Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN
Sinusitis kronis adalah kondisi umum di mana rongga di sekitar
hidung (sinus) meradang dan bengkak setidaknya 12 minggu, meskipun telah
dilakukan upaya pengobatan. Sinusitis kronis disebut juga sebagai rinosinusitis
kronis. Kondisi ini mengganggu drainase dan menyebabkan lendir menumpuk.
Pasien dengan sinusitis kronis, biasanya sulit untuk bernapas melalui hidung.
Daerah sekitar mata dan wajah mungkin terasa bengkak, dan pasien biasanya
mengalami nyeri wajah yang berdenyut atau sakit kepala. Sinusitis kronis dapat
disebabkan oleh infeksi, tetapi juga dapat disebabkan adanya pertumbuhan pada
sinus (polip hidung) atau deviasi septum hidung. Sinusitis kronis paling sering
mempengaruhi orang dewasa muda dan setengah baya, juga dapat mempengaruhi
anak-anak..

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.

DEFINISI
Sinusitis kronis adalah kondisi umum di mana rongga di sekitar hidung

(sinus) meradang dan bengkak setidaknya 12 minggu, meskipun telah dilakukan


upaya pengobatan.1, 2

Sinusitis kronis disebut juga sebagai rinosinusitis kronis. Kondisi ini


mengganggu drainase dan menyebabkan lendir menumpuk. Pasien dengan
sinusitis kronis, biasanya sulit untuk bernapas melalui hidung. Daerah sekitar
mata dan wajah mungkin terasa bengkak, dan pasien biasanya mengalami nyeri
wajah yang berdenyut atau sakit kepala.1
Sinusitis kronis dapat disebabkan oleh infeksi, tetapi juga dapat
disebabkan adanya pertumbuhan pada sinus (polip hidung) atau deviasi septum
hidung. Sinusitis kronis paling sering mempengaruhi orang dewasa muda dan
setengah baya, juga dapat mempengaruhi anak-anak..1
2.2.

ETIOLOGI
Saat ini, studi etiologi sinusitis semakin berfokus pada obstruksi

ostiomeatal, alergi, polip, kondisi immunodefisiensi, dan penyakit gigi.


Mikroorganisme yang lebih sering dikenal sebagai penyebab sekunder. Setiap
proses penyakit atau toksin yang mempengaruhi silia memiliki efek negatif pada
sinusitis kronis.2
Keterlibatan bakteri.
Bakteri yang menjadi penyebab sinusitis kronis berbeda dengan sinusitis akut.
Berikut ini adalah bakteri-bakteri yang pernah dilaporkan dalam sampel yang
didapatkan melalui endoskopi atau pungsi sinus pada pasien dengan sinusitis
kronis.
a.
Staphylococcus aureus, baik strain yang merespon methicillin dan yang
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.

resisten terhadao methicillin.


Staphylococci koagulasi-negatif
H. influenza
M. catarrhalis
S. pneumoniae
Streptococcus intermedius
Pseudomonas aeuginosa
Nocardia sp
Bakteri anaerob (Peptostreptococcus, Prevotella, Porphyromonas, Bacteroides,
Fusobacterium sp).2

Keterlibatan jamur.
Jamur-jamur berikut ini telah dilaporkan dalam sampel yang didapatkan dengan
endoskopi atau pungsi sinus pada pasien dengan sinusitis kronis.
a.
Aspergillus sp

b.
c.
d.
e.

2.3.

Cryptococcus neoformans
Candida sp
Sporothrix schenckii
Alternaria sp.2
EPIDEMIOLOGI
a. Frekuensi
Prevalensi sinusitis kronis di Amerika Serikat adalah 146 per 1000
populasi. Tanpa alasan yang belum diketahui, insidensi penyakit ini
meningkat setiap tahunnya. Sinusitis kronis merupakan penyakit paling
umum kelima yang diobati dengan antibiotik. Sebanyak 64% pasien
dengan AIDS mengalami sinusitis kronis. Sinusitis kronis umumnya
dijumpai pada daerah dengan kadar polusi atmosfer yang tinggi. Pada
bagian Hemisfer Utara yang beiklim basah bersamaan dengan
konsentrasi serbuk sari yang tinggi dikaitkan dengan prevalensi
sinusitis yang lebih tinggi.1
b. Usia
Sinusitis kronis menyerang semua kelompok usia.1

2.4.

