Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN TETAP

TEKNOLOGI PEMANFAATAN BATUBARA


( PEMBUATAN BRIKET BATUBARA )

KELOMPOK 1 :

1. Daniel Frendi
2. Dentri Irtas
3. Dhea Rosalina
4. Egit Andika Putra
5. Melwinda
6. Syarlon Fadli
7. Yuhanah

(0612 4041 1520)


(0612 4041 1521)
(0612 4041 1523)
(0612 4041 1524)
(0612 4041 1529)
(0612 4041 1537)
(0612 4041 1542)

Kelas : 5 EGB
Instruktur : Ir. Fatria,.M.T

PROGRAM STUDI D-IV TEKNIK ENERGI


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
2014
PERCOBAAN 6
PENGOLAHAN AIR DENGAN MEMBRAN KERAMIK

I.

TUJUAN PERCOBAAN
Menentukan efisiensi penyisihan air dengan proses filtrasi menggunakan membran
keramik.

II.

ALAT DAN BAHAN YANG DIGUNAKAN


Bahan
Air yang akan difiltasi
Alat
Neraca analitik
Stopwatch
Beaker gelas plastic
Ph meter
TDS
Unit pengolahan air membran keramik

III. DASAR TEORI


Untuk memperoleh air bersih yang layak dikonsumsi diperlukan suatu cara yang baik. Salah
satu metode alternatif lain yang digunakan adalah filtrasi(penyaringan) dengan memenfaatkan
teknologi membran, khususnya membran keramik dengan media filtrasi menggunakan zeolit.
Hal ini dapat membantu persediaan air bersih yang dapat dikonsumsi. Metode ini juga dapat
diterapkan di daerah pedesaan yang berada ditepi sungai ataupun sumber air lainnya.
Membrane didefinisikan sebagai suatu media berpori berbentuk seperti tabung atau film
tipis, bersifat semifermiabel yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran
molecular(spesi) dalam suatu system larutan. Spesi yang memiliki ukuran yang lebih besar dari
pori membrane akan lolos melalui pori membrane. Filtrasi membrane dapat menyaring polutan/
kontaminan yang tidak diinginkan berdasarkan ukuran partikelnya. Sederhananya jika ukuran
pori-pori membrane harus lebih kecil dari itu.
Membrane terdiri dari 2 jenis yaitu porous membrane dan non-porous membrane. Aplikasi
dari non-porous membrane sudah banyak digunakan di Indonesia, salah satunya membrane yang
terbuat dari plastic polikarbonat untuk memproduksi air bersih yang dibuat oleh seorang ahli
membrane kelas dunia yang bernama Dr. I Gede Wenten. Ia membuat sendiri membrane filter

yang telah diaplikasikan di NTT untuk mengkonversi air limbah dan air hujan menjadi air
minum, lainnya yaitu mengubah air sungai menjadi air minum tanpa zat kimia aplikasi PT.
PERTAMINA UP II.
Porous membrane jenis membran inorganic seperti membrane keramik menggunakan media
filter dalam pengolahannya. Media filter yang digunakan adalah pasir, kerikil, ijuk, lempung,
arang dan bentonit (alam atau sintetik) membrane
Membrane didefinisikan sebagai suatu media berpori berbentuk seperti tabung atau film
tipis, bersifat semifermiable yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran
molecular(spesi) dalam suatu system larutan. Spesi yang memliki ukuran yang lebih besar dari
pori membrane akan tertahan sedangkan spesi dengan ukuran yang lebih kecil dari pori
membrane akan lolos melalui pori membrane.
Jenis-jenis membrane
Berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membrane dapat dibagi menjadi 3 kategori :
Porous membrane. Pemisahan berdasarkan atas ukuran pertikel dari zat-zat yang akan
dipisahkan. Hanya partkel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membrane
sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi dari IUPAC, pori dapat
dikelompokkan menjadi macropores (>50 nm), mesopores (2-50 nm), dan micropores (<
2nm). Porous membrane digunakan pada microfiltration dan ultrafiltration.
Non-porous membrane. Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang
sama, baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori seperti
halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme difusi. Jadi,
molekul terlarut di dalam membrane, baru kemudian berdifusi melewati membrane tersebut.
Carrier membrane. Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan carrier
molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati membrane.
Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu komponen sehingga
pemisahan dengan selektifitas yang tinggi dapat dicapai.
Proses Pemisahan dengan membrane
Proses pemisahan dengan membrane dapat tercapai karena membrane mempunyai
kemampuan untuk memindahkan atau suatu memisahkan suatu komponen dari suatu campuran

