami proliferasi dan inflamasi glomerulus yang disebabkan
oleh suatu mekanisme imunologis. Sedangkan istilah akut (glomerulonefritis akut = GNA)
28
III. ETIOLOGI
Faktor-faktor penyebab yang mendasari GNA dapat dibagi menjadi kelompok infeksi
dan bukan infeksi.
Kelompok Infeksi
Penyebab infeksi yang paling sering GNA adalah infeksi oleh spesies Streptococcus
(yaitu, kelompok A, beta-hemolitik). Dua jenis telah dijelaskan, yang melibatkan serotipe
yang berbeda:
GNA pasca infeksi streptokokus (GNAPS) biasanya berkembang 1-3 minggu setelah
infeksi akut dengan strain nephritogenic spesifik grup A streptokokus beta-hemolitik. Insiden
GN adalah sekitar 5-10% pada orang dengan faringitis dan 25% pada mereka dengan infeksi
kulit.
GN pascainfeksi Nonstreptococcal mungkin juga hasil dari infeksi oleh bakteri lain,
virus, parasit, atau jamur. Bakteri selain streptokokus grup A yang dapat menyebabkan GNA
termasuk diplococci, streptokokus lainnya, staphylococci, dan mikobakteri. Salmonella
typhosa, Brucella suis, Treponema pallidum, Corynebacterium bovis, dan actinobacilli juga
telah diidentifikasi.
Cytomegalovirus (CMV), coxsackievirus, Epstein-Barr virus (EBV), virus hepatitis B
(HBV), rubella, rickettsiae (seperti dalam tifus scrub), dan virus gondong diterima sebagai
penyebab virus hanya jika dapat didokumentasikan bahwa infeksi streptokokus betahemolitik tidak terjadi. GNA telah didokumentasikan sebagai komplikasi langka hepatitis A.
Menghubungkan glomerulonefritis ke etiologi parasit atau jamur memerlukan
pengecualian dari infeksi streptokokus. Organisme diidentifikasi meliputi Coccidioides
immitis dan parasit berikut: Plasmodium malariae, Plasmodium falciparum, Schistosoma
29
mansoni,
Toxoplasma
gondii,
filariasis,
trichinosis,
dan
trypanosomes.
Kelompok Non-infeksi
Penyebab non-infeksi dari GNA dapat dibagi menjadi penyakit ginjal primer, penyakit
sistemik, dan kondisi lain-lain atau agen.
Penyakit sistemik multisistem yang dapat menyebabkan GNA meliputi:
kristalisasi.
Polyarteritis nodosa - ini menyebabkan nefritis dari vaskulitis melibatkan arteri ginjal.
Henoch-Schnlein purpura - Ini menyebabkan vaskulitis umum mengakibatkan
glomerulonefritis.
Sindrom Goodpasture - Ini menyebabkan antibodi yang beredar pada kolagen tipe IV
dan sering mengakibatkan kegagalan ginjal progresif cepat (minggu ke bulan).
deposisi granular dari C3, tipe II mengacu pada proses yang tidak teratur.
Penyakit Berger (IgG-immunoglobulin A [IgA] nefropati) - ini menyebabkan GN
Sindrom Guillain-Barr
Iradiasi tumor Wilms
Vaksin Difteri Pertusis Tetanus (DPT)
Serum sickness
IV. EPIDEMIOLOGI
Statistik di Amerika Serkta
GN merupakan 10-15% dari penyakit glomerular. Insidensi variabel telah dilaporkan,
sebagian karena penyakit ini bersifat subklinis pada lebih dari setengah penduduk yang
terkena. Meskipun wabah sporadis, kejadian GNAPS telah berkurang selama beberapa
dekade terakhir. Faktor yang bertanggung jawab atas penurunan ini mungkin termasuk
perawatan kesehatan yang lebih baik dan kondisi sosial ekonomi membaik.
GN terdiri 25-30% dari semua kasus stadium akhir penyakit ginjal (End Stage Renal
Disease - ESRD). Sekitar seperempat dari pasien hadir dengan sindrom nefritik akut.
Kebanyakan kasus mengalami proses yang relatif cepat, dan gagal ginjal stadium akhir dapat
terjadi dalam beberapa minggu atau bulan dari onset sindrom nefritik akut. Episode
asimtomatik GNAPS melebihi episode simptomatis dengan rasio 3-4:1.
