Laporan POT Modul 1
Laporan POT Modul 1
KELOMPOK 1
Adinda Putri Wisman (1006661185)
Anissa Permatadietha Ardiellaputri (1006661203)
Citta Devi Guntari (1006661222)
Eka Nurin Sharfina Irianto (1006661235)
Felita (1006661241)
TEKNOLOGI BIOPROSES
DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK, 2012
BAB I
PENDAHULUAN
dimana;
(1)
m = massa (kg)
V = volume (m3)
Rapat massa jenis air pada suhu 4oC dan pada tekanan atmosfer (Patm)
adalah 1000 kg/m3.
b) Spesific weight
Berat jenis () adalah berat benda persatuan volume pada temperatur dan
tekanan tertentu, dan berat suatu benda merupakan hasil kali antara rapat massa ()
dan percepatan gravitasi (g).
(2)
1
dimana;
= berat jenis (N/m3)
c) Specify volume
Volume spesifik merupakan volume udara campuran atau juga dapat
didefinisikan sebagai kebalikan densitas, , yaitu volume per satuan massa.
Seperti halnya densitas, volume spesifik merupakan sifat intensif dan dapat berbeda
dari satu titik ke titik yang lain. Satuan SI untuk densitas adalah kg/m3 dan volume
spesifik adalah m3/kg. Namun demikian seringkali densitas dan volume spesifik
dituliskan masing-masing sebagai g/cm3 dan volume spesifik adalah cm3/g. Satuan
lainnya yang digunakan (satuan Inggris) adalah lb/ft3 dan ft3/lb. Secara matematis;
(3)
d) Specific gravity
Specific gravity adalah ukuran kerapatan relatif terhadap kerapatan zat yang
dijadikan acuan, biasanya yang dijadikan acuan adalah kerapatan air pada suhu 4C.
(4)
e) Kompresibilitas
Kompresibilitas/ kemampatan adalah perubahan volume karena adanya
perubahan (penambahan) tekanan, yang ditunjukkan oleh perbandingan antara
perubahan tekanan dan perubahan volume terhadap volume awal. Perbandingan
tersebut dikenal sebagai modulus bulk (k).
(5)
(6)
f) Viskositas
Kekentalan (viscosity) dari suatu cairan adalah salah satu sifat cairan yang
menentukan besarnya perlawanan terhadap tegangan geser. Kekentalan dinamik ()
(7)
g) Viskositas kinematik
Kekentalan kinematik (kinematic viscosity) v adalah kekentalan dinamik
dibagi dengan densitas
(8)
current). Aliran semacam ini disebut aliran turbulen. Aliran turbulen memiliki Re > 4000.
Pada suatu kecepatan dimana aliran tak laminar dan tak juga turbulen disebut keadaan transisi
dengan 2000 < Re < 4000.
Adanya gaya kohesi menyebabkan fluida ikut bergerak searah F. Apabila jarak y
cukup kecil, fluida sekan bergerak secara berlapis lapis dengan kecepatan berbeda atau
dapat dikatakan terdapat gradien kecepatan. Dari eksperimen didapatkan bahwa;
(9)
(10)
Dimana adalah tegangan geser (shear stress). Hubungan antara dan du/dy menunjukkan
sifat reologi fluida seperti terlihat pada gambar 1.3 berikut;
Pada gradik diatas, hubungan yang paling sederhana ditunjukkan oleh kurva A. Fluida
yang mengikuti kurva A disebut fluida Newtonian dimana bentuk persamaannya adalah :
(11)
adalah koefisien viskositas atau viskositas dinamik atau viskositas absolut. Fluida
yang tidak mengikuti kurva A disebut fluida Non-newtonian. Fluida Non-newtonian
mempunyai tiga sub, yaitu :
a. Fluida dimana tegangan geser hanya bergantung pada gradient kecepatan saja, dan
walaupun hubungan antara tegangan geser dan gradien kecepatan tidak linear,
namun tidak tergantung waktu pada waktu setelah fluida menggeser
b. Fluida dimana tegangan geser tidak hanya bergantung pada gradien kecepatan,
tetapi bergantung pula pada waktu cairan menggeser atau pada kondisi sebelumnya.
c. Fluida viscous-elastis yang menunjukkan karakteristik dari zat padat elastic dan
fluida viscous.
dimana,
(12)
Re = bilangan reynold
D = diameter pipa
= densitas fluida
= viskositas absolut
dimana nilai kecepatan aliran dapat dicari dengan :
(13)
Dengan mensubstitusikan persamaan (13) ke persamaan (12) maka akan di dapat bilangan
Reynold;
(14)
Dimana nilai Reynold yang didapat, dapat digunakan untuk menentukan apakah
aliran suatu fluida laminar atau turbulen, seperti yang telah dijelaskan pada subbab aliran
laminar dan turbulen sebelumnya.
Pada fluida yang mengalir akan terdapat kehilangan energi yang disebabkan oleh
gesekan yang terjadi antara fluida dengan permukaan pipa. Hubungan antara energi-energi
diatas dapat membentuk persamaan energi mekanik.
(15)
Faktor friksi dari eksperimen dapat pula dicari dengan persamaan Darcy Weisbach,
sebagai berikut :
(16)
Friction Loss dari eksperimen dapat dicari dengan menggunakan feksperimen. Pada
pipa,
dimana;
(17)
hL = head loss
f
= faktor friksi
= panjang pipa
gc = konstanta konversi
(18)
(19)
(20)
(21)
Persamaan (21) menunjukkan hubungan linear antara f dan Re pada aliran laminer,
pada dasarnya kehilangan energi pada aliran laminar hanya disebabkan oleh viscous drag
saja, sedangkan pada aliran turbulen disebabkan oleh gerakan turbulen dari arus eddy. Oleh
karena itu friction factor untuk aliran turbulen disamping bergantung pada Re juga pada
kekasaran permukaan pipa.
(22)
Gambar 1.5 Profil Aliran Kecepatan Fluida dalam Pipa (Laminer dan Turbulen)
(Sumber. Anonim. (_). Flow Velocity Profiles. http://nuclearpowertraining.tpub.com/h1012v3/css/
h1012v3_40.htm diakses pada 27 Oktober 2012, pukul 00.16)
Daerah laminer akan semakin tipis dengan kenaikan bilangan Reynold dan semakin
mempunyai arti dibandingkan dengan kekasaran dinding pipa. Itulah sebabnya faktor friksi
9
pada aliran laminer hanya bergantung pada bilangan Reynold dan semakin bergantung pada
kekasaran dinding pipa untuk aliran turbulen.
dimana,
(23)
(24)
(25)
Kemudian persamaan (25) disusun ulang, akan diperoleh nilai Le sebagai berikut :
(26)
Dengan Le merupakan panjang ekivalen dari fitting. Berikut adalah tabel tipe- tipe fitting dan
panjang ekivalennya.
