Anda di halaman 1dari 4

C.

PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)


Pada mulanya kegiatan IPA masih terbatas pada pengamatan dan pencatatan
terhadap gejala- gejala alam. Kemudian di deskripsikan berlangsungnya gejalagejala alam tersebut , tetapi masih bersifat kualitatif . dengan kata lain ipa masih
bersifat deskriptif dan kualitatif .
Sejalan dengan perkembangan maka kegiatan IPA lebih bersifat simulatif dan
kuantitatif . sehingga lebih menekati kebenaran.Dari hasil eksperimen ini kemudian
diperoleh pengetahuan yang baru. Setelah manusia mempu memadukan
kemampuan penalaran dengan eksperimen ini lahirlah IPA (Ilmu Pengetahuan Alam)
sebagai suatu ilmu yang mantap.. Kemudia, berusaha untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan berlangsungnya gejala-gelaja alam tersebut, tetapi masih bersifat
kualitatif. Pada tahap berikutnya, sejalan dengan perkembangan sistematika, maka
kegiatan IPA lebih bersifat simulative dan kuantitatif.
Berikut ini akan di bahas perkembangan IPA dari tahap deskriptif dan kualitatif
menuju ke tahap simulative dan kuantitatif.
1. Tahap Deskriptif dan kualitatif
Pengertian Deskriptif adalah salah satu kaedah upaya pengolahan data
menjadi sesuatu yang dapat diutarakan secara jelas dan tepat dengan tujuan
agar dapat di mengerti oleh orang yang tidak langsung mengalaminya
sendiri. Dalam keilmuan, deskripsi diperlukan agar peneliti tidak melupakan
pengalamannya agar pengalaman tersebut dapat di bandingkan dengan
pengalaman peneliti lain, sehingga mudah untuk dilakukan pemeriksaan dan
control terhadap deskripsi tersebut.
Pengertian kualitatif adalah suatu pendekatan yang juga di sebut
pendekatan investigasi karena biasanya peneliti mengumpulkan data dengan
cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat
penelitian.
Kegiatan IPA dimulai dengan observasi dan pencatatan gejala-gejala
alam yang di amati. Kebutuhan untuk menyerdahanakan dengan proses
klasifikasi dan sistematisasi sehingga diperoleh prinsip-prinsip yang lebih
mendasar dan bersifat umum.
Klasifikasi adalah proses untuk mengubah data yang terpisah menjadi data
yang fungsional. Klasifikasi ini menyatakan kedudukan objek tertentu dalam
sebuan kelasTahap Simulatif dan Kualitatif
Pengertian kualitatif adalah data yang berbentuk kata-kata atau yang berwujud
pernyataan-pernyataan verbal, bukan dalambentuk angka. Data kualitatif diperoleh
melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis
dokumen, diskusi terfokus,atau observasi yang telah dituangkan dalam catatan
lapangan (transkrip).Bentuk lain data kualitatif adalah gambar yang diperoleh
melalui pemotretan atau rekaman video. Suatu contoh, misalkan pada tahap

kualitatif kita telah menemukan prinsip bahwa semua logam. Suatu contoh,
misalkan pada tahap kualitatif kita telah menemukan prinsip bahwa semua logam
jika di panaskan akan bertambah panjang. Untuk memperoleh pengukuran yang
seksama perlu di lakukan proses simulasi, yaitu dengan menirukan atau mengulangi
peristiwa alam dengan jalan melakukan percobaan-percobaan. Pada contoh di atas,
setelah di lakukan percobaan dari beberapa logam diperoleh hubungan sebagai
berikut:
Lt = Lo (1 + t)
Keterangan:
Lt = panjang logam pada suhu t
Lo= panjang logam pada t0
= koefisien muai panjang yaitu pertambahan panjang setiap satuan panjang
logam setiap derajat kenaikan suku, setiap logam mempunyai koefisien panjang
tertentu
t = kenaikan suhu.
Contoh lain mengenai keberhasilan metode kuantitatif ini adalah penemuan hukum
ketetapan

massa

oleh

Antonie

Laurent

Lavoiser

(1743-1794).

Hokum

ini

menyatakan bahwa massa zat sebelum dan sesudah reaksi senantiasa sama.
Metode kuantitatif berkembang sebagai akibat penggunaan matematika dalam ilmu
pengetahuan alam. Sifat kuantitatif ini dapat meningkatkan daya control dan daya
ramal dari ilmu serta dapat memberikan jawaban yang lebih eksak. Dengan kata
lain, pengetahuan yang di peroleh melalui metode kuantitatif menjadi lebih dapat di
andalkan.

