Pembakaran Sempurna
Reaksi pembakaran terjadi ketika zat bereaksi cepat dengan oksigen (O2).
Sebagai contoh, pada Gambar di bawah, arang bergabung dengan oksigen. Reaksi
kombusi yang biasa disebut reaksi pembakaran, dan substansi yang terbakar
biasanya disebut sebagai bahan bakar. Produk dari reaksi pembakaran sempurna
termasuk karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O). Reaksi biasanya mengeluarkan
panas dan cahaya juga. Persamaan umum untuk reaksi pembakaran yang sempurna
adalah:
Bahan bakar + O2 CO2 + H2O
Pada pembakaran sempurna, reaktan terbakar dengan oksigen menghasilkan
beberapa produk. Ketika hidrokarbon terbakar dengan oksigen, maka reaksi utama
akan menghasilkan karbon dioksida dan air. Ketika elemen dibakar, maka produk
yang dihasilkan biasanya juga berupa oksida. Karbon dibakar menghasilkan karbon
dioksida, sulfur dibakar menghasilkan sulfur oksida, dan besi dibakar menghasilkan
besi(III) oksida. Nitrogen tidak dianggap sebagai komponen yang bisa terbakar jika
oksigen dipakai sebagai agen pengoksidasi, namun nitrogen oksida NO x dalam
jumlah kecil biasanya akan terbentuk.
Jumlah udara yang diperlukan untuk pembakaran sempurna disebut udara
teoritis. Namun, pada praktiknya digunakan jumlah 2-3 kali jumlah udara teoritis.
2. Hubungan Pembakaran Sempurna dengan Nilai Oktan
Semakin tinggi angka oktan, maka semakin tinggi titik bakar bensin pada
suhu atau tekanan yang lebih tinggi. Artinya, bensin akan lebih lambat terbakar,
tetapi kekuatan ledaknya lebih besar. Maka, pembakaran bensin menjadi sempurna
dan ketukan pada mesin akan semakin rendah. Sehingga, mesin kendaraan menjadi
lebih terawat.
3. Efisiensi Termal Mesin Otto dan Mesin Diesel
Keefisienan mesin diesel disebabkan karena bahan bakar diesel lebih padat
dan kandungan energinya lebih banyak 15% berdasarkan volume. Meskipun nilai
kalornya sedikit lebih rendah daripada bensin (diesel 45,3 MJ/kg (megajoule per
kilogram, bensin 45.8 MJ/kg), namun karena densitasnya lebih tinggi, maka
massanya lebih besar.
Selain itu, mesin diesel juga lebih irit karena rasio kompresi yang lebih
tinggi, terutama pada putaran rendah dan kondisi mesin diam. Tidak seperti mesin
76
bensin, mesin diesel tidak memiliki butterfly valve/throttle pada sistem inlet yang
menutup pada kondisi mesin diam. Hal ini menimbulkan kerugian dan menurunkan
adanya udara masuk, sehingga efisiensi mesin bensin menurun.
Perangkat keluaran mekanik dan propulsi : hybrid electric drive system, air-
tenaga nuklir.
Pemanas dan pendingin : stirling cyrocooler, stirling heat pump, Free Piston
Penghasil daya dari panas terbuang yang berasal dari mesin uap atau turbin
gas.
Siklus Stirling
77
Silus ini ditemukan oleh Stirling, dimana terdiri dari dua proses isotermal dan
dua proses volume konstan. Dua proses terakhir terjadi dengan bantuan sebuah
regenerator untuk membuat siklus ini reversibel. Diagram p-v dan T-s siklus ini
ditunjukkan oleh gambar 5.
Sekarang kita lihat empat tingkat siklus Stirling. Misalkan silinder mesin
berisi
Kalor
v2
Q1 p 1v1 ln
78
v1
v2
mRT
1 ln
v1
mRT
1 ln r
Tingkat kedua
79
Kalor
Tingkat ketiga
Udara dikompresi secara isotermal di dalam silinder mesin dari v3 ke v4. Proses
ini digambarkan oleh grafik 3-4 pada diagram p-v dan T-s. Lagi kalor dibuang oleh
udara.
Kalor
v3
Q2 p 3 v 3 ln
v4
v3
mRT
3 ln
v4
mRT
3 ln r
Tingkat keempat
proses 4-1.
Kalor
...(karena T3 = T4)
Terlihat bahwa kalor yang dilepaskan ke regenerator selama proses 2-3 adalah sama
dengan kalor yang diambil dari regenerator selama proses 4-1. jadi, tidak ada
pertukaran kalor ke sistem selama proses-proses ini. Pertukaran kalor hanya terjadi
selama dua proses isotermal.
Kerja
= mRT1 ln r mRT3 ln r
= mR ln r (T1 T3)
dan efisiensi:
Kalor
disuplai
yang
mR ln r(T1 T
3)
mRT1 ln r