Tabel 1.1 Panjang Ekivalen untuk berbagai Jenis Fitting
Type of fitting
Globe valve, wide open
Angle valve, wide open
Gate valve, wide open
Check valve (swing type)
90o standar elbow
45o standar elbow
90o long-radius elbow
10
laju suatu fluida. Beberapa alat yang biasa digunakan diantaranya yaitu venturi flow meter
dan orifice flow meter.
Pada dasarnya prinsip kerja dari kedua alat ukur ini adalah sama yaitu bila aliran
fluida yang mengalir melalui alat ukut ini mengalir maka akan terjadi perbedaan tekanan
sebelum dan sesudah alat ini. Beda tekanan menjadi besar bila laju alir yang diberikan kepada
alat ini bertambah
Untuk venturi meter ini dapat dibagi menjadi 3 bagian utama yaitu :
a. Bagian Inlet
11
Bagian yang berbentuk lurus dengan diameter yang sama seperti diameter pipa atau
cerobong aliran. Lubang tekanan awal ditempatkan pada bagian ini.
b. Inlet Cone
Bagian yang berbentuk seperti kerucut yang berfungsi untuk menaikkan tekanan
fluida.
c. Throat
Bagian tempat pengambilan beda tekanan akhir. Bagian ini berbentuk bulat datar.
Hal ini dimaksudkan agar ridak mengurangi atau menambah kecepatan dari aliran
yang keluar dari inlet cone.
Pada venturi meter ini fluida masuk melalui bagian inlet dan diteruskan ke bagian
outlet cone. Pada bagian inlet ini ditempatkan titik pengambilan tekanan awal. Pada
bagian inlet cone fluida akan mengalami penurunan tekanan yang disebabkan oleh bagian
inlet cone yang berbentuk kerucut atau semakin mengecil kebagian throat. Kemudian
fluida masuk kebagian throat inilah tempat pengambilan tekanan akhir dimana throat ini
berbentuk bulat datar. Lalu fluida akan melewati bagian akhir dari venturi meter yaitu
outlet cone. Outlet cone ini berbentuk kerucut dimana bagian kecil berada pada throat dan
pada outlet cone ini tekanan kembali normal.
Jika aliran melalui venturi meter itu benar benar tanpa gesekan, maka tekanan
fluida yang meninggalkan flowmeter tentulah sama persis dengan fluida yang memasuki
flowmeter dan keberadaan flowmeter dalam jalur tersebut tidak akan menyebabkan
kehilangan tekanan yang bersifat permanen dalam tekanan.
Penurunan tekanan pada inlet cone akan dipulihkan dengan sempurna pada outlet
cone. Gesekan tidak dapat ditiadakan dan juga kehilangan tekanan yang permanen dalam
sebuah meteran yang dirancang dengan tepat.
Persamaan dasar untuk venturi meter dapat diperoleh dengan menuliskan
persamaan Bernoulli untuk fluida yang tak mampat antara inlet dan throat.
(27)
Dengan mengabaikan gesekan, venturi dipasang horizontal, dan tidak ada pompa yang
bekerja maka persamaan diatas menjadi :
(28)
(29)
Dari eksperimen, ditemukan bahwa flowrate yang diperoleh dari persamaan diatas
sedikit lebih tinggi daripada kenyataannya. Hal ini dikarenakan friksinya dianggap nol dan
juga dikarenakan aliran yang tidak seluruhnya uniform pada luas penampang pipa seperti
yang kita asumsikan. Untuk itu diperlukan suatu faktor/ koefisien empiris untuk mengatasi
perbedaan pada perhitungan. Koefisien empiris ini disebut dengan coefficient of discharge
(Cv)
(30)
Karena
(31)
dimana :
(32)
(33)
= luas area
= Db/Da
Da = Diameter pipa
Db = Diameter kerongkongan (throat) venturi
Q
= Flowrate volume
DP = Perbedaan tekanan
13
(34)
Seperti halnya venturimeter, orifice meter juga memiliki coefficient of discharge (Cv).
Sehingga untuk menghitung penurunan tekanan sebenarnya, Cv juga turut diperhitungkan.
14
rV2 2
2
2
2
A2 rV2 D2
(35)
=
1
1
2
2
2
2
2Cv
A1 2Cv D1
Suatu persamaan diturunkan dari persamaan Bernoulli dan persamaan kontinuitas
DP =
untuk menghasilkan suatu hubungan antara laju alir dan perbedaan tekanan. Persamaan
tersebut disebut persamaan karakteristik orifice yaitu seperti berikut :
(36)
15
BAB II
PERCOBAAN
(Prosedur, Data Hasil Pengamatan, dan Pengolahan Data)
2.1. Peralatan
2.1.1. Skema Sistem Peralatan
v.7
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
ngf
16
2. Pompa
Berfungsi memompa dan mengalirkan air dari
dalam tangki menuju sistem peralatan sirkuit
fluida.
terbentuk,
laminer,
turbulen
atau
transisi.
4. Orifice Flowmeter
Merupakan suatu pelat dengan lubang di
tengahnya yang dipasang di dalam pipa tegak
lurus arah aliran. Berfungsi sebagai alat
pengukur flowrate fluida dengan mengukur
perbedaan tekanan diantara pelat tersebut.
5. Venturi Flowmeter
Merupakan alat pengukur flowrate yang terbentuk dari bagian masuk yang
mempunyai flens, yang terdiri dari bagian pendek berbentuk slilinder dan kerucut
17
6. Elbow
Salah satu jenis fitting dari sistem peralatan
fluida
yang
akan
dihitung
panjang
7. T-Junction
Salah satu jenis fitting dari sistem peralatan
fluida
yang
akan
dihitung
panjang
18
8. Manometer
Digunakan
untuk
mengukur
perbedaan
dengan
mengukur
perbedaan
9. Pipa
Pipa-pipa dalam sistem percobaan sirkuit fluida ini
berfungsi sebagai tempat mengalirnya fluida (air).
Di dalam sistem per-pipaan inilah kita ingin
mengetahui karakteristik aliran fluida. Terdapat
beberapa jenis pipa yang ada di dalam sistem ini
bila dilihat dari segi ukurannya, antara lain 1 inch,
in, inch, dan 3/8 inch.
Bukaan
gate
valve
inilah
yang
v.6
6
3
8
v.11
v.5
v.8
7
v.4
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
20
volume sight
8.02
1.0025
12
11.92
0.9933
16
15.87
0.9919
20
19.72
0.9860
24
23.52
0.9800
28
27.56
0.9843
32
31.5
0.9844
36
35.38
0.9828
40
39.3
0.9825
44
43.32
0.9845
48
48.06
1.0013
gage(L)
ii.
Pengolahan Data
Dari data tersebut dapat diketahui nilai kalibrasi antara volum yang terukur di gelas ukur
dengan volume pada sight gage untuk 1 liter air, yaitu melalui persamaan berikut :
(37)
Percobaan dilakukan sebanyak 12 kali dengan masing masing percobaan memiliki nilai
x yang berbeda beda, maka diperlukan nilai rata rata untuk didapatkan nilai kalibrasinya.
