Disusun oleh:
Estianna Khoirunnisa 20090310108
Nike Ratna Kemala 20090310007
Hafidlotul Muawanah 200901310011
Arum Ayu Kartika 20090310152
Linda Sundaswari 20090310160
HALAMAN PENGESAHAN
MINIRESEARCH
Disusun oleh:
Estianna Khoirunnisa 20090310108
Nike Ratna Kemala 20090310007
Hafidlotul Muawanah 200901310011
Arum Ayu Kartika 20090310152
Linda Sundaswari 20090310160
Disahkan oleh:
Kasihan, Agustus 2014
ii
KATA PENGANTAR
Bismillaahirrohmaanirrohiim
Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan
taufik dan hidayah, karena rahmat dan pertolongan-Nya penulis dapat
menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul PERBANDINGAN ASUPAN
NUTRISI DAN MASALAH GIGI PADA LANSIA DENGAN ANEMIA DAN
NONANEMIA DI LINGKUNGAN PUSKESMAS KASIHAN 1.
Karya tulis ilmiah ini disusun sebagai salah satu syarat untuk kelulusan
stase Ilmu Kesehatan Masyarakat di Puskesmas Kasihan 1. Dalam penyusunan
karya tulis ilmiah ini, penulis tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada
1. dr. Ardi Pramono, M. Kes., Sp. An., selaku Dekan Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,
2. dr. Titik Hidayati, M. Kes., selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah
yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis
sehingga karya tulis ilmiah ini selesai,
3. Segenap karyawan Puskesmas Kasihan 1 yang telah memberikan
bimbingan dan arahan kepada penulis,
4. Ayah dan Ibu tercinta, serta keluarga besar, atas semua doa dan
dukungannya baik moral maupun materiil yang telah diberikan kepada
penulis,
5. Dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu, atas semua
bantuan, doa, dan dukungan kepada penulis.
Semoga bantuan yang diberikan mendapat balasan dari Allah SWT.
Akhirnya penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
sempurna, namun demikian penulis berharap semoga karya tulis ilmiah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak.
Yogyakarta, 4 Januari 2013
Penulis
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.................................................................................................i
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................................iii
HALAMAN MOTTO.............................................................................................iv
KATA PENGANTAR...............................................................................................v
DAFTAR ISI..........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................ix
DAFTAR TABEL.....................................................................................................x
ABSTRACT............................................................................................................xi
ABSTRAK.............................................................................................................xii
BAB I
PENDAHULUAN....................................................................................................1
A. Latar Belakang.........................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................4
C. Tujuan Penelitian.....................................................................................4
D. Manfaat Penelitian...................................................................................5
E. Keaslian Penelitian..................................................................................5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA...........................................................................................8
A. Dasar Teori...............................................................................................8
B. Kerangka Konsep..................................................................................19
C. Hipotesis................................................................................................19
BAB III
METODE PENELITIAN.......................................................................................20
A. Desain Penelitian...................................................................................20
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................................20
C. Populasi dan Sampel..............................................................................20
iv
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
vi
Typhoid fever was often found in tropical area, especially the one with poor
hygiene. In human, it was mostly caused by Salmonella typhi, meanwhile in
Balb/c mice, it was caused by Salmonella typhimurium. Study in vitro showed that
Centella asiatica, a herb that was very abundant in Indonesia, had bacteriostatical
and bactericidal effect towards Salmonella typhi. This study aimed to determine
the effect of oral administration of Centella asiatica leaves extract to the number
of bacteria in blood of Balb/c mice infected by Salmonella typhimurium.
