Anda di halaman 1dari 17

3.1.

CARA PEMBERIAN AIR


Cara pemberian air pada jaringan irigasi adalah dengan continous flow atau
pemberian air secara terus menerus, rotasi atau giliran dan intermittent.
3.1.1. Continuous flow
Cara pembagian air dilakukan jika ketersediaan air mencukupi atau melebihi dari
kebutuhan. Pembagian air

secara terus-menerus (continuous flow) dapat

berlangsung selama debit yang tersedia untuk mengairi jaringan irigasi tersebut >
70% QRenc (Q > 70% QRenc).
3.1.2. Pembagian air secara Golongan
Pembagian air secara golongan dapat mengatasi kebutuhan debit puncak pada saat
pengolahan tanah. Dengan selisih pemberian air pada masing-masing golongan
berkisar bulan.
Tabel 3.1. Pembagian Golongan DI. Penyempeng
No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Golongan I
Nama Petak
PY1. Ka
PY2. Ka
PY3. Ka
MPY.3 .Ki
MPY.3 .Ka
PY4. Ki
PY4. Ka
PY4. Ki
RR1. Ki
RR2. Ki
RR3. Ki
RR4. Ki
PR1. Ka
PR2. Ka
PR3. Ka
PR4. Ka
Jumlah

Luas (Ha)
5.131
52.96
19.266
41.697
12.911
18.586
16.415
49.39
13.252
79.859
8.24
50.841
111.549
68.169
33.909
71.082
653.257

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Golongan II
Nama Petak
LG1. Ki
LG2. Ki
LG3. Ki
KSM2. Ka
KSM1. Ki
KSM3
KRJ1. Ki
KRJ2. Ka
KRJ2. Ki
KMR.1

Jumlah

Luas (Ha)
83.312
27.258
36.723
49.049
45.223
53.362
55.244
69.719
51.913
47.869

519.67

III-1

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Golongan I
Nama Petak
PY1. Ka
PY2. Ka
PY3. Ka
MPY.3 .Ki
MPY.3 .Ka
PY4. Ki
PY4. Ka
PY4. Ki
RR1. Ki
RR2. Ki
RR3. Ki
RR4. Ki
PR1. Ka
PR2. Ka
PR3. Ka
PR4. Ka
Jumlah

Luas (Ha)
5.131
52.96
19.266
41.697
12.911
18.586
16.415
49.39
13.252
79.859
8.24
50.841
111.549
68.169
33.909
71.082
653.257

No.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Golongan II
Nama Petak
LG1. Ki
LG2. Ki
LG3. Ki
KSM2. Ka
KSM1. Ki
KSM3
KRJ1. Ki
KRJ2. Ka
KRJ2. Ki
KMR.1

Luas (Ha)
83.312
27.258
36.723
49.049
45.223
53.362
55.244
69.719
51.913
47.869

Jumlah

519.67

Jumlah total areal = Golongan I + Golongan II


= 653,257 + 519,67
= 1172,93 Ha

Tabel 3.2. Perhitungan Jadwal Pembagian Air Secara Golongan

III-2

Gambar 3.1. Skema Pembagian Air secara Golongan Jaringan Irigasi Embung
Penyempeng

III-3

3.1.3. Rotasi/giliran
Bila debit yang ada Q < 70% QRenc, maka diadakan pemberian air secara
rotasi/giliran untuk mendapat pembagian air secara merata. Pada pembagian air
secara giliran lahan dibagi menjadi dua blok , yaitu blok I dan blok II yang luasnya
hampir sama. Blok I dan II menerima pemberian air selama waktu giliran (sesuai
rencana jadwal giliran). Setelah waktu giliran Blok I selesai maka dilanjutkan Blok II
menerima air giliran. Apabila gilir Blok II selesai, maka Blok I menerima air kembali,
begitu selanjutnya diatur secara efektif dan efisien.