PATOFISIOLOGI
Sekresi didalam sinus yang terhambat dapat dipicu oleh (a) obstruksi

mekanikal pada kompleks ostiomeatal yang disebabkan oleh faktor anatomi, atau
(b) edema mukosa yang disebabkan oleh berbagai etiologi (misalnya infeksi viral
akut atau rhinitis alergi).1
Stagnasi lendir di sinus membentuk media yang kaya untuk pertumbuhan
berbagai patogen. Tahap awal sinusitis yang sering adalah infeksi virus yang
umumnya berlangsung hingga 10 hari dan benar-benar sembuh dalam 99% kasus.
Namun, sejumlah kecil pasien dapat mengembangkan infeksi bakteri akut
sekunder

yang

umumnya

disebabkan

oleh

bakteri

aerobik

(misalnya,

Streptococcus pneumoniae, Haemophilus influenzae, Moraxella catarrhalis).


Awalnya, sinusitis akut yang dihasilkan hanya melibatkan satu jenis bakteri
aerobik. Dengan kegigihan infeksi flora campuran, organisme anaerob, dan,
kadang-kadang jamur, memberikan kontribusi untuk patogenesis, dengan bakteri
anaerob yang berasal dari oral sering akhirnya mendominasi. Dalam satu studi,

perubahan bakteri yang ditunjukkan dengan endoskopi aspirasi berulang pada


pasien dengan sinusitis maksila. Sebagian besar kasus sinusitis kronis disebabkan
oleh sinusitis akut, baik yang tidak diobati atau yang tidak merespon pengobatan.1
Peran bakteri dalam patogenesis sinusitis kronis saat ini sedang ditinjau
kembali. Infeksi sinus yang berulang-ulang dan persisten dapat berkembang pada
orang dengan kondisi immunodefisiensi parah bawaan atau yang didapati, atau
pada cystic fibrosis.1
Pemikiran saat ini mendukung bahwa rinosinusitis kronis adalah penyakit
inflamasi dominan yang multifaktorial. Faktor pembaur yang mungkin
berkontribusi terhadap peradangan adalah sebagai berikut:
a.
Infeksi persisten (termasuk biofilm dan osteitis)
b.
Alergi dan gangguan imunologi lainnya
c.
Faktor intrinsik saluran nafas bagian atas
d.
Superantigen
e.
Koloni jamur yang menyebabkan peradangan dan mempertahankan eosinofil
f.
Kelainan metabolik seperti sensitivitas pada aspirin.1
Semua faktor ini dapat memainkan peran dalam gangguan sistem
transportasi mukosiliar intrinsik. Hal ini karena perubahan pada patensi sinus
ostia, fungsi silia, atau kualitas sekresi yang menyebabkan stagnasi sekresi,
penurunan kadar pH, dan menurunkan tekanan oksigen dalam sinus. Perubahan
ini menciptakan lingkungan yang menguntungkan bagi pertumbuhan bakteri yang,
pada gilirannya memberikan kontribusi dalam meningkatkan peradangan
mukosa.1
2.5.

GEJALA KLINIS
Gejala klinis yang muncul karena sinusitis kronis dapat berupa:
a.
Obstruksi nasal
b.
Pilek, dengan secret berwarna kehijauan atau kuning.
c.
Bekrurangnya penciuman.
d.
Nyeri pada sinus yang terkena. Namun, rasa sakit pada sinusitis kronis
tidak selalu menjadi hal utama (berbeda dengan sinusitis akut). Dalam
banyak kasus, keluhan lebih kepada rasa penuh pada wajah atau rasa
sedikit tidak nyaman pada wajah dibandingkan rasa nyeri.3
Gejala-gejala lain yang terkadang dijumpai:
a.
Sakit kepala

b.
c.
d.
e.
f.

Nafas yang bau


Sakit gigi
Batuk
Rasa adanya tekanan atau rasa penuh di telinga
Kelelahan.3

Gejala-gejala pada anak-anak yang dapat dijumpai:


a.
Iritabilitas
b.
Mendengkur
c.
Bernafas dengan mulut
d.
Sulit makan
e.
Suara hidung.3
2.6.

DIAGNOSIS
a. Anamnesis
Berikut ini adalah hal-hal yang sering dikeluhkan pasien ketika sesi
anamnesa.
Hidung pilek
Adanya ingus
Beagian belakang hidung dan tenggorokan terasa ada lendir
Rasa penuh, tidak nyaman, dan nyeri pada wajah
Sakit kepala
Batuk kronis yang tidak produktif (sering pada anak-anak)
Penghiduan berkurang atau tidak ada sama sekali
Sakit tenggorokan
Nafas berbau busuk
Rasa lelah
Mudah lelah
Tidak selera makan
Asma
Sakit gigi (gigi bagian atas)
Gangguan penglihatan
Bersin-bersin
Telinga tersumbat
Demam tanpa sebab yang diketahui.2
b. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik akan dijumpai hal-hal berikut ini.
- Pada palpasi sinus akan dijumpai adanya pembengkakan dan rasa
nyeri, khususnya pada bagian sinus frontal dan maksila
- Pada pemeriksaan orofaring akan dijumpai post-nasal drip atau
lendir yang mengalir dari bagian belakang hidung ke tenggorokan.
Eritema dan sekresi purulen akan terlihat pada bagian orofaring.
- Biasanya dijumpai karies pada gigi.