Statistik Internasional
Secara global, penyakit Berger merupakan penyebab tersering dari GN.
Dengan beberapa pengecualian, insidensi GNAPS telah menurun di sebagian besar
negara Barat. GNAPS tetap jauh lebih umum di daerah seperti Afrika, Karibia, India,
Pakistan, Malaysia, Papua Nugini, dan Amerika Selatan yang mungkin dipengaruhi oleh
status nutrisi, penggunaan antibiotik profilaksis, dan potensi dari Streptokokus.. Di Port
Harcourt, Nigeria, kejadian GNA pada anak usia 3-16 tahun adalah 15,5 kasus per tahun,
dengan rasio laki-laki-ke-perempuan 1.1:1, kejadian saat ini tidak jauh berbeda.
Variasi geografis dan musiman dalam prevalensi GNAPS lebih tampak pada GNA
akibat faringitis dibandingkan dengan penyakit kulit
Mortalitas pada penderita GNA pada anak sangat jarang (<1%). Tidak ada predileksi
rasial. Pada laki-laki dua kali lebih sering daripada pada wanita. GNA PS sering terjadi pada
31
anak usia 5-15 tahun. GNA dominan menyerang anak laki-laki dibanding anak perempuan
(ratio 2 : 1).
Di Indonesia, penelitian multisenter selama 12 bulan pada tahun 1988 melaporkan
170 orang pasien penderita GNA yang dirawat di rumah sakit pendidikan, terbanyak di
Surabaya (26,5%) diikuti oleh Jakarta (24,7%), Bandung (17,6%), dan Palembang (8,2%).
Perbandingan pasien laki-laki dan perempuan 1,3:1 dan terbanyak menyerang anak usia 6-8
tahun (40,6%).
V. PATOGENESIS
Lesi pada glomerulus di GNA adalah hasil dari deposisi kompleks imun pada glomerulus atau
in situ. Pada penampilan kasar, ginjal dapat membesar hingga 50%. Perubahan histopatologis
termasuk pembengkakan gelung glomerulus dan infiltrasi oleh sel polimorfonuklear.
Imunofluoresensi mengungkapkan pengendapan imunoglobulin dan komplemen.
Kecuali di GNAPS, pemicu yang tepat untuk pembentukan kompleks imun tidak
jelas. Dalam GNAPS, keterlibatan turunan dari protein streptokokus telah dilaporkan. Sebuah
neuraminidase streptokokus dapat mengubah imunoglobulin G (IgG). IgG menggabungkan
antibodi host. IgG / kompleks imun anti-IgG terbentuk dan kemudian terkumpul dalam
glomeruli. Selain itu, ketinggian titer antibodi terhadap antigen lainnya, seperti
antistreptolysin O atau antihyaluronidase, DNAase-B, dan streptokinase, memberikan bukti
infeksi streptokokus baru-baru ini.
dari
GN
progresif
32
dan
cepat.
Proliferasi leukosise ditunjukkan dengan adanya neutrofil dan monosit dalam lumen kapiler
glomerulus dan sering menyertai proliferasi sel.
Penebalan membran basalis glomerular muncul sebagai penebalan dinding kapiler
pada mikroskop cahaya. Pada mikroskop elektron, ini mungkin muncul sebagai akibat
penebalan membran basement yang tepat (misalnya, diabetes) atau pengendapan elektronpadat materi, baik di sisi endotel atau epitel dari membran basal. Elektron-padat deposito bisa
subendothelial, subepitel, intramembran, atau mesangial, dan mereka sesuai dengan daerah
pengendapan kompleks imun.
Hialinisasi atau sclerosis menunjukkan cedera ireversibel. Perubahan-perubahan
struktural dapat fokus, difus atau segmental, atau global.
Perubahan fungsional meliputi proteinuria, hematuria, penurunan GFR (yaitu,
oligoanuria), dan sedimen urin aktif dengan sel darah merah dan cast sel darah merah. GFR
dan penurunan avid garam nefron distal dan air hasil retensi dalam ekspansi volume
intravaskular, edema, dan, sering, hipertensi sistemik.
VI. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi pada gejala-gejala klinik berikut:
1. Kelainan
urinalisis:
proteinuria
dan
hematuria
2. Edema
Penurunan faal ginjal yaitu laju filtrasi glomerulus (LGF) tidak diketahui
sebabnya, mungkin akibat kelainan histopatologis (pembengkakan sel-sel
endotel, proliferasi sel mesangium, oklusi kapiler-kaliper) glomeruli.
