Anda di halaman 1dari 13

I.

JUDUL PERCOBAAN
Aldehid dan Keton

II.

TUJUAN
Pada akhir percobaan ini mahasiswa diharapkan dapat memahami :
1.
2.
3.

Asas asas reaksi dari senyawa karbonil


Perbedaan reaksi antara Aldehid dan Keton
Jenis pengujian kimia sederhana yang dapat membedakan Aldehid dan Keton

III. TANGGAL PERCOBAAN


28 Maret 2014
IV.

DASAR TEORI
Aldehida dan Keton
Aldehid adalah suatu senyawa yang mengandung gugus karbonil (C=O) yang
terikat pada sebuah atau dua buah unsur hidrogen. Aldehid berasal dari alkohol
dehidrogenatum. (cara sintesisnya).
Struktur Aldehid : R CHO
Ciri-ciri aldehid:
1. Sifat-sifat kimia aldehid dan keton umumnya serupa, hanya berbeda
dalam derajatnya. Unsur C kecil larut dalam air (berkurang + C).
2. Merupakan senyawa polar, TD aldehid > senyawa non polar
3. Sifat fisika formaldehid : suatu gas yang baunya sangat merangsang
4. Akrolein = propanal = CH2=CH-CHO : cairan, baunya tajam, sangat reaktif.
Contoh : Formaldehid = metanal = H-CHO
Sifat-sifat Aldehid:
1. Senyawa-senyawa aldehida dengan jumlah atom C rendah (1 s/d 5 atom C) sangat
mudah larut dalam air. Sedangkan senyawa aldehide dengan jumlah atom C lebih 2
dari 5 sukar larut dalam air.
2. Aldehida dapat dioksidasi menjadi asam karboksilatnya
3. Aldehida dapat direduksi dengan gas H membentuk

alkohol primer.

Keton adalah suatu senyawa organik yang mempunyai sebuah gugus karbonil
(C=O) terikat pada dua gugus alkil, dua gugus aril atau sebuah alkil dan sebuah aril.
Sifat-sifat sama dengan aldehid.

Struktur: (R)2-C=O
Sifat-sifat keton:
1. Dapat direduksi dengan gas H2 membentuk alkohol sekunder
2. Dioksidasi menghasilkan asam karboksilat
3. Tidak bereaksi dengan pereaksi Tollens dan Fehling
Perbedaan dan Persamaan Aldehid dan Keton
Sifat-sifat fisik aldehid dan keton, karena aldehid dan keton tidak
mengandung hydrogen yang terikat pada oksigen, maka tidak dapat terjadi ikatan
hydrogen seperti pada alcohol. Sebaliknya aldehid dan keton adalah polar dan dapat
membentuk gaya tarik menarik elektrostattik yang relative kuat antara molekulnya,
bagian positif dari sebuah molekul akan tertarik pada bagian negative yang lain
(Fessenden, 1997).
Aldehida

dan

keton

merupakan

kelompok

senyawa

organik

yang

mengandung gugus karbonil. Aldehid dikenal dengan rumus RCHO, sedangkan suatu
keton mempunyai dua gugus alkil yang terikat pada karbon karbonil dengan rumus
RCOR. Panjang ikatan C=O pada aldehid dan keton adalah 1,24 . Gugus karbonil
bersifat polar karena oksigen lebih elektronegatif dibanding karbon sehingga electron
lebih terikat ke oksigen. Polarisasi pada gugus karbonil menyebabkan banyak reaksi
terhadap senyawa karbonil melibatkan serangan nukleofil pada atom karbon
karbonil.
Kepolaran gugus karbonil menjadikan aldehid dan keton merupakan senyawa
polar karena senyawa ini polar sehingga dapat melakukan tarik menarik dipol-dipol
antar molekul yang menyebabkan titik didih aldehid dan keton lebih tinggi kira-kira
50o-80o daripada senyawa non polar yang mempunyai bobot molekul sama. Adanya
electron menyendiri pada oksigen menyebabkan gugus karbonil dapat mengadakan
ikatan hydrogen tetapi tidak dengan senyawa karbonil, kecuali jika senyawa ini
mempunyai suatu hydrogen asam untuk ikatan hydrogen. Akibat kemampuan
membentuk ikatan hydrogen, aldehid dan keton yang berbobot molekul rendah dapat
larut dalam air seperti alcohol. Aldehid dan keton tidak dapat membentuk ikatan
hydrogen dengan sesamanya menyebabkan titik didihnya lebih rendah dari alkohol
padanya.