- Rhinoskopi anterior dilakukan dengan speculum hidung untuk


melihat adanya drainase purulen atau polip maupun massa lain pada
hidung. Faktor-faktor pencetus sinusitis kronis lainnya dapat
dijumpai seperti adanya deviasi septum ataupun hipertrofi konka.
- Pemeriksaan hidung juga dapat dilakukan dengan endoskopi hidung
(jika tersedia). Hasil pemeriksaan yang akan dijumpai adalah sebagai
berikut:

Eritema mukosa nasal ataupun edema


Sekresi purulen
Obstruksi hidung yang disebabkan oleh septum hidung atau
hipertrofi konka
Polip nasal.2

c. Pencitraan (Imaging)
Foto polos menunjukkan adanya penebalan mukosa atay opasitas
sinus. Tetapi, sinusitis kronis tidak bisa didiagnosa dengan adekuat
karena abnormalitas yang terdeteksi pada foto polos tidak sensitive
atau spesifik. Sinus etmoid dan kompleks ostiomeatal tidak
tervisualisasikan dengan baik pada foto polos sinus.2
CT Scan multiplanar sinus lebih dipilih pada teknik pencitraan untuk
mengevaluasi sinusitis kronis. Sinusitis dikarakteristikkan dengan
adanya penebalan mukosa sinus, obstruksi ostial sinus, dan opasifikasi
sinus. Temuan lainnya seperti polip, mukokel, dan perubahan struktur
tulang yang disebabkan oleh sinusitis kronis.2
CT Scan dengan kontras adalah kriteria standar radiologi saat ini untuk
mengevaluasi penyakit sinus. CT Scan yang dikombinasikan dengan
pemeriksan endoskopi dapat membantu ahli bedah untuk membuat
keputusan operatif.
MRI umumnya dilakukan pada kasus-kasus yang kompleks. Kontras
jaringan-jaringan lunak terlihat lebih baik dengan MRI. Komplikasi
neoplasma, orbital, intracranial, dan sinusitis fungal dapat dievaluasi
dengan baik dengan MRI.2
d. Tes Lainnya

Evaluasi

alergi

dilingkungan

sekitar

harus

dipertimbangkan.

Radioallergosorbent Assay Test (RAST) atau skin test untuk allergen


berperan penting dalam tatalaksana sinusitis kronis dan menentukan
alergi.2
Hal-hal yang berkaitan dnegan defisiensi imunitas dapat dievaluasi
dnegan serum immunoglobulin dan sub-kelas IgG, respon antibody
terhadap sntigen spesifik, dan tes antibody HIV (jika dibutuhkan).2
Tes keringat untuk cystic fibrosis harus dipertimbangkan pada semua
anak-anak dengan polip nasal ataupun rhinosinusitis kronis.2
Kadar IgE total, dan juga derajat IgE pada epitelium dan subepitelium
sinus dapat dites dan dapat membantu dalam mengevaluasi alergi
sinusitis fungal.2
2.7.

KRITERIA DIAGNOSIS
Kriteria diagnosis sinusitis

berdasarkan

American

Academy

of

Otolaryngilogy-Head & Neck Surgery membutuhkan 2 atau lebih kriteria


mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minur dalam mendiagnosis
sinusitis.2
Kriteria mayor:
a.
Nyeri atau rasa tekanan pada wajah
b.
Obstruksi atau sumbatan hidung
c.
Sekret hidung atau purulen atau sekret postnasal yang kotor
d.
Hiposmia atau anosmia
e.
Purulen pada cavum nasal
f.
Demam (untuk sinusitis akut).2
Kriteria minor:
a.
Sakit kepala
b.
Demam
c.
Halitosis
d.
Kelelahan
e.
Nyeri gigi
f.
Batuk
g.
Nyeri, rasa tekanan dan penuh pada telinga.2
Nyeri wajah dan 2 kriteria minor tidak cukup dalam mendiagnosis
sinusitis.2

Pada tahun 2003, kriteria diagnosis diatas membutuhkan konfirmasi


radiografi atau endoskopi hidung atau pemeriksaan fisik, dan kriteria
mayor ataupun minor diatas harus melebihi 12 minggu.2
Sebagai tambahan, salah satu dari tanda inflamasi dibawah ini harus ada:
a.
Drainase hidung berubah warna, polip nasal, atau pembengkakan
polipoid yang ditemukan pada pemeriksaan rhinoskopi anterior atau
b.

c.

endoskopi hidung.
Edema atau eritema pada meatus medial atau bulla etmoid pada
endoskopi hidung.
Eritema yang luas atau terlokalisir, edema, atau jaringan granulasi (jika
meatus medial dan bulla etmoid tidak ada, pencitraan radiologi
dibutuhkan untuk mengkonfirmasi diagnosis).2

Gambar 2.1. CT Scan menunjukkan opasifikasi pada kedua sinus maksila


dan etmoid .

