lahan usaha untuk mendongkrak perekonomian rakyat, berkembang cukup pesat, dan
melibatkan orang perseorangan, badan usaha privat, khususnya di sektor jasa, yaitu jasa
konstruksi. Pembangunan infrtstruktur di antaranya pembangunan jalan dan jembatan;
bangunan gedung; bangunan bendungan;
pelabubuhan; bangunan umum; bangunan industri; penataan kawasan dan lain sebagainya.
Baik yang diselenggarakan oleh pemerintah; investasi nasional/asing; maupun yang
diselenggarakan oleh swasta dan masyarakat sendiri pada umumnya.
Pelaksanaan pembangunan infrastruktur tersebut, pemerintah tidak bisa membangun
sendiri atau membiayai sendiri melalui dana APBN atau APBD dan pinjaman/asing.
Pemerintah harus melibatkan pelaku usaha jasa konstruksi, apakah dalam bentuk investasi
atau yang dibiayai oleh pemerintah dengan anggaran pendapatan belanjanya. Jasa konstruki
yaitu: a. jasa perencanaan untuk pekerjaan konstruksi; b. jasa pelaksana untuk untuk
pekerjaan konstruksi; dan c. jasa pengawasan untuk pekerjaan konstruksi. Jasa perencana dan
jasa pengawasan tersebut disebut jasa konsultansi1.
1Ketentuan Pasal 1 Angka 16 Perpres 54/2010 menyebutkan, bahwa jasa konsultansi adalah jasa layanan
professional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah
pikir (brainware),
bidang ekonomi, sosial, dan budaya untuk mewujukan masyarakat adil dan makmur yang
merata material dan spitiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Selain
berperan mendukung berbagai bidang pembangunan infrastruktur, jasa konstruksi berperan
pula untuk mendukung tumbuh dan berkembangnya berbagai industri barang dan jasa,
memberi lapangan pekerjaan bagi tenaga ahli, tenaga trampil, pekerja dan masyarakat yang
diperlukan dalam penyelenggaraan pekerjaan konstruksi 2. Indutri barang dan jasa pendukung
jasa kontruksi tersebut misalnya industri pabrik semen, pabrik baja, pabrik kayu lapis, dan
lain sebagainya. Oleh karena itu pembangunan infrastuktur di Indonesia sangat pesat sekali.
Sejak Indonesia merdeka, dimulai sejak akhir tahun limapuluhan sampai awal tahun
enampuluhan ketika Presiden Soekarno mengkomando pembangunan di Indonesia. Di
antaranya pembangunan bendungan Karangkates-Jawa Timur, bendungan Jati Luhur-Jawa
Barat, bendungan Asahan-Sumatera Utara, Jembatan Semanggi, gelora Bung Karno, gedung
DPR/MPR, Monas, Masjid Istiqlal dan beberapa bangunan megah lainya saat itu, di
antaranya Hotel Indonesia, Hotel Samudera Beach, Wisma Nusantara dan masih banyak lagi.
Sejak awal tahun tujuh puluhan dicanangkanya Rencana Pembangunan Lima Tahun
yang dahulu dikenal dengan singkatan REPELITA oleh Presiden Suharto. Pembangunan
infrastruktur cukup pesat sekali baik yang dibiayai oleh pemerintah maupun swasta nasional,
juga dibarengi banyaknya perusahaan jasa konstruksi, kususnya jasa konsultansi yang
bergerak di bidang perencaan untuk pekerjaan konstruksi maupun non konstruksi oleh Badan
Usaha Milik Negara/BUMN atau swasta nasional/asing.
Sebelum lahirnya UU Jasa Konstruksi, pembangunan infrastruktur diatur oleh pasalpasal Kitab Undang Undang Hukum Perdata (Burgerlijk Wetboek) disingkat BW, Algemene
Voorwaaden Voor de Uitvoering bij Aanneming Van Openbare Werken 1941 atau disingkat
AV.41 yang sekarang di namakan Syarat-Syarat Umum untuk Pelaksanaan Pembangunan
Bangunan Umum yang Dilelangkan, atau disingkat SU.41, untuk pembangunan infrastruktur
pemerintah, proses pengadaanya dimulai melalui Keputusan Presiden Nomor 14A Tahun
1980 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapan dan Belanja Negara.
lainnya, serta Rencana Kerja dan Syarat (yang disingkat RKS), Rencana Analisa Biaya atau
RAB.
