Anda di halaman 1dari 8

Proses menua ( lansia ) adalah proses alami yang disertai adanya penurunan

kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.

Masalah-masalah yang menyertai lansia :


1. Ketidak berdayaan fisik yang menyebabkan ketergantungan pada orang lain.
2. Ketidakpastian ekonomi sehingga memerlukan perubahan total dalam pola
hidupnya.
3. Membuat teman baru untuk mendapatkan ganti mereka yang telah meninggal
atau pindah
4. Mengembangkan aktifitas baru untuk mengawasi waktu luang yang
bertambah banyak.
5. Belajar memperlakukan anak-anak yang telah tumbuh dewasa.
6. Peningkatan stressor, diakibatkan oleh : hemiplegic, deficit sensorik,
hospitalisasi, kesulitan bicara, kehilangan anak dan teman dan cara kerja yang
tidak bisa dilakukan sebagaimana waktu dahulu.
7. Post power sindrom, keadaan mal adjustment mental dari edudukan
seseorang yang
mempunyai kedudukan dari ada menjadi tidak ada dan menunjukkan gejala
frustasi, depresi dan lainnya.

Proses penuaan dapat dipengaruhi oleh factor-faktor internal dan eksternal.


Proses penuaan dibagi menjadi dua yaitu :
1. Proses penuaan primer : adalah proses penuaan yang berlangsung secara
wajar tanpa pengaruh dari luar.
2. Proses penuaan sekunder : adalah proses penuaan yang dipengaruhi oleh
stress psikis, sosial serta kondisi lingkungan.

Psikogeriatri merupakan suatu pendekatan integrative adaptasi di kemudian hari.


Dengan demikian , masalah dan perkembangan kehidupan selanjutnya harus
dilihat dari bio-psiko-perspektif sosial-ekonomi, spiritual, lingkungan, psikologis,
dan faktor biologis. Gejala penyakit psikogeriatri harus di pahami dengan
mempertimbangkan gejala tertentu, kepribadian individu, sosial dan lingkungan
budaya, dan reaksi psikologis individu peristiwa kehidupan tertentu.

Ciri-ciri pasien Geriatri dan Psikogeriatri, yaitu :


1. Keterbatasan fungsi tubuh, dengan makin meningkatnya usia.
2. Adanya akumulasi dari penyakit-penyakit degenerative.
3. Lanjut usia secara psikososial yang dinyatakan krisis bila :
- Ketergantungan pada orang lain
- Mengisolasi diri atau menarik diri dari kegiatan kemasyarakatan
4. Hal yang menimbulkan gangguan keseimbangan (homeostasis) sehingga
membawa lansia kearah kerusakan / kemerosotan (deteriorisasi) yang progresif
terutama aspek psikologis yang mendadak. Misal : panik, bingung, apatis dan
depresif biasanya berasal dari stressor psikososial yang berat :
kematian pasangan hidup dan keluarga, berurusan dengan hukum dan trauma
psikis.

Faktor-faktor yang dihadapi para lansia yang mempengaruhi kesehatan jiwa:

1. Penurunan Kondisi Fisik


Setelah orang memasuki masa lansia umumnya mulai dihinggapi adanya kondisi
fisik yang bersifat berganda, misalnya tenaga berkurang, energi menurun, kulit
keriput, tulang rapuh gigi rontok dsb. Secara umum kondisi fisik seseorang lansia
mengaami penurunan berlipat. Dan harus menyelaraskan fisik , psikologis dan
sosial dengan mengatur pola hidupnya nyadengan baik misal : makan, istirahat
dan bekerja secara seimbang.
2. Penurunan Fungsi dan Potensi Seksual
Penurunan fungsi dan potensi seksual pada lanjut usia sering kali berhubungan
dengan berbagai gangguan fisik seperti : Gangguan jantung, gangguan
metabolisme, misal diabetes millitus, vaginitis, baru selesai operasi misalnya
prostatektomi, kekurangan gizi, karena pencernaan kurang sempurna atau nafsu
makan sangat kurang, penggunaan obat-obat tertentu, seperti antihipertensi,
golongan steroid, tranquilizer.

3. Perubahan Mental
Perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan
kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan.
Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama factor penolakan
abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa
lalu. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya

perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa
terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak
berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta
cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempegruhi perubahan kondisi mental :
- Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
- Kesehatan umum.
- Tingkat pendidikan.
- Keturunan.
- Lingkungan .
- Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian .
- Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
- Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
family.
- Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
4. Perubahan psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam,
tergantung pada kepribadian
individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani
kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia
cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun
dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk
memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan kesempatan
untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti
terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk
duduk-duduk dirumah Perubahan psikososial yang lainnya adalah merasakan
atas dadar akan kematian, perubahan cara hidup : memasuki rumah perawatan,
penghasilan menurun : biaya hidup meningkat dan tambahan biaya pengobatan,
penyakit kronis dan ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan diri
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik perubahan konsep diri dan kematian pasangan
hidup.

Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka


merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna antara lain :
a. Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas maupun
kualitas pada masa lanjut
usia. Kendati perubahan minat pada usia lanjut jelas berhubungan dengan
menurunnya kemampuan fisik, tidak dapat diragukan bahwa hal-hal tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor sosial.
b. Isolasi dan kesepian
Banyak faktor bergabung sehingga membuat orang lanjut usia terisolasi dari
yang lain. Secara fisik, mereka kurang mampu mengikuti aktivitas yang
melibatkan usaha. Mungkin menurunnya kualitas organ indera
yang mengakibatkan ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya.
Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa terputus dari hubungan dengan
orang-orang lain. Faktor lain yang membuat isolasi makin menjadi lebih parah
lagi adalah perubahan sosial, terutama mengendornya ikatan kekeluargaan. Bila
orang usia lanjut tinggal brsama sanak saudaranya, mereka mungkin bersikap
toleran terhadapnya, tetapi jarang menghormatinya. Lebih sering terjadi orang
lanjut usia menjadi terisolasi dalam arti kata yang sebenarnya, karena ia hidup
sendiri.Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan perasaan
dengan akal mengalah dan orang cenderung kurang dapat mengekang dari
dalam perilakunya . frustasi kecil yang pada tahap usia yang lebih muda tidak
menimbulkan masalah, pada tahap ini membangkitkan luapan emosi dan mereka
mungkin bereaksi dengan ledakan amarah atau sangat tersinggung terhadap
peristiwa-peristiwa yang menurut kita tampaknya sepele.
c. Peranan iman
Menurut proses fisik dan mental pada usia lanjut memungkinkan orang yang
sudah tua tidak begitu membenci dan merasa kuatir dalam memandang akhir
kehidupan dibandingkan orang yang lebih muda. Namun demikian, hampir tidak
dapat disangkal lagi bahwa iman yang teguh adalah senjata yang paling ampuh
untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan
masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat. Keyakinan iman
bahwa kematian bukanlah akhir tetapi merupakan permulaan yang baru
memungkinkan individu menyongsong akhir kehidupan dengan tenang dan
tentram.
d. Perubahan kognitif
Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya adalah :
- Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan
dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
- Kemampuan intektual tidak mengalami kemunduran.

- Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap tidak ada
penyakit.

e. Perubahan spiritual
- Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow,1970).
- Lanjut usia makin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat dan
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
- Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menuurut Fowler : Universalizing,
Perkembangan yang dicapai ada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat penurunan fungsi indra akan muncul gangguan fungsional atau
kecacatan, sehingga menimbulkan
keterasingan. Hal tersebut dapat di cegah dengan mengajak mereka aktivitas
agar tidak merasa diasingkan. Jika tidak akan menimbulkan perilaku regresi
( berperilaku seperti anak kecil). Dalam menghadapi masalah di atas, umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih
sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan
penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya
keluarga atau sanak saudara, atau punya pasangan hidup namun tidak punya
anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan
sendiri, seringkali menjadi terlantar.

Psikogeriatri adalah sebuah model somatopsychic dipahami secara luas dan


psikosomatic patologi. Sebagai contoh , stroke mungkin endapan depresi. Isolasi
sosial dapat berdampak berkontribusi gizi atau kecanduan alcohol, sehingga
berdampak pada kondisi mental. Demensia dapat menyebabkan perawatan gigi
yang buruk dan masalah gigi yang signifikan. Psikogeriatri mencangkup
pencegahan, diagnosis, perawatan dan rehabilitasi. Koordinasi pengobatan dan
rehabilitasi terlalu sering diabaikan. Namun langkah-langkah rehabilitatif
merupakan bagian integral dari psikogeriatri.

Psikogeriatri menekankan multidisipliner dan interdisipliner dan terutama tidak


hanya dalam pelayanan tetapi juga dalam pendidikan dan penelitian.
Interdisipliner intedigitates keterampilan dan usaha professional diberbagai
bidang untuk membangun sebuah usaha sinergis dimana total lebih daripada
jumlah bagian-bagiannya.

