Disusun Oleh :
Anindhita Putri H
G99141012
G99141013
G99141014
Avamira Rosita P
G99141015
G99141016
Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Sujono, Sp. Rad. (K)
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.
Gambar 2.
Gambar 3.
Gambar 4.
Gambar 5.
media
Jalur pemeriksaan ultrasonografi hepar. Potongan longitudinal dan
Gambar 6.
Gambar 7.
Gambar 8.
Gambar 9.
Gambar 10.
Gambar 11.
Gambar 12.
jelas
Hepar potongan longitudinal. Fatty liver ringan. Echogenisitas hepar
sedikit meningkat. Pembuluh darah dan diafragma masih terlihat jelas
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI HEPAR
Hepar (liver/hati) merupakan kelenjar terbesar dari tubuh manusia dengan
berat sekitar 1,5 kg pada orang dewasa. Fungsi hepar antara lain:
1. Sebagai organ hematopoiesis pada fetus
2. Berperan dalam metabolism karbohidrat, lemak, dan protein
3. Menyimpan glikogen dan mensekresi empedu (bile)
Letak: regio hypochondriaca dextra, epigastrium, dan kadang sampai regio
hypochondriaca sinistra. Diaphragma memisahkan hepar dari pleura, pulmo,
pericardium, dan cor.
Bagian-Bagian Hepar
1. Facies Hepatis
a. Facies diaphragmatica merupakan permukaan yang halus dan
berbentuk
seperti
kubah
karena
sesuai
dengan
facies
inferior
Facies posterior terdapat pars affixa hepatis / area nuda / bare area
yaitu bagian hepar yang tidak tertutup peritoneum dan melekat
langsung pada diaphragma.
Pada facies visceralis terdapat fossa vesica fellea, portae hepatis, dan
sulcus vena cava. Selain itu juga terdapat beberapa pendesakan organ lain
(impressiones) yaitu:
-
Impressio colica
Impressio renalis
Impressio duodenalis
Ventral
Dorsal
: portae hepatis
Dexter
c. Lobus Caudatus
Lobus ini setinggi vertebra thoracalis X-XI dan memiliki 2 penonjolan
yaitu processus papilaris dan processus caudatus (memisahkan portae
hepatis dengan vena cava inferior, menghubungkan lobus caudatus dan
lobus hepatis dexter). Batas-batas:
-
Dexter
Impressio oesophagea
Tuber omentale
hepaticae
-
Vasa lymphatica
Saluran Empedu
Empedu disekresi oleh sel-sel hepar dan akan disimpan serta dipekatkan di
vesica fellea. Empedu akan disekresikan ke duodenum dan mengemulsikan lemak
yang masuk duodenum. Ductus biliaris hepatis terdiri dari: ductus hepaticus
INTRAHEPATAL
Canaliculi biliveri ductus biliverus ductus hepaticus dexter et sinister
Vesica fellea
Ductus choledochus
Lig. hepatoduodenale
Ductus pancreaticus Wirsungi
Neurovascularisasi
1. Vascularisasi
a. Arteriosa
Truncus coeliacus a. hepatica communis a. hepatica propria a.
hepatica dextra et sinistra (masuk porta hepatis) a. interlobaris
(dalam canalis portae) a. intralobaris (dalam lobulus hepar)
b. Venosa
2. Innervasi
Plexus hepaticus cabang plexus coeliacus mengandung serabut saraf:
-
yang
dihasilkan
oleh
tunica
mucosa
duodenum.
Bagian-Bagian
1. Fundus : berbentuk bulat dan menonjol di bawah margo
inferior hepar. Proyeksi fundus ke dinding anterior
abdomen adalah setinggi ujung cartilago costae IX
dextra.
2. Corpus : berhubungan dengan facies visceralis hepar dan
arahnya ke atas, belakang, dan kiri.