Penurunan faal ginjal LFG ini menyebabkan penurunan ekskresi natrium Na+
(natriuresis), akhirnya terjadi retensi natrium Na+. Keadaan retensi natrium Na+
ini diperberat oleh pemasukan garam natrium dari diet. Retensi natrium Na +
disertai air menyebabkan dilusi plasma, kenaikan volume plasma, ekspansi
volume cairan ekstraseluler, dan akhirnya terjadi edema.
3. Hipertensi
Gangguan
keseimbangan
natrium
(sodium
homeostasis)
Bendungan Sirkulasi
Bendungan sirkulasi merupakan salah satu ciri khusus dari sindrom
nefritik akut, walaupun mekanismenya masih belum jelas.
Beberapa hipotesis yang berhubungan telah dikemukakan dalam kepustakaankepustakaan antara lain:
a) Vaskulitis umum
Gangguan pembuluh darah dicurigai merupakan salah satu tanda kelainan
patologis dari glomerulonefritis akut. Kelainan-kelainan pembuluh darah ini
menyebabkan transudasi cairan ke jaringan interstisial dan menjadi edema.
b) Penyakit jantung hipertensif
Bendungan sirkulasi paru akut diduga berhubungan dengan hipertensi yang
dapat terjadi pada glomerulonefritis akut.
c) Miokarditis
Pada sebagian pasien glomerulonefritis tidak jarang ditemukan perubahanperubahan elektrokardiogram: gelombang T terbalik pada semua lead baik
standar maupun precardial. Perubahan-perubahan gelombang T yang tidak
spesifik ini mungkin berhubungan dengan miokarditis.
35
d) Retensi
cairan
dan
hipervolemi
tanpa
gagal
jantung
sistem
sangat
penting.
Perhatian
khusus
harus
diberikan
untuk
ruam,
ketidaknyamanan sendi, perubahan berat badan, kelelahan, perubahan nafsu makan, keluhan
pernafasan, dan paparan obat terakhir. Sejarah keluarga harus membahas kehadiran setiap
anggota keluarga dengangangguan autoimun, sebagai anak-anak dengan baik SLE dan
membranoproliferatif glomerulonefritis (MPGN) mungkin memiliki kerabat yang juga
menderita penyakit serupa. Sebuah riwayat keluarga gagal ginjal (khususnya bertanya tentang
36
dialisis dan transplantasi ginjal) mungkin menjadi petunjuk untuk proses seperti sindrom
Alport, yang mungkin awalnya hadir dengan gambar GNA.
Adanya riwayat infeksi streptokokus sebelumnya seperti faringitis, tonsilitis, atau
pioderma.
Berikut merupakan beberapa keadaan yang didapatkan dari anamnesis:
a) Periode laten
Terdapat periode laten antara infeksi streptokokus dengan onset pertama kali muncul
gejala.
Pada umumnya, periode laten selama 1-2 minggu setelah infeksi tenggorok dan 3-6
psaat bangun tidur dan bila pasien aktif akan tampak pada sore hari.
Pada beberapa kasus edema generalisata dan kongesti sirkulasi seperti dispneu dapat
timbul.
Edema merupakan akibat dari tereksresinya garam dan air.
Tingkat keparahan edema berhubungan dengan tingkat kerusakan ginjal.
d) Gejala nonspesifik
Yaitu gejala secara umum penyakit seperti malaise, lemah, dan anoreksia, muncul
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik diawali dengan penilaian yang cermat mengenai tanda-tanda vital,
terutama tekanan darah. Tekanan darah 5 mm di atas persentil ke-99 untuk usia anak, jenis
kelamin, dan tinggi, terutama jika disertai dengan perubahan dalam status kejiwaan,
dibutuhkan perhatian. Takikardia dan tachypnea mengarah ke gejala overload cairan.
37
Pemeriksaan hidung dan tenggorokan dengan cermat dapat memberikan bukti perdarahan,
menunjukkan kemungkinan salah satu ANCA positive vaskulitides seperti Wegners
granulomatosis.
Limfadenopati servikal mungkin residua dari faringitis streptokokus baru-baru ini.
Pemeriksaan kardiopulmoner akan memberikan bukti overload cairan atau keterlibatan paru
yang memiliki karakteristik sindrom langka ginjal-paru. Pemeriksaan perut sangat penting.