Aldehida dioksidasi menjadi asam karboksilat. Hampir semua reagensia yang


mengoksidasi alcohol juga mengoksidasi aldehid. Pengoksidasi yang sering
digunakan misalnya garam permanganat dan kromat, selain itu juga dapat digunakan
pengoksidasi yang sangat lembut seperti Ag+ atau Cu2+. Keton tidak mudah
dioksidasi, beberapa uji menggunakan sifat kemudahan oksidasi untuk membedakan
aldehid dan keton.

Identifikasi Addehid dan Keton:


Reaksi-reaksi pada aldehid dan keton adalah reaksi oksidasi dan reaksi
reduksi. Reaksi oksidasi untuk membedakan aldehida dan keton. Aldehida mudah
sekali dioksidasi, sedangkan keton tahan terhadap oksidator. Aldehida dapat
dioksidasi dengan oksidator yang sangat lemah, sedangkan reaksi reduksi terbegi
menjadi tiga bagian yaitu reaksi menjadi alcohol, reduksi menjadi hidrokarbon, dan
reduksi pinakol (Wilbraham, 1992). Untuk mendeteksi adanya aldehid dan keton
adalah melalui analisis dengan beberapa uji misalnya:
1) Uji Tollens (uji cermin perak)
Pereaksi Tollens mengandung ion diamminperak(I), [Ag(NH 3)2]+. Ion ini dibuat
dari larutan perak(I) nitrat. Caranya dengan memasukkan setetes larutan natrium
hidroksida ke dalam larutan perak(I) nitrat yang menghasilkan sebuah endapan
perak(I) oksida, dan selanjutnya tambahkan larutan amonia encer secukupnya untuk
melarutkan ulang endapan tersebut.
Untuk melakukan uji dengan pereaksi Tollens, beberapa tetes aldehid atau keton
dimasukkan ke dalam pereaksi Tollens yang baru dibuat, dan dipanaskan secara
perlahan dalam sebuah penangas air panas selama beberapa menit.

Senyawa

Hasil Pengamatan yang terjadi

keton

Tidak ada perubahan pada larutan yang tidak berwarna.

aldehid

Larutan tidak berwarna menghasilkan sebuah endapan perak


berwarna abu-abu, atau sebuah cermin perak pada tabung uji.

Aldehid mereduksi ion diamminperak(I) menjadi logam perak. Karena larutan


bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya dioksidasi menjadi sebuah garam dari
asam karboksilat yang sesuai.
Persamaan setengah reaksi untuk reduksi ion diamminperak (I) menjadi perak
adalah sebagai berikut:

Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi dari


oksidasi sebuah aldehid pada kondisi basa, yakni

akan menghasilkan persamaan reaksi lengkap:

2.) Uji Fehling atau Benedict


Larutan Fehling dan larutan Benedict adalah varian dari larutan yang secara
ensensial sama. Keduanya mengandung ion-ion tembaga(II) yang dikompleks dalam
sebuah larutan basa. Larutan Fehling mengandung ion tembaga(II) yang dikompleks
dengan ion tartrat dalam larutan natrium hidroksida. Pengompleksan ion tembaga(II)
dengan ion tartrat dapat mencegah terjadinya endapan tembaga(II) hidroksida.
Larutan Benedict mengandung ion-ion tembaga(II) yang membentuk kompleks
dengan ion-ion sitrat dalam larutan natrium karbonat. Lagi-lagi, pengompleksan ionion tembaga(II) dapat mencegah terbentuknya sebuah endapan kali ini endapan
tembaga(II) karbonat.
Larutan Fehling dan larutan Benedict digunakan dengan cara yang sama.
Beberapa tetes aldehid atau keton ditambahkan ke dalam reagen, dan campurannya
dipanaskan secara perlahan dalam sebuah penangas air panas selama beberapa menit.
Senyawa Hasil Pengamatan yang terjadi
Keton

Tidak ada perubahan warna pada larutan biru.

Aldehid

Larutan biru menghasilkan sebuah endapan merah merah bata dari


tembaga (I) oksida.