Iklim terapeutik pada psikogeriatri terdapat pendekatan yang berbeda :


- Pasien yang butuh bimbingan : Latihan realitas dan orientasi
- Pasien yang butuh perhatian : validation therapy
- Pasien yang butuh pelayanan : mengaktifkan indera dan relaksasi

Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri atas penatalaksanaan psikologik, pencegahan dan
farmakologik. Rujukan ke psikiater dianjurkan apabila penderita menunjukkan
gejala :
- Masalah diagnostic yang serius
- Risiko bunuh diri tinggi
- Pengabaian diri (self neglect) yang serius
- Agitasi, delusi atau halusinasi berat
- Tidak memberikan tanggapan atau tak patuh terhadap pengobatan yang
diberikan
- Memerlukan tindakan/rawat inap di institusi atau pelayanan psikiatrik lain
Di antara obat-obatan depresi harus dipilih dan disesuaikan dengan keadaan dan
gejala yang diderita. Untuk
penderita yang secara fisik aktif, sebaiknya tidak diberikan obat yang
memberikan efek sedative, sebaliknya penderita yang agiatif golongan obat
tersebut mungkin diperlukan. Walaupun obat golongan litium mungkin
bisa memberikan efek, terutama penderita dengan depresan manik, obat ini
sebaiknya hanya diberikan
setelah berkonsultasi pada psikiater. Obat harus di berikan dengan dosis awal
rendah dan berhati-hati bila terdapat penurunan fungsi ginjal.
- Gangguan cemas
Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan, yaitu fobia, gangguan panic,
gangguan cemas umum,
gangguan stress pasca trauma dan gangguan obsesif-kompulsif. Puncak insidensi
antara usia 20-40 tahun,dan prevelansi pada lansia lebih kecil dibandingan pada
dewasa muda. Pada usia lanjut seringkali gangguan cemas ini merupakan
kelanjutan dari dewasa muda. Awitan yang terjadi pada usia lanjut
biasanya berhubungan /sekunder akibat depresi, penyakit medis, efek samping
obat atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.

- Psikosis pada usia lanjut


Berebagai bentuk psikosis bisa terdapat pada usia lanjut, baik sebagai kelanjutan
keadaan dewasa muda atau yang timbul pada usia lanjut pada dasarnya jenis
dan penatalaksanaannya hamper tidak berbeda dengan yang terdapat pada
populasi dewasa muda. Walaupun beberapa jenis khusus akan disinggung sedikit
berikut.
- Parafrenia, adalah suatu bentuk skizofrenia lanjut yang sering terdapat pada
usia lanjut yang ditandai dengan waham (biasanya waham curiga dan
menuduh), sering penderita merasa tetangganya mencuri barang-barangnya
atau tetangga berniat membunuhnya. Biasanya terjadi pada individu yang
terisolasi atau menarik diri dari kegiatan sosial. Apabila waham tersebut
menimbulkan keributan antar tetangga atau bahkan skandal, pemberian terapi
dengan derivate fenotiasin sering bisa menenangkan.
-Sindroma Diogenes, adalah suatu keadaan dimana seorang lanjut usia
menunjukkan penampakan perilaku
yang sangat terganggu. Rumah atau kamar yang sangat kotor, bercak dan bau
urin dan feses dimana-mana.
Tikus. Tikus berkeliaran, penderita menumpuknya barang-barangdengan tidak
teratur. Individu lanjut usia yang menderita keadaan ini biasanyamempunyai IQ
yang tinggi, 50% kasus intelektualnya normal. Mereka biasanya menolak untuk
dimasukkan ke institusi. Upaya untuk mengadakan
pengaturan/pembersihan rumah /kamar, biasanya akan gagal karena setelah
beberapa waktu hal tersebut akan terulang kembali.
Kesimpulan
Bahwa pelayanan geriatri di Indonesia sudah saatnya diupayakan di seluruh
jenjang pelayanan kesehatan di Indonesia. Untuk itu pengetahuan mengenai
geriatrik harus sudah merupakan pengetahuan yang diajarkan pada semua
tenaga kesehatan, dalam hal ini pengetahuan mengenai psikogeriatri atau
kesehatan jiwa pada usia lanjut merupakan salah satu di antara berbagai
pengetahuan yang perlu diketahui. Tatacara pemeriksaan dasar psikogeriatri
oleh karena itu sering disertakan dalam pemeriksaan/assessment geriatri, antara
lain mengenai pemeriksaan gangguan mental. Kognitif, depresi dan beberapa
pemeriksaan lain.

Referensi
Direktorat kesehatan jiwa.1982. Pedoman Pengelolaan Jiwa dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia. Jakarta:Dep Kes RI.

Gunadi H.1984.Problematik Usia Lanjut Ditinjau Dari Sudut Kesehatan


Jiwa.Jakarta: Jiwa XVII(4):89-97.

Pranaka.2010.Buku Ajar Boedhi Darmojo Geriatri(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut)


edisi ke 4.Jakarta:Balai Penerbit Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia

Roger Watson.2003.Perawatan pada Lansia.Jakarta:EGC.

Wahit Iqbal Mubarak,dkk.2006.Buku Ajar Ilmu Keperawatan Komunitas 2 Teori


dan Aplikasi dalamPraktek dengan Pendekatan Askep Komunitas, Gerontik dan
Keluarga.Jakarta:Sagung Seto.

Anda mungkin juga menyukai