Jasa Konstruksi
(Layanan Jasa)
Pelaksanaan
Pek. Konstruksi
Perencanaan
Pek. Konstruksi
Pelaksana Konstruksi/
Pemborong/
Kontraktor/Anemer
Jasa Konsultansi
(Konsultan)
Konsultan Perencana
Konstruksi
Konstruksi
Pengawasan
Pek. Konstruksi
Konsultan
Pengawas
Pengawasan
Infrastruktur/
Bangunan
Arsitek
Sipil
Mekanikal
Elektrikal
Tata Lingkungan
di bawah permukaan tanah dan/atau air, serta di atas permukaan air, kecuali jalan kereta api,
jalan lori, dan jalan kabel.
Jasa konstruksi dalam menjalankan kegiatan pembangunan infrastruktur, ketiganya
terikat dengan perjanjian, yang tertuang dalam kontrak kerja konstruksi, karena kontrak kerja
konstruksi merupakan dokumen yang mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa
dengan penyedia jasa yang dapat menimbulkan hak dan kewajiban. Ketentuan Pasal 1 Angka
5 UU Jasa Konstruksi, kontrak kerja konstruksi merupakan keseluruhan dokumen yang
mengatur hubungan hukum antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam penyelenggaraan
pekerjaan konstruksi. Ketentuan Pasal 1 Angka 22 Perpres 54/2010, menyebutkan bahwa
perjanjian adalah perikatan disebut juga kontrak pengadaan jasa. Kontrak pengadaan
barang/jasa yang selanjutnya disebut kontrak adalah perjanjian tertulis antara pejabat
pembuat komitmen dengan penyedia barang/jasa atau pelaksana swakelola, yang
obyeknya/lingkup pekerjaan adalah pekerjaan konstruksi termasuk juga jasa konsultansi
untuk pekerjaan perencanaan proyek infrastruktur.
Konsultan perencana dan konsultan pengawas pada dasarnya adalah perusahan di
bidang jasa, yaitu jasa konsultansi atau usaha jasa konsultan. Pengertian jasa konsultansi
sesuai Ketentuan Pasal 1 Angka 16 Perpres 54 Tahun 2010, jasa konsultansi adalah jasa
layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang
mengutamakan adanya olah pikir (brainware). Dalam ketentuan tersebut mengatur pekerjaan
konstrusi dan pekerjaan non konstruksi. Sementara itu, usaha jasa konsultan adalah setiap
badan usaha yang melayani jasa konsultan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku
di Indoesia dan di negara di mana jasa konsultan tersebut dilaksanakan, serta menjalankan
usaha yang tidak bertentangan dengan etika dan tata laku profesi 4.
4Ketentuan BAB I Angka 2 Anggaran Dasar Ikatan Nasional Konsultan Indonesia, sesuai
perubahan ke sebelas dilakukan dalam Musyawarah Nasional Luar Biasa yang dilaksanakan
di Jakarta, dan disahkan pada Tanggal 16 Januari 2009.
5Ibid
6Ibid.
dan perlindungan, guna menunjang pembanguan nasional dan mampu bersaing di tingkat
global7, yang beranggotaan badan usaha jasa konsultan yang terdaftar.
Layanan jasa konstruksi untuk pekerjaan konstruksi sangat di minati oleh masyarakat.
Terbukti banyaknya masyarakat mendirikan badan usaha di bidang jasa konstruksi untuk
pekerjaan konstruksi, karena pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (disingkat APBN), Anggaran Pendapatan
dan Belanja Daerah (disingkat APBD), Bantuan Luar Negeri (disingkat BLN) atau pinjaman
asing dan atau swasta nasional/asing yang tersebar di seluruh Indonesia pada umumnya 8. Jasa
konsultansi merupakan pendukung dari terselenggarakanya pembanguan infrastruktur
tersebut.
