Anda di halaman 1dari 5

2.

2 Mekanisme Pertahanan Saluran Pernapasan Atas


a. Menjelaskan mekanisme/proses batuk dan bersin
Refleks Batuk
Bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap sentuhan halus, sehingga benda asing
dalam jumlah berapapun atau penyebab iritasi lainnya akan menimbulkan refleks batuk.
Dimana suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal medulla,
menyebabkan efek sebagai berikut:
Kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi
Epiglotis menutup dan pita suara menutup erat-erat untuk menjerat udara dalam paru.
Otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan otot ekspirasi
lainnya, seperti interkonstalis internus, juga berkontraksi dengan kuat mendorong
diafragma.
Pita suara dengan epiglottis sekonyong-konyong terbuka lebar, sehingga udara
bertekanan tinggi dalam paru meledak keluar. Kadang-kadang dikeluarkan dengan
kecepatan 75-100 mhp.
Udara yang mengalir cepat tersebut biasanya membawa pula benda asing apapun yang
terdapat dalam bronkus dan trakea.
(Ganong, 2008)
Refleks Bersin
Mekanisme terjadinya refleks bersin sebetulnya mirip dengan batuk, namun pada bersin,
mekanisme utama terjadi pada rongga hidung. Stimulus yang merangsang terjadinya bersin
mengiritasi bagian nasal; impuls aferen dihantarkan melalui nervus V menuju medulla,
tempat di mana reflex dapat dipicu. Serangkaian mekanisme selanjutnya sama dengan batuk,
namun pada bersin, terjadi depresi pada uvula, sehingga banyak udara yang keluar melalui
hidung; hal ini dapat membersihkan saluran hidung dari benda asing.
(Hall, 2006)

Mekanisme Pertahanan Tubuh Pada Saluran Pernafasan.


Peran hidung dalam pertahanan saluran pernafasan
Hidung merupakan penjaga utama dari udara yang masuk pertama kali. Dalam sehari, kita
menghirup sekitar 10.000-20.000 liter udara.Fungsi hidung selain sebagai jalan masuk udara,
menghangatkan udara, dan melembabkan udara, juga sebagai penyaring udara.Mekanisme
pertahanan utama dari saluran napas adalah epitel permukaannya yang cukup istimewa yaitu
epitel respiratorius atau epitel bertingkat (berlapis semu) silindris bersilia dan bersel goblet.

Epitel ini terdiri dari lima macam jenis sel yaitu:


1.

Sel silindris bersilia: sel terbanyak (1 sel mengandung 300 silia). Silia ini terus
bergerak utuk menangkap dna mengeluarkan partikel asing.

2.

Sel goblet mukosa: bagian apikal mengandung droplet mukus yang terdiri dari
glikoprotein.

3.

Sel sikat (brush cells): sel yang memiliki ujung saraf aferen pada permukaan basal
(reseptor sensorik penciuman).

4.

Sel basal (pendek)

5.

Sel granul kecil: mirip sel basal tetapi mempunyai banyak granul dengan bagian pusat
yang padat.

Lamina propria dibawah dari epitel ini banyak mengandung pembuluh darah yang berguna
untuk menghangatkan udara masuk serta dibantu dengan silia yang membersihkan udara dari
partikel asing dan kelenjar serosa dan mukosa yang melembabkan udara masuk.Kombinasi
hal ini memungkinkan tubuh untuk mendapatkan udara lembab, hangat serta bersih.
Selain itu, epitel respiratorius dilapisi oleh 5-10 m lapisan mukus gelatinosa (fase gel) yang
mengambang pada suatu lapisan cair yang sedikit lebih tipis (fase sol). Lapisan gel/mukus
dan cair/sol mengandung mekanisme pertahanan imunitas humoral dan seluler.
1. Lapisan gel terdiri atas albumin, glikoprotein, IgG, IgM, dan faktor komplemen.
2. Lapisan cair terdiri atas sekresi serosa, laktoferin, lisozim, inhibitor sekresi
leukoprotease, dan sekretorik IgA.
Silia pada sel-sel epitel berdenyut secara sinkron, sehingga ujungnya dijumpai pada fase gel
dan menyebabkannya bergerak ke arah mulut, membawa partikel dan debris seluler
bersamanya (transpor mukosilier atau bersihan).Banyak faktor dapat mengganggu
mekanisme tersebut, termasuk peningkatan viskositas atau ketebalan mukus, membuatnya
lebih sulit untuk bergerak (misalnya peradangan, asma), perubahan pada fase sol yang
menghambat gerakan silia atau mencegah perlekatan pada fase gel dan gangguan aktivitas
silia (diskinesia silia).Transpor mukosilier ini menurun performanya akibat merokok,
polutan, anestetik, dan infeksi serta pada fibrosis kistik dan sindrom silia imotil kongenital
yang jarang terjadi.Transpor mukosilier yang berkurang menyebabkan infeksi respirasi
rekuren yang secara progresif merusak paru, misalnya bronkiektasis.Pada keadaan tersebut
dinding bronkus menebal, melebar, dan meradang, secara permanen.
Mukus (sekret kelenjar) dihasilkan oleh sel-sel goblet pada epitel dan kelenjar
submukosa.Unsur utamanya adalah glikoprotein kaya karbohidrat yang disebut musin yang
memberikan sifat seperti gel pada mukus.Fluiditas dan komposisi ionik fase sol dikontrol
oleh sel-sel epitel. Mukus mengandung beberapa faktor yang dihasilkan oleh sel-sel epitel
dan sel lain atau yang berasal dari sel plasma: antiprotease seperti 1-antitripsin yang
menghambat aksi protease yang dilepaskan dari bakteri dan neutrofil yang mendegradasi

