Anda di halaman 1dari 7

3.

3 Sifat
Mikrobakterium tidak dapat diklasifikasikan sebagi gram positif atau gram negatif karena
sekali diwarnai dengan zat warna basa, warna tersebut tidak dapat dihilangkan dengan
alkohol, meskipun dibubuhi iodium, karenanya ia termasuk dalam bakteri tahan asam.
Mikrobakterium cenderung lebih resisten terhadap faktor kimia dari pada bakteri yang lain
karena sifat hidrofobik permukaan selnya dan pertumbuhan bergerombol. Mikrobakterium
tidak menghasilkan kapsul atau spora; dinding selnya terdiri dari peptidoglikan dan DAP;
dengan kandungan lipid kira-kira setinggi 60%. Bakteri ini adalah bakteri aerob, karenanya
pada kasus TBC biasanya mereka ditemukan pada daerah yang banyak udaranya.
Mikrobakterium mendapat energi dari oksidasi berbagai senyawa karbon sederhana.
Aktivitas biokimianya tidak khas, dan laju pertumbuhannya lebih lambat dari kebanyakan
bakteri lain karena sifatnya yang cukup kompleks dan dinding selnya yang impermeable,
sehingga penggandaannya hanya berlangsung setiap kurang lebih 18 jam. Bentuk saprofit
cenderung tumbuh lebih cepat, berkembang biak dengan baik pada suhu 22-23oC,
menghasilkan lebih banyak pigmen, dan kurang tahan asam dari pada bentuk yang patogen.
Mikrobakterium cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup
beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab.
(Simbahgaul, 2008)
4.7 Penatalaksanaan
Prinsip pengobatan
Pengobatan tuberkulosis dilakukan dengan prinsip - prinsip sebagai berikut:
- OAT harus diberikan dalam bentuk kombinasi beberapa jenis obat, dalam jumlah cukup dan
dosis tepat sesuai dengan kategori pengobatan. Jangan gunakan OAT tunggal (monoterapi).
Pemakaian OAT-Kombinasi Dosis Tetap (OAT-KDT) lebih menguntungkan dan sangat
dianjurkan.
- Untuk menjamin kepatuhan pasien menelan obat, dilakukan pengawasan langsung (DOT =
Directly Observed Treatment) oleh seorang Pengawas Menelan Obat (PMO).
- Pengobatan TB diberikan dalam 2 tahap, yaitu tahap intensif dan lanjutan
Tahap awal (intensif)
- Pada tahap intensif (awal) pasien mendapat obat setiap hari dan perlu diawasi secara
langsung untuk mencegah terjadinya resistensi obat.
- Bila pengobatan tahap intensif tersebut diberikan secara tepat, biasanya pasien menular
menjadi tidak menular dalam kurun waktu 2 minggu.
- Sebagian besar pasien TB BTA positif menjadi BTA negatif (konversi) dalam 2 bulan.
Tahap Lanjutan
- Pada tahap lanjutan pasien mendapat jenis obat lebih sedikit, namun dalam jangka waktu
yang lebih lama
- Tahap lanjutan penting untuk membunuh kuman persister sehingga mencegah terjadinya
kekambuhan

Pengobatan TB paru:
1. Kategori I 2RHZE/4R3H3
a. TB paru BTA (+) kasus baru
b. TB paru BTA (-), foto thorax (+), kasus baru
c. TB ekstra paru ringan & berat
2. Kategori II 2RHZES/1RHZE/5R3H3E3
a. Pasien kambuh
b. Pasien default
c. Pasien gagal pengobatan

Katerogi

Pasien TB

TBP sputum BTA (+) baru


Bentuk TBP berat
TB ekstra-paru
TBP BTA-negatif

Relaps
Kegagalan pengobatan
Kembali ke default

TBP sputum BTA-negatif


TB ekstra-paru
(menengah berat)

Resimen Pengobatan*
Fase Awal
Fase Lanjutan
2 SHRZ (EHRZ)
6 HE
2 SHRZ (EHRZ)
4 HR
2 SHRZ (EHRZ)
4 H3R3