Sehingga dapat dianggap nilai 1 liter pada sight gage sama dengan 0.9895 liter air pada
gelas ukut.
Dari data di atas, didapatkan grafik sebagai berikut :
21
Volume Real
50
40
30
volume real (L)
20
10
0
0
20
40
60
Dari grafik diatas didapat persamaan garis dari kurva kalibrasi ialah y = 0.9886x
0.0226. Dengan nilai x merupakan volume tangki dan y merupakan volume yang terukur
pada gelas ukur.
2.2.2. Percobaan II : Karakteristik Sharp Edge Orifice Flowmeter
2.2.2.1. Tujuan Percobaan
Mendapatkan kurva kalibrasi hubungan laju alir dan selisih tinggi manometer pada
orifice
Mencari nilai koefisien karakteristik (discharge coefficient) rata-rata dari orifice
flow meter yang digunakan
22
4. Mengukur aliran keluar dari tangki dengan mencatat penurunan yang nampak pada
sight gage untuk waktu tertentu (10 detik). Secara simultan mencatat perbedaan
ketinggian yang nampak pada manometer.
5. Mengulangi pengukuran untuk beberapa flowrate (6 data) dengan mengubah bukaan
valve 4 (v.4).
6. Memplot laju alir Q vs akar h.
7. Menghitung koefisien orifice Co dari plot tersebut.
v.7
v.6
6
3
v.8
v.11
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
No.
dh@orificie (inchi)
3.0
1.000
4.5
2.000
5.0
3.000
6.5
4.125
7.0
5.125
23
7.5
5.875
8.0
7.125
8.5
7.750
ii.
Pengolahan Data
(38)
Dimana V adalah volume real yang didapat dengan mengkalibrasi volume yang terlihat
pada sight gage pada percobaan ini ke dalam persamaan y = 0.9886x 0.0226 dari
percobaan. Persamaan untuk menentukan laju alir pada orifice adalah sebagai berikut
(merujuk pada persamaan yang terdapat di tinjauan pustaka)
(31)
(32)
(33)
Dimana :
Persamaan diatas dijadikan dalam bentuk persamaan garis lurus untuk mengamati
hubungan antara laju alir dengan perbedaan ketinggian pada manometer untuk orifice,
menjadi :
24
maka jika dibuat plot antara Q dengan akan diperoleh hubungan linear dengan
slope :
(33.1)
sebagai berikut :
No
Dh
dh
dV
@Orifice
@Orifice
Real
(inchi)
(m)
(liter)
dV Real
3
(m )
Q
(m3/s)
(m)
1.000
0.025
2.942
0.002942
0.00009807
0.159
2.000
0.051
4.424
0.004424
0.00014750
0.225
3.000
0.076
4.918
0.004918
0.00016390
0.276
4.125
0.105
6.400
0.006400
0.00021330
0.324
5.125
0.130
6.894
0.006894
0.00022980
0.361
5.875
0.149
7.388
0.007388
0.00024630
0.386
7.125
0.181
7.882
0.007882
0.00026270
0.425
7.750
0.197
8.376
0.008376
0.00027920
0.444
Dengan demikian dapat diplot antara Q (m3/s) dengan () dengan hasil sebgai
berikut :
25
Q vs dh @orifice
3.0E-04
2.5E-04
2.0E-04
1.5E-04
1.0E-04
Q vs dh orifice
5.0E-05
0.0E+00
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
dh @orifice
Nilai koefisien karakteristik (faktor koreksi) rata rata dari orifice dihitung dengan
(33.1a)
d adalah diameter kerongkongan orifice flowmeter dan D adalah diameter dalam pipa.
Maka nilai koefisien karakteristik rata rata dari orifice adalah (satuan A dalam m2,
satuan g dalam m/s2)
26
27
v.7
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
dh @orifice
dh @venturi
(inchi)
(inchi)
0.875
0.625
2.25
1.5
2.875
1.625
4.375
2.875
4.875
3.125
6.625
4.25
6.5
4.25
4.5
No.
28
7.875
5.125
Selanjutnya, perhitungan pada percobaan ini dilakukan dengan cara yang sama dengan
penghitungan pada orifice flowmeter. Hasil perhitungan terdapat pada tabel di bawah ini:
dh
dh
dh
dh
dh
dh
@orifice
@orifice
@orifice
@venturi
@venturi
@venturi
(inchi)
(m)
(m)
(inchi)
(m)
(m)
0.875
0.022
0.149
0.625
0.5955
0.772
0.942
2.25
0.057
0.239
1.5
1.46
1.208
1.509
2.875
0.073
0.270
1.625
1.5835
1.258
1.705
4.375
0.111
0.333
2.875
2.8185
1.679
2.103
4.875
0.124
0.352
3.125
3.0655
1.751
2.220
6.625
0.168
0.410
4.25
4.177
2.044
2.588
6.5
0.165
0.406
4.25
4.177
2.044
2.563
0.178
0.422
4.5
4.424
2.103
2.660
7.875
0.200
0.447
5.125
5.0415
2.245
2.821
No.
Q (m/s)
x 10-4
29
Q vs dh @venturi
3
2.5
Q x 10-4
2
1.5
1
0.5
0
0.0
0.5
1.0
1.5
2.5
2.0
dh @venturi
Gambar 2.15 Kurva Kalibrasi Venturi Flowmeter
Kemudian, karena diameter kerongkongan venturi sama dengan diameter orifice maka
nilai koefisien karakteristik rata-rata dari venturi flowmeter dicari dengan input nilai-nilai
yang sama dan dengan cara yang sama seperti pada orifice flowmeter.
30
3. Membuka valve 1 (v.1), valve 2 (v.2), valve 3 (v.3), valve 8 (v.8) dan valve 6 (v.6)
serta menutup valve lainnya.
4. Menvariasikan bukaan valve 3 (v.3) berdasarkan h venturi yang telah ditentukan
sebelumnya dari perhitungan bilangan Reynold, kemudian mengamati dan mencatat
pola aliran cross atau pusaran yang terjadi.
v.7
v.6
6
3
v.8
v.11
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
Tipe Aliran
dh@orifice
h1 orifice
h2 orifice
18.25
13.25
18.25
13.375
4.875
17.625
14.375
3.25
(inch)
31
Gambar 9. Aliran
laminar pada visual box
18.75
16.625
2.125
19
12.125
6.875
19.375
11.625
7.75
19.25
11.75
7.5
19.25
11.5
7.75
Gambar 10.
Aliran transisi pada
visual box
Dimana jari-jari visual box adalah 8.255 cm atau 0.08255 m. Nilai Q diperoleh dengan
mensubstitusikan nilai dh orifice yang diperoleh dalam percobaan kedalam persamaan dari
percobaan II:
y = 0,000630259x + 2,12441.10-7
Dengan y merupakan nilai debit yang mengalir (Q) dan nilai x merupakan akar perbedaan
tinggi (dh orifice) yang terukur pada manometer.