Aldehid mereduksi ion tembaga(II) menjadi tembaga(I) oksida. Karena larutan


bersifat basa, maka aldehid dengan sendirinya teroksidasi menjadi sebuah garam dari
asam karboksilat yang sesuai.
Perekasi Fehling adalah oksidator lemah yang merupakan pereaksi khusus untuk
mengenali aldehida. Pereaksi Fehling terdiri dari dua bagian, yaitu Fehling A dan
Fehling B. Fehling A adalah larutan CuSO4, sedangkan Fehling B merupakan
campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat. Pereksi Fehling dibuat dengan
mencampurkan kedua larutan tersebut, sehingga diperoleh suatu larutan yang
berwarna biru tua. Dalam pereaksi Fehling, ion Cu 2+ terdapat sebagai ion kompleks.
Pereaksi Fehling dapat dianggap sebagai larutan CuO. Dalam pereaksi ini ion Cu2+
direduksi menjadi ion Cu+ yang dalam suasana basa akan diendapkan sebagai Cu2O.
Dengan larutan glukosa 1%, pereaksi Fehling menghasilkan endapan berwarna
merah bata, sedangkan apabila digunakan larutan yang lebih encer misalnya larutan
glukosa 0,1%, endapan yang terjadi berwarna hijau kekuningan.
Persamaan untuk reaksi-reaksi ini selalu disederhanakan untuk menghindari
keharusan menuliskan ion tartrat atau sitrat pada kompleks tembaga dalam rumus
struktur. Persamaan setengah-reaksi untuk larutan Fehling dan larutan Benedict bisa
dituliskan sebagai:

Menggabungkan persamaan di atas dengan persamaan setengah reaksi untuk


oksidasi aldehid pada kondisi basa yakni

akan menghasilkan persamaan lengkap:

3.) Adisi Bisulfit


Suatu reaksi yang umum untuk aldehida dan beberapa keton adalah adisi dari
natrium bisulfit yang dilaksanakan dalam larutan jenuh dalam air (40%). Salah satu
reaksi anion klasik adalah reaksi anion bisulfit yang menghasilkan zat tertinambah
kristal. Nukleofil yang berhasilguna hampir selalu berbentuk SO32- , bukan HSO3- ;
seakan-akan HSO3- berada dalam konsentrasi lebih tinggi dan SO32- menjadi nukleofil
yang lebih berhasil guna.

Dalam larutannya memang sudah ada anion penyerang, sehingga tak diperlukan
katalis basa dan SO32- merupakan nukleofil cukup kuat sehingga tak perlu
pengaktifan (dengan protonasi) gugus karbonilnya. Dengan demikian tak perlu
katalis asam pula. Nukleofil ini merupakan salah satu yang besar dan nilai K
pembentukan produknya biasanya lebih kecil daripada untuk pembentukan
sianohidrin dari senyawa karbonil yang sama. Pembentukan senyawa bisulfit secara
preparatif memang terbatas hanya pada aldehida, metil keton dan beberapa keton
siklik.
Senyawa-senyawa karbonil seperti itu dapat dipisahkan dari campuran atau
dimurnikan dengan cara isolasi (pemisahan), purifikasi (pemurnian), dan penguraian
(dekomposisi) lanjut dari tertinambah bisulfitnya. Ion halida juga berperan sebagai
nukleofil terhadap aldehida dalam kondisi terkatalisis asam, namun hasilnya amat
tidak mantap, misalnya1,1hidroksikhloro,kesetimbangan lebih bergeser ke kiri
letaknya (ke arah bahan awal). (Sykes,Peter.1989) Dengan menggunakan Natrium
bisulfit dan penambahan beberapa macam larutan,di harapkan tujuan dari praktikum
ini yaitu menguji aldehid dan keton dengan pereaksi fehling dan reaksi adisi
nukleofilik dapat tercapai.
4.) Pengujian dengan Fenilhidrasin
Halaman ini menjelaskan tentang reaksi aldehid dan keton dengan 2,4dinitrofenilhidrazin (pereaksi Brady) sebagai sebuah reaksi uji untuk ikatan rangkap
C=O. Disini kita juga membahas sekilas tentang beberapa reaksi mirip lainnya yang
dikenal sebagai reaksi adisi-eliminasi (atau kondensasi).
Reaksi dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin
2,4-dinitrofenilhidrazin sering disingkat menjadi 2,4-DNP atau 2,4-DNPH. Larutan
2,4-dinitrofenilhidrazin dalam sebuah campuran metanol dan asam sulfat dikenal
sebagai pereaksi Brady.
Pengertian 2,4-dinitrofenilhidrazin
Walaupun namanya kedengaran rumit, dan strukturnya terlihat agak kompleks,
namun sebenarnya sangat mudah untuk dibuat.
Pertama-tama gambarkan rumus molekul dari hidrazin, yaitu sebagai berikut:

Pada fenilhidrazin, salah satu atom hidrogen dalam hidrazin digantikan oleh
sebuah gugus fenil, C6H5. Ini didasarkan pada sebuah cincin benzen.

