Anda di halaman 1dari 37

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, segala aktifitas manusia biasanya menghasilkan
limbah. Mulai dari kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci, dll sampai
kegiatan industri maupun pertambangan semuanya menghasilkan limbah.
Limbah yang dihasilkan dapat berupa padat, cair maupun gas. Limbah padat
biasa dikategorikan sebagai limbah padat b3 dan sampah. Sampah merupakan
limbah padat yang paling banyak dihasilkan setiap hari. Banyaknya sampah
yang dihasilkan tiap hari persatuan volum biasa disebut dengan timbulan
sampah.
Sampah jika dibiarkan dapat mencemari lingkungan. Selain itu banyaknya
sampah pada badan air dapat mencemari badan air dan menurunkan kulitasnya
dan mempengaruhi mahluk hidup lainnya yang ada di air. Banjir juga dapat
disebabkan oleh sampah yang menyumbat saluran drainase. Banyak lagi akibat
dari tidak terkelolanya sampah di perkotaan khususnya.
Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk bertambah pula timbulan
sampah yang dihasilkan setiap hari. Pertambahan timbulan sampah yang
dihasilakan dari tahun ke tahun sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan jumlah
penduduk. Oleh karena itu, diperlukan pengelolaan sampah yang dibuat
berdasarkan prediksi pertumbuhan jumlah penduduk sehingga pengelolaan
sampah dapat mengatasi permasalahan sampah dari mulai sumber sampai ke
Tempat Pemrosesan Akhir (TPA). Untuk itulah tugas ini dibuat dengan tujuan
mengelola sampah kota dengan prediksi timbulan sampah 20 tahun.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan dari penyusunan

laporan

Perencanaan

Pengelolaan Sampah Kota Sukamaju ini adalah untuk:

Teknis

Operasional

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

1. Mengetahui jumlah timbulan sampah Kota Sukamaju pada kurun waktu 20


tahun mendatang.
2. Merencanakan
pengembangan
sistempengelolaan

sampah

aspekteknik

Kota

operasional

Sukamajudalam

rentang

pada
waktu

perencanaan20 tahun.
3. Syarat untuk kelulusan mata kuliah pengelolaan persampahan dan limbah.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2.1 Sistem Pengelolaan Sampah Secara Umum


Berdasarkan SK SNI tahun 1990, sampah adalah limbah yang bersifat padat
terdiri dari zat organik dan zat anorganik yang dianggap tidak bergunalagi dan
harus dikelola agar tidak membahayakan lingkungan dan melindungiinvestasi
pembangunan. Sampah adalah sisa-sisa bahan yang mengalami perlakuanperlakuan, baik karena telah sudah diambil bagian utamanya, atau karena
pengolahan, atau karena sudah tidak adamanfaatnya yang ditinjau dari segi
sosial ekonomis tidak ada harganya dandari segi lingkungan dapat menyebabkan
pencemaran atau gangguan terhadaplingkungan hidup (Hadiwiyoto, 1983).
Pengelolaan sampah adalah semua kegiatan yang dilakukan dalammenangani
sampah sejak ditimbulkan sampai dengan pembuangan akhir.Secara umum
pengelolaan sampah di perkotaan dilakukan melalui 4 tahapan kegiatan, yakni:
pewadahan, pengumpulan&pengangkutan, pengolahan sampah (berbasis 3R)
dan pemrosesan akhir.
2.2 Aspek Teknis Operasional Pengelolaan Sampah
Aspek teknis operasional merupakan salah satu upaya dalam mengontrol
pertumbuhan sampah. Aspek teknis operasional pengelolaan sampah merupakan
salah satu dari kelima aspek dari sistem pengelolaan sampah. Menurut Hartoyo
(1998:6), perencanaan sistem persampahan memerlukan suatu pola standar
spesifikasi sebagai landasan yang jelas. Spesifikasi yang digunakan adalah
Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor 19-2454-2002 tentang

Tata Cara

Pengelolaan Sampah di permukiman. Teknik operasional pengelolaan sampah


bersifat

intergral

dan

terpadu

secara

berantai

dengan

urutan

yang

berkesinambungan yaitu: penampungan/pewadahan, pengumpulan, pemindahan,


pengangkutan, pembuangan/pengolahan.
2.2.1 Penampungan
Penampungan merupakan proses awal dalam penanganan sampah yang
terkait langsung dengan sumber sampah. Tujuan dari pengumpulan adalah
menghindari agar sampah tidak berserakan sehingga tidak mengganggu
lingkungan. Pada tahap ini sampah di sumber dikumpulkan pada suatu wadah di
rumah ataupun industri. Faktor yang paling mempengaruhi efektifitas tingkat

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

pelayanan adalah kapasitas peralatan, pola penampungan, jenis dan sifat bahan
dan lokasi penampungan (SNI 19-2454-2002).
2.2.2 Pengumpulan
Pengumpulan sampah adalah cara proses pengambilan sampah mulai dari
tempat penampungan sampah sampai ke tempat pembuangan sementara. Pola
pengumpulan sampah pada dasarnya dikelompokkan menjadi 2 yaitu pola
individual dan pola komunal. Kedua pola tersebut dibedakan berdasarkan
banyaknya sumber (SNI 19-2454-2002), yaitu:
a. Pola Individual yaitu proses pengumpulan sampah dimulai dari sumber
sampahkemudian diangkut ke tempat pembuangan sementara/ TPS
sebelumdibuang ke TPA.

Sumber

Pengumpu
l

Pengangk
ut

TPA

.Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung


(Sumber: SNI 19-2454-2002)
b. Pola Komunal yaitu pengumpulan sampah dilakukan oleh penghasil sampah ke
tempat penampungan sampah komunal yang telah disediakan / ke truk
sampah yang menangani titik pengumpulan kemudian diangkut ke TPA
tanpa proses pemindahan.

Sumber

Wadah

Pengangk
ut

TPA

Pola Pengumpulan Sampah Individual Tak Langsung


(Sumber: SNI 19-2454-2002)
2.2.3 Pemindahan
Proses selanjutnya adalah pemindahan sampah. Pemindahan sampah adalah
proses memindahkan sampah hasil pengumpulan ke dalam alat pengangkutan
untuk dibawa ke tempat pembuangan akhir. Tempat yang digunakan untuk
pemindahan sampah adalah depo pemindahan sampah yang dilengkapi dengan
container pengangkut dan atau ram dan atau kantor, bengkel (SNI 19-2454-

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2002). Pemindahan sampah yang telah terpilah dari sumbernya diusahakan


jangan sampai sampah tersebut bercampur kembali (Widyatmoko dan Sintorini
Moerdjoko, 2002:29).
2.2.4 Pengangkutan
Pengangkutan adalah kegiatan pengangkutan sampah yang telah dikumpulkan di tempat
penampungan sementara atau dari tempat sumber sampah ke tempat pembuangan akhir.
Berhasil tidaknya penanganan sampah juga tergantung pada sistem pengangkutan yang
diterapkan. Pengangkutan sampah yang ideal adalah dengan truck container tertentu yang
dilengkapi alat pengepres, sehingga sampah dapat dipadatkan 2-4 kali lipat (Widyatmoko
dan Sintorini Moerdjoko, 2002:29). Tujuan pengangkutan sampah adalah
menjauhkan sampah dari perkotaan ke tempat pembuangan akhir yang biasanya
jauh dari kawasan perkotaan dan permukiman.
2.2.5 Pembuangan Akhir
Pembuangan akhir merupakan tempat yang disediakan untuk membuang
sampah dari semua hasil pengangkutan sampah untuk diolah lebih lanjut. Prinsip
pembuang akhir sampah adalah memusnahkan sampah domestik di suatu lokasi
pembuangan akhir. Jadi tempat pembuangan akhir merupakan tempat
pengolahan sampah. Menurut SNI 19-2454-2002 tentang Teknik Operasional
Pengelaan Sampah Perkotaan, secara umum teknologi pengolahan sampah
dibedakan menjadi 3 metode, yaitu:
a. Metode Open Dumping
Merupakan sistem pengolahan sampah dengan hanya membuang/menimbun
sampah disuatu tempat tanpa ada perlakuan khusus/pengolahan sehingga
sistem ini sering menimbulkan gangguan pencemaran lingkungan.
b. Metode Controlled Landfill (Penimbunan terkendali)
Controlled Landfill adalah sistem open dumping yang diperbaiki yang
merupakan sistem pengalihan open dumping dan sanitary landfill yaitu
dengan penutupan sampah dengan lapisan tanah dilakukan setelah TPA penuh
yang didapatkan atau setelah mencapai periode tertentu.
c. Metode Sanitary Landfill (Lahan Urug Saniter)
Sistem pembuangan akhir sampah yang dilakukan dengan cara sampah
ditimbun dan didapatkan, kemudian ditutup dengan tanah sebagai lapisan
penutup.

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

BAB III
PERENCANAAN SISTEM PENGELOLAAN
PERSAMPAHAN
3.1.

Data Jumlah Penduduk

Pengelolaan sampah yang direncanakan berada di Kota Sukamaju dengan tingkat


pelayanan awal pada tahun 2015 sebesar 50%. Diketahui data jumlah penduduk 5
tahun terakhir pada Tabel 1. Sumber sampah berasal dari macam-macam aktivitas

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

sehingga timbulan sampah yang dihasilkan pun akan berbeda-beda (Tabel 2).
Selanjutnya berdasarkan hasil penelitian, komposisi sampah dapat dilihat pada Tabel
3.
a. Data jumlah penduduk 5 tahun teakhir (Tabel 1).
Tabel 1. Data Jumlah Penduduk 5 Tahun Terakhir
Tahun
2010
2011
2012
2013
2014

Penduduk
(Jiwa)
231912
239675
247434
255332
263319

b. Proyeksi penduduk 20 tahun.


c. Jumlah kepala keluarga (KK)
:
Data penduduk diatas nantinya akan diolah untuk mendapatkan
jumlah penduduk ditahun perencanaan. Penentuan jumlah penduduk ditahun
perencanaan dilakukan dengan memproyeksi menggunakan 3 metode, yaitu
aritmatik, geometrik dan geomterik bunga-berbunga. Dengan ketiga metode
tersebut, dipilih standar deviasi terkecil untuk menentukan metode yang
digunakan. Setelah dibandingkan ketiga metode tersebut, diperoleh bahwa
metode Aritmatika memiliki standar deviasi terkecil.
Setelah diperoleh jumlah penduduk, lakukan prediksi jumlah kepala
keluarga dengan asumsi 1 kepala keluarga terdiri dari 4 jiwa. Dibawah ini
adalah hasil prediksi jumlah kepala keluarga dalam bentuk tabel:
Tabel 2. Jumlah Kepala Keluarga
ahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026

Jumlah Kepala Keluarga (jiwa)


54234
55805
57375
58945
60516
62086
63656
65227
66797
68367
69938
71508

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

73078
74649
76219
77789
79360
80930
82500
84071
85641

d. Jumlah jiwa per KK


e. Laju timbulan sampah
f. Jumlah permukiman : non permukiman

: 5 Jiwa.
: 2 L/Jiwa/hari.
: 70% : 30%

3.2 Perencanaan Pengelolaan Sampah


Untuk merenanakan pengelolaan sampah sampai tahun perencanaan 2035
diperlukan beberapa asumsi. Asumsi-asumsi yang digunakan adalah sebagai berikut :
Tingkat pelayanan eksisting
: 50%
Tingkat pelayanan pengumpulan
: 98%
Tingkat pelayanan pengangkutan
: 95%
Rasio 3R di sumber
: 5%
Rasio 3R di TPS
: 10%
3.2.1 Kriteria Pewadahan Sampah
Dalam perencanaan pengelolaan sampah, diasumsikan dalam satu kepala
keluarga beranggotakan 4 orang. Berikut adalah rincian perhitungan kependudukan:
penduduk ( jiwa)
Penduduk (/KK) =
4 jiwa/kk
Setelah mendapatkan data penduduk (/KK) yang menandakan jumlah rumah dalam
satu kecamatan di kota tersebut dapat dilakukan penghitungan kapasitas wadah di
tiap sumber, dengan rumus:
Timbulan sampa h(l h ari)
x frekuensi pengumpulan ( h ari )
Kapasitas (L/KK) =
penduduk ( kk )
Kapasitas di sumber dengan asumsi pengambilan sampah dilakukan 2 hari
sekali. Untuk Jumlah wadah yang dibutuhkan, jika diasumsikan pewadahan untuk
daerah domestik:
1. Kapasitas 40 liter
2. Kapasitas 100 liter

= 60%
= 20%

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

3. Kapasitas 250 liter

= 20%

Kapasitas pewadahan sampah untuk non domestik


1. Kapasitas 100 liter
2. Kapasitas 250 liter
3. Kapasitas 500 liter

= 75%
= 20%
= 5%

3.2.2 Pola Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah


Pola pengumpulan dan pengangkutan sampah yang digunakan pada kota Sukamaju
adalah :
1. Pola Individual Langsung
Jenis kendaraan yang digunakan adalah dumptruck kapasitas 6 m3, dengan
ritasi 2 rit/hari
2. Pola individual tidak langsung
Jenis kendaraan yang digunakan adalah gerobak motor kapasitas 1 m3,
dengan ritasi 3 rit/hari dan dumptruck kapasitas 6 m3, dengan ritasi 3 rit/hari

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Gambar 1. Pola Pengumpulan dan Pengangkutan Sampah

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

3.2.3 Densitas Sampah

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Data densitas sampah penting untuk menentukan jenis peralatan pengumpul


dan peralatan pemindahan. Selain itu, digunakan juga untuk merencanakan sistem
pembuangan akhir sebab rendahnya densitas sampah. Berikut adalah asumsi-asumsi
densitas di beberapa tempat sampai tahun perencanaan 2035 :
Densitas wadah di sumber : 150 kg/m3
Densitas sampah di gerobak : 250 kg/m3
Densitas sampah di truck
: 300 kg/m3
Densitas dilahan TPA
: 600 kg/m3
3.2.4 Peralatan Pengumpulan dan Pengangkutan
Peralatan pengumpulan dan pengangkutan untuk memenuhi kebutuhan perencanaan
pengelolaan sampah sampe tahun perencanaan 2035 :
Tabel 3. Peralatan pengumpulan dan pengangkutan
Gerobak

Dump

Umur

Komponen
Pekerja (Orang)
Garu
Sekop
Sapu lidi
Pakaian Kerja
Kaos Tangan

Motor
2
1
1
1
2/pekerja

Truck
4
2
2
2
2/pekerja

Pakai
2 tahun
2 tahun
6 bulan
3 tahun

(pasang)
Sepatu Kerja

2/pekerja

2/pekerja

2 bulan

(pasang)
Masker

1/pekerja
3/pekerja

1/pekerja
3/pekerja

3 tahun
2 bulan

BAB IV
PERHITUNGAN
4.1. Perhitungan Proyeksi Penduduk
a. Metode Aritmatika

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Pada metode ini, laju pertumbuhan diasumsikan konstan dan memiliki rumus:
Pf =Pi+ Ka (tf ti)
Ka ( ratarata )=

Ka
( n1 )

Dimana:
Pf
: Jumlah penduduk pada tahun perencanaan
Pi
: Jumlah penduduk pada saat ini
tf
: Tahun perencanaan
ti
: Tahun pada saat ini
Ka
: Konstanta aritmatika
Tabel 4. Prediksi Penduduk dengan Metode Aritmatika
(PfPi)

(PfPi)^2

0
7876.562
5
32942.25
18292.56
25
0
59111.37
5

Tahu
n
2010

JML
Penduduk
231912

2011

239675

7763

2012

247434

7759

2013

255332

7898

2014

263319

7987

Jumlah Ka

31407

Jumlah

Ka Rata-rata

7851.7
5

SD

Ka

Pf
231912
239763.7
5
247615.5
255467.2
5
263319

89
181.5
135
0

121.564

b. Metode Geometrik
Metode dipergunakan jika pertumbuhan populasi bertambah secara
eksponensial (deret ukur) dan memiliki rumus:
ln Pf =ln Pi+ Kg ( tf ti )
1
( )
n

Kg ( ratarata )=( Kg1 Kg 2 Kgn )


Dimana:
Pf
: Jumlah penduduk pada tahun perencanaan
Pi
: Jumlah penduduk pada saat ini
tf
: Tahun perencanaan
ti
: Tahun pada saat ini
Kg
: Konstanta geometrik

Tabel 5. Prediksi Penduduk dengan Metode Geometrik


Tahu

Pi

lnPi

Kg

lnPf

Pf

(Pf-

(Pf-

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

n
2010
2011
2012
2013
2014

23191
2
23967
5
24743
4
25533
2
26331
9

12.354113
27
12.387039
12
12.418899
16
12.450319
94
12.481121
5
Jumlah Kg
Kg rata-rata

12.3541
13
12.3858
65
12.4176
17
12.4493
69
12.4811
22

0.0329258
5
0.0318600
41
0.0314207
79
0.0308015
66
0.1270082
36
0.0317520
59

Pi)

Pi)^2

-281

79053

-317

100458

-243

58843

Jumla
h

238354

SD

244.11

23191
2
23939
4
24711
7
25508
9
26331
9

c. Metode Bunga-Berbunga
Metode ini adalah bentuk dari metode pertumbuhan geometrik dengan
menggunakan rumus yang lebih dikenal dengan rumus bunga-berbunga:
Pf =Pi (1+r )n
1
( )
n

r ( ratarata )=(r 1 r 2 r n )

Dimana:
Pf
: Jumlah penduduk pada tahun perencanaan
Pi
: Jumlah penduduk pada saat ini
tf
: Tahun perencanaan
ti
: Tahun pada saat ini
r
: Angka pertumbuhan
n
: Perbedaan waktu (tf-ti)

Tabel 6. Prediksi Penduduk dengan Metode Bunga-Berbunga


Tahu
n

Pi

2010

231912

2011

239675

2012

247434

2013

255332

Pf

3.35
%
3.24
%
3.19

23191
2
23939
4
24711
7
25509

(PfPi)

(PfPi)^2

-281

79012

-317

100364

-242

58732

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2014

263319

r rata
rata

%
3.13
%
3.23
%

0
26331
9

Jumla
h

238108

SD

243.98
2

d. Metode Incremental Increase Method


Metode ini digunakan jika terdapat kenaikan pada angka pertumbuhan, namun
pertambahan tersebut tidak eksponensial. Rumus dari metode ini adalah :
Pf =Pi+ ( n . x )+(n . ( n+1 ) . y /2)
Dimana :
x
: angka pertumbuhan rata-rata
y
: angka pertambhanan pertumbuhan rata-rata
Pf
Pi

: jumlah penduduk pada tahun perencanaan


: jumlah penduduk pada saat ini
Tabel 9. Prediksi Penduduk dengan Metode Incremental Increase
Tahun

Pi(x)

2010

208850

2011

215841

6991

2012

222829

2013

2014

TOTAL
ratarata

(PfPi)

(Pf-Pi)^2

147

21609

364

132496

523

273529

670

448900

Pf(X)

6988

-3

229942

7113

125

237134

7192

79

20885
0
21598
8
22319
3
23046
5
23780
4

111459
6
222919.
2

2828
4

201

876534

7071

67

219133.5
Sd

234.05848
63

e. Perbandingan Metode
Untuk menentukan metode terpilih harus membandingkan keempat metode diatas dengan
nilai standar deviasi terdendah. Berikut adalah perbandingan metodenya :

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Tabel 10. Perbandingan Metode
Tahun

Jumlah
Penduduk

2010
2011
2012
2013
2014

0
1
2
3
4

208850
215841
222829
229942
237134

Aritmat
ik
231912
239764
247616
255467
263319

Metode
Geometr
Bungaik
berbunga
231912
231912
239394
239394
247117
247117
255089
255090
263319
263319

Increa
se
208850
215988
223193
230465
237804

Perbandingan Metode
300000
250000

Penduduk

200000

aritmatik
Geometrik

Penduduk 150000
100000

bunga-berbunga
Increase

50000
0
2005

2010

2015

Tahun

Gambar 2. Grafik Perbandingan Metode


f.

Metode Terpilih

Berdasarkan standar deviasi dari ke-4 metode, digunakan metode aritmatika. Metode
terpilih : aritmatika dengan proyeksi penduduk 20 tahun.
Tabel 10. Proyeksi Penduduk dengan Metode Terpilih
Tahun
2014
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022

Pendu
duk
263319
271171
279023
286874
294726
302578
310430
318281
326133

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Tahun
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

Pendu
duk
333985
341837
349688
357540
365392
373244
381095
388947
396799
404651
412502
420354
428206

Grafik Proyeksi Penduduk


450000
400000
350000
300000
250000
Jumlah Penduduk

Penduduk

200000
150000
100000
50000
0
2010201520202025203020352040
Tahun Perencanaan

Grafik 4.1 Jumlah Penduduk Terhadap Tahun Metode Bunga Berbunga


4.2 Timbulan Sampah
Prakiraan timbulan sampah baik untuk sekarang maupun di masa
mendatang merupakan dasar dari perencanaan, perancangan dan pengkajian
system pengelolaan persampahan. Prakiraan timbulan sampah merupakan
langkah awal yang biasa dilakukan dalam pengelolaan persampahan. Berikut
ini adalah tahapan prakiraan timbulan sampah dan pewadahan sampah:

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

4.2.1 Timbulan sampah


Jumlah timbulan sampah diperoleh dari:
Timbulan sampah= jumlah penduduk laju timbulan sampah
Laju timbulan sampah diasumsikan sebesar 2 L/jiwa/hari karena merupakan
kota sedang/kecil (sumber: SNI 19-3964-1994).
Tabel 13. Timbulan Sampah
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

Jumlah Penduduk
(jiwa)
271171
279023
286874
294726
302578
310430
318281
326133
333985
341837
349688
357540
365392
373244
381095
388947
396799
404651
412502
420354
428206

Timbulan Sampah
(L/hari)
542341,5
558045
573748,5
589452
605155,5
620859
636562,5
652266
667969,5
683673
699376,5
715080
730783,5
746487
762190,5
777894
793597,5
809301
825004,5
840708
856411,5

4.2.2 Total Timbulan Sampah Domestik dan Non Domestik


Total timbulan sampah domestik dan non domestik perlu diprediksikan agar
dapat mengetahui jumlah sampah yang dihasilkan per tahun perencanaan.
Timbulan sampah dapat diperoleh dari sampah domestik dan non-domestik. Ratio
timbulan sampah pada 20 tahun perencanaan diasumsikan sebesar 70% untuk
domestik dan 30% untuk non-domestik. Total timbulan sampah diperoleh dari:
100
sampah domestik=
timbulan sampah
ratio sampahdomestik
sampah nondomestik=ratio sampahnondomestik sampahdomestik

Tabel 14. Total Timbulan Sampah Domestik dan Non Domestik

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Total Timbulan (L/hari)


Domestik
Non-Domestik
542341,5
162702,5
558045
167413,5
573748,5
172124,6
589452
176835,6
605155,5
181546,7
620859
186257,7
636562,5
190968,8
652266
195679,8
667969,5
200390,9
683673
205101,9
699376,5
209813
715080
214524
730783,5
219235,1
746487
223946,1
762190,5
228657,2
777894
233368,2
793597,5
238079,3
809301
242790,3
825004,5
247501,4
840708
252212,4
856411,5
256923,5

Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

4.2.3 Timbulan Sampah per Kepala Keluarga (KK)


Sampah dari setiap kepala keluarga merupakan salah satu faktor pendukung
banyaknya timbulan sampah yang dihasilkan. Oleh karena itu sampah tersebut
perlu dihitung jumlahnya, dengan rumus:
Timbulan sampah
Sampah per KK =
Jumlah per KK
Jumlah per KK diperoleh dari:
Jumlah per KK =

Jumlah penduduk
banyaknya orang per KK

Banyaknya orang per KK diasumsikan sebanyak 5 jiwa per KK. Selain itu
juga perlu diperhitungkan jumlah sampah yang dikumpulkan dari hasil sampah
per kk dengan asumsi frekuensi pengumpulan selam 3 hari sekali. Pengumpulan
sampah (3 hari sekali) per KK diperoleh dari:
Pengumpulan sampah=s ampah per KK 3 hari
Tabel 15. Timbulan Sampah per KK

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Tahun

Timbulan
Sampah
(L//hari)

2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

542341,5
558045
573748,5
589452
605155,5
620859
636562,5
652266
667969,5
683673
699376,5
715080
730783,5
746487
762190,5
777894
793597,5
809301
825004,5
840708
856411,5

Jumlah
Kepala
Keluarga
(jiwa)
54234
55805
57375
58945
60516
62086
63656
65227
66797
68367
69938
71508
73078
74649
76219
77789
79360
80930

Timbulan
Sampah
per KK
(L/Hari)
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9
9

Pengumpula
n Sampah
setiap 3 hari
(L/hari)
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28
28

Setelah diperoleh jumlah timbulan sampah yang dihasilkan per KK, perlu
dilakukan pengecekan ulang total timbulan sampah yang dihasilkan. Pengecekan
timbulan sampah diperoleh dari:

Cek timbulan sampah=

banyaknya orang per KK x laju timbulan sampah x 3 ha ri

Hasil dari pengecekan timbulan sampah tidak akan berbeda jauh (sama) dengan
total timbulan sampah yang dihasilkan per KK.
4.2.4 Pewadahan Sampah
4.2.4.1 Kapasitas Wadah
Kapasitas wadah perlu dihitung agar dapat mengetahui jumlah dan
volume wadah yang akan digunakan untuk menampung sampah. Jumlah
kapasitas wadah diperoleh dari asumsi. Asumsi tersebut tidak boleh sembarang
dibuat, melainkan harus melihat dari hasil pengumpulan timbulan sampah yang

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

dihasilkan per KK. Minimal kapasitas wadah yang tersedia harus sama dengan
timbulan sampah yang dihasilkan per KK. Akan tetapi untuk mencegah
terjadinya sampah yang berserakan karena terlalu penuh, lebih baik kapasitas
wadah dibuat volumenya lebih besar dibandingkan dengan jumlah timbulan
sampah yang dihasilkan per KK. Sehingga sampah yang dikumpulkan tidak
berserakan dan dapat memuat lebih banyak sampah lagi.
Pada tugas perencanaan sampah ini, kapasitas sampah diasumsikan
sebesar 28 L disetiap tahun perencanaan. Karena timbulan sampah yang
dihasilkan per KK disetiap tahun perencanaan sebesar 28 L.
4.2.4.2 Wadah Domestik dan Non Domestik
Wadah sampah disediakan agar dapat menampung sampah baik dari
domestik maupun dari non-domestik. Oleh karena itu kapasitas yang disediakan
harus besar agar memuat banyak sampah. Untuk daerah domestik volume
kapasitas wadah yang ditentukan sebesar 40L, 100L dan 250L. Sedangkan
untuk daerah non domestik, volume kapasitas wadah yang ditentukan sebesar
100L, 250L dan 500L. Diperlukan juga persentase kapasitas wadahnya agar
dapat memprediksi jumlah wadah yang akan digunakan untuk setiap volume
sampah

yang

ditentukan

sebelumnya.

Penentuan

persentasenya

pun

berdasarkan asumsi. Semakin besar kapasitas wadah sampahnya, maka semakin


kecil persentase kapasitas wadahnya. Wadah sampah diperoleh dari:
timbulan(l/hari) x persentase ( )
Wadah ( unit )=
kapasitas (liter)
Wadah sampah yang digunakan perlu ditambah untuk mencegah
tumpukan

sampah.

Penambahan

kapasitas

wadah

pada

perencanaan

pengelolaan sampah dimulai dari tahun ke 2 (2016). Penambahan kapasitas


wadah diperoleh dari:
Jumlah penambahan wadah= jumlah wadah di tahun ke 2 jumlah wadahdi tahunke 1
Wadah sampah pun harus diganti karena jika wadah sampah sudah tidak
layak pakai, sampah akan tercecer dan berserakan kemana-mana sehingga
mengganggu lingkungan dari kesehatan, kebersihan dan estetika. Penggantian
wadah sampah dilakukan setiap 5 tahun sekali.
Pada perencanaan pengelolaan sampah, penggantian sampah dilakukan
pada tahun ke 6 (2020) ditahun perencanaan. Jumlah penggantian wadah

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

sampah sama dengan jumlah wadah sampah yang disediakan pada awal
tahun perencanaan.
Jumlah penggantian wadah= jumlah penyedian wadahdi awal tahun perencanaan
Selain itu juga, kapasitas wadah harus dilakukan pengadaan. Pengadaan wadah
sampah diperoleh dari:
Jumlah pengadaan wadah= jumlah penambahan+ jumlah penggantian
Tabel 16. Kapasitas Wadah Domestik 40L
Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

Penambahan
Penggantian (unit)
Pengadaan (unit)
(unit)
7.566
7.785
219
219
8.004
219
219
8.223
219
219
8.442
219
219
8.661
219
7.566
7.785
8.880
219
219
438
9.099
219
219
438
9.318
219
219
438
9.537
219
219
438
9.756
219
7.785
8.004
9.975
219
438
657
10.194
219
438
657
10.413
219
438
657
10.633
219
438
657
10.852
219
8004
8.223
11.071
219
657
876
11.290
219
657
876
11.509
219
657
876
11.728
219
657
876
11.947
219
8223
8.442
Tabel 17. Kapasitas Wadah Domestik 100L
60%

Tahun

20%

2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023

1.009
1.038
1.067
1.096
1.126
1.155
1.184
1.213
1.242

Penambahan
(unit)
29
29
29
29
29
29
29
29

Penggantian (unit)

Pengadaan (unit)

1.009
29
29
29

219
219
219
219
7.785
438
438
438

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

1.272
1.301
1.330
1.359
1.388
1.418
1.447
1.476
1.505
1.535
1.564
1.593

29
29
29
29
29
29
219
219
219
219
219
219

29
1.038
58
58
58
58
1.067
88
88
88
88
1.096

438
8.004
657
657
657
657
8.223
876
876
876
876
8.442

Tabel 18. Kapasitas Wadah Domestik 250L


Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
Tahun
2031
2032
2033
2034
2035

20%
(unit)
404
415
427
439
450
462
474
485
497
509
520
532
544
555
567
579
20%
(unit)
590
602
614
625
637

Penambahan
(unit)
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
12
Penambahan
(unit)
12
12
12
12
12

Penggantian (unit)

Pengadaan (unit)

404
12
12
12
12
415
23
23
23
23
427

12
12
12
12
415
23
23
23
23
427
35
35
35
35
439

Penggantian (unit)

Pengadaan (unit)

35
35
35
35
439

47
47
47
47
450

Tabel 19. Kapasitas Wadah Non Domestik 100L


Tahun
2015

75%
(unit)
1.621

Penambahan
(unit)
-

Penggantian (unit)
-

Pengadaan (unit)

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

1.668
1.715
1.762
1.809
1.856
1.903
1.950
1.997
2.044
2.091
2.138
2.185
2.231
2.278
2.325
2.372
2.419
2.466
2.513
2.560

47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47
47

1621
47
47
47
47
1.668
94
94
94
94
1.715
141
141
141
141
1.762

47
47
47
47
1.668
94
94
94
94
1.715
141
141
141
141
1.762
188
188
188
188
1.809

Tabel 20. Kapasitas Wadah Non Domestik 250L


Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
Tahun
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033

20%
(unit)
173
178
183
188
193
198
203
208
20%
(unit)
213
218
223
228
233
238
243
248
253
258
263

Penambahan
(unit)
5
5
5
5
5
5
5
Penambahan
(unit)
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

Penggantian (unit)

Pengadaan (unit)

173
5
5

5
5
5
5
178
10
10

Penggantian (unit)

Pengadaan (unit)

5
5
178
10
10
10
10
183
15
15
15

10
10
183
15
15
15
15
188
20
20
20

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2034
2035

268
273

5
5

15
188

20
193

Tabel 21. Kapasitas Wadah Non Domestik 500L


Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

5%
(unit)
22
76
78
80
82
84
87
89
91
93
95
97
99
101
104
106
108
110
112
114
116

Penambahan
(unit)
54
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

Penggantian (unit)

Pengadaan (unit)

22
2
2
2
2
24
4
4
4
4
26
6
6
6
6
28

54
2
2
2
24
4
4
4
4
26
6
6
6
6
28
9
9
9
9
30

4.3 Pengumpulan Sampah


4.3.1 Sumber
A. Sampah 3R
Jumlah sampah 3R disumber diperoleh dari:
Sampah 3 R disumber =ratio 3 R x sampahdomestik
Ratio 3R di sumber diasumsikan sebesar 5% hingga tahun akhir
perencanaan (2035).
Tabel 22. Sampah 3R di Sumber
Tahun
2015
2016
2017
2018

Total Timbulan Sampah


Domestik (L/hari)
542.341,5
558.045
573.748,5
589.452

Ratio
3R (%)
1
1
1,1
1,2

Sampah 3R
disumber (L/hari)
7.205
7.414
8.385
9.398

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030
2031
2032
2033
2034
2035

605.155,5
620.859
636.562,5
652.266
667.969,5
683.673
699.376,5
715.080
730.783,5
746.487
762.190,5
777.894
793.597,5
809.301
825.004,5
840.708
856.411,5

1,3
1,5
1,7
1,9
2,1
2,3
2,5
2,8
2,9
3,0
3,0
3,3
3,5
3,8
4,2
4,6
5,0

10.452
12.373
14.377
16.465
18.636
20.891
23.229
26.601
28.156
29.753
30.379
34.105
36.902
40.858
46.035
51.379
56.890

B. Sampah Non 3R
Jumlah sampah non 3R disumber diperoleh dari:
Sampah non 3 R disumber =total timbulan s . domestiksampah 3 R disumber

Tabel 23. Sampah Non 3R di Sumber


Tahun
2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029

Total Timbulan
Sampah Domestik
(L/hari)
542.341,5
558.045
573.748,5
589.452
605.155,5
620.859
636.562,5
652.266
667.969,5
683.673
699.376,5
715.080
730.783,5
746.487
762.190,5

Sampah 3R di
Sumber

Sampah Non 3R di
Sumber (L/hari)

7.205
7.414
8.385
9.398
10.452
12.373
14.377
16.465
18.636
20.891
23.229
26.601
28.156
29.753
30.379

713.334
733.989
753.881
773.732
793.540
812.483
831.342
850.117
868.809
887.417
905.942
923.434
942.742
962.008
982.246

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2030
2031
2032
2033
2034
2035

777.894
793.597,5
809.301
825.004,5
840.708
856.411,5

34.105
36.902
40.858
46.035
51.379
56.890

999.383
1.017.449
1.034.356
1.050.042
1.065.561
1.080.914

4.3.2 TPS
A. Sampah 3R
Jumlah sampah (s.) 3R di TPS diperoleh dari:
Sampah 3 R di TPS=ratio 3 R x sampah pengumpulan ke TPS
Ratio 3R di TPS diasumsikan sebesar 5% hingga tahun akhir
perencanaan (2035). Sampah pengumpulan ke TPS diperoleh dari:
pengumpulan x sampah pengumpulan non 3 R
S . pengumpulan ke TPS=
1000
% pengumpulan diasumsikan dari 50% diawal tahun perencanaan (2015)
sampai 98% diakhir tahun perencanaan (2035). Sedangkan sampah
pengumpulan non 3R diperoleh dari:
S . pengumpulan non 3 R= pengumpulan x sampahnon 3 R disumber

Tabel 24. Jumlah Sampah 3R di TPS

Tahun

%
pengumpulan

2015
2016
2017
2018
2019
2020
2021
2022
2023
2024
2025
2026
2027
2028
2029
2030

50%
51%
53%
54%
55%
57%
59%
61%
64%
67%
70%
73%
76%
79%
82%
85%

Sampah
Pengumpulan
non 3R
(L/hari)
356.667
374.334
399.557
417.815
436.447
463.115
490.492
518.571
556.038
594.570
634.160
674.107
716.484
759.987
805.442
849.475

Sampah
Pengumpulan
ke TPS

Ratio
3R
(%)

Sampah
3R diTPS
(L/hari)

321
337
352
355
367
380
392
415
434
446
457
472
487
509
532
552

1,0%
1,1%
1,3%
1,5%
2,0%
2,5%
3,0%
3,5%
4,0%
4,5%
5,0%
5,5%
6,0%
6,5%
7,0%
7,5%

3
4
5
5
7
9
12
15
17
20
23
26
29
33
37
41

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

2031
2032
2033
2034
2035

87%
89%
92%
95%
98%

885.180
920.577
966,039
1.012.283
1.059.295

575
598
609
628
636

8,0%
8,5%
9,0%
9,5%
10,0%

46
51
55
60
64

B. Sampah Non 3R
Jumlah sampah non 3R di TPS diperoleh dari:
Sampah non 3 R di TPS=ratio non3 R TPS x s . pengumpulan ke TPS
Ratio non 3R TPS pada awal tahun perencanaan (2015) sebesar 99,5%
dan diakhir tahun perencanaan (2025) sebesar 95%. Ratio tersebut
diperoleh dari:
Ratio non 3 R TPS=100 ratio 3 R TPS

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Tabel 25. Perhitungan Pola Pengumpulan Sampah


Tahun

2015

2016

2017

2018

2019

2020

2021

2022

2023

2024

2025

2026

2027

2028

2029

2030

2031

2032

2033

2034

2035

1%

1%

1,1%

1,20%

1,30%

1,50%

1,7%

1,9%

2,1%

2,3%

2,5%

2,8%

3,2

3,5

3,0

3,3

3,5%

3,8%

4,2%

4,6%

5,0%

Timbulan
sampah
dikumpul :
% 3R di sumber
timbulan sampah
3R sumber

7,20

10

12

14

16

19

21

23

27

28

30

30

34

37

41

46

51

57

734

754

774

794

812

831

850

869

887

906

923

943

962

982

999

1.01

1.03

1.05

1.06

1.081

5
timbulan sampah
non 3R

713

Tingkat
pelayanan

357

374

400

418

436

463

490

519

556

595

634

674

716

760

805

849

885

921

966

1.01

1.059

90%

90%

88%

85%

84%

82%

80%

80%

78%

75%

72%

70%

68%

67%

66%

65%

65%

65%

63%

2
62%

60%

dari Sumber ke

321

337

352

355

367

380

392

415

434

446

457

472

487

509

532

552

575

598

609

628

636

TPS
Pengolahan 3R di

1,0%

1,1

1,3%

1,5%

2,0%

2,5%

3,0%

3,5%

4,0%

4,5%

5,0%

5,5%

6,0

6,5

7,0

7,5

8,0%

8,5%

9,0%

9,5%

10,0%

29

33

37

41

46

51

55

60

64

pengumpulan
Sampah
dikumpulkan
%

sampah

ke

TPS
Pengumpulan

TPS

%
3

12

15

17

20

23

26

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN
Non 3R TPS
% pengangkutan

318
50%

333
51%

347
53%

350
54%

359
55%

370
57%

381
59%

400
61%

416
64%

426
67%

434
70%

446
73%

458
76%

476
79%

494
82%

511
85%

529
87%

548
89%

554
91%

568
93%

572
95%

159
10%

170
10%

184
12%

189
15%

198
16%

211
18%

225
20%

244
20%

266
22%

285
25%

304
28%

326
30%

348
32%

376
33%

405
34%

434
35%

461
35%

487
35%

504
37%

528
38%

543
40%

36

37

48

63

70

83

98

104

122

149

178

202

229

251

274

297

310

322

357

385

424

195

207

232

252

267

294

323

348

389

434

481

528

577

627

679

731

770

809

861

913

967

Sampah diangkut
TPS ke TPA
%

sampah

sumber langsung
ke TPA
Pengumpulan ke
TPA
Total

sampah

diangkut ke TPA

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

4.4 Pengangkutan Sampah


4.4.1 Sampah dari TPS ke TPA
Persen pelayanan yang diberikan untuk pengangkutan sampah dari TPS ke
TPA hingga tahun akhir perencanaan diasumsikan sebesar 95%. Sampah yang
dibawa adalah sampah non 3R diTPS yang belum diolah di TPS. Sampah
tersebut diangkut menggunakan alat angkut dump truk. Jumlah sampah yang
diangkut dari TPS ke TPA diperoleh dari:
Sampah dariTPS ke TPA (

L
)
hari =

pengangkutan xsampah non3 R di TPS

Tabel 26. Pengangkutan Sampah dari TPS ke TPA


4.4.2 Sampah dari Sumber ke TPA
Persen pelayanan yang diberikan untuk pengangkutan sampah dari sumber
ke TPA diawal tahun perencanaan sebesar 63% dan di akhir tahun perencanaan
sebesar 43%. Sampah yang dibawa adalah sampah non 3R disumber. Sampah
tersebut diangkut menggunakan alat gerobak (sumber-TPS) dan angkut dump
truk (TPS-TPA). Jumlah sampah yang diangkut dari sumber ke TPA diperoleh
dari:
Sampah dari sumber ke TPA ( L/hari )= pengangkutan s . pengumpulan non3 R

4.4.3 Total Sampah


Total sampah ini merupakan total sampah yang diangkut dan masuk ke
TPA. Sampah yang masuk tersebut berasal dari sampah non 3R diTPS dan
sampah yang dibawa langsung ke TPA. Total sampah yang masuk ke TPA berasal
dari:
Total sampah( L)=(s . dar i TPS ke TPA )+(s . dari sumber ke TPA )

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

4.5 Kebutuhan Alat Angkut


Alat angkut merupakan komponen penting dalam perencanaan pengelolaan
sampah. Fungsi dari alat angkut adalah untuk mengangkut/membawa sampah dari
sumber hingga ke Tempat Pemroresan Akhir (TPA). Alat angkut yang digunakan
dalam perencanaan pengelolaan persampahan adalah gerobak motor dan dumptruk.
Gerobak motor digunakan untuk mengangkut sampah dari sumber ke TPS.
Sedangkan dumptruk digunakan untuk mengangkut sampah dari sumber ke TPA
(langsung) dan dari TPS ke TPA (tidak langsung). Perhitungan kebutuhan gerobak
motor dan dumptruk dilakukan dengan rumus sebagai berikut:
Kebutuhan gerobak=

Volume timbulan sampah


faktor pemadatan
(ritasi kapasitas gerobak)

Kebutuhan dumptruk ( langsungdan tidak langsung )

V olume timbulan sampah


faktor pemadatan
(ritasi kapasitas dumptruk )

Faktor pemadatan dihitung dengan cara sebagai berikut:


Faktor Pemadatan=

densitas wadah
densita s gerobak

Kapasitas setiap alat diasumsikan dalam perencanaan pengelolaan persampahan.


Kapasitas sampah digerobak motor diasumsikan sebesar 1m3, sedangkan kapasitas
sampah di dumptruk diasumsikan sebesar 6m3.
Penetapan rute ritasi perhari didasarkan dari kapasitas gerobak serta total waktu
yang dipakai. Rute ritasi ditetapkan dengan volume timbulan sampah yang diangkut
tidak melebihi daya tampung maksimum gerobak.Selain itu, total waktu yang
digunakan juga tidak melebihi waktu kerja yang ditetapkan. Total waktu yang
digunakan untuk satu ritasi meliputi waktu muat tiap sumber, waktu bongkar di TPS,
waktu istirahat, dan waktu tempuh yang dilalui gerobak dari sumber menuju TPS

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

hingga pool. Rumus yang digunakan untuk menghitung ritasi ialah:

Banyaknya ritasi dalam satu hari=

Waktu kerja(menit)
( waktu muat +waktu bongkar+ waktu istirahat )(menit)

Akan tetapi pada perencanaan pengelolaan sampah, ritasi yang digunakan


berdasarkan asumsi. Untuk ritasi gerobak diasumsikan sebesar 3rit/hari sedangkan
dumptruk sebesar 2rit/hari (dari sumber ke TPA). Sedangkan untuk dumptruk
secara tidak lagsung, diasumsikan ritasinya sebesar 3 rit/hari
Pada kebutuhan alat angkut juga diperlukan penambahan, penggantian dan
pengadaan alat. Penambahan alat angkut diperoleh dari:
Penambahan alat angkut(unit )= jumlah gerobak di tahun ke 2 jumlah gerobak di tahun ke 1

Untuk penggantian, tiap alat angkut berbeda-beda. Untuk alat angkut gerobak
motor dilakukan penggantian setiap 5 tahun sekali, sedangkan dumptruk dilakukan
penggantian setiap 10 tahun sekali. Sedangkan untuk pengadaan diperoleh dari:
Pengadaanalat angkut (unit)= penambahan+ penggantian

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

PENUTUP
Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah berakhirnya
suatuproses. Sampah merupakan konsep buatan manusia, dalam proses-proses alam
tidak ada sampah, yang ada hanya produk-produk yang tak bergerak.
Sampah dapat berada pada setiap fase materi: padat, cair, atau gas. Ketika dilepaskan
dalam dua fase yang disebutkan terakhir, terutama gas, sampah dapat dikatakan
sebagai

emisi.

Emisi

biasa

dikaitkan

dengan

polusi.

Dalam kehidupan manusia, sampah dalam jumlah besar datang dari aktivitas industri
(dikenal juga dengan sebutan limbah), misalnya pertambangan, manufaktur, dan
konsumsi. Hampir semua produk industri akan menjadi sampah pada suatu waktu,
dengan jumlah sampah yang kira-kira mirip dengan jumlah konsumsi. Upaya yang
dilakukan pemerintah dalam usaha mengatasi masalah sampah yang saat ini
mendapatkan tanggapan pro dan kontra dari masyarakat adalah pemberian pajak
lingkungan yang dikenakan pada setiap produk industri yang akhirnya akan menjadi
sampah. Industri yang menghasilkan produk dengan kemasan, tentu akan
memberikan sampah berupa kemasan setelah dikonsumsi oleh konsumen. Industri
diwajibkan membayar biaya pengolahan sampah untuk setiap produk yang
dihasilkan, untuk penanganan sampah dari produk tersebut. Dana yang terhimpun
harus dibayarkan pada pemerintah selaku pengelola IPS untuk mengolah sampah
kemasan yang dihasilkan. Pajak lingkungan ini dikenal sebagai Polluters Pay
Principle. Solusi yang diterapkan dalam hal sistem penanganan sampah sangat
memerlukan dukungan dan komitmen pemerintah. Tanpa kedua hal tersebut, sistem
penanganan sampah tidak akan lagi berkesinambungan.

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Tetapi dalam pelaksanaannya banyak terdapat benturan, di satu sisi, pemerintah


memiliki keterbatasan pembiayaan dalam sistem penanganan sampah. Namun di sisi
lain, masyarakat akan membayar biaya sosial yang tinggi akibat rendahnya kinerja
sistem penanganan sampah. Sebagai contoh, akibat tidak tertanganinya sampah
selama beberapa hari di Kota Bandung, tentu dapat dihitung berapa besar biaya
pengelolaan lingkungan yang harus dikeluarkan akibat pencemaran udara (akibat
bau) dan air lindi, berapa besar biaya pengobatan masyarakat karena penyakit
bawaan sampah (municipal solid waste borne disease), hingga menurunnya tingkat
produktifitas masyarakat akibat gangguan bau sampah.
Cara pengendalian sampah yang paling sederhana

adalah

dengan

menumbuhkan kesadaran dari dalam diri untuk tidak merusak lingkungan dengan
sampah. Selain itu diperlukan juga kontrol sosial budaya masyarakat untuk lebih
menghargai lingkungan, walaupun kadang harus dihadapkan pada mitos tertentu.
Peraturan yang tegas dari pemerintah juga sangat diharapkan karena jika tidak maka
para perusak lingkungan akan terus merusak sumber daya.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari dalam laporan ini masih
terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh karena itu penulis berharap mohon koreksi,
saran dan keritik yang sifatnya membangun demi kesempurnaan makalah ini. Dan
mudah-mudahan hal ini dapat menjadi motifasi bagi kami untuk terus-menerus
melakukan perbaikkan dan pengembangan pada masa-masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA

PENGELOLAAN PERSAMPAHAN

Azwar, A. 1990. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkugan. Yayasan Mutiara. Jakarta.


Djuwendah, E., A. Anwar, J. Winoto, K. Mudikdjo. 1998. Analisis Keragaan
Ekonomi dan Kelembagaan Penanganan Sampah Perkotaan.
Hadiwijoto, S. 1983. Penanganan dan Pemanfaatan Sampah. Yayasan Idayu. Jakarta.
Iriani, K. Mudikdjo, U. Pelly, Dartius. 1994. Sistem Organisasi Pengelolaan
Sampah Pemukiman.
Kementerian Lingkungan Hidup,(2007) , Buku Panduan Penggolahan Sampah
RumahTangga Dengan Prinsip 4 R (Reduce, Reuse ,Recycle, Replant),
Pekanbaru.
Kuncoro Sujati, (2009), Penggolahan Sampah Terpadu dengan Sistem Model,
Sub pointdan Sentral point,Kanisius, Yogyakarta.
Murtadho, D., dan S. E. Gumbira. 1988. Penanganan dan Pemanfaatan Limbah
Padat. PT. Melton Putra. Jakarta
SNI 19-2454-2002 Teknik Operasional Pengelolaan Sampah Perkotaan.
http://metro.vivanews.com/news/read/245111-dki-akan-bangun-94-tempatpengolahan-sampah
http://www.ftsl.itb.ac.id/kk/air_waste/wp-content/uploads/2010/10/PI-SW6-FebyRiyani-Wirda-15305090.pdf

Anda mungkin juga menyukai