Selanjutnya bilangan reynold dapat dicari dengan menginput nilai laju alir yang diperoleh
dan nilai-nilai konstan D, , dan ke dalam persamaan Re:
(12)
32
dimana
Berikut adalah tabel hasil perhitungan nilai Re untuk variasi laju alir
Tabel 8. Tabel Hasil Perhitungan Reynold
dh
dh
dh
orifice
orifice
orifice
(inch)
(meter)
(meter)
16.625
2.125
0.054
0.232
17.625
14.375
3.250
0.083
18.250
13.375
4.875
18.250
13.250
19.250
h1
h2
orifice
orifice
18.750
Q (m/s)
v (m/s)
Re
1.466
0.006850
1130.858
0.287
1.813
0.008468
1398.137
0.124
0.352
2.220
0.010370
1711.993
5.000
0.127
0.356
2.248
0.011000
1733.782
11.500
7.750
0.197
0.444
2.798
0.013070
2158.140
19.250
11.750
7.500
0.191
0.436
2.753
0.012860
2123.073
19.375
11.625
7.750
0.197
0.444
2.798
0.013070
2158.140
19.000
12.125
6.875
0.175
0.418
2.636
0.012310
2032.757
(.10-4)
33
v.7
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
dh@pipa (inch)
dh@orifice (inch)
1.1000
7.875
34
1.0000
7.250
0.9250
6.375
0.8750
5.625
0.7500
4.750
0.7500
4.000
0.6250
3.250
0.5000
2.375
0.3750
1.625
10
0.3000
0.875
dh@pipa (inch)
dh@orifice (inch)
4.250
3.750
4.125
3.500
3.750
3.000
3.625
2.750
3.500
2.250
3.375
2.000
3.125
1.625
2.750
1.125
2.625
0.750
10
2.375
0.500
35
L=2m
ii. Pengolahan Data
Pertama-tama dicari pressure loss dengan menggunakan Dhpipa sebagai head loss
(40)
D
Untuk menghitung laju alir pada setiap bukaan, laju alir diperoleh dengan memasukkan
nilai Dhorifice pada persamaan yang diperoleh pada percobaan orifice sebelumnya yaitu
Nilai laju alir yang didapat dimasukkan ke dalam persamaan untuk mencari nilai
kecepatan aliran
(13)
Kemudian dicari nilai faktor friksi eksperimen dengan menggunakan persamaan DarcyWeisbach
(16)
Menghitung friction loss eksperimen pada pipa dengan menggunakan nilai feksperimen yang
telah dihitung
(41)
Mencari nilai bilangan Reynold (Re) pada setiap laju alir dengan rumus sebagai berikut
(12)
36
Kekasaran relatif untuk pipa 1 inch dan 0.695 inch sudah dihitung sebelumnya, yaitu 0.01
dan 0.01439. Untuk setiap bilangan Re yang berbeda-beda dicari nilai faktor friksinya dengan
mencari titik potong antara nilai kekasaran relatif dengan nilai Re tertentu, lalu menarik garis
lurus ke sumbu vertikal bagian kiri yang menunjukkan nilai faktor friksi.
Penentuan faktor friksi secara teoritis juga dapat menggunakan persamaan ColebrookWhite. Persamaan ini digunakan untuk menyelesaikan faktor friksi Darcy-Weisbach secara
iteratif. Dari perhitungan bilangan Reynold yang telah dilakukan, diketahui bahwa aliran
pada percobaan ini seluruhnya bersifat turbulen (Re > 4000). Karena itu digunakan
persamaan Colebrook-White untuk aliran turbulen sebagai berikut:
37
(42)
Untuk mencari nilai f dari persamaan di atas tidak dapat dilakukan secara langsung karena
persamaan tersebut bersifat implisit. Karena itu dapat digunakan berbagai rumus pendekatan
yang memberikan persamaan eksplisit untuk menentukan nilai f. Salah satu pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan Moody (1947) untuk menyelesaikan persamaan ColebrookWhite.
(43)
Menghitung head loss teoritis dengan menggunakan f yang diperoleh dari diagram
Moody
(44)
Menghitung pressure loss teoritis (persamaan sama dengan nomor 4), lalu menghitung
friction loss teoritis (persamaan sama dengan nomor 5). Hasil pengolahan data adalah sebagai
berikut:
Untuk pipa 1 inch
Tabel 11 . Laju alir pipa 1 inch
Q (m3/s)
v (m/s)
0.4472
2.821.E-04
0.5567
0.1842
0.4291
2.707.E-04
0.5342
0.1619
0.4024
2.538.E-04
0.5009
0.1429
0.3780
2.384.E-04
0.4706
0.1207
0.3473
2.191.E-04
0.4325
0.1016
0.3187
2.011.E-04
0.3969
0.0826
0.2873
1.813.E-04
0.3578
0.0603
0.2456
1.550.E-04
0.3059
dh@orifice
dh@orifice
(meter)
(meter)
0.2000
38
0.0413
0.2032
1.283.E-04
0.2531
0.0222
0.1491
9.417.E-05
0.1859
dP (kg/m.s2)
dh@pipa (head
v (m/s)
feksperimen
loss, m)
friction loss
eksperimen (J/kg)
0.0279
273.81
0.5567
0.0224
0.2738
0.0254
248.92
0.5342
0.0222
0.2489
0.0235
230.25
0.5009
0.0233
0.2303
0.0222
217.81
0.4706
0.0250
0.2178
0.0191
186.69
0.4325
0.0254
0.1867
0.0191
186.69
0.3969
0.0301
0.1867
0.0159
155.58
0.3578
0.0309
0.1556
0.0127
124.46
0.3059
0.0338
0.1245
0.0095
93.35
0.2531
0.0370
0.0933
0.0076
74.68
0.1859
0.0549
0.0747
v (m/s)
Re
f teoritis
Head loss, hf
dP teoritis
Friction loss
(m)
(N/m2)
teoritis (J/kg)
0.5567
14140.50
0.04108
0.05115
501.25141
0.50125
0.5342
13568.20
0.04121
0.04724
462.96158
0.46296
0.5009
12723.78
0.04142
0.04176
409.21853
0.40922
0.4706
11952.55
0.04164
0.03704
363.00293
0.36300
0.4325
10984.50
0.04195