3. Infundibulum
4. Collum : bagian yang sempit dan melanjutkan diri sebagai ductus cysticus,
yang berbelok ke dalam omentum minus dan bergabung dengan ductus
hepaticus
communis
choledochus.
membentuk
Infundibulum
dan
ductus
collum
Gambar 3. Vesica
fellea
Saluran Keluar
Saluran vesica fellea disebut ductus cysticus yang terdiri dari:
a. Pars valvularis tunica mucosa membentuk lipatan-lipatan yang berjalan
spiral yang disebut valvula spiralis Heisteri, berfungsi untuk mempertahankan
lumen terbuka agar aliran empedu tidak terganggu.
b. Pars glebra mempunyai tunica mucosa yang licin
Pars glebra ductus systicus bergabung dengan ductus hepaticus communis
menjadi ductus choledochus. Ductus choledochus berjalan dalam ligamentum
hepatoduodenale dan bersama dengan ductus pancreaticus Wirsungi akan
bermuara pada papilla duodeni major.
Pada muara tersebut terdapat musculus sphincter Oddi yang berfungsi
mengatur pemasukan empedu dan enzim pancreas ke duodenum.
M. sphinter Oddi dibentuk oleh:
-
Neurovascularisasi
1. Vascularisasi
a. cystica cabang a. hepatica dextra
v. cystica, bermuara ke vena portae hepatis
2. Innervasi
Plexus cysticus, cabang dari plexus hepaticus yang mengandung serabut
simpatis maupun parasimpatis (nervus vagus).
C. FISIOLOGI HEPAR
Liver merupakan organ metabolik terbesar yang penting bagi sistem
pencernaan untuk sekresi garam empedu, tetapi juga melakukan fungsi lain
diantaranya:
1. Pengolahan metabolik nutrien utama seperti karbohidrat, lemak dan
protein.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat sisa, hormon, obat dan senyawa asing
lainnya.
3. Sintesis berbagai protein plasma yang berfungsi untuk pembekuan darah
dan mengangkut hormon tiroid, steroid dan kolestrol dalam darah.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga, dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D.
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang usang berkat adanya
makrofag residen.
7. Ekskresi kolestrol dan bilirubin.
Hepatosit mampu melaksanakan berbagai tugas metabolik seperti diatas
kecuali aktivitas fagositik yang dilakukan oleh makrofag residen yang lebih
dikenal sebagai sel Kuppfer. Dalam melaksanakan tugasnya, setiap hepatosit
berkontak langsung dengan darah dari dua sumber yakni darah vena dari saluran
pencernaan dan darah arteri dari aorta. Darah vena memasuki hati melalui sistem
porta hati. Vena dari saluran cerna yang mengangkut produk yang di serap dari
saluran cerna memasuki vena porta hepatika terlebih dahulu untuk diolah,
disimpan dan didetoksifikasi di hati sebelum memasuki sirkulasi umum. Di hati,
vena porta bercabang menjadi jaringan kapiler (sinusoid hati) untuk pertukaran
antara darah dan hepatosit sebelum mengalirkan darah ke vena hepatika dan
kemudian menyatu dengan vena cava inferior.
Liver tersusun atas unit-unit fungsional yang di kenal sebagai lobulus yakni
susunan heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral. Diantara
sudut yang dibentuk oleh setiap 3 lobulus terdapat 3 pembuluh yakni cabang
arteri hepatika, cabang vena porta, dan duktus biliaris. Vena sentral semua lobulus
hati menyatu membentuk vena hepatika. Terdapat sebuah saluran tipis penyalur
empedu, kanalikulus biliaris yang berjalan di antara sel dalam setiap lempeng
hati. Hepatosit secara terus menerus mengeluarkan empedu ke dalam saluran
tersebut dan mengangkutnya ke duktus biliaris di perifer lobulus yang kemudian
menyatu membentuk duktus biliaris komunis untuk menyalurkan empedu dari
liver ke duodenum.
