Anda di halaman 1dari 8

Cara Kerja Diesel

Mesin diesel atau yang biasa disingkat dengan diesel adalah mesin kalor yang memiliki prinsip kerja
dengan menggunakan siklus diesel. Cara kerja diesel adalah melalui 2 proses adiabatik, yaitu proses isobarik
dan proses isokhorik. Perbedaan mendasar antara cara kerja mesin diesel dan mesin bensin adalah pada diesel
bahan bakr disemprotkan ke ruang pembakaran melalui nozel injector sehingga ketika ruang pembakaran
memiliki tekanan yangs angat besar akan cukup panas untuk menyalakan bahan bakar secara spontan.
Pada diesel, gas yang amsuk hanya merupakan udara biasa, bukan campuran antara bahan bakar dan
udara sehingga proses isap dan proses buang tidak terjadi pada cara kerja diese. Udara yang masuk akan
dimampatkan secara adiabatik sehingga suhunya menjadi cukup tinggi. Kemudian udara tersebut disatukan
dengan minyak yang disemprotkan secara perlahn pada keadaan hampir isobar. Setelah itu, akan terjadi
pembakaran dan piston bergerak. Cara kerja diesel yang singkat tersebut membuat mesin diesel lebih banyak
menghasilkan tenaga.
Mesin diesel dibedakan menjadi 2, yaitu mesin diesel 4 tak dan mesin diesel 2 tak. Berikut ini adalah
penjelasan masing-masing cara kerja diesel pada mesin diesel 4 tak dan 2 tak:
 
# MESIN DIESEL 4 TAK
 1. Langkah pertama, disebut dengan suction stroke.
 Udara murni akan tersedot oleh piston yang bergeser ke bawah.
 2. Langkah kedua, disebut juga dengan langkah kompresi
 Piston akan memampatkan udara keatas dengan memanfaatkan kekuatan dari therby yang dilakukan oleh
crankshaft
 3. Langkah ketiga, disebut juga dengan power stroke.
 Pada bagian atas yang tertutup, udara dalam kondisi terkompresi scara maksimal. Tekanan dan suhu menjadi
sangat tinggi. Kemudian pompa yang berwarna hitam menyuntikkan bahan bakar ke dalam udara yang panas.
Sehingga pada suhu bahan bakar yang tinggi bisa menekan piston ke bawah. Proses ini dilakukan bersama
dengan bagian crankshaft.
 4. Langkah keempat, disebut juga dengan langka pembuangan
 Gas yang dihasilkan dari proses pembakaran akan dikeluarkan dari silinder melalui katup kedua oleh piston
yang kemudian akan bergerak keatas lagi
 # MESIN DIESEL 2 TAK
 1. Langkah 1A
Pada permulaan gerakan, piston akan bergerak keatas sedangkan LM dan LB dalam keadaan terbuka. Udara
bertekanan dari karter akan masuk ke silinder dan meniup sisa gas pembakaran melalui LB.
 2. Langkah 1B
Piston akan bergerak ke atas, LM dan LB dalam keadaan tertutup oleh dinding piston. Udara bersih yang
berada dalam silinder akan dimampatkan. Kemudian bahan bakar disemprotkan dan akan terjadi ledakan.
 3. Langkah 2A
Kemudian piston akan bergerak ke bawah dengan dorongan gas yang diledakkan
 4. Langkah 2B
Pada bagian akhir gerakan, piston akan bergerak ke bawah dimana LB sudah terbuka sehingga gas hasil
pembakaran mulai keluar karena efek dari aktifitas pemompaan.
Hukum Kedua Termodinamika: Pernyataan khusus - Pembahasan Lanjutan
Rabu, Mei 04, 2011  Fisika  No comments

Mesin Pembakaran Dalam


Mesin sepeda motor dan mesin mobil merupakan contoh mesin pembakaran dalam. Disebut mesin
pembakaran dalam karena proses pembakaran terjadi di dalam silinder tertutup. Adanya mesin
pembakaran dalam merupakan hasil rekayasa konsep penekanan dan pemuaian adiabatik yang sudah saya
jelaskan pada pokok bahasan hukum pertama termodinamika.

