JUDUL PERCOBAAN
Aldehid dan Keton
II.
TUJUAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami :
1.
2.
3.
DASAR TEORI
Aldehida dan Keton
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang
terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid berasal dari alkohol
dehidrogenatum. (cara sintesisnya).
Struktur Aldehid : R CHO
Ciri-ciri aldehid:
1. Sifat-sifat kimia aldehid dan keton umumnya serupa, hanya berbeda
dalam derajatnya. Unsur C kecil larut dalam air (berkurang + C).
2. Merupakan senyawa polar, TD aldehid > senyawa non polar
3. Sifat fisika formaldehid : suatu gas yang baunya sangat merangsang
4. Akrolein = propanal = CH2=CH-CHO : cairan, baunya tajam, sangat reaktif.
Contoh : Formaldehid = metanal = H-CHO
Sifat-sifat Aldehid:
1. Senyawa-senyawa aldehida dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5 atom C) sangat
mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehide dengan jumlah atom C lebih 2
dari 5 sukar larut dalam air.
2. Aldehida dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya
3. Aldehida dapat direduksi dengan gas H membentuk
alkohol primer.
Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
(C=O) terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau sebuah alkil dan sebuah aril.
Sifat-sifat sama dengan aldehid.
Struktur: (R)2-C=O
Sifat-sifat keton:
1. Dapat direduksi dengan gas H2 membentuk alkohol sekunder
2. Dioksidasi menghasilkan asam karboksilat
3. Tidak bereaksi dengan pereaksi Tollens dan Fehling
Perbedaan dan Persamaan Aldehid dan Keton
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hydrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan
hydrogen seperti pada alcohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat
membentuk gaya tarik menarik elektrostattik yang relative kuat antara molekulnya,
bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negative yang lain
(Fessenden, 1997).
Aldehida
dan
keton
merupakan
kelompok
senyawa
organik
yang
mengandung gugus karbonil. Aldehid dikenal dengan rumus RCHO, sedangkan suatu
keton mempunyai dua gugus alkil yang terikat pada karbon karbonil dengan rumus
RCOR. Panjang ikatan C=O pada aldehid dan keton adalah 1,24 . Gugus karbonil
bersifat polar karena oksigen lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga electron
lebih terikat ke oksigen. Polarisasi pada gugus karbonil menyebabkan banyak reaksi
terhadap senyawa karbonil melibatkan serangan nukleofil pada atom karbon
karbonil.
Kepolaran gugus karbonil menjadikan aldehid dan keton merupakan senyawa
polar karena senyawa ini polar sehingga dapat melakukan tarik menarik dipol-dipol
antar molekul yang menyebabkan titik didih aldehid dan keton lebih tinggi kira-kira
50o-80o daripada senyawa non polar yang mempunyai bobot molekul sama. Adanya
electron menyendiri pada oksigen menyebabkan gugus karbonil dapat mengadakan
ikatan hydrogen tetapi tidak dengan senyawa karbonil, kecuali jika senyawa ini
mempunyai suatu hydrogen asam untuk ikatan hydrogen. Akibat kemampuan
membentuk ikatan hydrogen, aldehid dan keton yang berbobot molekul rendah dapat
larut dalam air seperti alcohol. Aldehid dan keton tidak dapat membentuk ikatan
hydrogen dengan sesamanya menyebabkan titik didihnya lebih rendah dari alkohol
padanya.
Senyawa
keton
aldehid
Aldehid
Dalam larutannya memang sudah ada anion penyerang, sehingga tak diperlukan
katalis basa dan SO32- merupakan nukleofil cukup kuat sehingga tak perlu
pengaktifan (dengan protonasi) gugus karbonilnya. Dengan demikian tak perlu
katalis asam pula. Nukleofil ini merupakan salah satu yang besar dan nilai K
pembentukan produknya biasanya lebih kecil daripada untuk pembentukan
sianohidrin dari senyawa karbonil yang sama. Pembentukan senyawa bisulfit secara
preparatif memang terbatas hanya pada aldehida, metil keton dan beberapa keton
siklik.
Senyawa-senyawa karbonil seperti itu dapat dipisahkan dari campuran atau
dimurnikan dengan cara isolasi (pemisahan), purifikasi (pemurnian), dan penguraian
(dekomposisi) lanjut dari tertinambah bisulfitnya. Ion halida juga berperan sebagai
nukleofil terhadap aldehida dalam kondisi terkatalisis asam, namun hasilnya amat
tidak mantap, misalnya1,1hidroksikhloro,kesetimbangan lebih bergeser ke kiri
letaknya (ke arah bahan awal). (Sykes,Peter.1989) Dengan menggunakan Natrium
bisulfit dan penambahan beberapa macam larutan,di harapkan tujuan dari praktikum
ini yaitu menguji aldehid dan keton dengan pereaksi fehling dan reaksi adisi
nukleofilik dapat tercapai.
4.) Pengujian dengan Fenilhidrasin
Halaman ini menjelaskan tentang reaksi aldehid dan keton dengan 2,4dinitrofenilhidrazin (pereaksi Brady) sebagai sebuah reaksi uji untuk ikatan rangkap
C=O. Disini kita juga membahas sekilas tentang beberapa reaksi mirip lainnya yang
dikenal sebagai reaksi adisi-eliminasi (atau kondensasi).
Reaksi dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin
2,4-dinitrofenilhidrazin sering disingkat menjadi 2,4-DNP atau 2,4-DNPH. Larutan
2,4-dinitrofenilhidrazin dalam sebuah campuran metanol dan asam sulfat dikenal
sebagai pereaksi Brady.