2. Ilmu Pengetahuan Alam Bersifat Dinamis


Telah

dikemukakan

bahwa

kegiatan

ilmu

pengetahuan

alam

berawal

dari

pengamatan dan pencatatan, baik terhadap gejala-gejala alam pada umumnya


maupun dalam percobaan-percobaan yang di lakukan laboratorium. Dari hasil
pengamatan atau observasi, manusia berusaha untuk merumuskan konsep-konsep,
prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori.

Jadi, proses IPA yang di names ini karena proses IPA menggunakan metode
keilmuan, di mana peranan teori dan eksperimen saling melengkapi dan saling
memperkuat, sebagai contoh, dengan menggunakan teori optic memungkinkan di
buatnya alat-alat optik dengan prestasi yang tinggi dan dengan kemampuan yang
lebih

besar,

selanjutnya

dengan

alat-alat

yang

berkemampuan

besar

ini

memungkinkan diberbaharuinya teori yang telah ada.


Namun demikian, manakan yang lebih dipentingkan untuk di dahulukan? Teori atau
eksperimen? IPA modern lebih menekankan teori yang mendahului eksperimen,
sebagai contoh teori relativitas Rinstein (1905) yang menyatakan hubungan
kesetaraan antara massa dengan energy, disusun lebih dahulu baru kemudian di
ciptakan eksperimen, sehingga ditemukan tenaga nuklir.
Ciri IPA modern yang lain adalah bahwa hukum sebab akibat yan memberikan
kepastian mutlak, bersifat determinasi ditinggalkan, diganti dengan pendekatan
statistika yang memberikan sifat probabilities. Keuntungan dari IPA yang dinamis ini
adalah perkembangan IPA yang sangat pesat sehingga dalam jangka waktu 10-15
tahun, pengetahuan IPA telah menjadi dua kali lipat. Kemajuan IPA ini mendukung
perkembangan teknologi yang pada gilirannya dapat menaikkan kesejahteraan
umat manusia.
Beberapa penemuan yang dapat merugikan, misalnya senjata nuklir, senjata
kimiawi, dan senjata biologi, yang selain dapat menghancurkan peradaban manusia
juga menyebabkan timbulnya pencemaran udara, air, dan tanah yang dapat
mengganggu keseimbangan dan keserasian lingkuan hidup.
Pada dasarnya, hasil-hasil IPA memang bersifat netral, tetapi pemanfaatannya yang
tidak terarah dan tidak terkendali oleh nilai-nilai kemanusiaan akan menjadi sangan
berbahaya. Jadi, perkembangan IPA yang dinamis ini disamping banyak memberikan
keuntungan juga membawa risiko. Agar risiko yang mungkin terjadi sekecil-kecilnya,
maka arah perkembangan IPA dan pemanfaatan hasil IPA harus dilandasi oleh nilainilai kemanusiaan yang luhur.

Awal IPA dimulai pada saat manusia memperlihatkan gejala-gejala alam,


mencatatnya kemudian mempelajari. Pengetahuan yang diperoleh mula-mula terbatas
pada hasil pengamatan terhadap gejala alam yang ada. Kemudian makin bertambah
dengan pengetahuan yang diperoleh dari hasil pemikirannya. Dengan peningkatan daya
pikirnya, manusia akhirnya dapat melakukan eksperimen maka lahirlah IPA sebagai ilmu
yang mantap. Pengetahuan yang terkumpul sejak zaman kuno sampai pertengahan sudah

banyak tetapi belum tersusun secara sistematis dan belum dianalisis menurut jalan pikiran
tertentu. Kesimpulan yang didapat, biasanya masih diwarnai oleh cara berpikir ahli
filsafat, agama, atau mistik. Setelah ditemukannya alat-alat yang makin sempurna maka
dikembangkanlah metode eksperimen. Setelah dikembangkannya metode eksperimen ini
pengetahuan berkembang dengan pesat.

Perkembangan ilmu pengetahuan dimulai tanpa pembedaan. Dilanjutkan menjadi


IPA, IPS dan Budaya. Perkembangan yang semakin pesat menyebabkan IPA
diklasifikasikan menjadi berbagai disiplin ilmu, dilanjutkan dengan sub-disiplin ilmu dan
diteruskam menjadi bagian yang sangat fokus. Sejalan dengan itu juga muncul ilmu
multidisiplin baru sebagai lanjutan dari munculnya fenomena baru yang tidak mungkin
ditelaah hanya dari satu disiplin ilmu saja.

Anda mungkin juga menyukai