This study was in vivo experiment with posttest-only group design. This
study was conducted in microbiology laboratory of Muhammadiyah University of
Yogyakarta for 8 weeks during May-June 2012. The subjects of this study were 21
Balb/c mice which divided into 7 groups (n=3). They were negative control,
positive control, given 125, 250, and 500 mg/kgBW of Centella asiatica leaves
extract, given 1.3 mg of chloramphenicol, and given combination of 125
mg/kgBW Centella asiatica leaves extract and 0.975 mg of chloramphenicol. The
number of bacteria in blood was obtained using streak plate count method in Mc
Conkey media.
vii
Combination
of
Centella
asiatica
leaves
extract
and
Perbandingan Asupan Nutrisi dan Masalah Gigi pada Lansia dengan Anemia
dan Nonanemia di Lingkungan Puskesmas Kasihan 1
Titik Hidayati1, Estianna Khoirunnisa2, Nike Ratna Kemala2,
1
ABSTRAK
Kata kunci: Centella asiatica, demam typhoid, angka kuman darah, mencit
balb/c
ix
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penduduk Indonesia pada kelompok lansia berkembang lebih cepat
dibandingkan kelompok umur lainnya. Menurut Kantor
Kementrian
Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
C.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui asupan nutrisi pada lansia dengan anemia di
lingkungan Puskesmas Kasihan 1.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan bukti ilmiah
mengenai perbandingan asupan nutrisi dan masalah gigi pada lansia dengan
anemia dan nonanemia di lingkungan Puskesmas Kasihan 1.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Dasar Teori
Menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut
usia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang
mencapai usia 60 tahun keatas. Dra. Ny. Jos Masdani dalam Nugroho 2000,
mengemukakan bahwa lansia merupakan kelanjutan dari usia dewasa.
Kedewasaan dapat dibagi menjadi 4 bagian pertama fase iufentus, antara 25-40
tahun, kedua fase vertilisasi, antara 40 dan 50 tahun ketiga, fase prasenium antara
55 dan 65 tahun dan keempat fase senium, antara 65 hingga tutup usia.
Menurut Reimer et al (1999); Stanley and Beare (2007), mendefinisikan lansia
berdasarkan karakteristik social masyarakat yang menganggap bahwa orang telah
tua jika menunjukkan ciri fisik seperti rambut beruban, kerutan kulit, dan
hilangnya gigi (Azizah, 2011;1).
2. Batasan-Batasan Lanjut Usia
Mengenai kapankah orang disebut lanjut usia, sulit dijawab secara memuaskan.
Di bawah ini dikemukakan beberapa pendapat mengenai batasan umur.
a. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
Lanjut usia meliputi: Usia pertengahan (middle age) ialah kelompok usia 4559 tahun, lanjut usia (elderly) antara 60-74 tahun. Lanjut usia tua (old) antara
76-90 tahun, usia sangat tua (very old) di atas 90 tahun.
b. Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad
Menurut Prof Dr. Ny Sumiati Ahmad Mohamad, Guru besar Universitas
Gajah Mada membagi periodisasi biologis perkembangan manusia antara
lain: 0-1 tahun adalah masa bayi, 1-6 tahun adalah masa prasekolah, 6-10
tahun adalah masa sekolah, 10-20 tahun adalah masa pubertas, 40-65 tahun
adalah setengah umur atau pranesium, 65 tahun ke atas adalah masa lanjut
usia atau senium (dalam Bandiyah, 2009: 19-20).
3. Perubahan-perubahan Yang terjadi pada Lansia
Akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan-perubahan yang
menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus- menerus. Berikut ini
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia(Mubarak, 2006: 190).
a. Perubahan kondisi fisik
10
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh,
diantaranya
system
pernapasan,
pendengaran,
penglihatan,
11
12
13
2. Biokimia
Digunakan untuk mengetaui kejadian status gizi kurang secara dini, pemeriksaan cara
biokimia ini dilakukan pada pemeriksaan jaringan tubuh seperti darah dan urin.
3. Biofisik
Dilakukan misalnya terhadap tulang untuk menilai derajat osteoporosis, jantung untuk
kecurigaan beri-beri dan smear terhadap mukosa organ tertentu
4. Antropometri
Adalah pengukuran variasi berbagai dimensi fisik dan komposisi tubuh secara umum
pada berbagai tahapan umur dan derajat kesehatan. Pengukuran dilakukan meliputi
berat badan, lingkar lengan atas dan tebal
14
lemak di bawah kulit dan khusus pada lansia adalah pola distribusi lemak.