umpan dengan lebih mudah dari komponen lain. Hal ini disebabkan perbedaan sifat fisika dan
kimia antara membrane dengan komponen yang dapat dilewatkan.
Upstream merupakan sisi umpan yang terdiri dari bermacam-macam molekul (komponen)
yang akan dipisahkan, sedangkan down stream adalah sisi permeat yang merupakan hasil
pemisahan. Pemisahan ini terjadi karena adanya gaya pendorong(driving force) yang berupa
perbedaan gaya gerak listirk, perbedaan temperature, perbedaan konsentrasi, dan perbedaan
tekanan.
Kinerja Membran
Kinerja membrane atau efisiensi membrane ditentukan oleh dua parameter yaitu fluks dan
rejeksi (penolakan).
Fluks Volum (Jv)
Fluks didefinisikan sebagai zat yang dapat menembus tiap satuan luas membrane per satuan
waktu. Fluks demikian dapat dinyatakan sebagai fluks volum (Jv) yang dinyatakan sebagai
berikut :

Dimana :
Jv

= fluks Volum

= Luas permukaan

= Volume permeat

= Waktu tumpuhan

Fluks volum dihitung berdasarkan grafik volume permeat vs waktu dari tiap-tiap tumpuhan.
Rejeksi
Rejeksi menunjukan besarnya kandungan garam yang tertahan pada permukaan membrane
yang tidak menembus membrane dinyatakan sebagai berikut :

Dimana :
R

= Rejeksi (%)

Cp

= konsentrasi solute dalam permeat (ppm)

Cf

= konsentrasi solute dalam umpan (ppm)


Jika koefisien rejeksi yang diperoleh cukup besar (100%) air bersih yang diperoleh cukup

murni (hampir tidak mengandung kadar garam).


Membran keramik
Material berpori sebagai membrane
Material berpori dapat dipahami sebagai komposit dengan komponen pertama adalah padat
dan komponen kedua adalah bagian padat dan komponen kedua adalah fasa udara di dalam pori.
Keramik yang digunakan sebagai membrane memiliki pori dengan rentang ukuran antara 1 um
hingga mendekati 1 mm. rentang ukuran tersebut termasuk dalam kategori liquid phase pore atau
spatial pore (atau disebut juga macropore).
Faktor faktor yang mempengaruhi kinerja membrane antara lain :
1. Ukuran molekul
2. Bentuk molekul
3. Bahan membrane
4. Karakteristik larutan
5. Parameter operasional (tekanan, suhu, konsentrasi, pH, ion strength, polarisasi)
Berdasarkan ukuran pori membrane, membran dapat dibagi menjadi empat tipe :
1. Reverse Osmosis
Reverse osmosis merupakan proses filtrasi yang paling baik, yang dapat menyisihkan
partikel-partikel berukuran 1Ao sampai 10Ao, demikian pula dengan ultrafiltrasi yang mampu
menyisihkan partikel berukuran 10Ao sampai 1000Ao. Virus influenza dapat disisihkan oleh alat
ini. Mikrofiltrasi dapat

juga menyisihkan

bakteri, pseudomonas dan bakteri-bakteri

lainnya. Dalam proses filtrasi membran ini, terhadap air yang akan diolah harus dilakukan

