Disusun Oleh :
Arum Ayu Kartika
20090310152
Dokter Pembimbing
dr. Ita Rahmawati, Sp.Rad
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang selalu
melimpahkan rahmat, anugrah, dan karunianya sehingga kami bisa menyelesaikan
referat ini dengang baik dan sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Kami
mengucapkan terima kasih kepada dr.Ita Rima, Sp.R selaku pembimbing di SMF
Ilmu Radiologi RSUD Salatiga.
Kami menyadari bahwa penulisan presus saya masih kurang sempurna.
Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para
pembaca agar kedepannya kami dapat memperbaiki dan menyempurnakan tulisan
ini.
Saya berharap presus ini berguna bagi semua orang dan dapat digunakan
sebaik-baiknya sebagai sumber informasi. Atas perhatiannya kami ucapkan
terimakasih
Batam,
Desember 2015
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................
...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................
ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
1
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................
2
2.1.Definisi..............................................................................................................
2
2.2.Epidemiologi.....................................................................................................
2
2.3.Etiologi..............................................................................................................
3
2.4.Patofisiologi......................................................................................................
3
2.5.Diagnosa...........................................................................................................
8
2.5.1.Gejala Klinis...............................................................................................
8
2.5.2.Pemeriksaan Fisik.......................................................................................
8
2.5.3.Pemeriksaan Radiologis Tuberkulosis Paru...............................................
9
2.5.4.Skoring TB pada Anak...............................................................................
10
2.6.Gambaran Radiologis TB.................................................................................
12
2.6.1.Tuberkulosis Primer...................................................................................
12
iii
iv
I. KASUS
Nama Pasien / Umur
: Tn.A
Umur
: 92 Th
Alamat
: Jl. Dangko No.42
Perawatan Bagian
: Infection Centre Lt.2 Kamar 2
Tanggal Kunjungan
: 12 Desember 2014
1.1 Anamnesis :
Keluhan Utama
: Batuk lama
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang laki-laki usia 92 tahun, 1 bulan sebelum masuk rumah sakit
mengeluh batuk lama, berdahak, berwarna merah muda 5 cc tidak
menyemprot dan dada kanan bawah terasa nyeri. Pasien juga mengeluh
pusing, lemah, kadang-kadang timbul demam namun tidak terlalu
tinggi, nafsu makan berkurang, sehingga perut terasa mual, dan
muntah. Pasien mengalami penurunan berat badan yang sangat drastis,
dan berkeringat bila tidur malam. Pasien sudah pernah mondok
dirumah sakit setahun yang lalu dengan keluhan utama yang sama
dengan penyakit sekarang.
Riwayat Pengobatan : Pasien tidak teratur mengkonsumsi obat OAT
selama 2 bulan ini.
Riwayat alergi obat tidak ada
Riwayat Pribadi dan Sosial : Pasien sudah tidak bekerja, istri sudah
meninggal karena jatuh dan tidak mempunyai anak, pasien dirawat
oleh keponakannya.
Suka minum jamu, kopi dan merokok
Riwayat Penyakit Dahulu : Dulu pernah sakit seperti ini sebelumnya.
Sudah Pengobatan TB ke 3 bulan ini dari poli puskesmas
o Riwayat penyakit DM
: disangkal
o Riwayat tekanan darah tinggi
: disangkal
o Riwayat penyakit jantung
: disangkal
o Riwayat penyakit asma
: disangkal
o Riwayat penyakit ginjal
: disangkal
o Riwayat keganasan
: disangkal
Riwayat Penyakit Keluarga :
o Tidak ada yang memiliki keluhan serupa
o Tidak ada yang memiliki keluhan batuk lama
o Riwayat tekanan darah tinggi (-), kencing manis (-), asma (-),
keganasan (-), TBC ( - )
Pernafasan
Suhu
Status Generalis :
KEPALA
Bentuk normosephal, rambut berwarna hitam beruban, terdistribusi
merata dan tidak rontok
MATA
Simetris, edema palpebra (-/-), konjungtiva pucat (+/+), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor dan bulat
TELINGA
Bentuk : normal simetris antara kiri dan kanan.
Lubang telinga : normal, secret (-/-).
Nyeri tekan (-/-).
Peradangan pada telinga (-)
Pendengaran : normal
MULUT
Simetris.
Bibir : sianosis (-), stomatitis angularis (-), pursed lips breathing
(-).
Gusi : hiperemia (-), perdarahan (-).
Lidah: glositis (-), atropi papil lidah (-), lidah berselaput (-),
kemerahan di pinggir (-), tremor (-), lidah kotor (-).
