Sel silindris bersilia: sel terbanyak (1 sel mengandung 300 silia). Silia ini terus
bergerak utuk menangkap dna mengeluarkan partikel asing.
2.
Sel goblet mukosa: bagian apikal mengandung droplet mukus yang terdiri dari
glikoprotein.
3.
Sel sikat (brush cells): sel yang memiliki ujung saraf aferen pada permukaan basal
(reseptor sensorik penciuman).
4.
5.
Sel granul kecil: mirip sel basal tetapi mempunyai banyak granul dengan bagian pusat
yang padat.
Lamina propria dibawah dari epitel ini banyak mengandung pembuluh darah yang berguna
untuk menghangatkan udara masuk serta dibantu dengan silia yang membersihkan udara dari
partikel asing dan kelenjar serosa dan mukosa yang melembabkan udara masuk.Kombinasi
hal ini memungkinkan tubuh untuk mendapatkan udara lembab, hangat serta bersih.
Selain itu, epitel respiratorius dilapisi oleh 5-10 m lapisan mukus gelatinosa (fase gel) yang
mengambang pada suatu lapisan cair yang sedikit lebih tipis (fase sol). Lapisan gel/mukus
dan cair/sol mengandung mekanisme pertahanan imunitas humoral dan seluler.
1. Lapisan gel terdiri atas albumin, glikoprotein, IgG, IgM, dan faktor komplemen.
2. Lapisan cair terdiri atas sekresi serosa, laktoferin, lisozim, inhibitor sekresi
leukoprotease, dan sekretorik IgA.
Silia pada sel-sel epitel berdenyut secara sinkron, sehingga ujungnya dijumpai pada fase gel
dan menyebabkannya bergerak ke arah mulut, membawa partikel dan debris seluler
bersamanya (transpor mukosilier atau bersihan).Banyak faktor dapat mengganggu
mekanisme tersebut, termasuk peningkatan viskositas atau ketebalan mukus, membuatnya
lebih sulit untuk bergerak (misalnya peradangan, asma), perubahan pada fase sol yang
menghambat gerakan silia atau mencegah perlekatan pada fase gel dan gangguan aktivitas
silia (diskinesia silia).Transpor mukosilier ini menurun performanya akibat merokok,
polutan, anestetik, dan infeksi serta pada fibrosis kistik dan sindrom silia imotil kongenital
yang jarang terjadi.Transpor mukosilier yang berkurang menyebabkan infeksi respirasi
rekuren yang secara progresif merusak paru, misalnya bronkiektasis.Pada keadaan tersebut
dinding bronkus menebal, melebar, dan meradang, secara permanen.
Mukus (sekret kelenjar) dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel dan kelenjar
submukosa.Unsur utamanya adalah glikoprotein kaya karbohidrat yang disebut musin yang
memberikan sifat seperti gel pada mukus.Fluiditas dan komposisi ionik fase sol dikontrol
oleh sel-sel epitel. Mukus mengandung beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel-sel epitel
dan sel lain atau yang berasal dari sel plasma: antiprotease seperti 1-antitripsin yang
menghambat aksi protease yang dilepaskan dari bakteri dan neutrofil yang mendegradasi
dan forced vital capacity yang signifikan. Refleks ini bisa dikenal dengan refleks bersin.
Mekanisme refleks bersin sama halnya dengan refleks batuk. Hanya saja, refleks ini
terjadi pada kavitas nasal bukan pada saluran napas bawah.
Mekanisme refleks sebagai berikut: bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap
sentuhan halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi
lainnya akan menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina (tempat di mana trakea
bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling sensitif, dan bronkiolus terminalis dan
bahkan alveoli bersifat sensitif terhadap rangsangan bahan kimia yang korosif seperti
sulfur dioksida dan klorin.
Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan melalui nervus vagus ke
medula. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal
medula, menyebabkan efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi.
Kedua, epiglotis menutup; dan pita suara menutup erat-erat dan menjerat udara dalam
paru.Ketiga, otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan
otot-otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga berkontraksi dengan
kuat.Keempat, pita suara dengan epiglotis terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi
dalam paru meledak keluar.Kemudian, penekanan kuat pada paru yang menyebabkan
bronkus dan trakea menjadi kolaps sehingga bagian yang tidak berkartilago ini
berinvaginasi ke dalam, akibatnya udara yang meledak tersebut benar-benar mengalir
melalui celah-celah bronkus dan trakea bersama partikel asing. Peristiwa ini terjadi sama
persis dengan refleks batuk, namun ketika refleks bersin terjadi penekanan uvula,
sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu
membersihkan saluran hidung dari benda asing.
2. Fungsi protektif hidung
Menghangatkan dan melembabkan udara, menyaring partikel atau iritan, dan produksi
nitrit oksida (NO). Hal ini ditujukan agar udara yang diinhalasi bisa mencapai saluran
napas bawah dalam keadaan yang tidak membahayakan homeostasis. Panas dihasilkan
dari banyak kapiler yang berada di sub epitelial yang berpenestrasi menuju permukaan
lumen serta membantu transportasi air menuju interstisium. Melembabkan udara
dimediasi oleh aktivasi sekitar 45.000 kelenjar seromukosa pada kavitas nasal dan sel
goblet yang menghasilkan sejumlah air yang signifikan. Adanya kolam yang terisi oleh
sejumlah besar volume darah yang berasal dari sinusoid vena yang terletak di subepitelial
bisa membuat jaringan submukosa untuk menyerap udara dan menambah perluasan
kontak dengan aliran udara. Mukus hidung dan mukosiliar merupakan komponen penting
dalam pembersihan. Partikel dengan diameter aerodinamik 5-10 m ditangkap dalam
mukosa nasal. Gas yang larut dalam air akan dihilangkan total dari udara yang diinhalasi
di saluran masuk hidung.
3. Gas yang bersifat iritan
Gas yang bersifat iritan dapat menstimulasi saraf sensorik hidung dan menginduksi
sekresi yang membuat deposit yang lebih besar. NO dihasilkan dari saluran napas atas