Ascites mungkin hadir jika ada komponen nefrotik pada GNA. Hepato-splenomegali
mungkin menunjuk ke gangguan sistemik. Nyeri perut yang signifikan dapat menyertai HSP.
Beberapa edema perifer dari retensi garam dan air terlihat pada GNA, tapi ini
cenderung menjadi edema"berotot" yang lebih halus daripada karakteristik edema pitting dari
sindrom nefrotik. Yang paling mudah terlihat adalah edema periorbital atau mata tampak
sembab. Edema skrotum dapat terjadi pada sindrom nefrotik juga, dan orchitis merupakan
temuan sesekali di HSP.
Pemeriksaan yang sangat berhati-hati dari kulit adalah penting dalam GNA. Ruam
pada HSP, memiliki karakteristik ketika kemerahan, awalnya mungkin halus dan terbatas
pada bokong atau punggung kaki. Keterlibatan sendi terjadi pada beberapa gangguan
multisistem dengan GNA. Sendi kecil (misalnya, jari) lebih khas SLE, sementara atau
keterlibatan lutut terlihat dengan HSP.
a) Sindrom Nefritis Akut
Gejala yang timbul adalah edema, hematuria, dan hipertensi dengan atau tanpa klinis
GNA PS.
95% kasus klinis memiliki 2 manifestasi, dan 40% memiliki semua manifestasi akut
nefritik sindrom
b) Edema
Edema tampak pada 80-90% kasus dan 60% menjadi keluhan saat ke dokter.
Terjadi penurunan aliran darah yang bermanifestasi sedikit eksresi natrium dan urin
menjadi terkonsentrasi. Adanya retensi natrium dan air ini menyebabkan terjadinya
edema.
c) Hipertensi
Hipertensi muncul dalam 60-80% kasus dan biasanya pada orang yang lebih besar.
Pada 50% kasus, hipertensi bisa menjadi berat.
Jika ada hipertensi menetap, hal tersebut merupakan petunjuk progresifitas ke arah
Meskipun terdapat retensi natrium, kadar natriuretic peptida dalam plasma meningkat.
Aktivitas renin dalam plasma rendah.
Ensefalopati hipertensi ada pada 5-10% pasien,biasanya tanpa defisit neurologis.
d) Oliguria
Tampak pada 10-50% kasus, pada 15% output urin <200ml.
Oliguria mengindikasikan bentuk cresentic yang berat.
Biasanya transien, dengan diuresis 1-2 minggu.
e) Hematuria
Muncul secara umum pada semua pasien.
30% gross hematuria.
f) Disfungsi ventrikel kiri
Disfungsi ventrikel kiri dengan atau tanpa hipertensi atau efusi perikardium dapat
ASTO
meningkat
pada
hanya
50%
kasus
glomerulonefritis
akut
Titer antibodi streptokokus positif pada >95 % pasien faringitis, dan 80% pada pasien
dengan
infeksi
kulit.
Antistreptolisin,
antinicotinamid
dinucleotidase
(anti-NAD),
40
Biopsi ginjal diindikasikan bila terjadi perubahan fungsi ginjal yang menetap,
abnormal urin dalam 18 bulan, hipokomplemenemia yang menetap, dan terjadi sindrom
nefrotik.
Indikasi Relatif :
Indikasi Absolut :
IX. DIAGNOSIS
Clinical Manifestations
Microscopic or gross hematuria, proteinuria,
Hemolytic-uremic syndrome
petechiae
Microscopic hematuria, palpable purpura,
abdominal pain, tender subcutaneous edema,
Immunoglobulin A nephropathy
Alport syndrome
X. KOMPLIKASI
Pengembangan menjadi sclerosis jarang pada pasien yang khas, namun pada 0,5-2%
dari pasien dengan GNA, tentu saja berlangsung ke arah gagal ginjal, berakibat pada
kematian ginjal dalam waktu singkat.
Urinalisis yang abnormal (yaitu, microhematuria) dapat bertahan selama bertahuntahun. Penurunan ditandai dalam laju filtrasi glomerulus (GFR) jarang.
Edema paru dan hipertensi dapat terjadi. Edema anasarka dan hipoalbuminemia dapat
terjadi akibat proteinuria berat.