Gigi : caries (-)
Mukosa : normal
LEHER
Simetris (-), Kaku kuduk (-), Limfadenopati (-),
Trakea terletak di tengah, JVP : tidak meningkat, pembesaran
thyroid (-), Retraksi M. Sternocleidomastoideus (+)
THORAX (PULMO)
Inspeksi
bentuk simetris, ukuran dinding dada normal,
pergerakan dinding dada simetris, retraksi intracosta (+)
Palpasi
Pergerakan dinding dada simetris, Fremitus raba :
Lobus superior : D/S sama, Lobus medius dan lingua: D/S sama,
Lobus inferior : D/S sama, Nyeri tekan (-), edema (-), krepitasi (-).
Perkusi
Sonor pada kedua lapang paru, nyeri ketok (-)
Auskultasi
1.3 Laboratorium
Jenis Pemerikaan
Hasil
Nilai Rujukan
WBC
15,59 x103/uL
4 - 10 x 103/uL
DARAH
RBC
4,13 x106/uL
3.505.50 x 106/uL
RUTIN
HGB
8.2 g/dL
11.5 - 16 g/dL
HCT
PLT
24,4 %
638x 103/uL
37 47%
150-500x 103/uL
I.4 Radiologi
Foto Thorax PA
Kesan : - KP Dextra
- Limfadenopati Dextra
- Bronchitis
Foto CT Thoraks (Tanpa Kontras)
BAB I
PENDAHULUAN
Tuberkulosis
adalah
suatu
penyakit
infeksi
menular
yang
penunjang
yaitu
pemeriksaan
radiologis
dan
pemeriksaan
memiliki hasil sputum BTA (-). Oleh karena itu, apabila diagnosis TB paru
ditegakkan semata-mata berdasarkan pemeriksaan BTA (+), akan banyak
penderita TB paru yang tidak terdiagnosis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi
primer
1,4,5
2.2. Epidemiologi
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan di Indonesia,
4
dan sebagian besar negara-negara di dunia . Laporan TB dunia oleh WHO yang
terbaru (2006), masih menempatkan Indonesia sebagai penyumbang TB terbesar
nomor 3 di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah kasus baru sekitar
539.000 dan jumlah kematian sekitar 101.000 pertahun. Survei Kesehatan Rumah
Tangga (SKRT) tahun 1995, menempatkan TB sebagai penyebab kematian ketiga
terbesar setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan,
3
dan merupakan nomor satu terbesar dalam kelompok penyakit infeksi . Baik di
Indonesia maupun di dunia, TB masih tetap menjadi problem kesehatan dunia
yang
utama.
Walaupun
sudah
lebih
dari
seabad
sejak
penyebabnya
ditemukan oleh ilmuwan Jerman, Robert Koch, pada tahun 1882, TB belum dapat
berbagai tempat pada saat ini diduga disebabkan oleh berbagai hal, yaitu (1)
diagnosis yang tidak tepat, (2) pengobatan yang tidak adekuat, (3) program
penanggulangan tidak dilaksanakan dengan tepat, (4) infeksi endemik human
immuno-deficiency virus (HIV), (5) migrasi penduduk, (6) mengobati sendiri (self
treatment), (7) meningkatnya kemiskinan, dan (8) pelayanan kesehatan yang
4,6
kurang memadai .
2.3. Etiologi
Penyebab
tuberculosis
adalah
Mycobacterium
tuberculosis,
1.
asam lemak ( Lipid ). Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan
terhadap asam sehingga disebut bakteri tahan asam (BTA) . Kuman dapat tahan
hidup pada keadaan kering maupun dingin, karena kuman berada dalam keadaan
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan menjadi aktif
kembali. Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman
lebih menyukai jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini
tekanan oksigen pada bagian apikal paru-paru lebih tinggi dari bagian lain,
sehingga bagian apikal paru- paru merupakan tempat predileksi tuberkulosis.
2.4. Patofisiologi
Penyakit TB dapat berkembang pada seseorang melalui dua cara. Yang
pertama dapat terjadi pada seseorang yang telah beberapa tahun terinfeksi TB dan
TB . Cara yang lain terjadi jauh lebih cepat. Terkadang ketika seseorang pertama
kali menghirup kuman TB, tubuhnya tidak mampu melindungi diri terhadap
penyakit ini. Kuman tersebut kemudian berkembang menjadi penyakit TB aktif
dalam beberapa minggu. Seseorang dengan TB aktif akan menjadi sangat
2
terjadinya inflamasi
jumlah 10 -10 , yaitu jumlah yang cukup untuk merangsang respons imunitas
seluler.