0.03152
308.86975
0.30887
0.3969
10080.95
0.04229
0.02676
262.23909
0.26224
0.3578
9087.89
0.04272
0.02197
215.33092
0.21533
0.3059
7770.33
0.04346
0.01634
160.11776
0.16012
0.2531
6429.23
0.04446
0.01144
112.15562
0.11216
0.1859
4720.60
0.04642
0.00644
63.12486
0.06312
39
dh@orifice
dh@orifice
Q (m3/s)
(meter)
(meter)
(.10-4)
0.0953
0.3086
1.947
0.7953
0.0889
0.2982
1.881
0.7683
0.0762
0.2760
1.742
0.7114
0.0699
0.2643
1.668
0.6812
0.0572
0.2391
1.509
0.6162
0.0508
0.2254
1.423
0.5810
0.0413
0.2032
1.283
0.5238
0.0286
0.1690
1.068
0.4360
0.0191
0.1380
8.720
0.3561
0.0127
0.1127
7.124
0.2909
v (m/s)
dh@pipa (head
dP (kg/m.s2)
v (m/s)
feksperimen
loss, m)
friction loss
eksperimen (J/kg)
0.1080
1057.91
0.795
0.0295
1.0579
0.1048
1026.80
0.768
0.0307
1.0268
0.0953
933.45
0.711
0.0326
0.9335
0.0921
902.34
0.681
0.0343
0.9023
0.0889
871.22
0.616
0.0405
0.8712
0.0857
840.11
0.581
0.0439
0.8401
0.0794
777.88
0.524
0.0500
0.7779
0.0699
684.53
0.436
0.0636
0.6845
0.0667
653.42
0.356
0.0909
0.6534
0.0603
591.19
0.291
0.1233
0.5912
40
v (m/s)
Re
f teoritis
Head loss, hf
dP teoritis
Friction loss
(m)
(N/m2)
teoritis (J/kg)
0.7953
14039.203
0.04110
0.10444
1023.475
1.02348
0.7683
13563.678
0.04121
0.09774
957.849
0.95785
0.7114
12558.661
0.04147
0.08431
826.238
0.82624
0.6812
12024.655
0.04162
0.07757
760.225
0.76022
0.6162
10878.172
0.04199
0.06405
627.684
0.62768
0.5810
10256.915
0.04222
0.05726
561.100
0.56110
0.5238
9246.968
0.04265
0.04701
460.720
0.46072
0.4360
7696.515
0.04350
0.03322
325.576
0.32558
0.3561
6286.989
0.04459
0.02272
222.674
0.22267
0.2909
5136.116
0.04584
0.01559
152.787
0.15279
Dari hasil pengolahan data diatas dapat ditarik hubungan antara bilangan Reynold dengan
faktor friksi secara eksperimen. Untuk mempermudah pembacaan tren yang dihasilkan,
digunakan grafik yang merepresentasikan hubungan tersebut, seperti di bawah ini:
0.1400
0.1200
0.1000
f
0.0600
0.0400
0.0200
0.0000
0.00
0.25
0.50
0.75
Re
1.00
1.25
1.50
(x104)
Gambar 2.16 . Hubungan Bil. Reynold dan Faktor Friksi pada Pipa Lurus secara eksperimen
41
Selain itu dari pengolahan data dan perhitungan dapat dilihat pula perbandingan friction
loss pada pipa 1 inch dan 0.695 inch baik secara eksperimen maupun secara teoritis melalui
grafik sebagai berikut:
1.2000
1.1000
1.0000
0.9000
0.8000
0.7000
Pipa 1" eksperimen
F 0.6000
0.5000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.00
0.50
1.00
1.50
Re (x 104)
Gambar 2.17 . Perbandingan friction loss pada pipa 1 dan 0.695 baik secara eksperimen maupun
teoritis
berdasarkan
v.6
6
3
v.8
v.11
v.4
v.5
v.3
v.10
v.9
1
v.2
9
v.1
2
v.6
6
3
8
v.11
v.8
7
v.4
v.5
v.3
v.9
v.10
1
v.2
9
v.1
2
43
No
Fitting Elbow
Fitting T-junction
hfitting
horifice
hfitting
horifice
(inci)
(inci)
(inci)
(inci)
0.5625
8.000
0.625
7.25
0.875
7.875
0.5
6.375
7.250
0.375
5.625
0.875
6.375
0.3125
4.75
0.75
5.625
0.25
0.6875
4.875
0.25
3.25
0.6875
4.000
0.1875
2.375
0.6
3.250
0.125
1.625
0.500
2.375
10
0.0625
0.75
0.4375
1.625
(13)
44
dimana A adalah luas penampang pipa yang dihitung dengan memasukkan nilai
dimana adalah massa jenis air, v adalah kecepatan aliran, D adalah diameter pipa, dan
adalah viskositas air sebesar
Faktor friksi f dihitung berdasarkan persamaan yang didapat dari percobaan 5 untuk pipa
(26)
horifice horifice
horifice
Q
(m3/s) x
Re
(meter)
Le
(inci)
(meter)
(meter)
8.000
0.203
0.451
2.843
14.29
1.533
7.250
0.184
0.429
2.707
15.88
1.525
6.375
0.162
0.402
2.538
12.70
1.126
5.625
0.143
0.378
2.384
9.525
0.816
4.750
0.121
0.347
2.191
7.938
0.680
4.000
0.102
0.319
2.011
6.350
0.564
3.250
0.083
0.287
1.813
0.358 0.128
9087.89
0.041
6.350
0.609
2.375
0.060
0.246
1.550
0.306 0.094
7770.33
0.047
4.763
0.537
1.625
0.041
0.203
1.283
0.253 0.064
6429.23
0.054
3.175
0.458
10-4
(m/s)
hfitting
x 10-3
(meter)
45
0.750
0.019
0.138
0.8720
0.172 0.030
4371.22
0.064
1.588
0.416
horifice
horifice
horifice
(inci)
(meter)
(meter)
8.000
0.203
0.451
2.84
0.025
2.725
7.875
0.200
0.447
2.82
0.022
2.334
7.250
0.184
0.429
2.71
0.025
2.440
6.375
0.162
0.402
2.54
0.022
1.970
5.625
0.143
0.378
2.38
0.019
1.632
4.875
0.124
0.352
2.22
0.0175
1.492
4.000
0.102
0.319
2.01
0.0175
1.550
3.250
0.083
0.287
1.81
0.358 0.128
9087.89
0.041
0.016
1.522
2.375
0.060
0.246
1.55
0.306 0.094
7770.33
0.047
0.013
1.433
1.625
0.041
0.203
1.28
0.253 0.064
6429.23
0.054
0.0111
1.603
(m/s)
x 10-4
v
(m/s)
Re
hfitting
Le
(meter) (meter)
Dari hasil perhitungan tersebut, dibuat plot antara panjang ekivalen Le dan bilangan
Reynold untuk mengetahui hubungan diantara keduanya.