pengolahan pendahuluan supaya partikel-partikel yang berukuran besar tidak ikut masuk,
sehingga tidak mengganggu kinerja alat yang nantinya akan merusak membran.
Prinsip kerja proses ini merupakan kebalikan dari proses osmosis biasa. Pada proses osmosis
biasa terjadi perpindahan dengan sendirinya dari cairan yang murni atau cairan yang encer ke
cairan yang pekat melalui membran semi-permeable. Adanya perpindahan cairan murni atau
encer ke cairan yang pekat pada membran semi-permeable menandakan adanya perbedaan
tekanan yang disebut tekanan osmosis. Fenomena tersebut membuat para ahli berpipir terbalik,
bagaimana caranya agar dapat memisahkan cairan murni dari komponen lainnya yang membuat
cairan tersebut bersifat pekat. Dengan penambahan tekanan pada larutan yang pekat, ternyata
cairan murni dapat melalui membran semi-permeable yang nerupakan kebalikan dari proses
osmosis. Atas dasar tersebut teknologi ini disebut reverse osmosis (osmosis terbalik).
Kriteria unjuk kerja membran bisa dilihat dari derajat impermeabilitas, yaitu seberapa baik
membran menolak aliran dari larutan pekat; dan dari derajat permeabilitasnya, yaitu berapa
mudahnya material murni melalui aliran menembus membran. Membran selulosa asetat
merupakan bahan membran yang baik dari segi impermeabilitas dan permeabilitasnya. Bahan
membrane lainnya yaitu etyl-cellulose, polyvinyl alcohol, methyl polymetharcylate dan
sebagainya.
Beberapa sistem reverse-osmosis yang sering dipergunakan, yaitu:
Tubular, dibuat dari keramik, karbon atau beberapa jenis plastik berpori. Bentuk tubular
ini mempunyai diameter bagian dalam (inside diameter) yang bervariasi antara 1/8 (3,2mm)
sampai dengan sekitar 1 (25,4mm).
Hollow fibre
Spiral wound
Plate and frame
Pada proses pemisahan menggunakan RO, membran akan mengalami perubahan karena
memampat dan menyumbat (fouling). Pemampatan atau fluks merosot itu serupa dengan
perayapan plastik/logam ketika terkena beban tegangan kompresi. Makin besar tekanan dan
suhu biasanya membran makin mampat dan menjadi tidak reversible. Normalnya membran
bekerja pada suhu 21-35 derajat Celcius. Fouling membran dapat diakibatkan oleh zat-zat
dalam air baku seperti kerak, pengendapan koloid, oksida logam, bahan organik dan silika.
Oleh sebab itu cairan yang masuk ke proses reverse-osmosis harus terbebas dari partikel-

partikel besar agar tidak merusak membran. Pada prakteknya, cairan sebelum masuk ke proses
reverse-osmosis dilakukan serangkaian pengolahan terlebih dahulu, biasanya dilakukan
pretreatment dengan koagulasi dan flockulasi yang dilanjutkan dengan adsorbsi karbon aktif
dan mikrofiltrasi.
Pada suatu saat membran akan mengalami kotor, akibat dari adanya material-material yang
tidak bisa lewat. Hal ini yang menyebabkan tersumbatnya membran. Kotoran yang terbentuk
gumpalan kotoran, kerak atau hasil proses hidrolisa. Untuk mengembalikan kekondisi semula
dilakukan pembersihan dengan menggunakan larutan pembersih yang khusus. Bahan ini bisa
melarutkan kotoran tetapi tidak merusak membran yang biasanya terbuat dari enzim. Proses
pencucian dilakukan dengan meresirkulasi larutan pencuci ke membran selama kurang lebih 45
menit.
Keuntungan metode RO berdasarkan kajian ekonomi antara lain:
Untuk umpan dengan padatan terlarut total di bawah 400 ppm, RO merupakan perlakuan
yang murah.
Untuk umpan dengan padatan terlarut total di atas 400 ppm, dengan perlakuan awal
penurunan padatan terlarut total sebanyak 10% dari semula, RO lebih menguntungkan dari
proses deionisasi.
Untuk umpan dengan konsentrasi padatan terlarut total berapapun, disertai dengan
kandungan organik lebih dari 15 g/l, RO sangat baik untuk praperlakuan proses deionisasi.
RO sedikit berhubungan dengan bahan kimia sehingga lebih praktis.
2. Nanofiltrasi
Proses nanofiltrasi merejeksi kesadahan, menghilangkan bakteri dan virus, menghilangkan
zat warna karena adanya bahan organik tanpa menghasilkan zat kimia berbahaya seperti
hidrokarbon terklorinasi. Nanofiltrasi cocok untuk pengiolahan air dengan padatan terlarut total
yang rendah, dimana bahan organiknya dilunakkan dan dihilangkan.
Sifat rejeksi nanofiltrasi khas terhadap tipe ion; ion dwivalen lebih cepat dihilangkan
daripada ion ekavalen, sesuai saat membran tersebut diproses, formulasi bak pembuat, suhu,
waktu annealing, dan lain-lain. Formulasi dasarnya mirip RO, namun mekanisme
operasionalnya mirip ultrafiltrasi. Jadi nanofiltrasi merupakan gabungan dari metode RO dan
ultrafiltrasi.
3. Ultrafiltrasi