Undang-Undang
pemerintah memerlukan perangkat hukum yang jelas. Dalam rangka perlindungan hukum
bagi pengguna jasa, penyedia jasa, dan masyarakat, maka diperlukan UU Jasa Konstruksi.
UU Jasa Kontruksi memberi perlindungan hukum kepada para pihak yang terlibat dalam jasa
konstruksi/pembangunan infrastruktur di Indonesia. Perangkat hukum tersebut di antaranya
adalah perjanjian atau perikatan atau kontrak yang dilakukan oleh para pihak yaitu pengguna
jasa dengan penyedia jasa. Hal ini agar dapat memberi kepastian hukum, rasa keadilan, dan
azas manfaat bagi pengguna jasa, penyedia jasa, maupun masyarakat, yang terlibat jasa
konstruksi di Indonesia.
Ketentuan Pasal 1 Angka 1 UU Jasa Konstruksi menjelaskan bahwa, jasa konstruksi
adalah layanan jasa konsultansi perencana pekerjaan konstruksi, layanan pekerjaan pelaksana
konstruksi, dan layanan jasa konsultansi pengawasan pekerjaaan konstruksi. Obyek hukum
sebagai lingkup pekerjaan dari jasa konsultansi diatur oleh Peraturan Pemerintah Nomor 4
Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2000 tentang
Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi (disingkat PP 4/2010) dan Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (disingkat Perpres
54/2010), Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2011 tentang Pembagian
Subklasifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi (disingkat Permen PU 08/2011).
Proses pengadaan jasa atau pelelangan/seleksi biasa disebut tender diatur oleh
Peraturan Pemerintah Nomor 59 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah
Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi (disingkat PP 29/2000),
sedangkan Pengadaan jasa konstruksi oleh pemerintah/yang di biayai dengan dana APBN,
APBD, BLN yang ada unsur dana APBN atau APBD berlaku ketentuan dari PP 29/2000 dan
Perpres 54/2010 dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor: 07/PRT/M/2011 tentang
Standar dan Pedoman Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi (disingkat Permen PU
07/2011).
Ditinjau dari aspek yuridis, dasar hukum perjanjian adalah pasal-pasal dalam Buku III
BW tentang perjanjian/perikatan, serta pasal-pasal BW tentang pemborongan, UU Jasa
Konstruksi beserta Peraturan Pemerintah (disingkat PP) nya, dan Perpres 54/2010. Untuk
syarat-syarat sahnya perjanjian berpedoman pada Ketentuan Pasal 1320 BW, yakni
diperlukan empat syarat yaitu: a) sepakat mereka yang mengikatkan dirinya; b) kecakapan
untuk membuat suatu perikatan; c) suatu hal tertentu; dan d) suatu sebab yang halal.
Aspek yuridis jasa konstruksi, syarat sahnya tidak hanya berpedoman 1320 BW, tetapi
harus berpedoman ketentuan UU Jasa Konstruksi, khususnya Pasal 8. Ketentuan Pasal 17
ayat 5 UU Jasa Konstruksi tentang pengikatan para pihak, menyebutkan pemilihan penyedia
jasa hanya boleh di ikuti penyedia jasa yang memenuhi persyaratan. Hal tersebut
sebagaimana di maksud Pasal (8) dan Pasal (9), Pasal 8 dan Pasal 9 yang merupakan
persyaratan usaha yang harus di penuhi terkait syarat sahnya melakukan perikatan dalam
kontrak kerja konstruksi, yang berkaitan dengan keahlian dan ketrampilan.