Gambar 2.2. Opasifikasi sempurna pada sinus maksila kanan pada CT


Scan koronal.
2.8.

DIAGNOSIS BANDING
Diagnosis banding sinusitis kronis adalah sebagai berikut:
a.

Sinusitis alergi jamur

b.
c.
d.
e.
f.
g.

h.
i.
j.
k.
l.

2.9.

Cystic Fibrosis
GERD
Keganasan
Tumor
Rhinitis nonalergi
Nyeri karena penyebab lain (migraine, tension headaches, cluster
headaches, dan facial pain syndromes)
Rhinitis alergi
Sinusitis akut
Sinusitis fungal
Tumor jinak basis kranii
Disfungsi konka.2

PENATALAKSANAAN
Tujuan terapi sinusitis kronis adalah untuk mengurangi edema mukosa,

membantu drainase sinus, dan mengeradikasi infeksi yang ada. Tatalaksana ini
membutuhkan kombinasi dari glukokortikoid topical maupun oral, antibiotik, dan
irigasi hidung dengan saline. Jika terapi ini gagal, maka pasien dipertimbangkan
untuk menjalani pembedahan sinus. Peran bakteri dalam patogenesis sinusitis
kronis masih diperdebatkan; bagaimanapun, diagnosis yang awal dan pengobatan
yang intensif dengan antibiotik oral, steroid hidung topical, dekongestan, dan
spray saline nasal dapat mengatasi gejala pada kebanyakan pasien, dan
kebanyakan pasien sembuh. Ketika terapi tidak berhasil, maka pasien dirujuk
untuk evaluasi bedah.2
Rawat inap diindikasikan pada pasien dengan komplikasi orbital ataupun
intracranial. Pasien pediatric dan imunosupresi juga membutuhkan perawatan
rawat inap, bergantung pada keparahan penyakit.2
2.10.

KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling umum dari sinusitis kronis adalah sinusitis akut

superimpose. Pada anak-anak, adanya pus pada nasofaring dapat menyebabkan


adenoiditis akut dan juga mengembangkan otitis media purulen atau serosa.
Dacryocystitis dan laryngitis dapat terjadi sebagai komplikasi dari sinusitis kronis
pada anak-anak.2
Pasien harus dirujuk ke spesialis THT apabila dijumpai tanda atau gejala:
berkurangnya penglihatan atau penglihatan ganda, proptosis, edema periorbital

yang cepat, oftalmoplegia, tanda neurologic fokal, demam tinggi, sakit kepala
berat, iritasi meningen, atau perdarahan hidung yang berkurang atau signifikan.2
Komplikasi orbital termasuk selulitis preseptal, abses subperosteal,
selulitis orbital, abses orbital, dan thrombosis sinus cavernosus, dan abses otak.2
Komplikasi lainnya termasuk osteomielitis dan formasi mukokel.
Beberapa studi menunjukkan tingginya insidensi komplikasi yang berkaitan
dengan sinusitis fungal. Sinusitis kronis yang tidak diobati dapat mengancam
nyawa, seperti pasien dengan cystic fibrosis.2
2.11.

PENCEGAHAN
Langkah-langkah berikut mengurani risiko sinusitis kronis:
a.
Menghindari infeksi saluran nafas bagian atas.
b.
Menangani alergi dengan hati-hati.
c.
Menghindari rokok dan polusi udara
d.
Gunakan humidifier apabila udara terasa kering.1

DAFTAR PUSTAKA
1. MayoClinic.ChronicSinusitis.Availablefrom
http://www.mayoclinic.org/diseasesconditions/chronic
sinusitis/basics/definition/con20022039.Accessedon24November2014.
2. BrookI.ChronicSinusitis.Availablefrom
http://emedicine.medscape.com/article/232791overview#showall.Accessed
on24November2014.
3. Patient.co.uk.ChronicSinusitis.Availablefrom
http://www.patient.co.uk/health/chronicsinusitis.Accessedon24November
2014.

10

Anda mungkin juga menyukai