Pada 2,4-dinitrofenilhidrazin, ada dua gugus nitro, NO2, yang terikat pada gugus
fenil di posisi karbon 2 dan 4. Sudut yang padanya terikat nitrogen dianggap sebagai
atom karbon nomor 1, dan perhitungan dilakukan searah arah jarum jam.

Melangsugkan reaksi
Rincian reaksi antara aldehid atau keton dengan 2,4-dinitrofenilhidrazin sedikit
bervariasi tergantung pada sifat-sifat aldehid atau keton yang terlibat, dan pelarut
yang didalamnya dilarutkan 2,4-dinitrofenilhidrazin. Pada prosedur berikut, anggap
kita menggunakan 2,4-dinitrofenilhidrazin dalam bentuk pereaksi Brady (sebuah
larutan 2,4-dinitrofenilhidrazin dalam metanol dan asam sulfat) :
Masukkan beberapa tetes aldehid atau keton, atau bisa juga larutan aldehid atau
keton dalam metanol, ke dalam pereaksi Brady. Terbentuknya endapan kuning atau
oranye terang mengindikasikan adanya ikatan rangkap C=O dalam sebuah aldehid
atau keton.
Reaksi uji ini adalah yang paling sederhana untuk sebuah aldehid atau keton.
Sifat kimiawi reaksi
Reaksi keseluruhan dituliskan dengan persamaan berikut:

R dan R bisa berupa kombinasi dari gugus-gugus hidrogen atau hidrokarbon


(seperti gugus alkil). Jika sekurang-kurangnya satu dari kedua gugus tersebut adalah
hidrogen, maka senyawa asalnya adalah aldehid. Jika kedua gugus tersebut adalah
gugus hidrokarbon, maka senyawa asalnya adalah keton.
Perhatikan secara seksama mekanisme yang terjadi.

Jika kedua molekul pereaksi digambarkan berderet, maka struktur produk reaksi
dapat

ditentukan

dengan

mudah.

Produk

reaksi

dikenal

sebagai

"2,4-

dinitrofenilhidrazon". Perlu diperhatikan bahwa yang berubah hanya akhiran saja,


dari akhiran "-in" menjadi "-on". Ini kemungkinan membingungkan.
Produk dari reaksi dengan etanal disebut sebagai etanal 2,4-dinitrofenilhidrazon;
produk dari reaksi dengan propanon disebut propanon 2,4-dinitrofenilhidrazon dan
seterusnya. Ini tidak terlalu sulit.
Reaksi ini dikenal sebagai reaksi kondensasi. Reaksi kondensasi merupakan
reaksi dimana dua molekul bergabung bersama disertai dengan hilangnya sebuah
molekul kecil dalam proses tersebut. Dalam hal ini, molekul kecil tersebut adalah air.
Dari segi mekanisme, reaksi ini adalah reaksi adisi-eliminasi nukleofilik. 2,4dinitrofenilhidrazin pertama-pertama memasuki ikatan rangkap C=O (tahap adisi)
menghasilkan sebuah senyawa intermediet yang selanjutnya kehilangan sebuah
molekul air (tahap eliminasi).

Produk di atas adalah sebuah"oksim" misalnya, etanal oksim.

5.) Reaksi Haloform


Iodoform
termasuk

senyawa

haloform

selain

kloroform

dan

bromoform. Iodoform merupakan salah satu haloform yang berbentuk kristal

berwarna kuning, dan sedikit larut dalam air. Secara umum haloform dibuat dari
suatu senyawa metil keton/ metil aldehida atau dari senyawa yang bila teroksidasi
menghasilkan senyawa tersebut. Mekanisme reaksi :

Reaksi :

6.) Kondensasi Aldol


Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung
menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul
kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak
dilepaskannya suatu molekul kecil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa NaOH
dalam air, ion enolat yang terjadi cepat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul

aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid
yang lain (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Kondensasi dengan katalis asam suatu asetaldehid memberikan aldol. Dalam
kondensasi ini sejumlah katalis asam membantu enolisasi dan menyebabkan
asetaldehida lebih reaktif untuk adisi. Pada umumnya enol mengalami serangan
nukleufilik atau elektrofilik oleh asam konjugat dari kmponen karbonil, proses ini
terjadi dalam keseimbangan dan biasanya reaksi tidak berhenti pada tahap aldol,
melainkan dapat pula terjadi dehidrasi dan memberikan alfa, beta-karbonil tidak
jenuh(Sastrawijaya, 1985).
Enolat anion dapat bertindak nukleufilik karbon dan beradisi pada gugus
karbonil pada molekul aldehid atau keton lain. Reaksi ini membentuk dasar bagi
proses kondensasi aldol, yaitu reaksi pembentukan ikatan karbon-karbon yang sangat
bermanfaat. Kondensasi aldol yang paling sederhana adalah gabungan dua molekul
asetaldehid, yang terjadi jika larutan aldehid diberi larutan basa. Hasilnya adalah
reaksi dengan 4 karbon dinamakan aldol(namanya berasal dari suku kata aldehid dan
karbon). Proses kondensasi aldol mdah dibuat melalui pembentukan anion enolat dari
suatu senyawa karbonil yang diadisikan pada karbonil lain(Hart, 1983).
Suatu reaksi kondensasi ialah reaksi dimana dua molekul atau lebih bergabung
menjadi satu molekul yang lebih besar dengan atau tanpa hilangnya suatu molekul
kecil (seperti air). Kondensasi aldol merupakan suatu reaksi adisi dimana tidak
dilepaskannya suatu molekul kecil. Bila suatu aldehid diolah dengan basa NaOH
dalam air, ion enolat yang terjadi cepat bereaksi pada gugus karbonil dari molekul
aldehid yang lain. Hasilnya ialah adisi suatu molekul aldehid ke molekul aldehid
yang lain (Fessenden dan Fessenden, 1986).
Secara umum berlangsungnya reaksi konversi aseton adalah melalui mekanisme
reaksi kondensasi aldol. Mekanisme reaksi tersebut merupakan gabungan antara
langkah reaksi asam basa Bronsted (protom transfer) dan lewis step (electron
transfer). Reaksi aldol bermula dari pemisahan proton berposisi (alfa) membentuk
eolat yang beresonansi.(Setiadi, 2007).
Senyawa karbonil tidak jenuh , merupakan senyawa yang dapat disentesis
melalui kondensasi aldol dengan cara mereakisikan dua senyawa aldehida atau keton,
salah satu senyawa aldehida atau keton tersebut harus mempunyai atom hidrongen. Secara teori, dibenzalaseton dapat disentesis melalui kondensasi aldol antara
benzaldehida dan aseton menggunakan katalis natrium hidroksida(Asfiyah, 2008).

V.

ALAT DAN BAHAN


a. Alat
1)

Tabung reaksi

16 buah

2)

Rak tabung reaksi

3)

Penjepit tabung reaksi 1 buah

4)

Termometer

1 buah

5)

Erlenmeyer 50mL

1 buah

6)

Pipet tetes

20 buah

7)

Kertas saring

3 buah

8)

Gelas ukur

1 buah

9)

Pembakar Spirtus

1 buah

10)

Kaki tiga

1 buah

11)

Kassa

1 buah

12)

Korek api

1 buah

13)

Gelas kimia 100mL

2 buah

14)

Corong penyaring

1 buah

1 buah

b. Bahan
1) Larutan perak nitrat
2) Larutan NaOH 5%
3) Larutan NH4OH 2%
4) Aseton
5) Benzaldehid
6) Sikloheksanon
7) Formalin
8) Fehling A (larutan CuSO4)
9) Fehling B (campuran larutan NaOH dan kalium natrium tartrat)
10) Formaldehid
11) n-heptaldehid
12) Larutan Natrium Bisulfit jenuh
13) Etanol
14) Larutan HCl pekat
15) Reagen Fenilhidrazin

16) Air dingin


17) Larutan NaOH 5%
18) Isopropil Alkohol
19) 2-pentanon
20) 3-pentanon
21) Larutan NaOH 0,1%
22) Asetaldehid
23) Natrium Asetat Anhidrat
24) Larutan Iodium
25) Spirtus

DAFTAR PUSTAKA
Fessenden, Ralph J. Dan Fessenden, Joan S. 1982. Kimia Organik Jilid 1, Edisi II.
Jakarta: Erlangga. (diterjemahkan oleh Pudjaatmaka, A. Hadyana)
Hart, Harold, dkk. 2003. Kimia Organik Suatu Kuliah Singkat, Edisi XI. Jakarta:
Erlangga. (alih bahasa oleh Achmadi, Suminar Setiati)
Siregar, Morgong. 1988. Dasar Dasar Kimia Organik. Jakarta: Depdikbud
Tim Dosen Kimia Organik. 2013. Penuntun Praktikum Kimia Organik I. Surabaya:

Anda mungkin juga menyukai