1,2
fibrosis
dan
enkapsulasi,
tetapi
penyembuhannya
tidak
sesempurna fokus primer di jaringan paru. Kuman TB dapat tetap hidup dan
menetap selama bertahun-tahun dalam kelenjar ini.
1,2
10
pneumonitis
dan
atelektasis,
sehingga
menyebabkan
1,2
segmental kolaps-konsolidasi.
Bagan 2.1
1,2
11
1,2
1,2
12
endobronkial
(lesi
segmental
yang
timbul
akibat
pembesaran kelenjar regional) dapat terjadi dalam waktu yang lebih lama (3-9
bulan). Terjadinya TB paru kronik sangat bervariasi, bergantung pada usia
terjadinya infeksi primer. TB paru kronik biasanya terjadi akibat reaktivasi kuman
di dalam lesi yang tidak mengalami resolusi sempurna. Reaktivasi ini jarang
terjadi pada anak tetapi sering pada remaja dan dewasa muda.
1,2
Gejala Klinis
Demam
Batuk / batuk darah
Sesak nafas
13
Nyeri dada
Malaise
2.5.2.
Pemeriksaan Fisik
2.5.3.
Kelainan pada foto toraks bisa sebagai usul tetapi bukan sebagai diagnosa
utama pada TB. Namun, Foto toraks bisa digunakan untuk menyingkirkan
kemungkinan TB paru pada orang-orang yang dengan hasil tes tuberkulin ( +) dan
tanpa menunjukkan gejala.
1) Bila
klinis
ditemukan
gejala
tuberkulosis
paru,
hampir
selalu
14
suatu
lesi di
dilakukan pada posisi berdiri dengan arah sinar menyudut 35-45 derajat arah
caudocranial, agar gambaran apeks paru tidak berhimpitan dengan klavikula.
15
0
Tidak jelas
1
-
2
Laporan keluarga,
3
BTA (+)
Negative
jelas/tidak tahu
-
(Mantoux)
Positif (10
mm atau 5
mm pada
imunokompro
Berat
atau BB/U
<80%
2 minggu
3 minggu
1 cm, >1 cm,
badan/keadaan
gizi
Demam yang
mais)
-
BB/TB <90%
tidak diketahui
penyebabnya
Batuk kronik
Pembesaran
kelenjar limfe
tidak nyeri
kolli, aksila,
inguinal
Pembengkakan
tulang/sendi
Ada
pembengkakan
16
panggul, lutut,
falang
Foto toraks
Normal/
Gambaran
kelainan
sugestif TB
tidak jelas
ini
disease, dan efusi pleura. Pada paru bisa dijumpai infiltrat dan kavitas. Salah
satu komplikasi yang mungkin timbul adalah pleuritis eksudatif, akibat
perluasan infitrat primer ke pleura melalui penyebaran hematogen.
Komplikasi lain adalah atelektasis akibat stenosis bronkus karena perforasi
kelenjar ke dalam bronkus. Baik pleuritis maupun atelektasis pada anakanak mungkin demikian luas sehingga sarang primer tersembunyi
dibelakangnya.
17
Gambar 2.2 Tuberculosis dengan komplek primer (hanya hilus kiri membesar).
Foto toraks PA dan lateral
18
19
20
a. Penyembuhan
1. Penyembuhan tanpa bekas
Sering terjadi pada anak-anak (tuberkulosis primer dan pada orang dewasa
apabila diberikan pengobatan yang baik.
2. Penyembuhan dengan memninggalkan cacat.
Penyembuhan ini berupa garis - garis berdensitas tinggi / fibrokalsifikasi di
kedua lapangan atas paru dapat mengakibatkan penarikan pembuluh pembuluh darah besar di kedua hilli ke atas. Pembuluh darah besar di hilli
terangkat ke atas, seakan-akan menyerupai kantung celana (broekzak
fenomen). Sarang-sarang kapur kecil yang mengelompok di apeks paru
dinamakan Sarang - sarang Simon ( Simon's foci).
Secara roentgenologis, sarang baru dapat dinilai sembuh ( proses tenang )
bila setelah jangka waktu selama sekurang-kurangnya 3 bulan bentuknya
sama. Sifat bayangan tidak boleh berupa bercak-bercak, awan atau
lubang, melainkan garis-garis atau bintik-bintik kapur.