Lubang duktus biliaris ke dalam duodenum dijaga oleh sfingter oddi, bila
sfingter tertutup maka sebagian besar empedu yang disekresikan dibelokkan ke
dalam kandung empedu, dimana empedu kemudian dipekatkan di dalam
kandung empedu diantara waktu makan. Empedu terdiri dari cairan alkalis encer
yang serupa dengan sekresi NaHCO3
dalam pembentukan misel dimana kedua fungsi ini terkait dengan struktur garam
empedu.
Efek deterjen garam empedu mengacu pada kemampuan garam empedu
mengubah globulus-globulus lemak berukuran besar menjadi emulsi lemak yang
terdiri dari banyak butir lemak kecil yang berada dalam cairan kimus. Dengan
demikian, luas permukaan untuk aktivitas lipase meningkat. Agar dapat mencerna
lemak, lipase harus berkontak langsung dengan molekul trigliserida. Molekul
garam empedu mengandung bagian larut lemak (steroid yang berasal dari
kolestrol) ditambah bagian larut air yang bermuatan negatif. Gerakan mencampur
usus akan memecah butiran lemak menjadi butiran yang lebih kecil yang akan
kembali menyatu bila tidak terdapat garam empedu di permukaannya yang
membentuk selaput bermuatan negatif larut air di permukaan setiap butir kecil
tersebut. Karena muatan yang sama akan tolak menolak menyebabkan butiran
lemak tersebut saling tolak menolak sehingga tidak menyatu kembali. Tanpa
garam empedu maka pencernaan lemak akan berlangsung sangat lambat.
Garam empedu bersama kolestrol dan lesitin mempermudah penyerapan
lemak melalui pembentukan misel. Lesitin juga memiliki bagian yang larut
lemak dan larut air sedangkan kolestrol hampir sama sekali tidak larut air. Dalam
suatu misel, garam empedu dan lesitin menggumpal dalam kelompok-kelompok
kecil dengan bagian larut lemak berkerumun di bagian tengah untuk membentuk
inti hidrofobik sementara bagian larut air membentuk selaput hidrofilik di bagian
luar. Misel, karena larut air akibat lapisan hidrofiliknya, dapat melarutkan zat-zat
yang tidak larut air di intinya yang larut lemak, dengan demikian misel
merupakan vehikulum praktis untuk mengangkut bahan-bahan yang tidak larut air
dalam isi lumen yang banyak mengandung air. Bahan larut lemak yang paling
penting yang diangkut adalah pencernaan lemak (monogliserida dan asam lemak
bebas) serta vitamin larut lemak, yang diangkut ke tempat penyerapannya
menggunakan misel. Apabila sekresi kolestrol oleh hati melebihi sekresi garam
empedu atau lesitin , kelebihan kolestrol dalam empedu akan mengendap menjadi
sendiri, sehingga selama makan, sewaktu garam empedu dibutuhkan dan sedang
dipakai, maka sekresi empedu oleh hati di pacu. Mekanisme hormonal, sekretin
selain meningkatkan sekresi NaHCO3 encer oleh pankreas, juga merangsang
sekresi empedu alkalis encer oleh duktus hati tanpa disertai peningkatan garam
empedu. Mekanisme saraf, stimulasi terhadap saraf vagus hati hanya sedikit
berperan meningkatkan sekresi empedu selama fase sefalik pencernaan yakni
sebelum makanan mencapai lambung atau usus.
D. FATTY LIVER
1. Definisi
Kandungan lemak di hati ( terutama trigliserida) melebihi 5% dari
seluruh berat hati, diagnosis ditetapkan berdasar ditemukannya 5-10% sel
lemak dari keseluruhan sel hepatosit.