Pengolahan data status gizi menggunakan data hasil pengukuran berat badan dan
tinggi badan. Tinggi lutut digunakan sebagai prediksi tinggi badan. (Gibson 2005)
merekomendasikan model prediksi tinggi badan lansia, dengan rumus:
Laki-laki : (2,08 X TL) + 59, 01
Perempuan : (1,91 X TL) (0,17 X U) + 75
Status gizi lansia ditentukan berdasarkan berdasarkan perhitungan Indeks Massa
Tubuh dengan mengggunakan rumus:
Berat Badan (kg)
BMI Lansia:
Tinggi badan kuadrat (m)
Masalah Gigi
Kesehatan gigi adalah keadaan gigi geligi dan struktur serta jaringan
pendukungnya bebas dari penyakit dan rasa sakit, berfungsi secara optimal,
yang akan menjadikan percaya diri serta hubungan interpersonal dalam
tingkatan paling tinggi (Sriyono, 2009).
Kesehatan gigi yang buruk akan menimbulkan masalah gigi, misalnya
banyaknya gigi hilang akibat rusak atau trauma yang tidak dirawat, dapat
mempengaruhi status gizi dan kualitas hidup (Sriyono, 2009)
DEFINISI
Anemia adalah berkurangnya kadar hemoglobin darah dalam tubuh. World
Health Organization (WHO) memberikan kriteria untuk anemia pada orang
dewasa yang didefinisikan sebagai tingkat hemoglobin <13 g/dl untuk laki-laki
dan <12 g/dl untuk perempuan (Ohta, 2009).
Etiologi Anemia
Kekurangan bahan esensial pembentuk eritrosit
15
16
17
B. Kerangka Konsep
18
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian observasi deskriptif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kasihan 1. Penelitian dilaksanakan
pada bulan Agustus 2014.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi: Populasi pada penelitian ini adalah lansia di lingkungan
Puskesmas Kasihan 1.
2. Sampel: Penelitian ini menggunakan 10 lansia anemia dan 10 lansia
nonanemia dengan kriteria eksklusi yaitu menderita penyakit ginjal,
penyakit gangguan darah, penyakit kanker, dan penyakit metabolik
berat.
D. Variabel dan Definisi Operasional
E. Masalah gigi adalah gangguan yang terjadi pada gigi
geligi meliputi nyeri, gigi berlubang, gigi lepas, dan gigi
impaksi (Sriyono, 2009)
F. Asupan nutrisi diketahui melalui kuesioner food recall
3x24 jam, untuk mengetahui jenis makanan, frekuensi
makan, dan jumlah makanan selama tiga hari berturutturut, yang menggunakan acuan PMK no. 75 (2013)
tentang Angka Kecukuan Gizi Bangsa Indonesia, dengan
kriteria kurang apabila lebih rendah dari nilai acuan, dan
baik apabila lebih tinggi dari nilai acuan berikut
Jenis
Kelamin
Laki-laki
Usia
65-80 tahun
62 g
20
53 g
Vit. B12
Vit.C
Fe
2,4 mcg
90 mg
13 mg
21
Perempuan
>80 tahun
65-80 tahun
248 g
252 g
62 g
56 g
42 g
43 g
2,4 mcg
2,4 mcg
90 mg
75 mg
13 mg
12 mg
>80 tahun
253 g
55 g
40 g
2,4 mcg
75 mg
12 mg
G. Instrumen Penelitian
1. Kuesioner Food recall 3x24 jam
2. Aplikasi Nutriclin
H. Cara Pengumpulan Data
22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Gambaran Umum Karakteristik Jenis Kelamin, Umur, dan Tingkat
Pendidikan Responden Lansia di Lingkungan Puskesmas Kasihan 1
Karakteristik
Jenis Kelamin
Jumlah
Persentase
Laki-laki
4
20%
Perempuan
16
80%
Umur
60-65 tahun
7
35%
> 65 tahun
13
65%
Tingkat Pendidikan
Tidak sekolah
7
35%
SD
11
55%
SMP
2
10%
Pekerjaan
Tidak bekerja
10
50%
Bekerja
10
50%
Jenis kelamin lansia terbanyak adalah perempuan (80%)
Total
20 (100%)
20 (100%)
20 (100%)
20 (100%)
27
28
Gambaran Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Lansia dengan Anemia dan
Nonanemia
29
Gambaran Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh pada Lansia dengan
Anemia dan Nonanemia
30
31
Tabel Hubungan Masalah Gigi dan Asupan Nutrisi dengan Kejadian Anemia pada
Lansia di Puskesmas Kasihan 1
No
Faktor Resiko
Jumlah
Jumlah
OR
CI
1.
