Dalam proses pem,buktian di pengadilan Hakim harus berpedoman pada alta bukti sesuai
dengan pasal 184 KUHP.
Tugas Ilmu Kedokteran Forensik :
1. Menurut Objek Pemeriksaan
a. Manusia yang masih hidup
b. Mayat
c. Benda-benda Tubuh
2. Menurut bentuk Kerja
a. melakukan pemeriksaan dan mengemukakan hasil pemeriksaan
b. mengemukakan hasil pendapat saja.
c. Memberi nasihat tentang penyidikan.
3. menurut tempat kerja
a. rumah sakit atau laboratorium
b. TKP
c. Ruang kantor/ ruang siding
4. menurut waktu pemeriksaan
a. pemeriksaan mula-mula oleh polisi
b. pemeriksaan lanjutan oleh jaksa
c. pemeriksaan di siding pengadilan
Modul 2
Barang Bukti
Bararng- barang yang telah di sita nantinya akn menjadi barang bukti di pengadilan , mengenai
barangb bukti ini terdapat penjelasan pada pasal 130 KUHP.
Implementasi dari pasal di atas ialah bahwa barang bukti harus di bungkus rapih sedemikian rupa
agar tidak tertukar dengan barang bukti lainnya jika nanti di perlihatkan di persidangan.
Tata cara pemeriksaan mayat / tubuh manusia di atur dalam pasal 133 KUHP yang menyebutkan
bahwa :
1. untuk kepentingan pengadilan seorang korban berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli baik dari dokter kehakiman atau dokter lainnya.
2. Permintaan keterangan ahli itu di ajukan dengan surat dan isinya di sebutkan
dengan tegas untuk pemeriksaan luka, mayat atau badan mayat.
MODUL 3
Kewajiban Menjadi saksi
Pasal 224 KUHP :
Barang siapa di panggil sebagai saksi, ahli atau juru bahasa menurut undang-undang dengan
sengaja tidak memenuhi suatu kewajiban yang menurut undang- undang selaku demikian harus di
penuhi, di ancam:
1. Dalam perkara pidanan atau pidanan penjara paling lama 9 bulan
2. Dalam pidana lain pidanan penjara paling lama 6 bulan
Pasal 170 KUHAP
(1) Mereka yang karena pekerjaan, harkat martabat atau jabatannya diwajibkan menyimpan
rahasia, dapat minta dibebaskan dari kewajiban untuk memberi keterangan sebagai saksi, yaitu
tentang hal yang dipercayakan kepada mereka.
(2) Hakim menentukan sah atau tidaknya segala alasan untuk permintaan tersebut.
Ketentuan tersebut merupakan hak tolak /ingkar, Hak untuk menolak menjadi saksi.
Pasal 180
(1) Dalam hal diperlukan untuk menjernihkan duduknya persoalan yang timbul di sidang
pengadilan, hakim ketua sidang dapat minta keterangan ahli dan dapat pula minta agar diajukan
bahan baru oleh yang berkepentingan.
(2) Dalam hal timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau penasihat hukum terhadap hasil
keterangan ahli sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) hakim memerintahkan agar hal itu
dilakukan penelitian ulang.
(3) Hakim karena jabatannya dapat memerintahkan untuk dilakukan penelitian ulang sebagaimana
tersebut pada ayat (2).
(4) Penelitian ulang sebagaimana tersebut pada ayat (2) dan ayat (3) dilakukan oleh instansi
semula dengan komposisi personil yang berbeda dan instansi lain yang mempunyai wewenang
untuk itu.
Identifikasi Korban
Metode Visual
Metode ini dilakukan dengan memperlihatkan jenazah pada orang-orang yang merasa kehilangan
anggota keluarga atau temannya.Cara ini hanya efektif pada jenazah yang belum membusuk,
sehingga masih mungkin dikenali wajah dan bentuk tubuhnya oleh lebih dari satu orang.Hal ini
perlu diperhatikan mengingat adanya kemungkinan faktor emosi yang turut berperan untuk
membenarkan atau sebaliknya menyangkal identitas jenazah tersebut.