Ultrafiltasi merupakan teknologi pemisahan menggunakan membran untuk memisahkan


berbagai zat terlarut dengan berat molekul tinggi, bermacam koloid, mikroba sampai padatan
tersuspensi dalam suatu larutan. Metode ini menggunakan membran semi permeable untuk
memisahkan makromolekul dari larutannya. Ukuran dan bentuk molekul merupakan faktor
penting dalam proses ultrafiltrasi.
Cara kerja proses ultrafiltrasi mirip dengan proses revesrse-osmosis, yaitu pemisahan
partikel berdasarkan ukurannya dengan menggunakan tekanan pada membran berpori. Ukuran
pori membran ultrafiltrasi lebih besar yaitu berdiameter sekitar 0.1 sampai 1 m. Yang
membedakan dengan reverse-osmosis adalah jenis membran dan lebih kecilnya tekanan yang
digunakan dalam pengoperasian. Membran ultrafiltrasi dibuat dengan mencetak polimer
selulosa asetat sebagai lembaran tipis. Fluks maksimum dapat dicapai bila membrannya
anisotropic, dimana terdapat kulit tipis rapat dan pengemban berpori. Membran selulossa asetat
mempunyai sifat pemisahan yang bagus, namun sayangnya dapat rusak oleh bakteri dan zat
kimia serta rentan terhadap pH. Selain selulosa asetat ada juga membran yang terbuat dari
polimer polisulfon, akrilik, polikarbonat, PVC, poliamidda, poliviniliden fluoride, kopolimer
AN-VC, poliasetal, poliakrilat, kompleks polielektrolit, PVA ikat silang, keramik, aluminium
oksida, zirkonium oksida, dan sebagainya. Kecepatan hasil permeate (permeation flow)
berkisar sekitar 1.0 sampai 10 m3/m2.jam.
Dalam teknologi pemurnian air, membran ultrafiltrasi dengan berat molekul membran
(MWC) 1.000 20.000 lazim untuk penghilangan pirogen, sedangkan membran dengan MWC
80.000 100.000 untuk penghilangan koloid. Tekanan dalam ultrafiltrasi biasanya rendah,
sekitar 10-100 psi (70-700 kPa), sehingga operasinya dapat menggunakan pompa sentrifugal
biasa.
Pada suatu saat proses ultrafiltrasipun akan menunjukan penurunan unjuk kerja. Hal ini
disebabkan adanya kotoran yang menyumbat pori-pori. Pembersihan membran dilakukan
dengan memasukan bahan pembersih yang terbuat dari larutan caustic soda, sodium
hypochlorite,asam belerang atau survace activator lainnya. Ciptakan aliran yang olakannya kuat
agar lebih memudahkan lepasnya kotoran yang menempel pada permukaan dan pori-pori. Atau
bisa juga dengan dicelupkan kedalam larutan pembersih dan terakhir disemprot dengan tekanan
cukup tinggi untuk mengusir kotorannya.

Pada saat ini ultrafiltrasi lebih banyak dipakai di berbagai macam bidang karena mudah
digunakan sebagai mikrofiltrasi dan tidak sesensitif reverse-osmosis. Pemanfaataanya
mencakup pengolahan air limbah di industri pulp dan kertas, air limbah domestik, macammacam air limbah gedung-gedung, filtrasi MLSS di aeration tank proses biologi dan diaplikasi
lainnya.
4. Mikrofiltrasi
Mikrofiltrasi merupakan pemisahan partikel berukuran micron atau submicron. Bentuk
lazimnya berupa cartridge yang berfungsi untuk menghilangkan partikel dari air yang
berukuran 0,04 sampai 100 micron, asalkan kandungan padatan terlarut total dalam air tidak
melebihi 100 ppm. Filtrasi cartridge merupakan filtrasi mutlak, artinya partikel padat akan
tertahan. dalam aplikasinya cartridge tersebut akan diletakkan dalam suatu wadah tertentu
(housing), dan dapat dibersihkan jika padatan yang tertahan sudah terlalu banyak. Bahan yang
dapat digunakan untuk cartridge bermacam-macam, antara lain katun, wool, selulosa, fibre
glass, polipropilen, akrilik, nilon, asbes, ester-ester selulosa dan polimer hidrokarbon
terfluorinasi.

IV. PROSEDUR PERCOBAAN


1.
2.

3.

4.

Memasang membrane pada modul membrane


Mengalirkan umpan yang berupa limbah cair dari tangki umpan ke modul membrane dan
kembali ke tangki umpan
Mengatur tekanan yang diinginkan yaitu 0,2 kgf/cm 2 selama waktu yang telah kita
tentukan
Menampung permeat yang dihasilkan dalam wadah produk

5.

6.

