Anda di halaman 1dari 8

TUGAS

PERMESINAN KAPAL
REVIEW SIKLUS DIESEL DAN OTTO

Gema Putra Rahardjo


(1906381312)

UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
TAHUN 2021
Siklus Diesel
Siklus Diesel adalah siklus yang ideal untuk mesin pembakaran secara kompressi,
Compression-Igniton Engine ,pertama diajukan oleh Rudolph Diesel pada tahun 1890,
sangat mirip dengan Spark-Igniton Engine dengan perbedaan cara pembakaran awal.
Compression-Ignition Engine menekan udara ke temperature di atas suuhu pembakaran
otomatis dari bahan bakar, dan pembakaran terjadi ketika bahan bakar dimasukkan ke udara
panas. [1]

Gambar 1
Pada Siklus Diesel, bahan bakar
dimasukkan ke udara selagi
udara sedang dikompres untuk
menimbulkan pembakaran

Siklus Diesel terdiri dari 4 proses berikut:

Process 1 → 2: Kompresi udara bersifat reversibel adiabatik;

Process 2 → 3: Penambahan kalor saat tekanan konstan;

Process 3 → 4: Ekspansi udara secara reversibel adiabatik;

Process 4 → 1: Pengeluara kalor saat volume konstan.


Gambar 2
P-V Diagram dari Siklus Diesel
ideal serta proses yang terjadi
pada titik tertentu

Jumlah kalor yang ditransfer pada saat proses tekanan dan volume konstan dapat
diekspresikan sebagai

dan

Sebelum kita lanjut ke bagian efisiensi termal, kita perlu mengetahui tentang cut-off ratio.
Cut-off ratio adalah rasio dari volume silinder sebelum dan sesudah pembakaran.
Diekspresikan sebagai :

Dan terakhir, efisiensi termal dari siklus diesel dengan asumsi udara standar adalah :
Kita dapat menurunkan persamaan tersebut dan didapat :

Berdasarkan rumus efisiensi termal tersebut, dapat kita ketahui parameter penting untuk
meningkatkan efisiensi yaitu :
1) rc = Cut-off Ratio, jika rasio semakin mendekati nilai satu, maka semakin besar
pula nilai efisiensi termal yang akan didapatkan
2) r = Rasio Kompresi, Jika semakin besar rasio kompresinya, maka semakin
meningkat pula efisiensi termalnya
3) k = Rasio Kalor Spesifik (Cp/Cv, dimana Cp adalah kapasitas kalor saat tekanan
konstan dan Cv adalah kapasitas kalor saat volume konstan), Jika semakin besar
rasionya, maka semakin besar nilai efisiensi termalnya
Akan tetapi, tidak semua dari parameter diatas dapat dimaksimalkan dengan mudah
sehingga harus disesuaikan kembali berdasarkan kebutuhan.

Siklus Otto
Siklus Otto adalah siklus yang ideal untuk mesin pembakaran secara percikan. Siklus ini
dinamakan berdasarkan Nikolaus A. Otto, Seseorang yang berhasil menciptakan mesin 4
langkah pada tahun 1876 di German dengan menggunakan siklus yang diajukan oleh
seseorang yang bernama Alphonse Beau de Rochas. Dalam Spark-Ignition Engines, pada
umumnya piston menyelesaikan 4 langkah/2 putaran mekanik dalam satu siklus
termodinamika. Mesin ini dinamakan Mesin 4-Langkah. Selain Mesin 4-Langkah, terdapat
juga Mesin 2-Langkah dimana hanya terjadi 2 langkah/1 putaran mekanik dalam satu siklus
termodinamika. Kerugian dalam Mesin 2-Langkah ini adalah pembakaran menjadi tidak
efisien dan tidak sempurna. Keuntungannya adalah mesin mudah dimanufaktur serta tidak
mahal.[1] [2]
Gambar 3
Mesin 4-Langkah aktual secara
Spark-Igntion

Siklus Otto terdiri dari 4 proses berikut[2]:

Process 1 → 2: Kompresi udara bersifat reversibel adiabatik;

Process 2 → 3: Penambahan kalor saat volume konstan;

Process 3 → 4: Ekspansi udara secara reversibel adiabatik;

Process 4 → 1: Pengeluara kalor saat volume konstan.

Gambar 4
P-V Diagram dari Siklus Otto
ideal serta proses yang terjadi
pada titik tertentu
Gambar 5
Ilustrasi proses yang terjadi
dalam piston berdasarkan P-V
Diagram Siklus Otto ideal.

Siklus Otto dilakukan di sistem tertutup, dan mengabaikan perubahan energi kinetik dan
energi potensial, maka hukum kekelan energy yang berlaku dapat diekspresikan sebagai:

Pada saat perpindahan kalor, tidak terjadi kerja karena volume konstan. Jumlah kalor yang
ditransfer pada saat proses volume konstan dapat diekspresikan sebagai :

Proses 1-2 dan 3-4 adalah isentropik, serta V2 = V3 dan V4 = V1 , Maka :


Dan berikut adalah persamaan efisiensi termal pada Siklus Otto dengan asumsi udara
standar yaitu :

Dengan mensubstitusi persamaan yang menjelaskan proses isentropik 1-2 dan 3-4 serta
kesamaan volume pada titik 2 dengan 3 dan 1 dengan 4 , kita mendapatkan bentuk
sederhana dari persamaan efisiensi termal Siklus Otto yang diekspresikan sebagai[1][3] :

Dimana

.
r adalah rasio kompresi dan k adalah rasio spesifik kalor.
Dari persamaan efisiensi termal tersebut, kita dapat mengetahui parameter yang berperan
penting dalam meningkatkan efisiensi yaitu[2] :
1) r = Rasio Kompresi, Jika semakin besar rasio kompresinya, maka semakin
meningkat pula efisiensi termalnya. Dengan batas atas rasio yaitu 12 agar tidak
terjadi autoignition pada mesin.
2) k = Rasio Kalor Spesifik, Jika semakin besar rasionya, maka semakin besar nilai
efisiensi termalnya.
Agar dapat menghasilkan efisiensi termal yang maksimal, diperlukan kombinasi seimbang
antara rasio kompresi serta media pembakarannya. Harus diingatkan kembali bahwa
mencapai maksimal tidaklah mudah dan perlu disesuaikan kebutuhan.
Daftar Pustaka
1. ^a b cCengel, Yunus A., Boles, Micheal A. (2015). Thermodynamics : An
Engineering Approach, Gas Power Cycles, Eight Edition.
2. ^a b cZohuri, Bahman (2018) Physics of Cryogenics, Gas Power and Air
Cycles, 13:7, 331-385.
3. ^ ProctorII, Charles L. (2003), Encyclopedia of Physical Science and
Technology (Third Edition), Internal Combustion Engines, 33-44.

Anda mungkin juga menyukai