2 SHZE/1 HRZE
2 SHZE/1 HRZE

5 H3R3E3
5 HRE

2 HRZ atau 2 6 HE
H3R3Z3
2 HR/4 H
2 HRZ atau 2 2 H3R3/4 H
H3R3Z3
2 HRZ atau 2
H3R3Z3
Kasus kronis (masih BTA- Tidak dapat diaplikasikan
positif setelah pengobatan (mempertimbangkan
menggunakan
ulang yang disupervisi
obat-obatan barisan kedua)

Singkatan: TB = TBP = Tuberkulosis paru; S = Streptomisin; H = Isoniazid; R = Rifampisin; Z =


Pirazinamide; E = Etambutol.
Membaca resimen, misalnya: 2 SHRZ (EHRZ)/4 H 3R3 menunjukkan sebuah resimen untuk 2
bulan di antara obat-obatan etambutol, isoniazid, rifampisin, dan pirazinamide yang diberikan
setiap hari yang diikuti dengan pemberian 4 bulan isoniazid dan rifampisin yang diberikan tiap
hari atau 3x seminggu.
Nama Obat

Dosis Obat
BB <50 kg

BB >50 kg

Dosis Berkala 3x
Seminggu

Isoniazid
Rifampisin
Pirazinamide
Streptomisin
Etambutol
Etionamid
PAS

300 mg
450 mg
1000 mg
750 mg
750 mg
500 mg
99

400 mg
600 mg
2000 mg
1000 mg
1000 mg
750 mg
10 g

600 mg
600 mg
2-3 g
1000 mg
1-1.5 g

Obat yang digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok, yaitu:
a. Obat primer / Lini pertama: Isoniazid (INH), Rifampisin, Etambutol,Streptomisin,
Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas yang tinggidengan toksisitas yang masih dapat
ditolerir, sebagian besar dapatdipisahkan dengan obat-obatan ini.
b. Obat sekunder / Lini kedua: Etionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin,Amikasin,
Kapreomisin, Kanamisin
Isoniazid (INH)
Efek antibakteri
Bersifat tuberkulostatik dan tuberkulosid. Efek bakterisidnya hanya terlihat pada kuman
yang sedang tumbuh aktif. Isoniazid dapat menembus ke dalam sel dengan mudah.
Mekanisme kerja
Menghambat biosintesis asam mikolat (mycolic acid) yang merupakan unsur penting
dinding sel mikobakterium.
Farmakokinetik
Mudah diabsorbsi pada pemberian oral maupun parenteral. Mudah berdifusi ke dalam sel
dan semua cairan tubuh. Antar75-95% diekskresikan melalui urin dalam waktu 24 jam dan
hampir seluruhnya dalam bentuk metabolit.
Efek samping
Reaksi hipersensitivitas menyebabkan demam, berbagai kelainan kulit. Neuritis perifer
paling banyak terjadi. Mulut terasa kering, rasa tertekan pada ulu hati, methemoglobinemia,
tinnitus, dan retensiurin.
Sediaan dan posologi
Terdapat dalam bentuk tablet 50, 100, 300, dan 400 mg serta sirup 10 mg/mL. Dalam tablet
kadang-kadang telah ditambahkan B6. Biasanya diberikan dalam dosis tunggal per orang
tiap hari. Dosis biasa 5 mg/kgBB, maksimum 300 mg/hari. Untuk TB berat dapat diberikan
10mg/kgBB, maksimum 600 mg/hari, tetapi tidak ada bukti bahwa dosis demikian besar lbih
efektif. Anak < 4 tahun dosisnya 10mg/kgBB/hari. Isoniazid juga dapat diberikan secara
intermiten 2 kali seminggu dengan dosis 15 mg/kgBB/hari.
Rifampisin
Aktivitas antibakteri
Menghambat pertumbuhan berbagai kuman gram-positif dan gram-negatif.