Pada kesempatan ini kita hanya meninjau mesin pembakaran dalam yang menggunakan bensin dan solar
sebagai bahan bakar. Bensin dan solar termasuk minyak bumi, karenanya memiliki energi potensial
kimia. Energi potensial kimia dalam bensin dan solar terlebih dahulu diubah menjadi kalor alias panas
melalui proses pembakaran. Selanjutnya, kalor alias panas yang diperoleh melalui hasil pembakaran
diubah menjadi energi mekanik. Adanya energi mekanik ini yang menyebabkan sepeda motor atau mobil
bisa bergerak… Siklus pada mesin bensin disebut sebagai siklus otto, sedangkan siklus pada mesin solar
disebut sebagai siklus diesel. Siklus = proses yang terjadi secara reversibel (bolak balik). Terlebih dahulu
kita bahas siklus otto.

Siklus otto

Tataplah gambar aneh di bawah dengan penuh kelembutan

Ini adalah gambar mesin pembakaran dalam empat langkah alias empat tak… Mula-mula campuran udara
dan uap bensin mengalir dari karburator menuju silinder pada saat piston bergerak ke bawah (langkah
masukan). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin dalam silinder ditekan secara adiabatik ketika
piston bergerak ke atas (langkah kompresi alias penekanan). Karena ditekan secara adiabatik maka suhu
dan tekanan campuran meningkat. Pada saat yang sama, busi memercikkan bunga api sehingga campuran
udara dan uap bensin terbakar. Ketika terbakar, suhu dan tekanan gas semakin bertambah. Gas
bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi tersebut memuai terhadap piston dan mendorong piston ke bawah
(langkai pemuaian). Selanjutnya gas yang terbakar dibuang melalui katup pembuangan dan dialirkan
menuju pipa pembuangan (langkah pembuangan). Katup masukan terbuka lagi dan keempat langkah
diulangi.

Perlu diketahui bahwa tujuan dari adanya langkah kompresi alias penekanan adiabatik adalah
menaikkan suhu dan tekanan campuran udara dan uap bensin. Proses pembakaran pada tekanan
yang tinggi akan menghasilkan suhu dan tekanan (P = F/A) yang sangat besar. Akibatnya gaya dorong (F
= PA) yang dihasilkan selama proses pemuaian menjadi sangat besar. Mesin motor atau mobil menjadi
lebih bertenaga…  Walaupun tidak ditekan, campuran udara dan uap bensin bisa terbakar ketika si busi
memercikkan bunga api. Tapi suhu dan tekanan gas yang terbakar tidak terlalu tinggi sehingga gaya
dorong yang dihasilkan juga kecil. Akibatnya mesin menjadi kurang bertenaga…

Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pembakaran dalam empat langkah di
atas bisa dijelaskan seperti ini: Ketika terjadi proses pembakaran, energi potensial kimia dalam bensin +
energi dalam udara berubah menjadi kalor alias panas. Sebagian kalor berubah menjadi energi mekanik
batang piston dan poros engkol, sebagian kalor dibuang melalui pipa pembuangan (knalpot). Sebagian
besar energi mekanik batang piston dan poros engkol berubah menjadi energi mekanik kendaraan
(kendaraan bergerak), sebagian kecil berubah menjadi kalor alias panas… Panas timbul akibat adanya
gesekan…

Proses pemuaian dan penekanan secara adiabatik pada siklus otto bisa digambarkan melalui diagram di
bawah… (Diagram ini menunjukkan model ideal dari proses termodinamika yang terjadi pada mesin
pembakaran dalam yang menggunakan bensin).

Campuran udara dan uap bensin masuk ke dalam silinder (a). Selanjutnya campuran udara dan uap bensin
ditekan secara adiabatik (a-b). Perhatikan bahwa volume silinder berkurang… Campuran udara dan uap
bensin dipanaskan pada volume konstan – campuran dibakar (b-c). Gas yang terbakar mengalami
pemuaian adiabatik (c-d). Pendinginan pada volume konstan – gas yang terbakar dibuang ke pipa
pembuangan dan campuran udara + uap bensin yang baru, masuk ke silinder (d-a).