46
8
7
Le (meter)
6
5
4
Elbow
3
T Junction
2
1
0
x 10
0.00
0.25
0.50
0.75
1.00
1.25
1.50
Re
Gambar 2.20. Hubungan Bilangan Reynold dan Panjang Ekivalen pada Percobaan Fitting
47
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
(37)
Berdasarkan hasil plot data kalibrasi (gambar 2.12) yang membentuk garis lurus, dapat
disimpulkan bahwa hubungan antara nilai volume pada sight gage dan nilai volum yang
sebenarnya adalah linear. Persamaan garis lurus yang terbentuk merupakan persamaan
kalibrasi, yakni y = 0.9886x 0.0226. Dimana nilai volume sight gage senilai dengan sumbu
x dan nilai volume yang sebenarnya senilai dengan sumbu y.
Volume Real
50
40
30
volume real (L)
20
10
0
0
20
40
60
48
Dari data percobaan dapat dilihat bahwa, perbedaan yang terjadi diantara volume standar
dan volume yang terbaca pada sight gage tidak terlalu signifikan. Perbedaan ini dapat
disebabkan oleh kesalahan dalam pembacaan angka pada tangki maupun gelas ukur. Faktor
kalibrasi ini nantinya akan digunakan untuk menentukan besar volume ukur sebenarnya pada
percobaan selanjutnya karena praktikan tidak lagi menggunakan gelas ukur untuk melakukan
pengukuran.
3.2 Percobaan II : Karakteristik Sharp Edge Orifice Flowmeter
Percobaan berikutnya bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari orifice flowmeter
yang disimbolkan dengan koefisien karakteristik orifice Co. dalam percobaan ini, nilai
koefisien tersebut akan ditentukan melalui grafik pada gambar 2.14.
Hasil pengolahan data pada percobaan II menunjukkan sebuah hubungan antara laju alir
Q (volume/waktu) dengan nilai yang terbaca dalam manometer orifice flowmeter.
Grafik yang dihasilkan berbentuk garis lurus, sehingga dapat disimpulkan bahwa hubungan
antara laju alir Q dan orifice adalah linear.
Q vs dh @orifice
3.0E-04
2.5E-04
2.0E-04
1.5E-04
1.0E-04
Q vs dh orifice
5.0E-05
0.0E+00
0.0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
dh @orifice
Hubungan linear yang digambarkan pada grafik diatas dapat dijelaskan menggunakan
persamaan Bernoulli. Pada tinjauan pustaka, telah dijelaskan secara singkat mengenai
persamaan Bernoulli, yang dituliskan dalam persamaan :
49
(34)
(45)
Apabila laju alir V1 bernilai makin besar maka nilai pressure dropnya juga akan semakin
besar. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya tumbukan antara aliran dengan orifice
bagian hulu (Gambar 1.17). jadi laju alir yang semakin besar dan gesekan dengan orifice pun
akan meningkat. Pressure drop juga dapat disebabkan oleh perubahan diameter saluran fluida
secara tiba tiba yang menyebabkan timbulnya pusaran. Pusaran tersebutlah yang
menunjukkan ke-turbulensi-an aliran (fraksi semakin besar).
Pressure drop ditunjukkan dengan selisih ketinggian fluida yang terukur pada manometer.
Nilai pressure drop yang semakin besar akan menyebabkan nilai h juga semakin besar. Hal
ini sesuai dengan persamaan
Pada percobaan ini persamaan garis lurus yang diperoleh adalah y = 0.000630259x +
2.12441.10-7. Nilai slope pada persamaan ini kemudian digunakan untuk menentukan nilai Co
sesuai dengan persamaan :
(33.1a)
Secara teori nilai ideal dari Co adalah 1, dalam hal tersebut menerangkan bahwa orifice
mampu melakukan kinerja secara maksimum. Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai Co
= 0.6677, pada umumnya nilai Co bernilai < 1 karena adanya faktor energy loss yang
mencakup friction heating dalam flowmeter.
50
Q vs dh @venturi
3
2.5
Q x 10-4
1.5
0.5
0
0.000
0.500
1.000
1.500
2.000
2.500
dh @venturi
Gambar 2.21 Kurva Kalibrasi Venturi Flowmeter
dimana
(31)
sehingga diketahui bahwa pressure drop pada venturi meter berbanding lurus dengan h
manometer yang terhubung ke venturi. Dari persamaan tersebut kemudian dibuat grafik laju
alir Q vs h manometer.
Gambar 2.16 menunjukkan hubungan antara laju alir Q dan h manometer yang
terhubung dengan venturi. Persamaan yang didapatkan adalah
, dengan sumbu x menunjukkan akar dari ketinggian manometer dan sumbu y
menunjukkan laju alir Q. h dari venturi sendiri berhubungan dengan pressure drop.
Dari data yang didapatkan, terbentuk grafik yang hampir linear. Hal ini menunjukkan
bahwa dalam venturimeter, hubungan antara laju alir fluida berbanding lurus dengan pressure
drop.
51
(33.1a)
Pada gambar 2.22 terlihat bahwa venturi memiliki bentuk streamline, sehingga
gesekan fluida pada permukaan pipa sangat kecil. Hal ini menyebabkan gradien tekanan pada
venturi menjadi meningkat namun dengan pressure drop yang kecilantara tekanan upstream
dan tekanan down stream akibat gesekan antar fluida. Pressure drop venturi yang lebih kecil
dibanding dengan pressure drop orifice pada laju alir yang sama akan menyebabkan venturi
memiliki koefisien discharge yang lebih kecil dari orifice flowmeter.
Nilai koefisien discharge venturimeter yang lebih kecil menunjukkan bahwa
orificemeter memiliki ketelitian yang lebih baik dika dibandingkan dengan venturi dalam
pengukuran laju alir fluida. Sehingga, pada kebanyakan pengukuran laju alir, umumnya
digunakan orifificemeter.
52
terjadi pada kecepatan berbeda. Berdasarkan hasil pengamatan, pada empat data pertama
aliran yang terbentuk pada visual flow box menunjukkan aliran laminer, yaitu berupa aliran
air datar, tenang, tanpa adanya pusaran-pusaran air karena partikel-partikel fluida bergerak
teratur dengan bentuk garis lurus dan sejajar. Hal ini disebabkan oleh laju alir yang
digunakan masih kecil, ditandai dengan perbedaan tekanan pada flowmeter (orifice) yang
terbaca pada manometer masih rendah (semakin besar perbedaan tekanan, menunjukkan
semakin besar laju alir yang melewati flowmeter). Untuk aliran laminer lapisan-lapisan fluida
terdapat dari dinding pipa sampai sumbu pipa pada partikel dimana partikel yang berada
berdekatan dengan dinding pipa mempunyai kecepatan yang lebih rendah dibanding partikel
yang terletak dibagian tengah pipa karena kecepatannya maksimum
Pada keempat data terakhir aliran yang tampak merupakan aliran transisi. Ini tercirikan
dengan adanya aliran yang bercampur, ada yang tenang namun juga terdapat sedikit pusaran
air. Aliran transisi merupakan aliran peralihan dari aliran laminer ke aliran turbulen sehingga
memiliki sifat aliran laminer serta sifat aliran turbulen. Kecepatan alirnya juga berada di
bawah aliran turbulen dan berada diatas aliran laminer.