Ketentuan Pasal 8 UU Jasa Konstruksi menjelaskan bahwa perencana konstruksi
pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan usaha harus: a)
memenuhi ketentuan perizinan usaha dibidang jasa konstruksi; b) memiliki sertifikat
klasifikasi dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi. Pasal 9 UU Jasa Konstruksi mengatur
orang perseorangan yang terlibat dalam penyelenggaraan jasa kontruksi.yang unsur nya
sebagai berikut:
a. memiliki Ijin Usaha Jasa Konstruksi;
b. memiliki sertifikat badan usaha (SBU) yang telah klasikasi sub layanan jasa dan
tingkatan kemampuan/gred;
c. tenaga ahli yang dipekerjan oleh badan usaha harus memiliki sertifikat keahlian.
Implementasi dari syarat sahnya kontrak kerja konstruksi yang terkait dengan Pasal 9
UU Jasa Konstruksi diatur Ketentuan Pasal 15, Pasal 16, dan Pasal 17 dari PP 28/2000 dan
Ketentuan Pasal 20 ayat (1) PP 29/2000 kontrak kerja konstruksi pada dasarnya dibuat secara
terpisah sesuai tahapan dalam pekerjaan konstruksi yang terdiri atas: 1. kontrak kerja
konstruksi untuk pekerjaan perencanaan; 2. kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan
pelaksanaan; 3. kontrak kerja konstruksi untuk pekerjaan pengawasan.
Penjelasan ketentuan Pasal 20 ayat (1) PP 29/2000 kontrak kerja konstruksi harus
dituangkan dalam dokumen tertulis yang terpisah pada masing-masing penyedia jasa, yaitu
perencana konstruksi, pelaksana konstruksi dan pengawas konstruksi.
Pengadaan jasa konstruksi untuk perencanaan konstruksi oleh pemerintah yang di
biayai dengan dana APBN,APBD,BLN atau yang ada unsur APBN atau APBD berlaku
ketentuan Perpres 54/2010 beserta perubahanya, Peraturan Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah disingkat Perlem LKPP yang terkait pengadaan jasa pekerjaan
konstruksi dan jasa konsultansi, Permen PU 07/2011, Permen PU 08/2011. Pada prinsipnya
perundangan tersebut mengatur pengadaan barang/jasa, termsuk juga jasa untuk pekerjaan
konstruksi yang dimulai proses pengadaan, pelaksanaan kegiatan, dan penerimaan.
Ditinjau dari aspek sosiologis kontrak kerja konstruksi, dapat menimbulkan sengketa,
yakni sengketa tata usaha negara, sengketa perdata, sengketa persaingan usaha tidak sehat,
dan sengketa pidana/kusus. UU Jasa Konstruksi mengaturnya. Sengketa yang dapat
menimbulkan tanggung gugat dan tanggung jawab. Sengketa tersebut timbul pada saat: a)
proses pengadaan/selesksi; b) pada saat melaksanakan kegiatan (kontrak sedang
berlangsung); c) sepuluh tahun setelah dihitung sejak diserah terima pekerjaan yang
kedua/FHO (final hand over). Sengketa tersebut timbul disebabkan antara lain: a) diakibatkan
oleh memalsu dokumen; b) kegagalan bangunan; c) kegagalan pelaksanaan konstruksi; d)
wanprestasi, e) prestasi pisik belum mencapai 100% dinyatakan 100%; f) putus kontrak kerja
konstruksi; g) unsur perbuatan melanggar hukum lain nya yang ada kaitanya dengan kontrak
kerja konstruksi; dan h) adanya unsur kerugian negara. Sengketa kontrak kerja konstruksi
terjadi antara: 1. penguna jasa dengan penyedia jasa; 2. penyedia jasa dengan sesama
penyedia jasa; 3. pengguna jasa dan penyedia jasa dengan masyarakat.
Sengketa tersebut sengketa perdata; sengketa tata usaha negara; sengketa terkait dengan
persaingan usaha; dan sengketa pidana.