protein, defisiensi 1-antitripsin merupakan predisposisi terjadinya gangguan elastin dan


perkembangan emfisema. Protein surfaktan A, terlepas dari aksinya pada tegangan
permukaan, memperkuat fagositosis dengan menyelubungi atau mengopsonisasi bakteri dan
partikel-partikel lain. Lisozim disekresi dalam jumlah besar pada jalan napas dan memiliki
sifat antijamur dan bakterisidal; bersama dengan protein antimikroba, laktoferin, peroksidase,
dan defensin yang berasal dari neutrofil, enzim tersebut memberikan imunitas non spesifik
pada saluran napas.
Imunoglobulin sekretori (IgA) adalah imunoglobulin utama dalam sekresi jalan napas dan
dengan IgM dan IgG mengaglutinasi dan mengopsonisasi partikel antigenik; IgA juga
menahan perlekatan mikroba ke mukosa.IgA sekretori terdiri dari suatu dimer dua molekul
IgA yang dihasilkan oleh sel-sel plasma (limfosit B teraktivasi) dan suatu komponen
sekretori glikoprotein.Komponen tersebut dihasilkan pada permukaan basolateral sel-sel
epitel, tempatnya mengikat dimer IgA.Kompleks IgA sekretori kemudian dipindahkan ke
permukaan luminal sel epitel dan dilepaskan ke dalam cairan bronkial. Kompleks tersebut
merupakan 10% protein total dalam cairan lavase bronkoalveolar.
Jaringan Limfoid
Struktur jaringan limfoid membentuk sistem limfoid yang terdiri dari limfosit, sel epitelial,
dan sel stromal.Terdapat dua organ limfoid yaitu primer dan sekunder.Organ limfoid primer
merupakan tempat utama pembentukan limfosit (limfopoesis) yaitu timus dan sumsum
tulang. Limfosit dewasa yang diproduksi organ limfoid primer akan bermigrasi menuju organ
limfoid sekunder. Organ limfoid sekunder merupakan tempat terjadinya interaksi antara
limfosit dengan limfosit dan antara limfosit dengan antigen, dan diseminasi respons
imun.Organ limfoid sekunder yaitu limpa dan jaringan limfoid pada mukosa seperti tonsil,
BALT (bronchus-associated lymphoid tissue), GALT (gut-associated lymphoid
tissue)/Peyers patch. Sirkulasi limfe akan berlanjut menuju duktus torasikus yang akan
berhubungan dengan sistem pembuluh darah sehingga dapat mengirimkan berbagai unsur
sistem limfoid.
Di dalam jaringan limfoid mukosa (MALT) terdapat sel dendrit yang berasal dari sumsum
tulang.Sel dendrit berfungsi sebagai Antigen Presenting Cell (APC) dan mengirim sinyal
aktivasi kepada limfosit T naive atau virgin untuk memulai respon imun, karena itu sel
dendrit disebut juga imunostimulatory cells. Sel dendrit dapat mengekspresikan MHC-kelas
II sendiri pada level yang tinggi serta MHC-kelas I dan reseptor komplemen tipe 3. Sinyal
dari Th (CD4+) akan menginduksi limfosit untuk menghasilkan sitokin. Aktivasi limfosit B
dibantu oleh sel Th2 (IL-2, IL-4, IL-5) serta membentuk diferensiasi sel B menjadi klon yang
memproduksi antibodi berupa sekretorik IgA. MALT tidak ada di saluran napas bawah.
Sistem Khusus Traktus Respiratorius Atas
1. Refleks nasofaringo-bronkial
Refleks ini mengurangi puncak aliran ekspirasi akibat alergen yang memasuki hidung.
Baru-baru ini dilaporkan, sekitar 6 jam setelah refleks ini menyebabkan penurunan FEV1