Untuk karakteristik aliran turbulen tidak data kami lakukan, karena untuk mencapai
aliran turbulen perlu laju alir yang cukup besar, yang ditandai dengan perbedaan tekanan
pada flowmeter yang cukup besar. Namun dalam prakteknya, meskipun bukaan valve sudah
maksimal, laju alirnya masih belum mencukupi untuk membentuk aliran turbulen. Kami juga
telah memperkirakan besarnya perbedaan tekanan pada orifice yang terbaca pada manometer
yang harus dicapai untuk masing-masing jenis aliran:
Tabel 19. Perkiraan nilai dh orifice untuk masing-masing tipe aliran
Re
v (m/s)
Q (m/s)
Jenis Aliran
(meter)
(meter)
(inch)
4.111.E-01
1.690.E-01
6.655
< Laminer
8.226.E-01
6.767.E-01
26.642
> Turbulen
melalui rumus laju alir ( ). Nilai Q yang diperoleh kemudian diinput ke dalam
persamaan dari percobaan II untuk memperoleh dilai dh orifice yang diperlukan. Berdasarkan
perkiraan ini, untuk aliran laminar seharusnya berada pada dh dibawah 6.655 inchi,
53
sedangkan turbulen berada pada nilai dh sebesar 26.642 inchi, yang berarti untuk aliran
transisi berada pada nilai dh diantara 6.655-26.642 inchi.
Setelah didapatkan data percobaan, data tersebut kemudian akan dibandingkan dengan
nilai teoritis dari aliran laminer, transisi, dan turbulen. Range untuk menentukan aliran
tersebut ialah melalui bilangan standar Reynold, dimana pada bilangan Reynold tertentu
aliran akan bersifat laminer, transisi, atau turbulen.
Tabel 20. Jenis Aliran pada Range Bilangan Reynold
Jenis Aliran
< 2000
Laminer
Transisi
> 4000
Turbulen
Dari pengolahan data yang dilakukan, didapatkan bahwa jenis aliran yang teramati
hampir sesuai dengan jenis aliran secara teoritis berdasarkan nilai Reynold yang didapatkan,
yaitu aliran laminer memiliki bilangan Reynold yang sesuai teori yaitu di bawah 2000 dan
aliran transisi memiliki bilangan Reynold antara 2000-4000.
3.5 Percobaan V : Pipa Lurus
Pada percobaan mengenai pipa lurus ini, laju alir divariasikan dengan cara mengatur
besar bukaan valve upstream sehingga didapatkan data perbedaan ketinggian manometer baik
pada pipa maupun pada orifice. Untuk setiap bukaan valve, perbedaan ketinggian tersebut
dibaca agar dapat diperoleh besarnya laju alir melalui kalibrasi perhitungan dengan
menggunakan persamaan orifice dari percobaan sebelumnya. Percobaan ini dilakukan pada
ukuran yang berbeda, yaitu 1 inch dan 0.695 inch untuk kemudian dibandingkan dan
dianalisa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap friksi dan perbedaan friction loss-nya.
Percobaan ini didasarkan pada fakta bahwa pada aliran fluida yang melalui suatu pipa
(internal flow) selalu terjadi kerugian akibat dari gesekan antara dinding karena pengaruh
viskositas dari fluida itu. Tingginya koefisien gesek berpengaruh secara langsung kepada
besarnya penurunan tekanan dan pada akhirnya kepada besarnya energi yang diperlukan
untuk mengalirkan fluida. Dengan demikian ada beberapa hal yang ditinjau dari percobaan
ini antara lain kecepatan aliran fluida, laju alir fluida, faktor friksi, bilangan Reynolds, head
loss, pressure loss, dan frictional loss. Aliran fluida yang melalui pipa akan selalu mengalami
54
head loss. Hal ini disebabkan oleh gesekan yang terjadi antara fluida dengan dinding pipa
atau perubahan kecepatan yang dialami oleh aliran fluida (kerugian kecil).
Bilangan Reynolds mempengaruhi besarnya faktor friksi. Berdasarkan eksperimen yang
dilakukan didapatkan sebuah hubungan grafik antara faktor friksi dengan bilangan Reynolds
yang terjadi pada aliran turbulen, yaitu di sekitar bilangan Reynolds 4000 < Re < 15000. Dari
hasil pengolahan data sebelumnya diperoleh hubungan antara faktor friksi dan bilangan
Reynolds sebagai berikut:
0.1400
0.1200
pipa lurus 0.695 inch
0.1000
pipa lurus 1 inch
0.0800
f
0.0600
0.0400
0.0200
0.0000
0.000
0.250
0.500
0.750
Re
1.000
1.250
1.500
(x104)
Gambar 2.23 . Hubungan Bil. Reynold dan Faktor Friksi pada Pipa Lurus
Dari grafik di atas, secara umum dapat diamati bahwa hubungan antara bilangan
Reynolds dengan faktor friksi adalah berbanding terbalik yang artinya semakin besar
bilangan Reynolds maka akan semakin kecil faktor friksinya. Untuk pipa lurus 1 inch, faktor
friksi terendah terjadi pada bilangan Reynolds sekitar 1.4x104 dengan besar nilai f adalah
0.0224 dan faktor friksi terbesar terjadi pada bilangan Reynolds sekitar 4.7x103 dengan besar
nilai f 0.0549. Sedangkan untuk pipa lurus 1 inch, faktor friksi terendah juga terjadi pada
bilangan Reynolds sekitar 1.4x104 dengan besar nilai f yang lebih tinggi yaitu 0.0295 dan
faktor friksi terbesar terjadi pada bilangan Reynolds sekitar 5.1x103 dengan besar nilai f
0.1233.
55
F 0.6000
0.5000
0.4000
0.3000
0.2000
0.1000
0.0000
0.00
0.50
1.00
1.50
Re (x 104)
Gambar 2.24 . Perbandingan friction loss pada pipa 1 dan 0.695 baik secara eksperimen maupun
teoritis
56
Dari grafik di atas menunjukkan bahwa bilangan Reynolds merupakan fungsi dari
frictional loss. Dari grafik di atas juga dapat diamati bahwa tren kurva hasil eksperimen pada
pipa 1 inch maupun 0.695 inch sudah sesuai dengan tren kurva teoritis, dimana semakin besar
bilangan Reynolds maka kehilangan friksinya juga semakin besar. Ini disebabkan karena
dengan semakin turbulennya aliran fluida pada pipa, kemungkinan fluida yang bergesekan
dengan dinding pipa semakin banyak. Frictional loss sendiri didefinisikan sebagai besarnya
kehilangan friksi akibat fluida yang bergesekan dengan dinding pipa.
