mengetahui dosis serapnya. Hasil percobaan ini menunjukkan bahwa laju dosis pada
kelompok A, B, C, D, E, F, dan G secara berturut- turut dalam kGy/ detik adalah 2,993 ;
5,385 ; 1,56 ; 1,56 ; 4,2 ; 3,278 dan 2,033. Dan berdasarkan percobaan diperoleh penetrasi
efektif dengan tegangan 300 keV sebesar 0,025 dengan ketebalan efektif 0,019 cm. Dan
keseragaman dosis mesin berkas elektron PTAPB-BATAN antara 20-100 cm.
Kata kunci: dosimeter cellulose triacetate, densitas optik, iradiasi berkas elektron.
1 Dosimeter CTA
1. PENDAHULUAN
1.1.
dari
suatu
elektron.
alat
pemercepat
Alat
pemercepat
dari
pengarah,
pemfokus
dan
2 Dosimeter CTA
1.2.
Dosimetri
Dosimetri radiasi adalah suatu metode pengukuran kuantitas energi radiasi, baik yang berupa
gelombang elektromagnet maupun berupa arus partikel bermuatan yang dipancarkan oleh
sumber radiasi pada titik geometris tertentu atau diserap oleh materi yang diradiasi.
Dosimetri dalam pengolahan bahan dengan MBE perlu diperhatikan agar diperoleh
pengolahan yang optimum dan tepat guna. Dosis radiasi ini merupakan jumlah energi yang
diserap per satuan massa bahan.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan proses radiasi terhadap suatu
bahan berkaitan dengan dosis yang diterima, yaitu:
1. Densitas materi (bahan)
Semakin besar densitas materi maka penetrasi berkas elektron ke dalam materi akan
semakin kecil.
2. Energi berkas elektron sebagai fungsi arus dan tegangan
Semakin besar energi berkas elektron maka penetrasinya juga semakin besar.
3. Lama waktu yang diperlukan elektron mengenai materi
Semakin lama waktu materi terkena radiasi, maka semakin banyak dosis yang diterima,
hal ini tergantung pada kecepatan konveyor.
4. Arus berkas
Semakin besar arus yang dialirkan, maka dosis yang diterima akan semakin
besar.
Pada penggunaan MBE, dosis dari radiasi yang dilakukan diamati dengan 2 cara, yaitu
kuantitatif dan kualitatif. Uji kualitatif (terjadi proses radiasi atau tidak) dilakukan dengan
menggunakan indicator radiasi yang berupa zat warna yang peka terhadap radiasi yaitu
dosimeter go-no go. Dosimeter ini merupakan dosimeter yang peka terhadap radiasi, yang
apabila terkena radiasi akan berubah warnanya menjadi lebih gelap sebanding dengan dosis
radiasi yang mengenainya. Sedangkan uji kuantitatif dilakukan dengan menggunakan
dosimeter cellulose triacetate (CTA)
1.3.
Pengukuran
radiasi
terserap
dilakukan
dengan
menggunakan
dosimeter
gulungan yang panjangnya 100 meter. Evaluasi dosis serap dilakukan berdasarkan perubahan
rapat optik (optical density), dimana semakin tinggi dosis yang diterima maka nilai rapat
optiknya juga akan semakin tinggi. Rapat optik diukur pada waktu sebelum dan sesudah
iradiasi. Alat baca film dosimeter tersebut adalah dosis reader FDR-01 (buatan Nisin High
Voltage Company) dengan prinsip penggunaan UV-Vis Spectrofotometer. Menurut Tanaka
dkk, perhitungan dosis serap menggunakan dosimeter CTA dapat dihitung dengan persaman
berikut :
D = OD x t x f
Kxt
dengan :
D
OD = perbedaan rapat optik sebelum dan sesudah diiradiasi (OD1-OD). Caranya yaitu
dengan mencacah CTA sebelum dan sesudah iradiasi menggunakan CTA readers
t
= faktor penyimpanan; f=1 apabila pengukuran rapat optik dosimeter CTA dilakukan
30 menit setelah diiradiasi. (Saptaaji, 2004: 6-7)
1.4.
Pada hakekatnya dosimetri industri merupakan unsur pokok dari langkah-langkah menuju
penggunaan radiasi secara baik dan cara memproduksi barang dengan baik. Karena dosimetri
merupakan upaya pengendalian dosis radiasi terserap pada bahan sehingga menghasilkan
produk yang berkualitas maka seluruh parameter yang terlibat dalam proses radiasi harus
diperhitungkan dan diperhatikan pengaruhnya. Diantara parameter yang dimaksud adalah :
1. Sumber radiasi (jenis dan energi radiasi, kekuatannya, efisiensi)
2. Bagaimana cara produk diiradiasi (apakah menggunakan konveyor, berapa
kecepatannya, berapa kali melintas sumber)
3. Dimensi produk yang diiradiasi
4. Bagaimana profil distribusi dosis dalam produk, posisi dosis maksimum dan dosis
minimum
5. Bagaimana lingkungan/kondisi iradiasi (temperatur, inert, atau lingkungan oksigen)
6. Bagaimana pelaksanaan pengukuran dosis radiasi terserap sehingga dapat memenuhi
syarat statistik dan keselamatan kerja.
4 Dosimeter CTA
3. Langkah Kerja
3.1.
Dosimeter CTA dipotong sepanjang kira kira 7 cm, kemudian diiradiasi menggunakan
MBE. Rapat optik/absorban dosimeter CTA kemudian diukur menggunakan Spektrofotometer
Genesys-5. Dosis terserap ditentukan berdasarkan absorbansi yang terukur.
3.2.
Dosimeter CTA dipotong sepanjang kira-kira 7 cm sebanyak 5 potong, diberi nomor pada
ujungnya, serta disusun bertumpuk pada wadah yang sudah disediakan, kemudian diiradiasi
menggunakan MBE. Absorban dosimeter CTA diukur setelah diiradiasi dengan menggunakan
Spektrofotometer Genesys-5. Dosis serap ditentukan dengan kurva kalibrasi. Dibuat Grafik
hubungan antara besarnya dosis serap relatif (Dmin/Dmax) dengan penetrasi CTA untuk
memperoleh nilai penetrasi relative bahan.
3.3.
Dosimeter CTA dipotong sepanjang kira-kira 7 cm sebanyak 3 sampai 5 potong dan diberi
nomor. Dosimeter CTA dipasang sepanjang jendela pemayar. Bahan yang sudah ditempeli
dosimeter CTA diiradiasi menggunakan MBE. Absorban dosimeter CTA diukur setelah
diiradiasi dengan menggunakan Spektrofotometer Genesys-5. Dosis serap ditentukan dengan
kurva kalibrasi. Grafik hubungan antara besarnya dosis serap relatif (Dmin/Dmax) dengan
penetrasi berkas diukur
5 Dosimeter CTA
Dosis (KGy)
20.8
Laju Dosis
Diket : v = 0,9 cm/dtk
s = 6 cm
tradiasi =2 x s/v
6
0,9
=2 x
Laju dosis
=
= 13,334 s
dosis
waktu
20,8 KGy
13,334 s
= 1,56 Kgy/ s
4.2.
Penetrasi
CTA = 1,298 gr/cm3
t = 0,0125 cm
Penetrasi = x t = 1,298 gr/cm3 x 0,125 cm
= 0,0162 gr/cm2
6 Dosimeter CTA
Penetrasi (gr/cm2)
0,0162
0,0325
0,0487
0,0649
Dosis Relatif
Dosis relatif = Dosis/Dosis Maksimum x 100%
N
Dosis (kGy)
o
1
2
3
4
20,5
11,5
1
0,5
100
56,098
4,878
2,439
4.3.
= 0,02 cm
Keseragaman dosis
Posisi (cm)
7 Dosimeter CTA
D.max/ Dosis
1.
47,7
33,521
2.
10
88,9
62,474
2,983
1,601
3.
20
115,9
81,448
1,228
4.
30
126,7
89,037
1,123
5.
40
134,5
94,519
1,058
6.
50
135,2
95,011
1,053
7.
60
142,3
100
8.
70
138,8
97,54
1,025
9.
80
138,0
96,978
1,031
10.
90
134,4
94,448
1,059
11.
100
120,9
84,961
1,177
12.
110
93,1
65,425
1,528
13.
120
69,1
48,559
2,059
60
40
20
0
0
Jadi daerah yang mempunyai keseragaman dosis dimana Dmax/Dmin 1,5 adalah daerah
di antara 20 sampai 100 cm.
8 Dosimeter CTA
LAJU DOSIS
KELOMPOK
LAJU
DOSIS
(Kgy/detik)
A
2,993
B
5,385
C
1,56
D
1,56
E
4,2
F
3,278
G
2,033
KELOMPOK
P.EFEKTIF
A
0,025
B
0,025
C
0,0264
E
0,026
F
0,0245
G
0,0255
KETEBALAN
BAHAN
EFEKTIF
(cm)
0.019
0,019
0,02
D
0,026
4
0,02
0,02
0,019
0,019
PENETRASI
KESERAGAMAN DOSIS
DAERAH YANG MEMPUNYAI KESERAGAMAN DOSIS
KELOMPOK
C
F
G
DAERAH (cm)
20-100
20-110
20-110
5. PEMBAHASAN
Dosimeter CTA (Cellulose Triacetate) merupakan dosimeter film yang digunakan untuk
mengukur dosis radiasi terserap. CTA film dosimeter ini memiliki ukuran lebar 8 mm dan
tebal 0,125 mm di dalam gulungan yang panjangnya 100 meter. CTA merupakan dosimeter
standar primer sehingga dapat digunakan pula untuk mengukur dosis pada MBE.
Pada praktikum dosimeter CTA, pertama ditentukan dosis dan laju dosis. Untuk mengetahui
suatu materi telah terkena radiasi atau belum, digunakan dosimeter go-nogo sebagai indikator
radiasi yang dapat diamati secara visual melalui perubahan warna, dimana perubahan warna
yang terjadi adalah go-nogo yang awalnya berwarna kuning muda, berubah warna menjadi
merah tua setelah terkena radiasi. Iradiasi yang dilakukan oleh beberapa kelompok dalam
praktikum ini dilakukan dengan radiasi berkas elektron dengan energi dan kecepatan
konveyor tetap sebesar 300 keV dan 0,9 cm/detik, namun dengan arus yang berbeda. Perlu
diketahui bahwa besarnya arus sebanding dengan dosis, sehingga besarnya arus tersebut
menentukan dosis dari MBE. Dari beberapa kelompok diperoleh konklusi bahwa semakin
besar arus yang di-setting, maka dosis serap yang dihasilkan juga semakin besar dan hal ini
otomatis mempengaruhi besar laju dosisnya (laju dosis makin besar). Dimana besarnya laju
dosis merupakan fungsi dosis terhadap waktu iradiasi:
9 Dosimeter CTA
D =
D
t
Sedangkan asal muasal besar dosis yang diterima CTA, diperoleh berdasarkan pengukuran
rapat optik menggunakan spektrofotometer Genesys-5 pada panjang gelombang 280 nm yang
akan terbaca dan ditampilkan pada layar komputer, kemudian hasilnya akan diolah dalam
program Ms.Excel yang didasari oleh persamaan y = -0,00633194x 2 + 1,92602907x
1,45906139; dimana y sebagai dosis radiasi (kGy) dan x sebagai response (cm -1). Persamaan
tersebut diperoleh dari kurva kalibrasi vs respon dosimeter CTA yang hasilnya kemudian
dibagi dengan faktor penyimpanan yang diperoleh dari kurva hubungan antara perubahan
relatif absorban vs waktu iradiasi. Dalam pengolahan komputer, persamaan tersebut menjadi :
Dose (KGy) = -0,00633194*R^2(Abs-BGD)/t + 1,92602907*R (Abs-BGD)/t 1,45906139
dimana Abs sebagai absorbance, BGD sebagai background, dan t sebagai thickness.
Persamaan y selanjutnya digunakan untuk mengukur dosis radiasi pada setiap penelitian,
yang secara otomatis telah diprogram di Ms.Excel, sehingga pada saat kita memasukkan CTA
yang telah diiradiasi ke dalam alat Spektrofotometer Genesys-5 maka secara otomatis
komputer akan mengolah data dan memberikan hasil dosis serap dalam satuan kGy.
Sedangkan pada penentuan laju dosis diperoleh melalui perbandingan dosis serap terhadap
waktu iradiasi, dimana waktu iradiasi dipengaruhi oleh kecepatan konveyor dan lebar
window (jendela pemayar). Dalam praktikum, kecepatan konveyor yang digunakan adalah
0,9 cm/detik dengan lebar jendela pemayar 6 cm, sehingga diperoleh waktu iradiasi sebesar
13,334 detik. Berdasarkan hasil yang diperoleh, terlihat bahwa besarnya laju dosis yang
diperoleh sebanding dengan dosis radiasi.
Penetrasi berkas elektron pada MBE adalah kemampuan elektron untuk menembus bahan
yang diiradiasi. Penentuan penetrasi bertujuan untuk memperkirakan tebal bahan optimum
yang akan diiradiasi sehingga dosis yang diterima bahan tersebut merata diseluruh
ketebalannya. Penetrasi yang efektif menunjukan bahwa dosis yang diterima relatif merata
atau sama pada keseluruhan tebal bahan. Penetrasi berkas elektron diperoleh melalui hasil
kali antara densitas CTA dan tebal CTA, dimana CTA sebesar 1,298 gr/cm 3 dan tebal tiap
dosimeter adalah 0,0125 cm, sehingga penetrasi dalam tiap satu dosimeter CTA, yaitu sebesar
0,016 gr/cm2. Sedangkan penetrasi effektif diperoleh dari kurva hubungan antara dosis relatif
(%) dan penetrasi berkas (gr/cm2), dimana toleransi dosis yang diizinkan sebesar 70% dari
dosis maksimumnya, hal ini dimaksudkan agar mencapai target effektif yang diinginkan
10 Dosimeter CTA
dimana target effektif itu minimal berada pada jangkauan minimal 70% dari dosis
maksimum. Berdasarkan data percobaan yang diperoleh dari beberapa kelompok, dengan
mengacu pada toleransi 70% tersebut, diperoleh penetrasi efektif dengan hasil yang
mendekati, yaitu rata-rata diperoleh 0,025 gr/cm2, ini artinya bahwa penetrasi akan efektif
dilakukan pada 0,025 gr bahan tiap luasan cm2 dimana pada bahan dengan penetresi efektif
demikian memiliki ketebalan 0,019 cm. Pada percobaan yang telah dilakukan, bahan yang
memiliki tebal yang mendekati berada pada CTA urutan 1 (paling atas), sehingga dapat
dikatakan bahwa penetrasi hanya effektif menjangkau dosimeter yang berada pada urutan
paling atas. Oleh karena dosimeter yang memiliki ketebalan demikian berada pada urutan
pertama dengan dosis serap yang diterima berbeda, maka dibuat grafik hubungan antara dosis
serap vs penetrasi yang menunjukkan kurva lurus, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa
besarnya dosis tidak mempengaruhi besarnya penetrasi effektif.
Pengertian keseragaman dosis hampir sama dengan penetrasi. Pada penetrasi dimensi yang
diukur adalah tebal bahan yang akan diiradiasi sementara pada keseragaman dosis dimensi
yang diukur lebih ditekankan pada lebar tempat radiasi. Tujuan ditentukan keseragaman dosis
adalah untuk menentukan letak/posisi bahan yang akan diiradiasi sehingga dapat memperoleh
dosis yang seragam selain itu dapat diketahui pula batas posisi bahan yang akan diiradiasi.
Dari sampel salah satu hasil praktikum dapat diketahui daerah yang mempunyai keseragaman
dosis pada posisi 20-100 cm. Lebar daerah ini ditentukan berdasarkan kurva dosis relatif vs
posisi serta daerah efektif yaitu daerah yang memiliki Dmax/Dmin 1,5 . Bila nilai
Dmax/Dmin mendekati 1 berarti dosis yang diterima bahan semakin seragam baik dalam
dimensi lebar (ditinjau dari keseragaman dosis). Keseragaman dosis dipengaruhi oleh jenis
sumber elektron pada MBE. Sumber elektron dapat berupa titik dan dapat pula berupa garis.
Pada praktikum ini, sumber elektron yang digunakan pada MBE berupa titik sehingga jarak
lintasan elektron dari sumber ke bahan berbeda di sepanjang lebar bahan dan menyebabkan
ketidakseragaman dosis yang diterima bahan. Hal ini disebabkan oleh jarak lintasan elektron
menuju bahan yang di tengah (tepat di bawah sumber elektron) lebih pendek dibanding
lintasan pada bahan yang di pinggir. Karena berbeda jarak, maka energi elektron yang
menembus bahan juga berbeda sehingga dosisnya menjadi tidak seragam di seluruh bahan.
Untuk MBE dengan sumber elektron berupa garis (memiliki beberapa titik sumber yang
segaris) jarak lintasan elektron dari sumber ke bahan relatif sama di sepanjang lebar bahan
sehingga dosis yang diterima bahan juga akan relatif sama.
11 Dosimeter CTA
6. KESIMPULAN
1. Bahwa laju dosis pada kelompok A, B, C, D, E, F, dan G secara berturut- turut dalam
kGy/ detik adalah 2,993 ; 5,385 ; 1,56 ; 1,56 ; 4,2 ; 3,278 dan 2,033.
2. Berdasarkan percobaan pada tegangan 300 keV, diperoleh penetrasi efektif sebesar
0,025 gr/cm2 dengan ketebalan efektif 0,019 cm.
3. Keseragaman dosis untuk Mesin Berkas Elektron PTAPB-BATAN antara 20-100 cm.
7. DAFTAR PUSTAKA
1. Christina, Maria dkk.2008.Dasar-Dasar Kimia Radiasi, Percobaan-Percobaan,
Dan Contoh Aplikasinya. Yogyakarta:STTN-BATAN
2. Saptaaji, Rani. 2009. Dosimetri Akselator Elektron. Yogyakarta : PTAPB
3. Endar Tri Utami. Berkas pdf.2007.Pengukuran Distribusi Dosis Radiasi Berkas
Elektron pada Tabung Proses Iradiasi FGT (Flue Gas Treatment).Semarang:
UNNES.
12 Dosimeter CTA