Pengertian 2,4-dinitrofenilhidrazin
Walaupun namanya kedengaran rumit, dan strukturnya terlihat agak kompleks,
namun sebenarnya sangat mudah untuk dibuat.
Pertama-tama gambarkan rumus molekul dari hidrazin, yaitu sebagai berikut:
Pada fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh
sebuah gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah cincin benzen.
Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat pada gugus
fenil di posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat nitrogen dianggap sebagai
atom karbon nomor 1, dan perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.
Melangsugkan reaksi
Rincian reaksi antara aldehid atau keton dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin sedikit
bervariasi tergantung pada sifat-sifat aldehid atau keton yang terlibat, dan pelarut
yang didalamnya dilarutkan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Pada prosedur berikut, anggap
kita menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin dalam bentuk pereaksi Brady (sebuah
larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin dalam metanol dan asam sulfat) :
Masukkan beberapa tetes aldehid atau keton, atau bisa juga larutan aldehid atau
keton dalam metanol, ke dalam pereaksi Brady. Terbentuknya endapan kuning atau
oranye terang mengindikasikan adanya ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid
atau keton.
Reaksi uji ini adalah yang paling sederhana untuk sebuah aldehid atau keton.
Sifat kimiawi reaksi
Reaksi keseluruhan dituliskan dengan persamaan berikut:
Jika kedua molekul pereaksi digambarkan berderet, maka struktur produk reaksi
dapat
ditentukan
dengan
mudah.
Produk
reaksi
dikenal
sebagai
"2,4-
senyawa
haloform
selain
kloroform
dan
berwarna kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari
suatu senyawa metil keton/ metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi
menghasilkan senyawa tersebut. Mekanisme reaksi :
Reaksi :
aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid
yang lain (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Kondensasi dengan katalis asam suatu asetaldehid memberikan aldol. Dalam
kondensasi ini sejumlah katalis asam membantu enolisasi dan menyebabkan
asetaldehida lebih reaktif untuk adisi. Pada umumnya enol mengalami serangan
nukleufilik atau elektrofilik oleh asam konjugat dari kmponen karbonil, proses ini
terjadi dalam keseimbangan dan biasanya reaksi tidak berhenti pada tahap aldol,
melainkan dapat pula terjadi dehidrasi dan memberikan alfa, beta-karbonil tidak
jenuh(Sastrawijaya, 1985).
Enolat anion dapat bertindak nukleufilik karbon dan beradisi pada gugus
karbonil pada molekul aldehid atau keton lain. Reaksi ini membentuk dasar bagi
proses kondensasi aldol, yaitu reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon yang sangat
bermanfaat. Kondensasi aldol yang paling sederhana adalah gabungan dua molekul
asetaldehid, yang terjadi jika larutan aldehid diberi larutan basa. Hasilnya adalah
reaksi dengan 4 karbon dinamakan aldol(namanya berasal dari suku kata aldehid dan
karbon). Proses kondensasi aldol mdah dibuat melalui pembentukan anion enolat dari
suatu senyawa karbonil yang diadisikan pada karbonil lain(Hart, 1983).
Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung
menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul
kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak
dilepaskannya suatu molekul kecil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa NaOH
dalam air, ion enolat yang terjadi cepat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul
aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid
yang lain (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Secara umum berlangsungnya reaksi konversi aseton adalah melalui mekanisme
reaksi kondensasi aldol. Mekanisme reaksi tersebut merupakan gabungan antara
langkah reaksi asam basa Bronsted (protom transfer) dan lewis step (electron
transfer). Reaksi aldol bermula dari pemisahan proton berposisi (alfa) membentuk
eolat yang beresonansi.(Setiadi, 2007).
Senyawa karbonil tidak jenuh , merupakan senyawa yang dapat disentesis
melalui kondensasi aldol dengan cara mereakisikan dua senyawa aldehida atau keton,
salah satu senyawa aldehida atau keton tersebut harus mempunyai atom hidrongen. Secara teori, dibenzalaseton dapat disentesis melalui kondensasi aldol antara
benzaldehida dan aseton menggunakan katalis natrium hidroksida(Asfiyah, 2008).
V.
Tabung reaksi
16 buah
2)
3)
4)
Termometer
1 buah
5)
Erlenmeyer 50mL
1 buah
6)
Pipet tetes
20 buah
7)
Kertas saring
3 buah
8)
Gelas ukur
1 buah
9)
Pembakar Spirtus
1 buah
10)
Kaki tiga
1 buah
11)
Kassa
1 buah
12)
Korek api
1 buah
13)
2 buah
14)
Corong penyaring
1 buah
1 buah
b. Bahan
1) Larutan perak nitrat
2) Larutan NaOH 5%
3) Larutan NH4OH 2%
4) Aseton
5) Benzaldehid
6) Sikloheksanon
7) Formalin
8) Fehling A (larutan CuSO4)
9) Fehling B (campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat)
10) Formaldehid
11) n-heptaldehid
12) Larutan Natrium Bisulfit jenuh
13) Etanol
14) Larutan HCl pekat
15) Reagen Fenilhidrazin
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. Dan Fessenden, Joan S. 1982. Kimia Organik Jilid 1, Edisi II.
Jakarta: Erlangga. (diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A. Hadyana)
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, Edisi XI. Jakarta:
Erlangga. (alih bahasa oleh Achmadi, Suminar Setiati)
Siregar, Morgong. 1988. Dasar Dasar Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud
Tim Dosen Kimia Organik. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Surabaya: