Scope 1 adalah emisi karbon dari kegiatan dimana kita punya kendali penuh,
misal pengoperasian boiler, genset atau alat/fasilitas lainnya yang menggunakan
bahan bakar fosil termasuk kendaraan milik perusahaan untuk transportasi orang/barang. Sumber lainnya bisa dari proses produksi yang mengemisikan gas-gas rumah kaca (GRK) lainnya , seperti CH4, PF5 dll (lihat tabel 1). Data yang kita perlukan adalah data jumlah bahan bakar fosil yang dipakai, misal berapa liter solar dalam 1 tahun. Data ini bisa didapat dari bukti pembelian solar dari bagian keuangan atau pembelian. Scope 2 adalah emisi yang berasal dari energi yang kita beli atau datangkan dari luar, misal listrik yang kita pakai dari PLN atau steam dari pemasok luar. Data yang diperlukan adalah data jumlah listrik (dalam kWh) per tahun yang bisa di dapat dari tagihan listrik PLN. Scope 3 adalah emisi yang berasal dari kegiatan pemasok yang memasok barang ke perusahaan kita. Biasanya emisi dari scope 3 ini jarang dihitung, selain karena faktor kesulitan dalam akses data juga karena jumlahnya yang relatif kecil. Data lainnya yang harus ada adalah Faktor Konversi (lihat tabel 2 dan 3) untuk konversi satuan KWh dan volume bahan bakar ke jumlah emisi CO2 (ton ekivalen). Jika emisi yang kita hitung adalah GRK diluar CO2 maka kita perlu data Global Warming Potensial (GWP) (lihat tabel 1). Jadi rumus untuk di scope 1, yaitu CO2 ton e = jumlah bahan bakar fosil (liter) x Faktor konversi (sesuai jenis bahan bakarnya) x GWP/1000 Rumus untuk scope 2, yaitu CO2 ton e = jumlah pemakaian listrik (kWh) x faktor konversi (kg/KWh)/1000
Tabel 2. Contoh Perhitungan Untuk Pemakaian Solar
Tabel 3. Contoh Perhitungan Untuk Konsumsi Listrik