Pemeriksan Dokumen
Dokumen seperti kartu identitas (KTP, SIM, Paspor) dan sejenisnya yang kebetulan ditemukan
dalam dalam saku pakaian yang dikenakan akan sangat membantu mengenali jenazah
tersebut.Perlu diingat pada kecelakaan masal, dokumen yang terdapat dalam tas atau dompet
yang berada dekat jenazah belum tentu adalah milik jenazah yang bersangkutan.
Perhiasan
Dari pakaian dan perhiasan yang dikenakan jenazah, mungkin dapat diketahui merek atau nama
pembuat, ukuran, inisial nama pemilik, badge yang semuanya dapat membantu proses identifikasi
walaupun telah terjadi pembusukan pada jenazah tersebut.Khusus anggota ABRI, identifikasi
dipemudah oleh adanya nama serta NRP yang tertera pada kalung logam yang dipakainya.
Melalui Bentuk Fisik
Pemeriksaan dari mata ,telinga,hidung dan sebagainya.
Terjadi Pembusukan
Pembusukan mulai dari Usus usus menjalar ke seluruh tubuh , terutama tampak pada
pembuluh darah di bawah kulit. Setelah 10 jam kemudian berwarna biru, den setelah 96 jam
kematian ,kemudian berwarna hijau.
Luka tembak
Luka tembak masuk temple, yaitu laras di tempelkan langsung pada kulit ,luka akan
berbentuk lubanh, luka dengan lecet di sekitar lubang.
Luaka tembak jarak dekat
Luka terdiri dari lubang luka dengan kelam lecet di luarnya , berturut turut akan di temukan
keleim tato yang di akibatkan oleh tertanamnya butir peluru mesiu yang tisaka terbakar
sempurna kedalam kulit , kulit agak memerah akibat panas.
Modul 4
Ilmu-Ilmu forensic
Ilmu-ilmu forensic ialah ilmu yang dapat di gunakan untuk membantu proses peradilan, ilmu
forensic terdiri dari:
1. Medicine forensic , yaitu penggunann ilmu kedokteran dalam proses peradilan
2. Fisika forensic , adalah pembuktian terhadap barang bukti dalam perkkara pidan
secara ilmu fisika
3. Kimia forensic, penggunaan ilmu kimia untuk proses peradilan
4. Psikiatri forensic , yaitu ilmu penyakit jiwa dalam kaitannya tindak pidan.
Dll.
Abortus ialah keluarnya hasil pembuahan sebelum usia ke hamilan 2o minggu (5 bulan)
dengan berat kurang dari 500gram.
Pasal 346 Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya
atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat
tahun.
Pasal 347
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas
tahun.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut diancam dengan pidana
penjara paling lama lima belas tahun.
Pasal 348
(1) Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang
wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun
enam bulan.
(2) Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, diancam dengan pidana
penjara paling lama tujuh tahun.
Pasal 349
Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan berdasarkan
pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang
diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu
Pasal 341
Seorang ibu yang karena takut akan ketahuan melahirkan anak pada saat anak
dilahirkan atau tidak lama kemudian, dengan sengaja merampas nyawa anaknya,
diancam karena membunuh anak sendiri, dengan pidana penjara paling lama tujuh
tahun.
Pasal 342
Seorang ibu yang untuk melaksanakan niat yang ditentukan karena takut akan ketahuan
bahwa ia akan melahirkan anak pada saat anak dilahirkan atau tidak lama kemudian
merampas nyawa anaknya, diancam karena melakukan pembunuhan anak sendiri
dengan rencana, dengan pidana penjara paling lama semhi- lan tahun.
Pasal 343
Kejahatan yang diterangkan dalam pasal 341 dan 342 dipandang bagi orang lain yang
turut serta melakukan, sebagai pembunuhan atau pembunuhan anak dengan rencana.
dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencarian
dalam mana kejahatan dilakukan.
