kondisi fisik, psikologis maupun sosial yang saling berinteraksi satu sama lain.
Keadaan itu cenderung berpotensi menimbulkan masalah kesehatan secara
umum maupun kesehatan jiwa secara khusus pada lansia.
3. Perubahan Mental
Perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan
kesehatan, tingkat pendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan.
Intelegensi diduga secara umum makin mundur terutama factor penolakan
abstrak mulai lupa terhadap kejadian baru, masih terekam baik kejadian masa
lalu. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya
perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa
terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak
berguna lagi. Munculnya perasaan kurang mampu untuk mandiri serta
cenderung bersifat entrovert.
Faktor-faktor yang mempegruhi perubahan kondisi mental :
- Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa.
- Kesehatan umum.
- Tingkat pendidikan.
- Keturunan.
- Lingkungan .
- Gangguan syaraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian .
- Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan.
- Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman dan
family.
- Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri,
perubahan konsep diri.
4. Perubahan psikososial
Masalah-masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam,
tergantung pada kepribadian
individu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani
kehidupannya dengan bekerja
mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Bila ia
cukup beruntung dan bijaksana, mempersiapkan diri untuk masa pensiun
dengan menciptakan bagi dirinya sendiri berbagai bidang minat untuk
memanfaatkan waktunya, masa pensiunnya akan memberikan kesempatan
untuk menikmati sisa hidupnya. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti
terputus dari lingkungan dan teman-teman yang akrab dan disingkirkan untuk
duduk-duduk dirumah Perubahan psikososial yang lainnya adalah merasakan
atas dadar akan kematian, perubahan cara hidup : memasuki rumah perawatan,
penghasilan menurun : biaya hidup meningkat dan tambahan biaya pengobatan,
penyakit kronis dan ketidakmampuan, kesepian akibat pengasingan diri
lingkungan sosial, kehilangan hubungan dengan teman dan keluarga, hilangnya
kekuatan dan ketegangan fisik perubahan konsep diri dan kematian pasangan
hidup.
- Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap tidak ada
penyakit.
e. Perubahan spiritual
- Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya
(Maslow,1970).
- Lanjut usia makin matur dalam kehidupan agamanya, hal ini terlihat dan
berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner,1970).
- Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menuurut Fowler : Universalizing,
Perkembangan yang dicapai ada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan
cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.
5. Perubahan Dalam Peran Sosial di Masyarakat
Akibat penurunan fungsi indra akan muncul gangguan fungsional atau
kecacatan, sehingga menimbulkan
keterasingan. Hal tersebut dapat di cegah dengan mengajak mereka aktivitas
agar tidak merasa diasingkan. Jika tidak akan menimbulkan perilaku regresi
( berperilaku seperti anak kecil). Dalam menghadapi masalah di atas, umumnya
lansia yang memiliki keluarga bagi orang-orang kita (budaya ketimuran) masih
sangat beruntung karena anggota keluarga seperti anak, cucu, cicit, sanak
saudara bahkan kerabat umumnya ikut membantu memelihara (care) dengan
penuh kesabaran dan pengorbanan. Namun bagi mereka yang tidak punya
keluarga atau sanak saudara, atau punya pasangan hidup namun tidak punya
anak dan pasangannya sudah meninggal, apalagi hidup dalam perantauan
sendiri, seringkali menjadi terlantar.
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terdiri atas penatalaksanaan psikologik, pencegahan dan
farmakologik. Rujukan ke psikiater dianjurkan apabila penderita menunjukkan
gejala :
- Masalah diagnostic yang serius
- Risiko bunuh diri tinggi
- Pengabaian diri (self neglect) yang serius
- Agitasi, delusi atau halusinasi berat
- Tidak memberikan tanggapan atau tak patuh terhadap pengobatan yang
diberikan
- Memerlukan tindakan/rawat inap di institusi atau pelayanan psikiatrik lain
Di antara obat-obatan depresi harus dipilih dan disesuaikan dengan keadaan dan
gejala yang diderita. Untuk
penderita yang secara fisik aktif, sebaiknya tidak diberikan obat yang
memberikan efek sedative, sebaliknya penderita yang agiatif golongan obat
tersebut mungkin diperlukan. Walaupun obat golongan litium mungkin
bisa memberikan efek, terutama penderita dengan depresan manik, obat ini
sebaiknya hanya diberikan
setelah berkonsultasi pada psikiater. Obat harus di berikan dengan dosis awal
rendah dan berhati-hati bila terdapat penurunan fungsi ginjal.
- Gangguan cemas
Gangguan cemas dibagi dalam beberapa golongan, yaitu fobia, gangguan panic,
gangguan cemas umum,
gangguan stress pasca trauma dan gangguan obsesif-kompulsif. Puncak insidensi
antara usia 20-40 tahun,dan prevelansi pada lansia lebih kecil dibandingan pada
dewasa muda. Pada usia lanjut seringkali gangguan cemas ini merupakan
kelanjutan dari dewasa muda. Awitan yang terjadi pada usia lanjut
biasanya berhubungan /sekunder akibat depresi, penyakit medis, efek samping
obat atau gejala penghentian mendadak dari suatu obat.
Referensi
Direktorat kesehatan jiwa.1982. Pedoman Pengelolaan Jiwa dan Diagnosis
Gangguan Jiwa di Indonesia. Jakarta:Dep Kes RI.