Beberapa contoh kasus sengketa jasa konstruksi akibat kegagalan pelaksanaan
konstruksi, kegagalan bangunan, perbuatan melanggar hukum, diantaranya:
1) Tahun 2008 runtuh nya jembatan plengkung tiga sendi panjang bentang 24 meter di
Kecamatan Sukolilo-Surabaya pada saat pelaksanaan pekerjaan konstruksi sedang
berlangsung, sengketa pidana di persidangan Pengadilan Negeri Surabaya Nomor Register
1802/Pid.B/2009/PN.Sby;
2) Sengketa kontrak kerja konstruksi kasus putus kontrak gugatan melalui BANI, pemohon
dari jasa konsultansi.
3) Sengketa tata usaha negara, gugatan diajukan oleh warga akibat penyelenggaraan
pembangunan Rumah Sakit Akademik Universitas Brawijaya (RSAUB) Malang sesuai
putusan PTTUN berdasarkan putusan Nomor 161/B/2010/PT.TUN.SBY jo Nomor
15/G/2010/PTUN.SBY,
mencabut
IMB
pembangunan
RSUB
No.
Balai Kelurahan Kedung Baruk Kecamatan Rungkut Kota Surabaya Roboh, sengketa
pidana di persidangan PN Surabaya Nomor Register Perkara: 3433/Pid.B/2010/PN.Sby;
5) Sengketa putus kontrak paket proyek jalan di Kecamatan Hadiwarno Kabupaten Pacitan
antara satuan kerja Balai Besar Pelaksaan Jalan dan Jembatan Wilayah V Kementerian
Pekerjaan Umum dengan pelaksana kontruksi/pemborong, akibat pemborong tidak
menyelesaikan pekerjaan, sengketa perdata di persidangan Pengadilan Negeri Jakarta
Selatan Nomor Register Perkara:172/Pdt.G/2012/PN.JKT.Sel.
9 http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/view/378532/
6) Sengketa tata usaha negara, putus kontrak jasa konstruksi putusan Nomor Register
04/G/2011/PTUN.SBY.
7) Tahun 2011 runtuhnya bangunan atas jembatan Mahakam II Kutai KertanegaraKalimantan Timur (proses pemeriksaan di Polda Kaltim);
Beberapa kasus paket proyek sejak diserah terimakan pekerjaan yang kedua/FHO
hasil temuan Badan Pemeriksa Keuangan disingkat BPK dan/atau BPKP yang menimbulkan
kerugian negara. Berita dari media Jawa Pos Baru Dua Bulan Selesai, Tanggul Rp 4,2 milyar
Hancur terjadi sejak diserah terimakan pekerjaan yang kedua/FHO, jelas ada kerugian
negara. Dari uraian tersebut dapat menimbulkan sengketa hukum yang terkait dengan
perjanjian/kontrak kerja konstruksi, yang timbul dari perjanjian. Kasus tersebut melibatkan
jasa konsultansi untuk pekerjaan perencanaan, pelaksana pekerjaan untuk pemborongan, jasa
konsultansi untuk pekerjaan pengawasan10.
Penyelesaian sengketa jasa konstruksi dapat ditempuh melalui pengadilan atau di luar
pengadilan berdasarkan pilihan secara suka rela dari para pihak yang bersengketa.
Penyelesaian sengketa di luar pengadilan tidak berlaku untuk tindak pidana bagi
penyelenggaraan pekerjaan konstruksi. Jika dipilih upaya penyelesaian sengketa di luar
pengadilan, cara penyelesaian di luar pengadilan diatur oleh Undang-Undang Nomor 30
Tahun 1999 tentang Arbitrase dan Alternatif Penyelesaian Sengketa (disingkat UU Arbitrase).
Sedangkan sengketa melalui pengadilan hanya dapat ditempuh, apabila upaya tersebut
dinyatakan tidak berhasil oleh salah satu atau para pihak yang bersengketa. Pilihan sengketa
yang timbul akibat persaingan usaha dapat ditempuh melalui Komisi Pengawas Persaingan
Usaha (disingkat KPPU); sesuiai Ketentuan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang
Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (disingkat UU Persaingan
Usaha).
10Jawa Pos, Baru Dua Bulan Selesai Tanggul Rp. 4.2 Milyar hancur, Kamis tanggal 10
Januari 2012