Masalah gigi
Kasus
3
Kontrol
1
3,857
0,284
95%
2.
Masalah gizi
3,857
0,284
95%
3.
Karbohidrat
2,667
n.a.
95%
4.
kurang
Protein kurang
10
0,444
n.a.
95%
5.
Lemak kurang
10
10
n.a.
n.a.
n.a.
6.
Vitamin B12
10
10
n.a.
n.a.
n.a.
7.
Vitamin C
0,167
0,147
95%
8.
Fe
16,000
0,013
95%
B. Pembahasan
Malnutrisi pada lansia dengan anemia (30%) lebih banyak daripada malnutrisi
pada lansia dengan nonanemia (10%)
Ditemukan kekurangan asupan protein, lemak,
vitamin B12, vitamin C, dan Fe pada lansia dengan anemia
Ditemukan kekurangan asupan protein, lemak,
32
33
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Masalah gigi pada lansia dengan anemia (30%) lebih banyak daripada
masalah gigi pada lansia dengan nonanemia (10%)
Malnutrisi pada lansia dengan anemia (30%) lebih banyak daripada
malnutrisi pada lansia dengan nonanemia (10%)
Ditemukan kekurangan asupan protein, lemak,
vitamin B12, vitamin C, dan Fe pada lansia dengan anemia
Ditemukan kekurangan asupan protein, lemak,
vitamin B12, dan vitamin C pada lansia dengan nonanemia
36
37
B. Saran
38
b.
c.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.anemia.org/patients/feature-articles/content.php?
contentid=000490§ionid=00015
Ohta, M. 2009. Management of Anemia In Elderly. The Journal of The Japan
Medical Association.
Diakses 15 Agustus
www.med.or.jp/english/journal/pdf/2009_04/279_223.pdf
Petersen PE, Yamamoto T, Improving the Oral Health of Older People: the
ApproAch of the WHO Global Oral Health Programme. Community
Dental Oral Epidemiololgy 2005.
Price, dkk. 2009. Patofisiologi Edisi 6. Jakarta : EGC
Setati, dkk. 2007. Proses Menua dan Implikasi Kliniknya. Jakarta. EGC
Soini, et al. 2006. Oral and nutritional status is the MNA a useful tool for dental
clinics. The journal of nutrition, health, and aging vol 10, number 6,
2006.
Sriyono, N.W. 2009. Pencegahan penyakit gigi dan mulut guna meningkatkan
kualitas hidup. Yogyakarta: FKG UGM.
39
40
Stabler & Allen. 2004. vitamin B12 deficiency as a worldwide problem. Ann Rev
Nutr 2004. 24: 299-326
Suharti, dkk. 2010. Kelainan Hematologi dalam Usia Lanjut. Editor Ajar Boedhi
Darmojo Geriatri. Jakarta. FKUI 2010 Steensma & Teffei. 2007.
Anemia in the elderly: how should we define it, when does it matter,
and what can be done? Mayo clin proc 2007, 82 (8): 958-966
Wahlquist & Lukito. 1994. Nutrition in the elderly. Excerta medica Pty Limited.
LAMPIRAN