Anda di halaman 1dari 8

I.

Dasar teori

Iodoform adalah senyawa yang dibentuk dari reaksi antara iodin dengan etanol / aseton
dan asetaldehida dalam suasana basa. Iodoform adalah zat padat kuning dengan bau yang
khas. Iodoform banyak digunakan dalam bidang kedokteran yaitu sebagai antiseptik terhadap
luka-luka lecet, karena membebaskan I2 yang dapat membunuh bakteri. Selain itu juga masih
dalam bidang kedokteran iodoform berfungsi sebagai pencegah keluarnya nanah dan
pencegah pertumbuhan bakteri.
Rumus molekul iodoform : HCI3
Iodoform pertama kali disintesis oleh George Serullas pada tahun 1882 dan rumus
molekul diidentifikasi pertama kali oleh Jean Baptieste Dumas pafa tahun 1834. Hal ini
disintetis oleh reaksi haloform reaksi iodium dengan natrium hidroksida dengan salah satu
dari empat jenis denyawa organik yaitu metal keton, asetaldehida, etanol dan alkohol
sekunder tertentu. Reaksi Iodium dengan basa metil keton akan menghasilkan endapan
berwarna kuning pucat (iodoform test). Selain dari warnanya, iodoform dapat dikenali
dengan baunya yang khas yaitu berbau obat.
Sebagaimana senyawa kimia lainnya, iodoform ini memiliki sifat-sifat kimia dan fisika.
Diantara sifat kimia iodoform dapat diuraikan sebagai berikut:

Kondensasi lipidine ethiodide dari alkil menghasilkan cis(1-ethylguinoline-4trimetinaiomine).

Iodoform dan kalium poidat membentuk CL4 (tetraidometane)

Iodoform dapat di hidrogenasi di itomenasi (metilan iodida)

Iodoform bila dipanaskan dengan campuran anilin dan larutan NOH alkoholat
karbilamine membentuk isosianida.

Iodoform dapat di hidrolisis dengan kuat.

Iodoform bila direduksi dengan Na2As2O4 akan membentuk metilen iodida.

Iodoform bila direaksikan dengan dan NaOH akan menghasilkan warna merah ungu
pada lapisan piridin, setelah di panaskan sebentar.

Jika iodoform di panaskan dalam satu tabung kering, akan timbul uap yang berwarna
violet dari iodium.

Test larutan AgHO3 reaksi dengan larutan AgHO3 (argentum nitrat) tidak memberikan
endapan kuning perak iodida (Agl).

Tidak bereaksi dengan kolomel, HgO.

Sedangkan sifat fisika iodoform dapat dirinci sebagai berikut :

Bentuk berupa kristal kuning berkilauan

Bentuk bangun merupakan heksagonal dengan I sebagai pusatnya

Titik lebur 119-1230C

Berat jenis 4,00 gr/mil

Berat molekul 393,73

Komposisi C = 3,05 g ; H = 6,266 g ; I = 96,496 g

Mudah menguap (meyublim) pada suhu kamar

Terurai oleh pengaruh panas cahaya dan udara membentuk CO2, CO, I2, H2O

Memiliki bau yang khas

Sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam akohol

Perlahan-lahan larut dalam pentaoida atom

Senyawa iodoform dapat dibuat dengan beberapa cara, diantaranya dengan campuran
pelarut alkohol, campuran aseton, dengan elektrolisa pelarut.
a. Alkohol
Alkohol direaksikan dengan I2 dan KOH, maka mula-mula alkohol direaksikan dengan
alkanal. Etanol kemudian bereaksi dengan I2 sehingga terbentuk triiodoetanol. Dalam
lingkungan KOH maka triiodoetanal berubah menjadi iodoform dan kalium metanoat
b. Aseton
Aseton direaksikan dengan I2 dan larutan basa (KOH atau NaOH), maka I 2 akan
mengoksidasi aseton. Dalam lingkungan basa (KOH atau NaOH), H3C-C-Cl3 di ubah menjadi
iodoform dan kalium asetat.

c.

Secara elektrolisa
Aseton maupun etanol dapat di elektrolisa oleh KI dan Na2CO3, elektrolisa dilakukan dengan
elektroda platinum. Larutan yang ada mengandung K+, Na+, I-, CO2 dan H+ serta O- dari air.
Ion-ion akan kehilangan muatan selama elektrolisa, H+ pada katoda, dan I- serta OH yang
dibebaskan pada anoda, bereaksi bersama menghasilkan iopoiodit CO -. Larutan menjadi
mengandung ion NaOI yang bereaksi dengan etanol atau aseton.

II.

Alat dan Bahan

Alat : Erlenmeyer , batang pengaduk dan corong Buchner


Bahan : Iodium, NaOH, Aseton, Air, Etanol.
III.

Cara kerja :
1. Timbang 10 ml aseton dan 5 ml air, masukan kedalam Erlenmeyer 250 ml ,
tambahkan 5 g iodium dan dikocok.
2. Tambahkan NaOH 2N sedikit demi sedikit ke dalam Erlenmeyer sambil terus dikocok
sampai warna coklat berubah menjadi endapan kuning.
3. Segera tambahkan 25 ml air dan saring dengan corong Buchner.
4. Lakukan rekristalisasi dengan memasukan iodoform ke dalam Erlenmeyer tertutup,
tuang etanol beberapa ml dan hangatkan sambil dikocok diatas hot plate.
5. Bila telah hangat, tambah etanol sedikit lagi, tunggu sampai hangat jangan sampai
mendidih dan lakukan berkali-kali sampai iodoform larut sempurna.
6. Saring larutan dengan corong panas dan tambahkan 12,5 ml air dan saring dengan
corong Buchner
7. Keringkan Kristal dalam desikator, timbang sampai berat konstan dan tentukan titik
leburnya dengan melting point.

Skema :

1.Timbang 10 ml aseton
dan 5 ml air, masukan
kedalam Erlenmeyer 250
ml , tambahkan 5 g
iodium dan dikocok.

2. Tambahkan NaOH 2N
sedikit demi sedikit ke
dalam Erlenmeyer sambil
terus dikocok sampai warna
coklat berubah menjadi
endapan kuning.

3. Segera tambahkan 25
ml air dan saring dengan
corong Buchner.

4. Lakukan rekristalisasi
dengan memasukan
iodoform ke dalam
Erlenmeyer tertutup,
tuang etanol beberapa ml
dan hangatkan sambil
dikocok diatas hot plate.

5. Bila telah hangat,


tambah etanol sedikit
lagi, tunggu sampai
hangat jangan sampai
mendidih dan lakukan
berkali-kali sampai
iodoform larut
sempurna.

6. Saring larutan
dengan corong panas
dan tambahkan 12,5
ml air dan saring
dengan corong
Buchner

7. Keringkan Kristal
dalam desikator,
timbang sampai berat
konstan dan tentukan
titik leburnya dengan
melting point.

IV.

Pembahasan

Pada praktikum pembuatan iodoform bahan-bahan yang digunakan adalah iodium,


aseton dan NaOH sebagai suasana basa. Reaksi yang terjadi adalah reaksi haloform.
10 ml aceton dan 10 ml aquadest dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian
ditambahkan 5 gram iodium, kocok hingga larut dan larutan menjadi berwarna coklat. Proses
pereaksian aceton dan iodium harus dilakukan secara hati-hati karena campuran aseton dan
iodium dapat menyebabkan iritasi mata, maka semakin sedikit aseton yang digunakan
semakin baik. Setelah seluruh iodium larut, tambahkan NaOH 2N sedikit demi sedikit hingga
warna coklat larutan berubah menjadi endapan kuning. Endapan kuning tersebut yang
nantinya akan menjadi kristal iodoform.
Selanjutnya tambahkan aquadest sebanyak 25 ml segera setelah endapan kuning
terbentuk. Kemudian saring endapan dengan menggunakan corong buchner dan vacum
filtration.
Langkah berikutnya adalah rekristalisasi. Iodoform yang telah disaring dimasukkan
ke dalam erlenmeyer. Tambahkan beberapa ml etanol, kemudian tutup dengan alumunium
foil, agar tidak terjadi penguapan, dan hangatkan di atas water bath dengan suhu 600C sambil
terus dikocok. Pemanasan hanya dilakukan hingga larutan hangat, jangan sampai mendidih.

Setelah hangat, tambahkan etanol lagi sedikit demi sedikit dengan menggunakan pipet tetes
hingga iodoform larut sempurna.
Jika iodoform telah larut dengan sempurna, saring kembali larutan dengan
menambahkan aquadest terlebih dahulu sebanyak 12,5 ml menggunakan corong buchner
yang telah dipanaskan sebelumnya. Cuci kristal dengan aquadest agar kristal iodoform yang
didapat lebih murni.
Kemudian kristal yang telah terbentuk diletakkan diatas kertas saring dan kaca arloji
untuk selanjutnya dikeringkan di dalam oven. Setelah kering, kristal ditimbang dan
didapatkan hasil kristal sebanyak 0,81 gram.

V. Kesimpulan
Pada percobaan kali ini :

1. Iodium yang didapat sebanyak 0,81 gram


Berat teoritis iodoform

gram

Randemen hasil yang didapat

2. Reaksi pembentukan iodoform merupakan reaksi reduksi karena melibatkan penurunan


bilangan oksidasi.
3. Iodoform terbentuk dari aseton dan iodium dengan menggunakan NaOH.
4. Hasil iodoform yang didapat pada kelompok 1 kurang murni.

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK


PEMBUATAN IODOFORM

Anggota kelompok:
Gunawan Lisityo

111210200083

Khoriyatussalihah

11121020000103

Muhammad Beny Setiawan

1112102000102

Nabilah Urwatul Wutsqo 1112102000095


Nur Khasannah

1112102000093

Okin

1112102000107

Resha Adriana Putri

1112102000

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN


UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

Anda mungkin juga menyukai