Sejumlah komplikasi yang mengakibatkan terkait kerusakan akhir organ dalam sistem
saraf pusat (SSP) atau sistem kardiopulmoner dapat berkembang pada pasien yang hadir
dengan hipertensi berat, ensefalopati, dan edema paru.
Komplikasi GNA meliputi:
hipertensi retinopati
hipertensi ensefalopati
Cepat progresif GN
Gagal ginjal kronis
Sindrom nefrotik
XI. TATALAKSANA
Hipertensi sedang (sistolik > 140-150 mmhg dan diastole > 100 mmHg) diobati dengan
pemberian hidralazin oral atau IM, nifedipin oral atau sublingual. Dalam prakteknya lebih
baik merawat inap pasien hipertensi 1-2 hari daripada memberi antihipertensi yang lama.
Pada hipertensi berat diberikan hidralazin 0,15-0,3 mg/kgbb IV, dapat diulang setiap 2-4 jam
atau reserpin 0,03-0,1 mg/kgbb (1-3 mg/m2) IV, natrium nitroprusid 1-8 mg/kgbb/mnt. Pada
krisis hipertensi (sistolik > 180 mmHg atau diastolic > 120 mmHg) diberi diazoxid 2-5
mg/kgbb IV secara cepat bersama furosemid 2 mgg/kgbb IV. Pilihan lain klonidin drip 0,002
mg/kgbb/kali, diulang setiap 4-6 jam atau diberi nifedipin sublingual 0,25-0,5 mg/kgbb dan
dapat diulang setiap 6 jam bila diperlukan.
Bila anuria berlangsung lama (5-7 hari), maka ureum harus dikeluarkan dari dalam
darah dengan beberapa cara misalnya dialisis pertonium, hemodialisis, bilasan lambung dan
usus (tindakan ini kurang efektif, tranfusi tukar). Bila prosedur di atas tidak dapat dilakukan
oleh karena kesulitan teknis, maka pengeluaran darah vena pun dapat dikerjakan dan
adakalanya menolong juga.
Retensi cairan ditangani dengan pembatasan cairan dan natrium. Asupan cairan
sebanding dengan invensible water loss (400-500 ml/m2 luas permukaan tubuh/hari)
ditambah setengah atau kurang dari urin yang keluar. Bila berat badan tidak berkurang diberi
diuretik seperti furosemid 2 mg/kgbb, 1-2 kali/hari.
Pemakaian antibiotik tidak mempengaruhi perjalanan penyakit. Namun, pasien
dengan biakan positif harus diberikan antibiotik untuk eradikasi organisme dan mencegah
penyebaran ke individu lain. Diberikan antimikroba berupa injeksi benzathin penisilin 50.000
U/kgbb IM atau eritromisin oral 40 mg/kgbb/hari selama 10 hari bila 17 pasien alergi
penisilin.
Pembatasan bahan makanan tergantung beratnya edema, gagal ginjal dan hipertensi.
Protein tidak perlu dibatasi bila kadar urea < 75 mg/dL atau 100 mg/dL. Bila terjadi azotemia
asupan protein dibatasi 0,5 g/kgbb/hari. Pada edema berat dan bendungan sirkulasi dapat
diberikan NaCl 300 mg/hari sedangkan bila edema minimal dan hipertensi ringan diberikan
1-2 g/m2/hari. Bila disertai oliguria, maka pemberian kalium harus dibatasi. Anuria dan
oliguria yang menetap, terjadi pada 5-10% anak. Penanganannya sama dengan GGA dengan
berbagai penyebab dan jarang menimbulkan kematian.
Glomerulonephritis
Endocapillary
glomerulonephritis
Mesangioproliferative
glomerulonephritis
None required
Reduce inflammation
cyclophosphamide,
mycophenolate mofetil
intravenous immunoglobulin
Pulsed intravenous steroids 1 g
crescents present
Antiglomerular
basement membrane
disease
To switch off
antiglomerular basement
membrane antibody
production
To remove existing
antiglomerular basement
antibody)
immunosuppression takes
effect
Suppression of antibody
and cellular immune arms
Removal of ANCA/immune
complexes?
Removal of
proinflammatory cytokines?