Siklus Diesel

Prinsip kerja mesin diesel mirip seperti mesin bensin. Perbedaannya terletak pada langkah awal
kompresi alias penekanan adiabatik (penekanan adiabatik = penekanan yang dilakukan dengan
sangat cepat sehingga kalor alias panas tidak sempat mengalir menuju atau keluar dari sistem.
Sistem untuk kasus ini adalah silinder). Kalau dalam mesin bensin, yang ditekan adalah campuran udara
dan uap bensin, maka dalam mesin diesel yang ditekan hanya udara saja. Penekanan secara adiabatik
menyebabkan suhu dan tekanan udara meningkat. Selanjutnya injector alias penyuntik menyemprotkan
solar. Karena suhu dan tekanan udara sudah sangat tinggi maka ketika solar disemprotkan ke dalam
silinder, si solar langsung terbakar. Tidak perlu pake busi lagi. Perhatikan besarnya tekanan yang
ditunjukkan pada diagram di bawah. bandingkan dengan besarnya tekanan yang ditunjukkan pada
diagram siklus otto

Diagram ini menunjukkan siklus diesel ideal alias sempurna… Mula-mula udara ditekan secara adiabatik
(a-b), lalu dipanaskan pada tekanan konstan – penyuntik alias injector menyemprotkan solar dan
terjadilah pembakaran (b-c), gas yang terbakar mengalami pemuaian adiabatik (c-d), pendinginan pada
volume konstan – gas yang terbakar dibuang ke pipa pembuangan dan udara yang baru, masuk ke silinder

(d-a). Selengkapnya bisa dipelajari di dunia perteknik-otomotifan

Dari penjelasan yang bertele-tele di atas, kita bisa menyimpulkan bahwa setiap mesin kalor pada dasarnya
memiliki zat kerja tertentu. Zat kerja untuk mesin uap adalah air, zat kerja untuk mesin bensin   adalah
udara dan uap bensin, zat kerja untuk mesin diesel adalah udara dan solar. Zat kerja biasanya menyerap
kalor pada suhu yang tinggi (QH), melakukan usaha alias kerja (W), lalu membuang kalor sisa pada suhu
yang lebih rendah (QL).  Karena si energi kekal, maka QH = W + QL.

Efisiensi mesin kalor

Efisiensi (e) mesin kalor merupakan perbandingan antara Usaha alias Keja (W) yang dilakukan mesin
dengan masukan Kalor pada suhu tinggi (QH). Secara matematis bisa ditulis seperti ini :

W merupakan keuntungan yang kita terima, sedangkan Q H merupakan biaya yang kita keluarkan untuk
membeli dan membakar bahan bakar. Sebagai manusia yang selalu ingin memperoleh keuntungan yang
sebesar-besarnya dari pengeluaran yang sekecil-kecilnya, kita sangat berharap bahwa keuntungan yang
kita peroleh (W) sebanding dengan biaya yang kita keluarkan (Q H). Mungkinkah itu terjadi ? Nantikan
hasil pengoprekannya. Berdasarkan kekekalan energi, Kalor masukan (Q H) harus sama dengan Kerja (W)
yang dilakukan + Kalor yang dibuang (QL). Secara matematis bisa diobok-obok seperti ini : Jika ingin
menyatakan efisiensi mesin kalor dalam persentase, kalikan saja persamaan efisiensi dengan 100 %.

Berdasarkan persamaan efisiensi di atas, tampak bahwa semakin banyak kalor yang dibuang (Q L) oleh
suatu mesin kalor, semakin tidak efisien mesin kalor tersebut (merugikan kita). Kita sangat menginginkan
agar  jumlah kalor yang dibuang (QL) sesedikit mungkin. Bagaimanapun kalor masukan (Q H) biasanya
diperoleh dengan membakar minyak, batu bara, gas dkk (bahan bakar yang kita bayar).  Karenanya setiap
mesin kalor pada dasarnya dirancang untuk memiliki efisiensi sebesar mungkin. Btw, walaupun kita
sangat menginginkan keuntungan yang sebesar-besarnya dari pengeluaran yang sekecil-kecilnya (prinsip
ekonomi-kah ?), kenyataan menunjukkan bahwa efisiensi mesin uap biasanya sekitar 40 %, sedangkan
efisiensi mesin pembakaran dalam sekitar 50 %. Hal ini menunjukkan bahwa setengah bagian kalor yang
diperoleh dengan membakar bahan bakar (membakar duit kita) terbuang percuma. Hanya setengah bagian
saja yang berubah menjadi energi mekanik (digunakan untuk melakukan usaha alias kerja). Biar dirimu
makin paham dengan penjelasan Aing, perhatikan contoh soal di bawah…

Contoh soal 1 :

Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (Q H), melakukan usaha alias kerja (W) dan
membuang kalor sebanyak 2500 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?

Panduan jawaban :

Wah, efisiensinya kecil sekali… Mesin kalor kaya gini sebaiknya dibuang ke laut saja

Contoh soal 2 :

Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (Q H), melakukan usaha alias kerja (W) dan
membuang kalor sebanyak 2000 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?

Panduan jawaban :

Lumayan, tapi masih merugikan…


Contoh soal 3 :

Sebuah mesin kalor menyerap kalor sebanyak 3000 Joule (Q H), melakukan usaha alias kerja (W) dan
membuang kalor sebanyak 1500 Joule (QL). Berapakah efisiensi mesin kalor tersebut ?

Panduan jawaban :

Wah, cukup lumayan…

Efisiensi ideal atau efisiensi mesin kalor sempurna yang bekerja antara suhu 300 oC dan 100 oC adalah 35
%. Efisiensi maksimum yang bisa dicapai mesin tersebut biasanya sekitar 0,7 kali efisiensi ideal  = 0,7 x
35 % = 24,5 % (24,5 % x 600 J = 147 J kalor yang bisa digunakan untuk melakukan kerja).

Efisiensi sebenarnya dari mesin ini adalah 17 % (hanya 100 J kalor yang digunakan untuk melakukan
kerja). Masih sekitar 147 J – 100 J = 47 J kalor yang bisa dipakai untuk melakukan kerja… Alangkah
baiknya jika efisiensi mesin ini dtingkatkan, sehingga kerugian yang kita terima diminimalkan. Prinsip

ekonomi juga perlu diterapkan dalam ilmu fisika

Contoh soal 3 :

Sebuah mesin menerima 1000 Joule kalor dan menghasilkan 400 Joule kerja pada setiap siklus. Mesin ini
bekerja di antara suhu 500 oC dan 200 oC. Berapakah efisiensi sebenarnya dan efisiensi ideal mesin ini ?

Panduan jawaban :

TH (suhu tinggi) = 500 oC — 500 + 273 = 773 K

TL (suhu rendah) = 200 oC — 200 + 273 = 473 K

QH = 1000 J

QL = 400 J

Efisiensi mesin :

Efisiensi ideal mesin ini :

Efisiensi ideal alias efisiensi carnot = 40 %. Efisiensi mesin sebenarnya = 60 %… Mesin seperti ini tidak ada.
Efisiensi mesin tidak mungkin melebihi efisiensi ideal alias efisiensi om Carnot…

Contoh soal 4 :

Agar efisiensi ideal alias efisiensi mesin Carnot mencapai 100 % (1), berapakah suhu pembuangan (TL) yang
diperlukan ?

Panduan jawaban :
Agar efisiensi ideal alias efisiensi mesin kalor sempurna bisa mencapai 100 % (semua kalor masukkan bisa
digunakan untuk melakukan kerja) maka suhu pembuangan (TL) harus = 0 K.

Dalam pokok bahasan Suhu dan Kalor + Teori Kinetik Gas, kita sudah menjelaskan kepadamu bahwa mencapai
suhu 0 K adalah sesuatu yang mustahil alias tidak mungkin terjadi (hasil ini dikenal dengan julukan Hukum Ketiga
Termodinamika. Selengkapnya akan dibahas dalam episode berikutnya). Karena 0 K tidak mungkin dicapai, maka
suatu mesin kalor sempurna tidak mungkin memiliki efisiensi 100 %. Mesin kalor sempurna saja tidak bisa memiliki
efisiensi 100 %, apalagi mesin kalor yang kita gunakan dalam kehidupan sehari-hari…

Karena efisiensi 100 % tidak bisa dicapai oleh mesin kalor maka kita bisa menyimpulkan bahwa tidak mungkin
semua kalor masukan (QH) digunakan untuk melakukan kerja. Pasti ada kalor yang terbuang (QL). Hasil ini bisa
ditulis dengan bahasa yang lebih gaul :

Tidak mungkin ada mesin kalor (yang bekerja dalam suatu siklus) yang dapat mengubah semua kalor alias panas
menjadi kerja seluruhnya (Hukum kedua termodinamika – pernyataan Kelvin-Planck).

Tulisan gaul yang dicetak miring di atas merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua termodinamika.
Disebut sebagai pernyataan khusus karena hanya berlaku untuk mesin kalor saja. Karena om Kelvin dan om Planck
yang merumuskannya maka disebut juga sebagai pernyataan Kelvin-Planck. Perhatikan bahwa terdapat kata siklus
pada pernyataan di atas. Siklus adalah proses yang terjadi secara berulang. Jadi si mesin kalor bekerja secara terus
menerus. Ditambahkan kata siklus karena dalam kenyataannya, semua kalor bisa diubah menjadi kerja seluruhnya
apabila prosesnya terjadi satu kali saja. Pahami penjelasan berikut ini…

Pada pokok bahasan hukum pertama termodinamika, urang sudah menjelaskan kepadamu mengenai beberapa proses
termodinamika, antara lain proses isotermal, isobarik, isokorik dan adiabatik. Nah, dalam proses isotermal, kita bisa
mengubah semua kalor menjadi usaha alias kerja (Q = W). Hal ini bisa terjadi jika prosesnya hanya terjadi dalam
satu tahap saja… Amati gambar di bawah :

Agar bisa dimanfaatkan, mesin kalor harus bekerja secara terus menerus (prosesnya harus terjadi secara berulang,
tidak bisa terjadi hanya dalam satu tahap saja). Misalnya mesin uap tipe bolak balik. Piston pada mesin uap tipe
bolak balik harus bergerak ke kanan dan ke kiri secara terus menerus agar roda bisa berputar (bisa digunakan untuk
menggerakkan sesuatu). Roda tidak bisa berputar kalau piston hanya bergerak ke kanan saja, setelah itu diam
(proses hanya terjadi dalam satu tahap saja). Apabila proses terjadi secara berulang (piston bergerak ke kanan dan ke
kiri secara terus menerus), tidak mungkin semua kalor bisa diubah menjadi kerja (pernyataan Kelvin-Planck).
Misalnya kita tinjau proses isotermal yang ditunjukkan oleh grafik di atas.

MESIN PENDINGIN (Refrigerator)

Mesin pendingin pada dasarnya merupakan mesin kalor yang bekerja terbalik. Jadi si mesin kalor mengambil kalor
alias panas dari tempat yang bersuhu rendah dan membuang kalor tersebut ke tempat yang bersuhu tinggi. Agar
proses ini bisa terjadi maka mesin harus melakukan kerja. Bagaimanapun kalor secara alami hanya mau mengalir
dari tempat bersuhu tinggi menuju tempat bersuhu rendah. Kalor tidak mungkin mengalir dengan sendirinya dari
tempat bersuhu rendah menuju tempat bersuhu tinggi. Hal ini sesuai dengan penyataan om Clausius yang telah
diulas sebelumnya… Untuk proses yang terjadi pada mesin pendingin, pernyataan om Clausius sebelumnya bisa
ditulis dalam bahasa yang lebih gaul seperti ini :
Tidak mungkin ada mesin pendingin (yang bekerja dalam suatu siklus) yang dapat memindahkan kalor alias panas
dari tempat bersuhu rendah menuju tempat bersuhu tinggi, tanpa disertai dengan usaha alias kerja (Hukum kedua
termodinamika – pernyataan om Clausius).

Tulisan yang dicetak miring ini merupakan salah satu pernyataan khusus hukum kedua termodinamika. Pernyataan
ini hanya berlaku untuk mesin pendingin…

Proses perubahan bentuk energi dan perpindahan energi pada mesin pendingin tampak seperti diagram di bawah…

Mesin melakukan kerja (W) untuk mengambil kalor alias panas dari tempat bersuhu rendah (QL) dan membuang
kalor tersebut ke tempat bersuhu tinggi (QH). Berdasarkan kekekalan energi, bisa disimpulkan bahwa QL + W = QH.

Kalau dalam mesin kalor digunakan istilah efisiensi, maka dalam mesin pendingin digunakan istilah koefisien
kinerja (KK). Koefisien kinerja (KK) mesin pendingin merupakan perbandingan antara Kalor yang dipindahkan dari
tempat bersuhu rendah (QL) dengan kerja (W) yang dilakukan untuk memindahkan kalor tersebut.

Jika ingin menyatakan koefisien kinerja mesin pendingin dalam persentase, kalikan saja persamaan ini  dengan 100
%.

Koefisien Kinerja mesin pendingin ideal (Koofisien kinerja pendingin Carnot) :

Terdapat beberapa mesin pendingin yang biasa kita gunakan, antara lain kulkas, AC (pendingin ruangan) dan pompa
kalor. Alangkah baiknya jika diobok-obok satu persatu…

Kulkas

Kondensor = pengubah uap menjadi cair, kompresor = penekan. Gulungan pendingin biasanya berada di dalam
kulkas, sedangkan gulungan kondensor berada di luar kulkas (di belakang kulkas).

Di dalam gulungan terdapat fluida yang berada dalam keseimbangan fase (berada dalam wujud cair dan uap). Fluida
tersebut dikenal dengan julukan refrigeran. Refrigeran yang biasa digunakan pada masa lalu adalah freon. Saat ini
freon tidak digunakan lagi karena pelepasan zat ini dapat merusak lapisan ozon.

Motor kompresor (digerakkan oleh listrik) menyedot refrigeran (dalam wujud uap)  dan menekannya secara
adiabatik. Karena ditekan secara adiabatik maka suhu uap meningkat. Karena suhu meningkat maka tekanan uap
juga meningkat. Adanya perbedaan suhu antara kompresor (suhu tinggi) dan kondensor (suhu rendah) menyebabkan
uap yang bersuhu tinggi dan bertekanan tinggi berbondong-bondong mengalir melewati gulungan kondensor yang
berada di belakang kulkas. Suhu refrigeran lebih tinggi daripada suhu udara sekitar, karenanya ketika mengalir
melalui gulungan kondensor, uap  melepaskan kalor alias panas ke udara sekitar. Karena dikondensasi oleh
kondensor maka uap mendingin dan berubah menjadi cair. Ketika mengalir melalui katup pemuai, si refrigeran yang
sudah berubah menjadi cair dimuaikan secara adiabatik. Adanya pemuaian adiabatik menyebabkan cairan menjadi
semakin dingin (suhunya menurun). Cairan yang lagi kedinginan tersebut jalan-jalan di dalam gulungan yang berada
di dalam kulkas. Karena cairan dalam gulungan lebih dingin daripada udara dalam kulkas maka kalor pun
berbondong-bondong meluncur menuju cairan. Karena dikunjungi oleh kalor maka si refrigeran berubah wujud
menjadi uap (cairan menyerap kalor alias panas dalam kulkas). Refrigeran yang sudah berubah status menjadi uap
disedot oleh motor kompresor dan ditekan secara adiabatik. Dan seterusnya… (prosesnya diulangi lagi). Karena
kalor alias panas yang ada di dalam kulkas melakukan pengungsian masal menuju cairan yang ada dalam gulungan
maka kulkas menjadi dingin.

AC (pendingin ruangan)
Walaupun rancangan alatnya berbeda, pada dasarnya prinsip kerja pendingin ruangan mirip seperti kulkas. Untuk
kasus ini, isi “kulkas”-nya adalah sebuah ruangan. Biasanya gulungan pendingin berada di dalam ruangan
sedangkan gulungan kondensor berada di luar ruangan… Pada bagian belakang gulungan kondensor biasanya
terdapat kipas. Tugas kipas hanya mengatur sirkulasi udara dan meniup gulungan kondensor sehingga perpindahan
kalor dari gulungan kondensor dan udara sekitar bisa terjadi lebih cepat… Sebaliknya, di bagian belakang gulungan
pendingin terdapat blower alias peniup. Tugasnya mirip seperti kipas.. Kalau si kipas niup gulungan kondensor yang
ada di luar ruangan sehingga kalor alias panas cepat kabur menuju udara sekitar, maka si blower niup gulungan
pendingin yang ada dalam ruangan sehingga udara dingin bisa menyebar dalam ruangan…

Anda mungkin juga menyukai