Dan harus didukung oleh hasil pemeriksaan klinik - laboratorium, termasuk
sputum.
b. Perburukan ( perluasan ) penyakit
1. Pleuritis
Terjadi karena meluasnya infiltrat primer langsung ke pleura atau melalui
penyebaran hematogen. Pada keadaan normal rongga pleura berisi cairan
1015 ml. Efusi pleura bias terdeteksi dengan foto toraks PA dengan tanda
meniscus sign/ellis line, apabila jumlahnya 175 ml. Pada foto lateral dekubitus
efusi pleura sudah bias dilihat bila ada penambahan 5 ml dari jumlah normal.
Penebalan pleura di apikal relative biasa pada TB paru atau bekas TB paru.
Pleuritis TB bias terlokalisir dan membentuk empiema. CT Toraks berguna
dalam memperlihatkan aktifitas dari pleuritis TB dan empiema.
21
2. Penyebaran miliar
Akibat penyebaran hematogen tampak sarang-sarang sebesar l-2mm atau
sebesar kepala jarum (milium), tersebar secara merata di kedua belah
paru. Pada foto toraks, tuberkulosis miliaris ini menyerupai gambaran 'badai
kabut (Snow storm apperance). Penyebaran seperti ini juga dapat terjadi pada
Ginjal, Tulang, Sendi, Selaput otak /meningen, dsb.
3. Stenosis bronkus
Stenosis bronkus dengan akibat atelektasis lobus atau segmen paru yang
bersangkutan sering menempati lobus kanan ( sindroma lobus medius ).
4. Kavitas (lubang)
Timbulnya lubang ini akibat melunaknya sarang keju. Dinding lubang sering
tipis berbatas licin atau tebal berbatas tidak licin. Di dalamnya mungkin
terlihat cairan, yang biasanya sedikit. Lubang kecil dikelilingi oleh jaringan
fibrotik dan bersifat tidak berubah-ubah pada pemeriksaan berkala (follow up)
dinamakan lubang sisa (residual cavity) dan berarti suatu proses lama yang
sudah tenang.
2.7. Pemeriksaan laboratorium
22
TB anak: Pneumonia
Untuk membedakan pneumonia TB dengan pneumonia bukan karena
TB, pada pneumonia bukan TB umumnya tidak disertai pembesaran
KGB dan pada evaluasi foto cepat terjadi resolusi TB dewasa :
pneumonia
non
TB,
karsinoma
(bronchioloalveolar
cell
ca),
NTM
Silikosis
Respiratory bronchiolitis interstitial lung disease (RB ILD)
Kavitas pada usia tua, kemungkinan karena tumor
Kavitas multipel dijumpai juga pada wegener granulomatosis dan
jamur
2.9. Komplikasi
INH
23
Rifampisin
Pirazinamid
Streptomisin
Etambutol
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Obat lain yang masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin +
asam klavulanat
Beberapa obat berikut ini masih tersedia di Indonesia antara lain:
kapreomisin, sikloserin, PAS (dulu tersedia), derivat rifampisin dan
INH, thiomides.
Panduan Pengobatan :
I. TB paru BTA (+) atau BTA (-), lesi luas
2 RHZE / 4 RH atau 2 RHZE / 6 HE
II. Kambuh : RHZES/ IRHZE sesuai hasil uji resistensi atau 2 RHZES/ 1
RHZE/ 5 RHE
- Gagal pengobatan: 3-6 kanamisin, oflosaksin, etionamid,
sikloserin/ 15-18 ofloksasin, etionamid, sikloserin, atau 2 RHZES/1
RHZE/ 5 RHE
III. TB paru putus obat
Sesuai lama pengobatan sebelumnya, lama berhenti minum obat dan
keadaan klinis, baketeriologi, dan radiologi saat ini atau 2 RHZES/
IRHZE/ 5R3H3E3
VI. TB paru BTA -, lesi minimal
2 RHZE/ 4 RH atau 6 RHE atau 2 RHZE/ 4 R3H3
V. TB paru kronik
24
25
BAB III
KESIMPULAN
Tuberkulosis adalah penyakit akibat infeksi kuman Mycobacterium
tuberculosis sistemis sehingga dapat mengenai hampir semua organ tubuh,
dengan lokasi terbanyak di paru yang biasanya merupakan lokasi infeksi primer.
Diagnosis Tb ditegakan melalui anamnesa, pemeriksaan fisik dan
pemeriksaan penunjang. Penegakan dianosis TB pada anak memiliki sistem
skoring khusus.
Pada pemeriksaan radiologi menggunakan rontgen thoraks gambaran
radiologi TB paru primer yang bisa ditemukan adalah adany infiltrat, kavitas,
pembesaran hilus, limfadenopati, atau pleuritis yang bisa ditemukan sendiri
ataupun bersamaan.
26
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.