Mekanisme kerja
Terutama aktif terhadap sel yang sedang tumbuh. Kerjanya menghambat DNA dependent
RNA polymerase dari mikrobakteria dan mikroorganisme lain dengan menekan mulai
terbentuknya (bukan pemanjangan) rantai dalam sintesis RNA.
Farmakokinetik
Pemberian per oral menghasilkan kadar puncak dalam plasma setelah 2-4 jam. Setelah
diserap dari saluran cerna, obat ini cepat diekskresi melalui empedu dan kemudian
mengalami sirkulasi enterohepatik. Penyerapannya dihambat oleh makanan. Didistribusi
keseluruh tubuh. Kadar efektif dicapai dalam berbagai organ dan cairan tubuh, termasuk
cairan otak, yang tercermin dengan warna merah jingga pada urin, tinja, ludah, sputum, air
mata, dan keringat.
Efek samping
Jarang menimbulkan efek yang tidak diinginkan. Yang paling sering ialah ruam kulit,
demam, mual, dan muntah.
Sediaan dan posologi
Tersedia dalam bentuk kapsul 150 mg dan 300 mg. Terdapat pula tablet 450 mg dan 600 mg
serta suspensi yang mengandung 100 mg/5mL rifampisin. Beberapa sediaan telah
dikombinasi dengan isoniazid. Biasanya diberikan sehari sekali sebaiknya 1 jam sebelum
makan atau dua jam setelah makan. Dosis untuk orang dewasa dengan berat badan kurang
dari 50 kg ialah 450 mg/hari dan untuk berat badan lebih dari 50 kg ialah 60 mg/hari. Untuk
anak-anak dosisnya 10-20mg/kgBB/hari dengan dosis maksimum 600 mg/hari.
Etambutol
Aktivitas antibakteri
Menghambat sintesis metabolit sel sehingga metabolisme sel terhambat dan sel mati. Hanya
aktif terhadap sel yang tumbuh dengan khasiat tuberkulostatik.
Farmakokinetik
Pada pemberian oral sekitar 75-80% diserap dari saluran cerna. Tidak dapat ditembus sawar
darah otak, tetapi pada meningitis tuberkulosa dapat ditemukan kadar terapi dalam cairan
otak.
Efek samping
Jarang. Efek samping yang paling penting ialah gangguan penglihatan, biasanya bilateral,
yang merupakan neuritis retrobulbar yaitu berupa turunnya ketajaman penglihatan,
hilangnya kemampuan membedakan warna, mengecilnya lapangan pandang, dan skotom
sentral maupun lateral. Menyebabkan peningkatan kadar asam urat darah pada 50% pasien.
Sediaan dan posologi
Tablet 250 mg dan 500 mg. Ada pula sediaan yang telah dicampur dengan isoniazid dalam
bentuk kombinasi tetap. Dosis biasanya 15 mg/kgBB, diberikan sekali sehari, ada pula yang
menggunakan dosis 25 mg/kgBB selama 60 hari pertama, kemudian turun menjadi 15
mg/kgBB.
Pirazinamid

Aktivitas antibakteri
Mekanisme kerja belum diketahui.
Farmakokinetik
Mudah diserap usus dan tersebar luas ke seluruh tubuh. Ekskresinya terutama melalui filtrasi
glomerulus.
Efek samping
Yang paling umum dan serius adalah kelainan hati. Menghambat ekskresi asam urat. Efek
samping lainnya ialah artralgia, anoreksia, mual, dan muntah, juga disuria, malaise, dan
demam.
Sediaan dan posologi
Bentuk tablet 250 mg dan 500 mg. Dosis oral 20-35mg/kgBB sehari (maksimum 3 g),
diberikan dalam satu atau beberapa kali sehari.
Streptomisin
Aktivitas antibakteri
Bersifat bakteriostatik dan bakterisid terhadap kuman TB. Mudah masuk kavitas, tetapi
relatif sukar berdifusi ke cairan intrasel.
Farmakokinetik
Setelah diserap dari tempat suntikan, hampir semua streptomisin berada dalam plasma.
Hanya sedikit sekali yang masuk kedalam eritrosit. Kemudian menyebar ke seluruh cairan
ekstrasel. Diekskresi melalui filtrasi glomerulus.
Efek samping
Umumnya dapat diterima dengan baik. Kadang-kadang terjadi sakit kepala sebentar atau
malaise. Bersifat nefrotoksik. Ototoksisitas lebih sering terjadi pada pasien yang fungsi
ginjalnya terganggu.
Sediaan dan posologi
Bubuk injeksi dalam vial 1 dan 5 gram. Dosisnya 20 mg/kgBB secara IM, maksimum 1
gr/hari selama 2 sampai 3 minggu.Kemudian frekuensi berkurang menjadi 2-3 kali
seminggu.
Etionamid
Aktivitas antibakteri
In vitro, menghambat pertumbuhan M. tuberculosis jenis human pada kadar 0.9-2.5 g/mL.
Farmakokinetik
Pemberian per oral mudah diabsorpsi. Kadar puncak 3 jam dan kadar terapi bertahan 12 jam.
Distribusi cepat, luas, dan meratake cairan dan jaringan. Ekskresi cepat dalam bentuk utama
metabolit 1%aktif.
Efek samping
Paling sering anoreksia, mual da muntah. Sering terjadi hipotensi postural, depresi mental,
mengantuk dan asthenia
Sediaan dan posologi
Dalam bentuk tablet 250 mg. Dosis awaln 250 mgsehari, lalu dinaikan setiap 5 hari dengan
dosis 125 mg 1 g/hr. Dikonsumsi waktu makan untuk mengurangi iritasi lambung.