dan forced vital capacity yang signifikan. Refleks ini bisa dikenal dengan refleks bersin.
Mekanisme refleks bersin sama halnya dengan refleks batuk. Hanya saja, refleks ini
terjadi pada kavitas nasal bukan pada saluran napas bawah.
Mekanisme refleks sebagai berikut: bronkus dan trakea sedemikian sensitifnya terhadap
sentuhan halus, sehingga benda asing dalam jumlah berapa pun atau penyebab iritasi
lainnya akan menimbulkan refleks batuk. Laring dan karina (tempat di mana trakea
bercabang menjadi bronkus) adalah yang paling sensitif, dan bronkiolus terminalis dan
bahkan alveoli bersifat sensitif terhadap rangsangan bahan kimia yang korosif seperti
sulfur dioksida dan klorin.
Impuls aferen yang berasal dari saluran napas terutama berjalan melalui nervus vagus ke
medula. Di sana, suatu rangkaian peristiwa otomatis digerakkan oleh lintasan neuronal
medula, menyebabkan efek sebagai berikut: pertama, kira-kira 2,5 liter udara diinspirasi.
Kedua, epiglotis menutup; dan pita suara menutup erat-erat dan menjerat udara dalam
paru.Ketiga, otot-otot perut berkontraksi dengan kuat mendorong diafragma, sedangkan
otot-otot ekspirasi lainnya, seperti interkostalis internus, juga berkontraksi dengan
kuat.Keempat, pita suara dengan epiglotis terbuka lebar, sehingga udara bertekanan tinggi
dalam paru meledak keluar.Kemudian, penekanan kuat pada paru yang menyebabkan
bronkus dan trakea menjadi kolaps sehingga bagian yang tidak berkartilago ini
berinvaginasi ke dalam, akibatnya udara yang meledak tersebut benar-benar mengalir
melalui celah-celah bronkus dan trakea bersama partikel asing. Peristiwa ini terjadi sama
persis dengan refleks batuk, namun ketika refleks bersin terjadi penekanan uvula,
sehingga sejumlah besar udara dengan cepat melalui hidung, dengan demikian membantu
membersihkan saluran hidung dari benda asing.
2. Fungsi protektif hidung
Menghangatkan dan melembabkan udara, menyaring partikel atau iritan, dan produksi
nitrit oksida (NO). Hal ini ditujukan agar udara yang diinhalasi bisa mencapai saluran
napas bawah dalam keadaan yang tidak membahayakan homeostasis. Panas dihasilkan
dari banyak kapiler yang berada di sub epitelial yang berpenestrasi menuju permukaan
lumen serta membantu transportasi air menuju interstisium. Melembabkan udara
dimediasi oleh aktivasi sekitar 45.000 kelenjar seromukosa pada kavitas nasal dan sel
goblet yang menghasilkan sejumlah air yang signifikan. Adanya kolam yang terisi oleh
sejumlah besar volume darah yang berasal dari sinusoid vena yang terletak di subepitelial
bisa membuat jaringan submukosa untuk menyerap udara dan menambah perluasan
kontak dengan aliran udara. Mukus hidung dan mukosiliar merupakan komponen penting
dalam pembersihan. Partikel dengan diameter aerodinamik 5-10 m ditangkap dalam
mukosa nasal. Gas yang larut dalam air akan dihilangkan total dari udara yang diinhalasi
di saluran masuk hidung.
3. Gas yang bersifat iritan
Gas yang bersifat iritan dapat menstimulasi saraf sensorik hidung dan menginduksi
sekresi yang membuat deposit yang lebih besar. NO dihasilkan dari saluran napas atas

(terutama sinus paranasal) yang berperan protektif untuk cabang respiratorius. NO


memiliki aktivitas antiviral dan bakteriostatik yang kuat, meningkatkan oksigenasi,
menghasilkan efek bronkodilator, dan menjaga masuknya udara melalu saluran napas
bawah.
4. Peran inflamasi pada nasal
Di jaringan paru terdapat sel markofag alveolar (pulmonary alveolar macrophage).
Makrofag mengeluarkan substansi antigenik. Sel polimorfonuklear berperan ketika
melawan mikroorganisme yang menginfeksi paru terutama di distal paru. Jika
mikroorganisme yang masuk tidak dapat diatasi oleh makrofag, mikroorganisme akan
berkembang biak di alveoli dan menyebabkan pneumonia dan proses inflamasi.
Komponen inflamasi yang dikeluarkan oleh makrofag, seperti komplemen aktivatif dan
faktor kemotaktik, akan menarik PMN untuk datang dan segera memfagositosis serta
membunuh mikroorganisme. Suatu protein yang disebut opsonin yang terlebih dahulu
membungkus benda asing sebelum menempel pada sel yang memfagositosis benda asing
ini. Opsonin menyebabkan benda asing lebih adhesif terhadap makrofag, IgG salah satu
bentuk opsonin. Sejumlah eosinofil di mukosa saluran napas bawah akan meningkat yang
mengekspresikan molekul adesi setelah diinduksi oleh alergen hidung.
5. Drainase material inflamatori
Saluran napas atas terdiri dari hidung, telinga, dan tenggorok. Salah satu struktur
penunjang yang terletak di sistem ini adalah tuba eustachius yang menghubungkan
nasofaring dengan telinga tengah. Struktur ini berfungsi dalam menjaga tekanan atmosfer
tetap seimbang. Kompleks osteomeatal (OMC) adalah daerah cavum nasalis antara
meatus media dan inferior, tempat pertemuan drainase dari sinus frontal, etmoidalis
(etmoidalis anterior), dan maxillaris. Terjadinya penurunan tekanan oksigen dalam
kompleks ini juga bisa memicu rasa pusing. Seperti halnya saluran napas atas, OMC juga
memiliki transpor silia.

Anda mungkin juga menyukai