Pembagian air secara giliran/rotasi dibedakan menjadi dua yaitu :


a. Untuk Q 50% < Q < Q 70% Renc.
Rotasi pembagian dilakukan bila debit air Q = 50% sampai 70% Q Renc.
Dilakukan dengan cara dua Blok diairi dan satu blok tidak diairi. Lamanya
pemberian air dibagi menjadi dua periode dalam waktu 1 hari atau 24 jam. Dalam
hal ini tiap-tiap golongan masing-masing mandapat air sesuai dengan luas dan
jenis tanamannya. Cara rotasi atau giliran seperti ini diharapkan tanaman tidak
sampai layu. Jadi digilir pemberian airnya dalam waktu yang relatif cepat.
Tabel 3.3. Perhitungan Jadwal Pembagian Air Secara Giliran Untuk
Q = 50% - 70% Qrenc.

III-4

Tabel 3.4. Jadwal Pembagian Air DI. PENYEMPENG


untuk Q = 50-70% Qrenc.

Untuk lebih jelas skema pembagian air secara Blok, untuk Q = 50-70% Qrencana Jaringan
Irigasi Embung Penyempeng dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

III-5

Gambar 3.2. Skema Pembagian Air secara Blok untuk Q = 50-70% Qrenc.
Jaringan Irigasi Embung Penyempeng

III-6

b. Untuk Q 30% < Q < Q 50% Renc.


Rotasi pembagian dilakukan bila debit air Q = 30% sampai 50% Q Renc.
Dilakukan dengan cara satu

Blok diairi dan dua blok tidak diairi. Lamanya

pemberian air dibagi menjadi dua periode dalam waktu 1 hari atau 24 jam. Dalam
hal ini tiap-tiap golongan masing-masing mandapat air sesuai dengan luas dan
jenis tanamannya. Cara rotasi atau giliran seperti ini diharapkan tanaman tidak
sampai layu. Jadi digilir pemberian airnya dalam waktu yang relatif cepat.
Tabel 3.5. Perhitungan Jadwal Pembagian Air Secara Giliran Untuk
Q = 30% - 50% Qrenc.

Tabel 3.6. Jadwal Pembagian Air DI. PENYEMPENG


untuk Q = 30 - 50% Qrenc.

III-7

Gambar 3.3. Skema Pembagian Air secara Blok untuk Q = 30-50% Qrenc.
Jaringan Irigasi Embung Penyempeng

III-8

3.2. MENGHITUNG KETERSEDIAAN AIR


Dengan spesifikasi 80% terjadi pada saat aliran minimum atau Tahun Kering (KP.01)
dengan basis 2 mingguan selama satu tahun.
Ketersediaan air pada Jaringan Irigasi embung penyempeng diperoleh dari hasil
perhitungan analisis hidrologi sebagai berikut :
Tabel 3.7. Debit Andalan Pada Rencana Embung Penyempeng Dari Hitungan
Studi Terdahulu Menggunakan Metode FJ. MOCK

Tabel 3.8. Rekap Debit Setengah Bulanan Dengan Menggunakan


Model NRECA (M3/dt)

Perhitungan ketersediaan air DAS Embung Penyempeng (Q And. 80%) sebagai


berikut:

III-9

Tabel 3.9. Ketersediaan Air DAS Embung Penyempeng (Q And. 80%)


Metode Tahun Dasar Perencanaan

Sumber : Hasil Perhitungan

Debit base flow diambil dari debit terukur minimum di AWLR Empang dalam kurun
waktu 14 tahun terakhir yaitu sebesar 0.041 m3/dt.

Gambar 3.4. Hidrograf ketersediaan air Embung Penyempeng


dengan keandalan 80% (Metode Dasar Perencanaan)

III-10

Hasil perhitungan ketersediaan air dengan metode probabilitas sebagai berikut:


Tabel 3.10. Ketersediaan Air DAS Embung Penyempeng (Q And. 80%)
Metode Probabilitas

Gambar 3.5. Hidrograf debit andalan Q80% (Metode Probabilitas)

III-11

3.3. KEBUTUHAN AIR IRIGASI MINIMUM


Kebutuhan air irigasi di JI. Embung Penyempeng didapat dengan menghitung pola
tata tanam. Pada perhitungan pola tata tanam pada jaringan irigasi Embung
Penyempeng dilakukan dengan memilih pola dan jadwal tanam yang paling
menguntungkan sedemikian rupa sehingga didapat luas tanam maksimum dalam 1
tahun (KP.01) serta mempertimbangkan sistem operasi dan penggunaan air pada
daerah irigasi sekitar lokasi. Dihitung 7 alternatif pola tata-tanam yaitu sebagai berikut:
Alternatif ke-1:
- Tanaman Padi

: awal Oktober pertengahan Januari

- Tanaman Palawija

: pertengahan Februari akhir April

- Tanaman Palawija

: pertengahan Mei pertengahan Agustus

Alternatif ke-2 :
- Tanaman Padi

: pertengahan Oktober akhir Januari

- Tanaman Palawija

: pertengahan Februari pertengahan Mei

- Tanaman Palawija

: awal Juli akhir Agustus

Alternatif ke-3 :
- Tanaman Padi

: awal Nopember pertengahan Februari

- Tanaman Palawija

: awal Maret akhir Mei

- Tanaman Palawija

: pertengahan Juni pertengahan September

Alternatif ke-4 :
- Tanaman Padi

: pertengahan Nopember akhir Februari

- Tanaman Palawija

: pertengahan Maret pertengahan Juni

- Tanaman Palawija

: awal Juli akhir September

Alternatif ke-5 :
- Tanaman Padi : awal Desember pertengahan Maret
- Tanaman Palawija

: awal April akhir Juni

- Tanaman Palawija

: pertengahan Juli pertengahan Oktober

Alternatif ke-6 :
- Tanaman Padi

: pertengahan Desember akhir Maret

- Tanaman Palawija

: pertengahan April pertengahan Juli

- Tanaman Palawija

: awal Agustus akhir Oktober

Alternatif ke-7 :
- Tanaman Padi

: awal Januari pertengahan April

- Tanaman Palawija

: awal Mei akhir Juli

- Tanaman Palawija

: pertengahan Agustus pertengahan Nopember

III-12

Dengan jarak masa tanam seselama setengah bulan. Hasil perhitungan pola tata
tanam JI. Embung Penyempeng masing-masing alternatif tersebut dapat dilihat pada
berikut:
Rekapitulasi perhitungan ke tujuh alternatif pola tata tanam tersebut diperoleh
sebagai berikut:
Tabel 3.11. Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman di Sawah

Dari hasil perhitungan kebutuhan air tanaman di sawah dengan beberapa alternatif
masa tanam didapat angka kebutuhan air tanaman maksimal terkecil atau kebutuhan
air irigasi minimum dan jumlah kebutuhan air tanaman terkecil pada alternatif 3 (Masa
tanam awal Nopember).
Tabel 3.12. Rekapitulasi Perhitungan Kebutuhan Air Tanaman Di Intake

Dari hasil perhitungan kebutuhan air tanaman di intake dengan beberapa alternatif masa
tanam didapat angka kebutuhan air tanaman maksimal terkecil dan jumlah kebutuhan air
tanaman terkecil pada alternatif 3 (Masa tanam awal Nopember).

Tabel 3.13. Rekapitulasi Perhitungan Selisih Kebutuhan Air Tanaman

III-13

Dan Debit Andalan

Dari hasil perhitungan pengurangan antara debit rerata di alat AWLR dengan
kebutuhan air tanaman, maka didapat kekurangan debit terkecil pada alternatif 6
(masa tanam pertengahan Desember).
Perhitungan tingkat kesuksesan pada masing masing musim tanam dengan debit
andalan 80% dengan metode probabilitas untuk alternatif 3 dan alternatif 6.

III-14

Tabel 3.14. Perhitungan Ketersediaan Air Embung Penyempeng Dengan


Q Andalan 80% (Methode Probabilitas)

III-15

Tabel 3.15. Perhitungan Ketersediaan Air Embung Penyempeng Dengan


Q Andalan 80% (Methode Probabilitas) Pola Tata Tanam Alternatif 6 (Awal Tanam Pertengahan Desember)

III-16

3.4. PENETAPAN LUAS DAERAH IRIGASI


Penetapan luas daerah irigasi diperoleh dengan rumusan (luas daerah irigasi netto =
0.9 x luas total daerah-daerah yang dapat diairi), tata letak saluran dan bangunan
berdasarkan air yang tersedia, kebutuhan air irigasi, luas tanam dan kemampuan
tanah.
Luas irigasi netto = 0.9 x luas total daerah-daerah yang dapat diairi
= 0.9 x 1172, 93 ha
= 1055.64 ha
Jadi luas irigasi netto Embung Penyempeng = 1055.64 ha.

III-17

Anda mungkin juga menyukai