Melakukan percobaan yang sama seperti prosedur no.2 dengan tekanan 0,4 kgf/cm2 dan
0,6 kgf/cm2
Lakukan analisa pada umpan dan hasil pengolahan dengan mengukur ph, TSS, TDS,
salinitas dan kandungan Besi

V. DATA PENGAMATAN
- Tanah Liat

= 10 gr

- NaCl (garam)

= 10 gr

- Tabel pengamatan pada sampel air :


Sampel
Awal
Roll 1(Perc 1, melewati

pH
7
6

Warna
Keruh Kecoklatan (pekat)
Keruh

TDS
50
27

membrane )
Roll 2(Perc 2, melewati

Keruh

29

membrane )
Roll 3(Perc 3, melewati

Keruh

30

membrane )
Roll 4(Perc 4, melewati

Keruh

36

membrane )

VI. GRAFIK
Grafik perbandingan tiap Sampel terhadap Ph

Grafik Perbandingan tiap Sampel terhadap TDS

VII. PERHITUNGAN
- Debit Aliran
V

= 1200 ml

= 1 menit = 60 sekon

= V/t
= 1200 ml/60 s = 20 ml/s

VIII. ANALISA DATA

Dari percobaan yang telah dilakukan dapat dianalisa bahwa percobaan ini bertujuan untuk
melakukan pemurnian air dengan menggunakan filtrat berupa membran keramik. Membran
merupakan suatu media berpori yang berfungsi untuk memisahkan partikel dengan ukuran
molecular (spesi) dalam suatu larutan. Keramik yang digunakan sebagai membrane yang
memiliki pori dengan rentang ukuran antara 1 m hingga mendekati 1 mm.
Dalam proses percobaannya, mula-mula membuat sampel air dengan campuran 10 gr tanah
liat dan 10 gr garam. Kemudian mengalirkan sampel air tersebut ke alat membran keramik dari
tangki umpan ke modul membran sebagai roll 1 dan mengalirkannya kembali ke tangki umpan
lagi sebagai roll 2. Hal ini dilakukan sebanyak 4 kali sehingga pada data pengamataanya terdapat
4 roll. Semakin banyak frekuensi filtrasi yang dilakukan pada sampel makaa akan terlihat
perbedaan (secara fisik ) dari sampel yang digunakan. Namun, sebelum mengalirkan umpan
kembali ke tangki umpan, sampel air diambil dari kran yang mengalir sampel yang baru
difiltrasikan sebanyak segelas aqua cup untuk dianalisa pH dan TDS-nya.
Setelah percobaan dilakukan, dapat terlihat bahwa air sampel yang mulanya Nampak keruh
pekat setelah dilakukan filtrasi dengan membrane keramik sebanyak 4 kali, kekeruhannnya
semakin berkurang meskipun masih dalam kategori keruh warna dari sampel air tersebut. Hal
ini dikarenakan membrane keramik tidak dapat menyaring partikel dari tanah liat yang halus
(homogeny di dalam sampel air tersebut). Oleh karena itu, partikel tanah liat dan sampel air
tersebut masih dapat lolos dari membrane keramik. Selanjutnya pada pemeriksaan TDS pada
masing-masing sampel (5 buah) yang awalnya turun kemudian naik lagi nilainnya sebagaimana
ditunjukkan pada grafik. Hal ini mungkin karena adanya faktor seperti :
-

Validasi alat yang digunakan (TDS Portabel).

- Kesalahan operator karena terlalu lama memasukkan alat TDS Portabel ke dalam sampel
air sehingga pembacaannya menjadi tidak stabil.

IX. KESIMPULAN

Dari percobaan dapat disimpulkan bahwa :


- Membran keramik menggunakan membrane yang memiliki pori dengan ukuran antara 1
m hingga mendekati 1 mm.
- Metode penyaringan (filtrasi) dengan membrane keramik sebaiknya digunakan untuk
penyaringan air limbah yang memiliki warna kepekatan rendah. Seperti air limbah
domestic (air cucian/detergen).
- Untuk penyaringan air limbah dengan kepekatan tinggi sebaiknya dilakukan
proses/metoda koagulasi dengan penambahan tawas sebelum dilakukan pengolahan
dengan membran keramik. Sehingga pengolahan membrane keramik tersebut menjadi
lebih efisien bila digunakan untuk pengolahan limbah air tahap akhir.

DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet ,2012,penuntun praktikum teknik pengolahan limbah, polsri : Palembang

GAMBAR ALAT

Alat Membran Keramik

Neraca Analitik

pH Indikator

TDS Portabel

Stopwatch

Anda mungkin juga menyukai