Dilihat dari grafik, posisi kurva pada kurva hasil eksperimen maupun teoritis untuk pipa
0.695 inch lebih tinggi dibandingkan kurva untuk pipa 1 inch, yang berarti nilai frictional
loss-nya lebih besar. Hal ini dikarenakan persentase gesekan antara fluida dengan dinding
pipa pada pipa 0.695 inch lebih besar dibandingkan pada pipa 1 inch. Pada pipa 1 inch,
persentase fluida yang bergesekan dengan dinding pipa lebih sedikit dibandingkan fluida
yang bergesekan dengan fluida itu sendiri (karena diameternya yang lebih besar).
3.6 Percobaan VI : Fitting
Percobaan ini bertujuan mengetahui hubungan bilangan Reynold dengan panjang
ekivalen fitting, serta membandingkan hubungan tersebut antara satu fitting dengan fitting
yang lain. Fitting yang dipakai dalam percobaan ini adalah elbow dan T-junction.
Hubungan bilangan Reynold dan panjang ekivalen didapatkan dengan sebelumnya
menghitung faktor friksi pipa f serta mengetahui kecepatan aliran v. Dari hasil perhitungan
didapatkan grafik sebagai berikut
8
7
Le (meter)
6
5
4
Elbow
T Junction
2
1
0
x 10
0.00
0.25
0.50
0.75
Re
1.00
1.25
1.50
Gambar 2.25. Hubungan Bilangan Reynold dan Panjang Ekivalen pada Percobaan
Fitting
57
Berdasarkan grafik di atas terlihat bahwa untuk fitting elbow, pada rentang bilangan
Reynold 4371,22 sampai 10080,95 nilai panjang ekivalen cenderung stabil pada angka sekitar
0.5 meter. Hal ini menunjukkan bahwa saat kecepatan rendah nilai friksi pada fitting elbow
setara dengan friksi pada pipa lurus sepanjang sekitar 0.5 meter. Berikutnya pada rentang
bilangan Reynold 10080,95 sampai 14252,20 nilai panjang ekivalen terus naik seiring
naiknya bilangan Reynold. Hal ini dikarenakan setelah bilangan Reynold mencapai 10080,95
faktor friksi fitting bertambah besar, sehingga besar friksi yang terjadi dalam fitting semakin
besar pula.
Hal yang hampir sama berlaku untuk fitting T-junction. Pada rentang bilangan Reynold
6429,23 sampai 11127,96 nilai panjan ekivalen cenderung stabil pada angka sekitar 1.5
meter. Hal ini menunjukkan bahwa saat kecepatan rendah nilai friksi pada fitting elbow setara
dengan friksi pada pipa lurus sepanjang sekitar 1.5 meter. Berikutnya pada rentang bilangan
Reynold 111952,55 sampai 14252,20 nilai panjang ekivalen terus naik seiring naiknya
bilangan Reynold. Hal ini dikarenakan setelah bilangan Reynold mencapai 111952,55 faktor
friksi fitting bertambah besar, sehingga besar friksi yang terjadi dalam fitting semakin besar
pula.
Apabila dibandingkan, panjang ekivalen yang terhitung dari fitting T-junction lebih
besar dari panjang ekivalen dari fitting elbow pada rentang bilangan Reynold yang hampir
sama. Hal ini menunjukkan bahwa friksi yang terjadi pada fitting T-junction lebih besar
daripada fitting elbow pada kecepatan yang sama.
58
Percobaan ini tidak luput dari kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dan
mempengaruhi hasil pembacaan data. Kesalahan-kesalahan yang dapat terjadi adalah sebagai
berikut.
Kesalahan paralaks yaitu kesalahan menentukan nilai skala saat membaca skala baik
pada tangki maupun pada gelas ukur sehingga data yang didapat tidak akurat.
Kesalahan ini terjadi karena ketelitian skala tangki rendah yaitu hanya sebesar 1 L.
Sedangkan pada manometer skala yang digunakan ketelitiannya tidak universal yaitu
sebesar 0.125 inci, sehingga kesulitan dalam menentukkan nilai ketinggian. Selain
daripada itu, saat percobaan dilakukan terjadi fluktuasi pada manometer, sehingga ada
kemungkinan nilai yang terbaca tidak tepat.
Adanya gelembung-gelembung pada manometer sehingga data ketinggian air di
manometer bukanlah ketinggian yang seharusnya.
Kesalahan pada alat seperti masih terdapat tetes-tetesan kecil pada pipa yang
menunjukkan kebocoran sehigga mempengaruhi data volume air. Kemudian tidak
dapat digunakkannya orifice flowmeter pada percobaan keempat, kelima dan keenam
sehingga venturi flowmeter harus digunakan. Pembacaan perbedaan tekanan pada
venturi flowmeter cukup berbeda dengan orifice flowmeter, dimana pressure loss
pada venturi lebih kecil daripada orifice, dan pada akhirnya mempengaruhi
perhitungan dan pengolahan data.
59
BAB IV
KESIMPULAN
Faktor kalibrasi yang ditunjukkan oleh pembacaan ketinggian fluida pada storage tank
(sight gage) dengan volume ukur yang sebanrnya adalah sebesar 1.04.
2.
Laju alir Q sebanding dengan pressure drop pada kedua jenis flowmeter, venturi dan
orifice flowmeter.
3.
Dengan semakin besarny laju alir, maka koefisien karakteristik orifice maupun venturi
juga akan semakin besar.
4.
5.
6.
Laju alir fluida Q juga sebanding dengan bilangan Reynold, sehingga energi yang hilang
karena friksi (friction loss) akan semakin besar pula.
7.
Dari percobaan yang dilakukan, faktor friksi berbanding lurus dengan bilangan Reynold.
8.
Dari percobaan faktor friksi pada pipa lurus berdiameter 1 inch lebih besar jika
dibandingkan dengan pipa lurus inch. Hal tersebut sesuai dengan persamaan DarcyWeisbach, dimana faktor friksi berbanding lurus dengan diameter pipa, sehingga ketika
diameter pipa semakin besar maka faktor friksi pada pipa tersebut akan makin besar pula.
f1inch
= 0,001107
f inch = 0,0003419
9.
Panjang ekivalen Le sebanding dengan Hfitting, dan berbanding terbalik dengan kuadrat
kecepatan v2. Hal ini disebabkan oleh semalkin besar laju alir maka kecepatan juga akan
semakin besar, sehingga panjang ekivalen akan semakin kecil.
10. Pada fitting terjadi kehilangan energi yang disebabkan karena adanya friksi antara
partikel fluida maupun antar partikel fluida dengan permukaan dalam pipa. Pada
60
percobaan ini panjnag ekivalen T-junction lebih besar jika dibandingkan dengan panjang
ekivalen elbow.
Leelbow
= 4,5969
LeT-Junction = 11,531
11. Nilai faktor friksi cenderung menurun jika laju alir bertambah. Hal ini karena karena f
berbanding terbalik dengan v secara kuadratik walaupun terjadi kenaikan pada pipa.
61
DAFTAR PUSTAKA
62