2. Faktor Risiko
Obesitas, Diabetes mellitus (DM), dan dislipidemia
3. Patogenesis
Hipotesis yang sampai saat ini banyak diterima adalah "The two hit theory"
Hit pertama. Proses penumpukan lemak di sel hepatosit terjadi akibat
dislipidemia, DM, dan obesitas. Pada kondisi normal asam lemak bebas akan
dihantar masuka ke hepar melalui arteri dan sirkulasi portal untuk
dimetabolisme, salah satu bentuk metabolisme di hati adalah proses
reesterifikasi menjadi trigliserida atau bentuk lemak lainnya. Apabila pada
seseorang terjadi penumpukan lemak tubuh seperti pada obesitas sentral akan
terjadi peningkatan pelepasan asam lemak bebas diikuti dengan penumpukan
di hepatosit. Asam lemak bebas yang menumpuk di hepatosit akan
meningkatkan proses oksidasi dan esterifikasi terkhususnya di dalam
mitokondria, akibatnya mitokondria akan rusak.
phospatase.
karbohidrat) karena fungsi hepar, khususnya dalam hal ini, untuk konversi
asam laktat menjadi asam piruvat terganggu karena hepatosit yang
mengalami kerusakan.
Keluhan tidak enak seperti mengganjal di perut kanan atas akibat
hepatomegali pembesaran hepar terjadi karena penumpukan lemak di
hepatosit akibat peningkatan penglepasan asam lemak bebas karena
5. Diagnosis
9. Penatalaksanaan
terbatas. Belum ada terapi yang secara universal dapat dikatakan efektif,
strategi pengobatan cenderung dilakukan dengan pendekatan empiris karena
patogenesis penyakit juga belum begitu jelas diketahui. Pengobatan lebih
ditujukan pada tindakan untuk mengontrol faktor risiko, seperti memperbaiki
resistensi insulin dan mengurangi asupan asam lemak ke hati, selanjutnya baru
pemakaian obt yang dianggap memiliki potensi hepatoprotektor.
Pengontrolan Faktor Risiko:
secara
bertahap
terbukti
memperbaiki
konsentrasi
serum
Dilakukan jika penurunan berat badan dengan pengaturan diet dan latihan
jasmani gagal. Terlihat adanya perbaikan pada gambaran histologis hati
serta parameter umum sindrom metabolik. Sekali lagi harus diingat
potensi timbulnya eksaserbasi steatohepatitis pada penurunan berat badan
yang terlalu cepat.
Terapi Farmakologis :
Antidiabetik dan insulin sensitizer
o Metformin meningkatkan kerja insulin pada sel hati dan menurunkan
produksi glukosa hati. Penelitian yanng dilakukan Marchesini dkk
menunjukkan bahwa 14 pasien steatohepatitis non alkoholik yang
mendapat terapi metformin 3x500nmg /hari selama 4 bulan dengan
kontrol 4 pasien yang hanya mendapatkan terapi diet, didapatkan
perbaikan konsentrasi rata-rata SGPT, peningkatan sensitifitas insulin
dan penurunan volume hati pada pasien yang mendapatkan terapi
metformin.
o Tiazolidindion merupakan obat antidiabetik yang juga memberbaiki
sensitifitas insulin pada jaringan adiposa. Selain itu, juga menghabat
ekspresi leptin dan TNF-alpha, konsituen yang dianggap terlibat dalam
patogenesis steatuhepatitis non alkooholik. Obat ini terbukti
memperbaiki level aminotransferase dan memperbaiki derajat steatosis
dan nekroinflamasi. Namun, masih perlu penelitian lebih lanjut karena
bukti penelitian tersebut dilakukan pada sampel yang kecil (8-10
pasien).
berpotensi
untuk
mencegah
progresi
steatosis
menjadi
steatosis.
Pasien dengan fatty liver non alkoholik tidak boleh mengonsumsi alkohol.
Terapi lini pertama pada anak dengan fatty liver non alkoholik adalah
pengaturan pola hidup (diet dan latihan jasmani).
hepar.
Pioglitazone dapat digunakan untuk mmemperbaiki steatohepatitis pada
pasien steatohepatitis non alkoholik non diabetik dengan
penegakan
diagnosis biopsi, tetapi efektifitas pada pasien non diabetik dan efek
kriptogenik.
Asam lemak omega 3 digunakan sebagai terapi lini pertama pada
hipertrigliseridimia.