Immune complex-
mediated RPGN
variant
If idiopathic as for ANCA
MCGN type I:
positive vasculitis
Steroids 40 mg/m2 alternate days
idiopathic
in children only
Suppression of antibody
response
As antiplatelet agents to
Aspirin (325 mg/day)
decrease cellular
proliferation
44
Type II
Lupus nephritis
Alpha-interferon/ribavirin
Steroids, cyclophosphamide
To treat inflammatory
(plasma exchange)
No specific therapy shown to be
component
helpful
Intravenous steroids + oral
steroids
To suppress antibody
production and reduce
immune complexes
Intravenous/oral
cyclophosphamide
Mycophenolate mofetil,
cyclosporin
XII. PROGNOSIS
45
Akhirnya, semua kelainan kemih harus menghilang, hipertensi harus mereda, dan
fungsi ginjal harus kembali normal. Pada orang dewasa dengan GNAPS, pemulihan penuh
fungsi ginjal dapat diharapkan hanya dalam waktu setengah dari pasien, dan prognosis suram
pada pasien dengan diabetes glomerulosclerosis mendasarinya. Beberapa pasien dengan
nefritis akut mengembangkan gagal ginjal progresif cepat.
Sekitar 15% dari pasien pada 3 tahun dan 2% dari pasien pada 7-10 tahun mungkin
memiliki proteinuria persisten ringan. Prognosis jangka panjang belum tentu berbahaya.
Beberapa pasien mungkin mengembangkan hipertensi, proteinuria, dan insufisiensi ginjal
selama 10-40 tahun setelah penyakit awal. Imunitas terhadap protein M adalah tipe-spesifik,
tahan lama, dan pelindung. Episode berulang dari GNAPS karena itu tidak biasa.
Prognosis untuk GN pascainfeksi nonstreptococcal tergantung pada agen yang
mendasari, yang harus diidentifikasi dan ditangani. Umumnya, prognosis yang lebih buruk
pada pasien dengan proteinuria berat, hipertensi berat, dan peningkatan yang signifikan dari
tingkat kreatinin. Nefritis terkait dengan methicillin-resistant Staphylococcus aureus (MRSA)
dan
infeksi
kronis
biasanya
sembuh
setelah
pengobatan
infeksi.
Penyebab lain GNA memiliki hasil yang bervariasi dari pemulihan lengkap untuk
46
menyelesaikan gagal ginjal. Prognosis tergantung pada penyakit yang mendasarinya dan
kesehatan keseluruhan dari pasien. Terjadinya komplikasi kardiopulmoner atau neurologis
memperburuk prognosis.
DAFTAR PUSTAKA
1. Guyton and Hall. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi II. Penerbit EGC.
Jakarta.2007
2. Husein, A, dkk. Buku Ajar Nefrologi Anak. Edisi kedua. Penerbit Ikatan Dokter Anak
Indonesia. Jakarta. 2002. h 345-353
47
3. Hay, William W, MD. Pediatric Diagnosis and Treatment Edisi keenambelas. Penerbit
McGraw-Hill (Asia). Singapura. 2003. H 698 699
4. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, 2000, vol 3, ed Wahab, A. Samik, Ed 15,
Glomerulonefritis akut pasca streptokokus,1813-1814, EGC, Jakarta.
5. Glomerulonefritis. In: Syaifullah, Muhammad, editors. Buku Ajar Nefrologi Anak.
2002. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI pp. 323
6. Lyttle, John D. The Treatment of Acute Glomerulonephritis in Children. The Bulletin.
Hlm : 212 221.
7. Sanjad, Sami. Acute Glomerulonephritis in Children : A review of 153 cases.
Southern Medical Journal. 1977. Hlm : 1202 1206.
8. Geetha, Duvuru. Glomerulonephritis, Poststreptococcal [online]. 2010 [Dikutip
tanggal 20 Januari 2015]. Tersedia
pada :http://emedicine.medscape.com/article/240337-overview
9. Anonim. Glomerulonephritis [online]. 2011[dikutip tanggal 20 Januari 2015].
Tersedia pada:
http://www.mayoclinic.com/health/glomerulonephritis/DS00503/DSECTION=causes
10. Rammelkamp, Jr., Charles H. Dan Robert S. Weaver. Acute Glomerulonephritis. The
Significance of the Variations in the Incidence of the Disease. 1952. Hlm : 345 358.
11. Anonim. Acute Glomerulonephritis in Children [online]. 2009[dikutip tanggal 20
Januari 2015]. Tersedia pada: http://mezology.blogspot.com/2009/06/acuteglomerulonephritis-in-children.html
48