Paraaminosalisilat
Aktivitas bakteri
In vitro, sebagian besar strain M. tuberculosis sensitif dengan kadar 1 g/mL.
Farmakokinetik
Mudah diserap melalui saluran cerna. Masa paruh 1 jam. Diekskresi 80% di ginjal dan 50%
dalam bentuk asetilasi.
Efek samping
Gejala yang menonjol mual dan gangguan saluran cerna. Dan kelainan darah antara lain
leukopenia, agranulositopenia, eosinofilia, limfositosis, sindrom mononukleosis atipik,
trombositopenia.
Sediaan dan posologi
Dalam bentuk tablet 500 mg dengan dosis oral 8-12g sehari.
Sikloserin
Aktifitas bakteri
In vitro, menghambat M.TB pada kadar 5-20 g/mL dengan menghambat sintesis dinding sel.
Farmakokinetik
Baik dalam pemberian oral. Kadar puncak setelah pemberian obat 4-8 jam. Ditribusi dan
difusi ke seluruh cairan dan jaringan baik. Ekskresi maksimal dalam 2-6 jam, 50% melalui
urin dalam bentuk utuh.
Efek samping
SSP biasanya dalam 2 minggu pertama, dengan gejala somnolen, sakit kepala, tremor,
vertigo, konvulsi, dll.
Sediaan dan posologi
Bentuk kapsul 250 mg, diberikan 2 kali sehari. Hasil terapi paling baik dalam plasma 25-30
g/mL. Kanamisin dan Amikasin Menghambat sintesis protein bakteri. Efek pada M. tb hanya
bersifat supresif.
Farmakokinetik
Melalui suntikan intramuskular dosis 500 mg/12 jam (15 mg/kgBB/hr, atau dengan
intravena selama 5 hr/mgg selama 2 bulan, dan dilanjutkan dengan 1-1.5 mg 2 atau 3
kali/mgg selama 4 bulan.
Kapreomisin
Efek samping:
Nefrotoksisitas dengan tanda naiknya BUN, menurunnya klirens kreatinin dan albuminuria.
Selain itu bisa terjadi hipokalemia, uji fungsi hati buruk, eosinogilia, leukositosis,
leukopenia, dan trombositopenia.

Obat
Isoniazid
Rifampisin
Streptomisin
Etambutol
Etionamid
PAS
Cycloserin

Efek Samping
Neuropati perifer yang dapat dicegah dengan
pemberian vitamin B6, hepatotoksik
Sindrom flu, hepatotoksik
Nefrotoksik, gangguan nervus VIII kranial
Neuritis optika, nefrotoksik, skin rash/dermatitis
Hepatotoksik, gangguan pencernaan
Hepatotoksik, gangguan pencernaan
Seizure/kejang, depresi, psikosis

Anda mungkin juga menyukai