Statin dapat digunakan untuk dislipidemia pada pasien steatohepatitis non
bekerja
sebagai
pemancar
dan
sekaligus
penerima
gelombang suara. Pulsa listrik yang dihasilkan oleh generator diubah menjadi
energi akustik oleh transduser, yang dipancarkan dengan arah tertentu pada
bagian tubuh yang akan dipelajari. Sebagian akan dipantulkan dan sebagian
lagi akan merambat terus menembus jaringan yang akan menimbulkan
bermacam-macam echo sesuai dengan jaringan yang dilaluinya (Rasad, 2005).
Gambar 4. Produksi echo tergantung pada impedansi akustik relatif dari kedua
media (Aldrich, 2007)
Pantulan echo yang berasal dari jaringan-jaringan tersebut akan
membentur transduser, dan kemudian diubah menjadi pulsa listrik lalu
diperkuat dan selanjutnya diperlihatkan dalam bentuk cahaya pada layar
osiloskop. Dengan demikian bila transduser digerakkan seolah-olah kita
melakukan irisan-irisan pada bagian tubuh yang diinginkan, dan gambaran
irisan-irisan tersebut akan dapat dilihat di layar monitor. Masing-masing
jaringan tubuh mempunyai impedansi akustik (rasio tekanan yang timbul pada
garis imajiner gelombang dengan laju partikel yang melewati garis tersebut)
tertentu. Dalam jaringan yang heterogen akan ditimbulkan bermacam-macam
echo, jaringan tersebut dikatakan echogenic. Sedang pada jaringan yang
homogen hanya sedikit atau sama sekali tidak ada echo, disebut anechoic atau
echofree atau bebas eko. Suatu rongga berisi cairan bersifat anechoic,
misalnya: kista, asites, pembuluh darah besar, perikardial atau pleural
effusion. Dengan demikian kista dan suatu massa solid akan dapat dibedakan
(Rasad, 2005).
3. Ultrasonografi Abdomen
Ultrasonografi
abdomen
merupakan
ultrasonografi
medis
yang
Pemeriksaan USG abdomen harus dilakukan ketika ada alasan medis yang
sah. Tidak ada kontraindikasi absolut (AIUM, 2012).
Gambar 7. Hepar normal potongan transversal. RT: lobus dexter LT: lobus
sinister, CL: lobus caudatus, C: vena cava inferior (Abraham et al., 2010).
Gambar 8. Hepar normal potongan longitudinal. RL: Lobus dexter, RK: Ren
Kanan, mempunyai echogenisitas yang hampir sama (Abraham et al., 2010).
Stadium ringan:
o Peningkatan minimal echogenisitas hepar
o Pembuluh darah intrahepatik dan diafragma terlihat
Stadium sedang:
o Peningkatan sedang echogenisitas hepar
o Pembuluh darah intrahepatik dan diafragma sedikit lebih kabur
Stadium berat:
o Peningkatan echogenisitas yang signifikan
o Visualisasi liver posterior terganggu
o Pembuluh darah dan dan diafragma susah terlihat
DAFTAR PUSTAKA
DC
(2012).
Abdominal
ultrasound.
http://www.nlm.nih.gov/
medlineplus/ency/article/003777.htm - Diakses 8 Juni 2014.
Hasan, Irfan (2009). Perlemakan hati non alkoholik. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi
B, Alwi I, Simandibrata M, Setiati S (2009). Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
John E. Aldrich (2007). Basic physics of ultrasound imaging. Crit Care Med, 35(5):
S131-S137.
Putz R, Pabst R (2005). Atlas Anatomi Manusia Sobotta. Edisi 21 jilid 2. EGC :
Jakarta.
Rasad, Sjahriar (2005). Radiologi Diagnostik Edisi Kedua. Jakarta: Balai Penerbit FK
UI, 453- 455.
Snell, Richard S (2006). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran; alih bahasa
Liliana Sugiharto; Ed 6. EGC : Jakarta.