Modul 5
Kasus Perzinahan/Perkosaan
Pasal 284
(1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan:
l. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel),
padahal diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya,
b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak, padahal
diketahui bahwa pasal 27 BW berlaku baginya;
2. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal
diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin;
b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan
perbuatan itu, padahal diketahui olehnya bahwa yang turut bersalah telah
kawin dan pasal 27 BW berlaku baginya.
(2) Tidak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami/istri yang tercemar,
dan bilamana bagi mereka berlaku pasal 27 BW, dalam tenggang waktu tiga bulan
diikuti dengan permintaan bercerai atau pisah-meja dan ranjang karena alasan itu juga.
Pasal 285
Barang siapa dengan kekerasan atau ancaman kekerasan memaksa seorang wanita
bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, diancam karena melakukan perkosaan
dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.
Kasus ini sangat sulit di buktikan untuk adanya perkosaan harus di buktikan terlebih dahulu adnya
perbuatan tersebut, jika tidak maka tidak mungkin telah terjadi perkosaan. Suatu pembuktian
secara medis adalah mendapatkan sperma laki-laki di dalam liang senggama wanita yang di
maksud.
Arti harfiah dari Visum et Repertum yakni berasal dari kata visual yang
berarti melihat dan repertum yaitu melaporkan.Sehingga jika
digabungkan dari arti harafiah ini adalah apa yang dilihat dan diketemukan
sehingga Visum et Repertum merupakan suatu laporan tertulis dari dokter
(ahli) yang dibuat berdasarkan sumpah, mengenai apa yang dilihat dan
diketemukan atas bukti hidup, mayat atau fisik ataupun barang bukti
lain,kemudian dilakukan pemeriksaan menurut pengetahuan yang sebaikbaiknya (Soeparmono,2002:98). Dalam STBL tahun 1937 No 350
dikatakan bahwa visa et reperta para dokter yang dibuat baik atas
sumpah dokter yang diucapkan pada waktu menyelesaikan pelajarannya
di Indonesia.
tertulis dalam pasal 184 KUHP. Visum et repertum turut berperan dalam
proses pembuktian suatu perkara pidana terhadap kesehatan dan jiwa
manusia, dimana VeR menguraikan segala sesuatu tentang hasil
pemeriksaan medik yang tertuang di dalam bagian pemberitaan, yang
karenanya dapat dianggap sebagai pengganti barang bukti.Visum et
repertum juga memuat keterangan atau pendapat dokter mengenai hasil
pemeriksaan medik tersebut yang tertuang di dalam bagian kesimpulan.
Dengan demikian visum et repertum secara utuh telah menjembatani ilmu
kedokteran dengan ilmu hukum sehingga dengan membaca visum et
repertum, dapat diketahui dengan jelas apa yang telah terjadi pada
seseorang, dan para praktisi hukum dapat menerapkan norma-norma
hukum pada perkara pidana yang menyangkut tubuh dan jiwa manusia.
Apabila visum et repertum belum dapat menjernihkan duduk persoalan di
sidang pengadilan, maka hakim dapat meminta keterangan ahli atau
diajukannya bahan baru, seperti yang tercantum dalam KUHAP, yang
memungkinkan dilakukannya pemeriksaan atau penelitian ulang atas
barang bukti, apabila timbul keberatan yang beralasan dari terdakwa atau
penasehat hukumnya terhadap suatu hasil pemeriksaan. Hal ini sesuai
dengan pasal 180 KUHAP.
Bagi penyidik (Polisi/Polisi Militer) visum et repertum berguna untuk
mengungkapkan perkara. Bagi Penuntut Umum (Jaksa) keterangan itu
berguna untuk menentukan pasal yang akan didakwakan, sedangkan bagi
Hakim sebagai alat bukti formal untuk menjatuhkan pidana atau
membebaskan seseorang dari tuntutan hukum. Untuk itu perlu dibuat
suatu Standar Prosedur Operasional Prosedur (SPO) pada suatu Rumah
Sakit tentang tata laksana pengadaan visum et repertum.
Struktur dan Isi
Setiap visum et repertum harus dibuat memenuhi ketentuan umum
sebagai berikut: