Anda di halaman 1dari 17

PORTOFOLIO

Kasus-1 dr. Sari Stefani Ginting


Tanggal (Kasus) :
Tanggal Presentasi: 25 Februari 2015

Presenter : dr. Sari Stefani Ginting


Pendamping : Dr. Tri Susanty
Dr. Siti Rusmawardiani A.
Pembimbing : Dr. Ayatullah,Sp.B
Dr. Azmi, Sp.B
Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Kayu Agung
Objektif Presentasi :
Keilmuan
Keterampilan
Penyegaran
Tinjauan Pustaka
Diagnostik
Manajemen
Masalah
Istimewa
Neonatus
Bayi
Anak
Remaja
Dewasa
Lansia
Bumil
Deskripsi :
Tujuan :
Bahan Bahasan :
Tinjauan Pustaka
Riset
Kasus
Audit
Cara membahas
Diskusi
Presentasi dan diskusi
Email
Pos
Data Pasien : Nama : Tn. R//25 tahun
Nama RS: RSUD Kayu Agung
Telp :
Data utama untuk bahan diskusi:

No. Reg : 430125


Terdaftar sejak : 10 Februari 2015

1. Diagnosis / Gambaran Klinis: Hidrokel / Benjolan pada testis kiri


2. Riwayat Pengobatan : 3. Riwayat Kesehatan / Penyakit :
Pasien datang ke poli Bedah RSUD Kayuagung dengan keluhan terdapat benjolan pada
buah zakar sebelah kiri sejak 2 bulan SMRS. Awalnya benjolan tidak terlalu besar namun
semakin lama semakin membesar dan saat ini sebesar telur ayam. Pasien merasakan berat dan
benjolan tidak nyeri jika ditekan. Pasien juga mengeluh demam sejak 2 hari dan mual.
Benjolan teraba kenyal, tidak sakit dan tidak hilang jika berbaring dan tidak bertambah
bila mengedan. Keluhan tidak disertai dengan rasa sakit perut, mual atau muntah. BAB dan BAK
lancar. Riwayat trauma disangkal.
4. Riwayat Keluarga : Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama disangkal
5. Riwayat Pekerjaan : Os bekerja sebagai buruh

Daftar Pustaka:
1. Sadler T. Langmans medical embryology. New York: Lippincott Williams and Wilkins;
2006. p. 272-310.
2. Purnomo BB. Dasar - dasar urologi. Edisi 2. Jakarta: Sagung Seto; 2003.h.137-40.
3. Schneck FX, Bellinger MF. Abnormalities of the testes and scrotum and their surgical management.
Dalam: Walsh PC. Campbells Urology Vol 1. 8thedition.Philadelphia: WB Saunders
Company. 20003. Tanagho EA, Nguyen HT.
4. Embriology of the Genitourinary System. Dalam:Tanagho EA, McAninch JW. Smiths
General Urology. Edisi 17. California:The McGraw Hill companies; 2000. h.23-45.
5. http://bedahurologi.wordpress.com/2008/06/21/varikokel

Hasil Pembelajaran
1. Mengetahui Anatomi Testis
2. Mengetahui Klasifikasi hidrokel
3. Mengetahui Patofisiologi Hidrokel
4. Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Hidrokel
5. Mengetahui Penatalaksanaan Hidrokel

1. SUBJEKTIF :
Lebih kurang 3 bulan SMRS, os mengeluh batuk, dahak (+), warna dahak putih, os
merasa nafsu makan yang menurun, berat badan menurun. BAK dan BAB normal (+), keringat
malam (-), sesak (-), dada berdebar-debar (-), nyeri dada (-). Pada keadaan ini, os tidak berobat.
Lebih kurang 2 minggu SMRS os mengeluh batuk semakin sering. Dahak (+), warna
dahak putih. Jumlah dahak semakin banyak, kurang lebih 1 sendok makan setiap kali batuk.
Batuk tidak bercampur darah, Frekuensi batuk sekitar 10-20 kali per hari. Pada saat batuk, os
merasakan sakit di dadanya, sakit tidak menjalar. Os juga mengeluh sesak, sesak tidak
dipengaruhi aktifitas, posisi, cuaca, dan emosi. Badan terasa lemas (+), demam (+) tidak terlalu
tinggi, nyeri ulu hati (-), mual (-), muntah (-), nafsu makan menurun (+), berat badan menurun
(+). BAB dan BAK biasa.
Lebih kurang 1 hari SMRS, os mengeluh sesak napas semakin hebat, sesak tidak
dipengaruhi aktifitas, cuaca, posisi, dan emosi. Suara mengi (-). Os juga mengeluh batuk
semakin sering. Batuk berdahak tidak disertai darah. Dahak berwarna putih. Jumlah dahak
semakin banyak, sekitar 1 sendok makan. Os kemudian berobat ke RSUD Kayuagung.
Lebih kurang 1 tahun yang lalu pasien memiliki riwayat penyakit TB Paru. Pasien rutin

minum obat dan pada pemeriksaan dahak terakhir pasien sudah dinyatakan sembuh.

2. OBJEKTIF :
STATUS GENERALIS
Keadaan umum
: Tampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tanda Vital
TD : 136/60 mmHg RR : 22 x/menit
N : 80 x/menit
T : 36,8 C
Berat badan : 60 kg
Keadaan Spesifik
-

Kepala : Normosefalik, tidak ada deformitas


Mata : Konjungtiva anemis (-)/(-), sclera ikterik (+)/(+)
JVP : 5-2 cmH2O
Kelenjar Getah Bening : tidak teraba pembesaran

- Dada : Bentuk dada simetris, nyeri tekan (-), nyeri ketok (-), krepitasi (-)
- Paru-paru
I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri,
P : Stemfremitus kanan = kiri
P : Sonor pada lapangan paru kiri, sonor pada lapangan paru kanan
A: Vesikuler (+) normal pada paru kiri, vesikuler (+) normal pada paru kanan, wheezing
(-), ronkhi (-).
- Jantung : Bunyi jantung I dan II normal, murmur (-), gallop (-)
- Abdomen
- Perut : Lemas, datar, bising usus (+) normal, nyeri tekan (-), hati dan limpa tidak teraba
- Ginjal : Nyeri ketok CVA (-), Ballotement (-)
- Ekstremitas : akral hangat, edema tungkai (-)/(-)
STATUS LOKALIS

Regio
Inspeksi
Palpasi

: Urogenital
: Terdapat benjolan di scrotum sinistra
: Teraba adanya benjolan di scrotum sinistra sebesar telur ayam tidak

berwarna kemerahan, kulit di sekitar scrotum tidak tegang. Benjolan teraba lunak dan
dapat dipisahkan dari testis kiri. Testis kanan teraba benjolan berbatas tegas.

3. ASSESMENT:

Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang


Dari Anamnesis didapatkan pasien mengeluh terdapat benjolan pada buah zakar sebelah
kiri sejak 2 bulan SMRS. Pasien mengeluhkan awalnya benjolan tidak terlalu besar
namun semakin lama semakin membesar dan saat ini sebesar telur ayam. Pasien juga
merasakan berat dan benjolan tidak nyeri jika ditekan. Pasien mengatakan riwayat trauma
tidak ada.

Pada pemeriksaan fisik ditemukan teraba adanya benjolan di scrotum sinistra sebesar
telur ayam, benjolan teraba lunak dan dapat dipisahkan dari testis kiri.

Dilakukan pemeriksaan Transluminasi dengan hasil : (+)

Berdasarkan teori Pasien dengan hidrokel testis, mengeluh adanya benjolan di kantong
skrotum yang tidak nyeri.Pada pemeriksaan fisik didapatkan pembesaran skrotum dengan
perabaan kistik, fluktuasi positif, transiluminasi positif. Menurut letak kantong hidrokel
terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam hidrokel yaitu: hidrokel testis,
hidrokel funikulus dan hidrokel komunikan. Pada hidrokel komunikan, besarnya kantong
dapat berubah-ubah dan pada palpasi, kantong hidrokel terpisah dari testis. Sedangkan
pada hidrokel non-komunikan besar kantong hidrokel tidak berubah dan pada palpasi
testis tidak dapat teraba. Dan pada hidrokel funikulus, besarnya tetap dan testis dapat
diraba.Untuk membantu menegakkan diagnosa hidrokel, dapat dilakukan usg skrotalinguinal. Pada hidrokel testis hidrokel akan didapatkan gambaran masa kistik
mengelilingi testis atau di dalam funikulus.

Plan :

Diagnosis : Hidrokel sinistra


Penatalaksanaan:
MRS
IVFD RL gtt 20/makro
Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv
Rencana Tindakan

o Hidrokelektomi
Prognosis:
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad functionam : dubia ad bonam

FOLLOW UP
11 Februari 2015
S Sesak napas, batuk
O Keadaan umum

Kesadaran: compos mentis

Tekanan darah : 110/90 mmHg

Nadi

: 84x/menit

RR

: 26x/menit

Temperatur

: 36,9C

Kepala: konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)


Leher : JVP (5-2) CM H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Jantung :
I : Iktus kordis tidak terlihat.
P : Iktus kordis tidak teraba, thrill(-).
P: Batas jantung sulit dinilai
A: HR = 80x/menit, murmur (-) , gallop (-)
Paru
I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri.
P : Stemfremitus kanan< kiri.
P : Sonor pada lapangan paru kiri, redup pada lapangan paru kanan
A: Vesikuler (+) melemah di lapangan paru kanan, vesikuler (+) normal

pada lapangan paru kiri, ronkhi basah sedang lapangan paru kanan ,
wheezing (-).
Perut : datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
bising usus (+) normal
Ekstremitas : edema pretibial -/A

Efusi pleura dextra e.c suspek TB

O2 4-5 lpm
IVFD RL gtt 20/makro
Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv
Inj. Dexametasone 3x1 iv
Ambroxol tab 3x1
Vitamin B-comp 1x1
Konsul Sp.B untuk tindakan Torakosintesis

12 Februari 2015
S Sesak napas, batuk
O Keadaan umum

Kesadaran: compos mentis

Tekanan darah : 120/90mmHg

Nadi

: 80x/menit

RR

: 25x/menit

Temperatur

: 36,9C

Kepala: konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-)


Leher : JVP (5-2) CM H2O, pembesaran kelenjar getah bening (-)
Jantung :
I : Iktus kordis tidak terlihat.
P : Iktus kordis tidak teraba, thrill(-).
P: Batas jantung sulit dinilai
A: HR = 80x/menit, murmur (-) , gallop (-)
Paru
I : Statis,dinamis simetris kanan dan kiri.

P : Stemfremitus kanan< kiri.


P : Sonor pada lapangan paru kiri, redup pada lapangan paru kanan
A: Vesikuler (+) melemah di lapangan paru kanan, vesikuler (+) normal
pada lapangan paru kiri, ronkhi basah sedang lapangan paru kanan ,
wheezing (-).
Perut : datar, lemas, nyeri tekan (-), hepar tidak teraba, lien tidak teraba,
bising usus (+) normal
A

Ekstremitas : edema pretibial -/Efusi Pleura Dextra e.c suspek TB Paru


O2 4-5 lpm
IVFD RL gtt 20/makro
Inj. Ceftriaxone 2x1 mg iv
Inj. Dexametasone 3x1 iv
Inj. Ketorolac 3x1 iv
Ambroxol tab 3x1
Vitamin B-comp 1x1
Aspirasi cairan + 500 cc lewat selang WSD
Rontgen Thorax PA

TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Testis
Testis adalah organ genitalia pria yang terletak di skrotum. Ukuran testis pada orang dewasa
adalah 432,5 cm dengan volume 15-25 ml berbentuk ovoid kedua buah testis terbungkus oleh jaringan
tunika albuginea yang melekat pada testis. Diluar tunika albuginea terdapat tunika vaginalis yang terdiri
atas lapisan viseralis dan parietalis, serta tunika dartos. Otot kremaster yang berada disekitar testis

memungkinkan testis dapat digerakan mendekati rongga abdomen untuk mempertahankan temperatur
testis agar tetap stabil.
Secara histopatologis, testis terdiri atas kurang lebih 250 lobuli dan tiap lobulus terdiri atas tubuli
seminiferi. Didalam tubulus seminiferus terdapat sel-sel spermatogenia dan sel Sertoli, sedang diantara
tubulus seminiferi terdapat sel-sel Leyding. Sel-sel spermatogenia pada proses spermatogenesis menjadi
sel spermatozoa. Sel-sel Sertoli berfungsi memberi makanan pada bakal sperma, sedangkan sel-sel
Leyding atau disebut sel interstisial testis berfungsi dalam menghasilkan hormon testosteron. Sel-sel
spermatozoa yang diproduksi di tubuli seminiferi testis disimpan dan mengalami pematangan atau
maturasi diepididimis setelah mature (dewasa) sel-sel spermatozoa bersama-sama dengan getah dari
epididimis dan vas deferens disalurkan menuju ke ampula vas deferens. Sel-sel itu setelah dicampur
dengan cairan-caidari epididimis, vas deferens, vesikula seminalis, serta cairan prostat menbentuk cairan
semen.
Vaskularisasi
Testis mendapatkan darah dari beberapa cabang arteri, yaitu :
1. Arteri spermatika interna yang merupakan cabang dari aorta
2. Arteri deferensialis cabang dari arteri vesikalis inferior
3. Arteri

kremasterika

yang

merupakan

cabang

arteri

epigastrika.

Pembuluh vena yang meninggalkan testis berkumpul membentuk pleksus Pampiniformis. Plesksus ini
pada beberapa orang mengalami dilatasi dan dikenal sebagai varikokel.

Gambar 1. Anatomi normal testis

HIDROCELE
Definisi
Hidrokel adalah penumpukan cairan berbatas tegas yang berlebihan di antara lapisan parietalis
dan viseralis tunika vaginalis. Dalam keadaan normal, cairan yang berada di dalam rongga itu memang
ada dan berada dalam keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem limfatik di sekitarnya.
Etiologi
Hidrokel yang terjadi pada bayi baru lahir dapat disebabkan karena : (1) belum sempurnanya
penutupan prosesus vaginalis sehingga terjadi aliran cairan peritoneum ke prosesus vaginalis atau (2)
belum sempurnanya sistem limfatik di daerah skrotum dalam melakukan reabsorbsi cairan hidrokel.

Pada orang dewasa, hidrokel dapat terjadi secara idiopatik (primer) dan sekunder. Penyebab
sekunder dapat terjadi karena didapatkan kelainan pada testis atau epididimis yang menyebabkan
terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan di kantong hidrokel. Kelainan pada testis itu mungkin
suatu tumor, infeksi, atau trauma pada testis/epididimis. Kemudian hal ini dapat menyebabkan produksi
cairan yang berlebihan oleh testis, maupun obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus
spermatikus.
Hidrokel dapat diklasifikasi menjadi dua jenis berdasarkan kapan terjadinya yaitu:

1. Hidrokel_primer
Hidrokel primer terlihat pada anak akibat kegagalan penutupan prosesus vaginalis.
Prosesus vaginalis adalah suatu divertikulum peritoneum embrionik yang melintasi
kanalis inguinalis dan membentuk tunika vaginalis. Hidrokel jenis ini tidak diperlukan
terapi karena dengan sendirinya rongga ini akan menutup dan cairan dalam tunika akan
diabsorpsi.
2. Hidrokel_sekunder
Pada orang dewasa, hidrokel sekunder cenderung berkembang lambat dalam suatu masa
dan dianggap sekunder terhadap obstruksi aliran keluar limfe. Dapat disebabkan oleh
kelainan testis atau epididimis. Keadaan ini dapat karena radang atau karena suatu proses
neoplastik. Radang lapisan mesotel dan tunika vaginalis menyebabkan terjadinya
produksi cairan berlebihan yang tidak dapat dibuang keluar dalam jumlah yang cukup
oleh saluran limfe dalam lapisan luar tunika.
Berdasarkan kejadian:
1.
Hidrokel akut
Biasanya berlangsung dengan cepat dan dapat menyebabkan nyeri. Cairan berrwarna
kemerahan mengandung protein, fibrin, eritrosit dan sel polimorf.
2.
Hidrokel kronis
Hidrokel jenis ini hanya menyebabkan peregangan tunika secara perlahan dan walaupun
akan menjadi besar dan memberikan rasa berat, jarang menyebabkan nyeri.
Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam
hidrokel, yaitu
1. Hidrokel testis.
Kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat diraba. Pada
anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.

2. Hidrokel funikulus.
Kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial dari testis, sehingga
pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis
kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.
3. Hidrokel Komunikan
Terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum sehingga
prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis kantong hidrokel
besarnya dapat berubah-ubah yaitu bertambah pada saat anak menangis. Pada palpasi
kantong hidrokel terpisah dari testis dan dapat dimasukkan kedalam rongga abdomen
Patofisiologi
Hidrokel disebabkan oleh kelainan kongenital (bawaan sejak lahir) ataupun ketidaksempurnaan
dari prosesus vaginalis tersebut menyebabkan tidak menutupnya rongga peritoneum dengan prosessus
vaginalis. Sehingga terbentuklah rongga antara tunika vaginalis dengan cavum peritoneal dan
menyebabkan terakumulasinya cairan yang berasal dari sistem limfatik disekitar. Hidrokel cord terjadi
ketika processus vaginalis terobliterasi di atas testis sehingga tetap terdapat hubungan dengan peritoneum,
dan processus vaginalis mungkin tetap terbuka sejauh batas atas scrotum. Area seperti kantung di dalam
canalis inguinalis terisi dengan cairan. Cairan tersebut tidak masuk ke dalam scrotum.
Cairan yanng seharusnya merupakan keseimbangan antara produksi dan reabsorbsi oleh sistem
limfatik di sekitarnya. Tetapi pada penyakit ini, telah terganggunya sistem sekresi atau reabsorbsi cairan
limfa. Dan terjadilah penimbunan di tunika vaginalis tersebut. Akibat dari tekanan yang terus-menerus,
mengakibatkan Obstruksi aliran limfe atau vena di dalam funikulus spermatikus. Dan terjadilah atrofi
testis dikarenakan akibat dari tekanan pembuluh darah yang ada di daerah sekitar testis tersebut.
Selama perkembangan janin, testis terletak di sebelah bawah ginjal, di dalam rongga peritoneal.
Ketika testis turun melalui canalis inguinalis ke dalam scrotum, testis diikuti dengan ekstensi peritoneum
dengan bentuk seperti kantung, yang dikenal sebagai processus vaginalis. Setelah testis turun, procesus
vaginalis akan terobliterasi dan menjadi fibrous cord tanpa lumen. Ujung distal dari procesus vaginalis
menetap sebagai tunika yang melapisi testis, yang dikenal sebagai tunika vaginalis. Normalnya, region
inguinal dan scrotum tidak saling berhubungan dengan abdomen. Organ viscera intraabdominal maupun
cairan peritonel seharusnya tidak dapat masuk ke dalam scrotum ataupun canalis inguinalis. Bila procesus
vaginalis tidak tertutup, dikenal sebagai persistent patent processus vaginalis peritonei (PPPVP).

Gambar 2. Patogenesis Hidrokel


Bila PPPVP berdiameter kecil dan hanya dapat dilalui oleh cairan, dinamakan sebagai hidrokel
komunikan. Bila PPPVP berdiameter besar dan dapat dilalui oleh usus, omentum, atau organ viscera
abdomen lainnya, dinamakan sebagai hernia. Banyak teori yang membahas tentang kegagalan penutupan
processus vaginalis. Otot polos telah diidentifikasi terdapat pada jaringan PPPVP, dan tidak terdapat pada
peritoneum normal. Jumlah otot polos yang ada mungkin berhubungan dengan tingkat patensi processus
vaginalis. Sebagai contoh, jumlah otot polos yang lebih besar terdapat pada kantung hernia dibandingkan
dengan PPPVP dari hidrokel. Penelitian terus berlanjut untuk menentukan peranan otot polos pada
pathogenesis ini.
Mekanisme terjadinya PPPVP juga berhubungan dengan adanya peningkatan tekanan
intraabdominal. Keadaan apapun yang menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan intraabdominal
dapat menghambat atau menunda proses penutupan processus vaginalis. Keadaan tersebut antara lain
batuk kronis (seperti pada TB paru), keadaan yang membuat bayi sering mengedan (seperti feses keras),
dan tumor intraabdomen. Keadaan tersebut di atas menyebabkan peningkatan risiko terjadinya PPPVP
yang dapat berakibat sebagai hidrokel maupun hernia.

Gambar 3. Jenis-jenis Hidrokel

Gambaran Klinis
Pasien mengeluh adanya benjolan di kantong skrotum yang tidak nyeri. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan adanya benjolan di kantong skrotum dengan konsistensi kistus dan pada pemeriksaan
penerawangan menunjukkan adanya transiluminasi. Pada hidrokel yang terinfeksi atau kulit skrotum yang
sangat tebal kadang-kadang sulit melakukan pemeriksaan ini, sehingga harus dibantu dengan pemeriksaan
ultrasonografi. Menurut letak kantong hidrokel terhadap testis, secara klinis dibedakan beberapa macam
hidrokel, yaitu (1) hidrokel testis, (2) hidrokel funikulus, dan (3) hidrokel komunikan. Pembagian ini
penting karena berhubungan dengan metode operasi yang akan dilakukan pada saat melakukan koreksi
hidrokel.

Gambar 4. Hidrokel komunikans (pada anak)

Gambar 5. Hidrokel non-komunikans (pada dewasa)

Pada hidrokel testis, kantong hidrokel seolah-olah mengelilingi testis sehingga testis tak dapat
diraba. Pada anamnesis, besarnya kantong hidrokel tidak berubah sepanjang hari.
Pada hidrokel funikulus, kantong hidrokel berada di funikulus yaitu terletak di sebelah kranial
testis, sehingga pada palpasi, testis dapat diraba dan berada di luar kantong hidrokel. Pada anamnesis,
kantong hidrokel besarnya tetap sepanjang hari.

Pada hidrokel komunikan terdapat hubungan antara prosesus vaginalis dengan rongga peritoneum
sehingga prosesus vaginalis dapat terisi cairan peritoneum. Pada anamnesis, kantong hidrokel besarnya
dapat berubah-ubah yaitu bertambah besar pada saat anak menangis. Pada palpasi, kantong hidrokel
terpisah dari testis dan dapat dimasukkan ke dalam rongga abdomen.

Pemeriksaan Fisik
Lakukan pemeriksaan pada posisi berbaring dan berdiri. Jika pada posisi berdiri tonjolan
tampak jelas, baringkan pasien pada posisi supine. Bila terdapat resolusi pada tonjolan (dapat
mengecil), harus dipikirkan kemungkinan hidrokel komunikan atau hernia.
Bila tonjolan tidak terlihat, lakukan valsava maneuver untuk meningkatkan tekanan
intaabdominal. Pada anak yang lebih besar, dapat dilakukan dengan menyuruh pasien meniup
balon, atau batuk. Pada bayi, dapat dilakukan dengan memberikan tekanan pada abdomen
(palpasi dalam) atau dengan menahan kedua tangan bayi diatas kepalanya sehingga bayi akan
memberontak sehingga akan menimbulkan tonjolan.
Pemeriksaan transiluminasi pada scrotum menunjukkan cairan dalam tunika vaginalis
mengarah pada hidrokel. Namun, tes ini tidak sepenuhnya menyingkirkan hernia.

Gambar 6. Tes Transiluminasi

Pemeriksaan penunjang

1. Transiluminasi

Merupakan langkah diagnostik yang paling penting sekiranya menemukan massa


skrotum..Dilakukan didalam suatu ruang gelap, sumber cahaya diletakkan pada sisi
pembesaran skrotum . Struktur vaskuler, tumor, darah, hernia dan testis normal tidak
dapat ditembusi sinar. Trasmisi cahaya sebagai bayangan merah menunjukkan rongga
yang mengandung cairan serosa, seperti hidrokel .
2. Ultrasonografi
Ultrasonografi dapat mengirimkan gelombang suara melewati skrotum dan membantu
melihat adanya hernia, kumpulan cairan (hidrokel), vena abnormal (varikokel) dan
kemungkinan adanya tumor.

Diferential Diagnosis
Secara umum adanya pembengkakan skrotum memberikan gejala yang hampir sama dengan hidrokel,
sehingga sering salah terdiagnosis. Oleh karena itu diagnosis banding hidrokel adalah :

Hernia scrotalis:
Hidrokel dan hernia inguinalis bermanifestasi klinis sebagai benjolan pada daerah testis dengan
perbedaan utama berupa benjolan pada hernia bersifat hilang timbul, sedangkan pada hidrokel, benjolan
dapat berkurang tapi lama. Dengan melakukan tes transiluminasi, hidrokel memberikan hasil tes yang
positif sedangkan pada hernia inguinalis hasil tes negatif. Pentingnya membedakan kedua kasus tersebut
sehubungan dengan penanganan yang dilakukan untuk kemudian mengurangi komplikasi yang dapat
terjadi.
Varikokel
Adalah varises dari vena pada pleksus pampiniformis akibat gangguan aliran darah balik vena spermatika
interna.

Torsi Testis
Adalah keadaan dimana funikulus spermatikus terpuntir sehingga terjadi gangguan vaskularisasi dari
testis yang dapat berakibat terjadinya gangguan aliran darah dari pada testis.
Hematocele
Adalah penumpukan darah di dalam tunika vaginalis, biasanya didahului oleh trauma.

Gambaran klinik : benjolan pada testis


Pemeriksaan Fisik :
- Masa kistik
-Transiluminasi (-)
Terapi

Hidrokel pada bayi biasanya ditunggu hingga anak mencapai usia 1 tahun dengan
harapan setelah prosesus vaginalis menutup, hidrokel akan sembuh sendiri; tetapi jika hidrokel
masih tetap ada atau bertambah besar perlu dipikirkan untuk dilakukan koreksi. Mayoritas
hidrokel pada neonates akan hilang karena penutupan spontan dari PPPVP awal setelah
kelahiran. Cairan dalam hidrokel biasanya akan direabsorpsi sebelum bayi berumur 1 tahun.
Berdasarkan fakta tersebut, observasi umumnya dilakukan pada hidrokel pada bayi.
Indikasi operasi perbaikan hidrokel :
o Gagal untuk hilang pada umur 2 tahun
o Rasa tidak nyaman terus-menerus akibat hidrokel permagna
o Pembesaran volume cairan hidrokel sehingga dapat menekan pembuluh darah
o Adanya infeksi sekunder (sangat jarang)

Pada hidrokel kongenital dilakukan pendekatan inguinal karena seringkali hidrokel ini disertai
dengan hernia inguinalis sehingga pada saat operasi hidrokel, sekaligus melakukan herniografi. Pada
hidrokel testis dewasa dilakukan pendekatan scrotal dengan melakukan eksisi dan marsupialisasi kantong
hidrokel sesuai cara Winkelman atau plikasi kantong hidrokel sesuai cara Lord. Plikasi kantong hernia
(Lords procedure) digunakan untuk hidrokel ukuran kecil sampai medium. Tehnik ini mengurangi resiko
terjadiya hematoma. Eversi dan penjahitan kantong hidrokel dibelakang testis (Jaboulay procedure)
dihubungkan dengan pengurangan kejadian rekurensi, tetapi tidak mengurangi resiko terjadinya
hematom. Pada hidrokel funikulus dilakukan ekstirpasi hidrokel secara in toto.

Anda mungkin juga menyukai