Anda di halaman 1dari 3

Banyak hal yang harus dipersiapkan untuk membuat produk steril.

Tidak hanya
proses pembuatan yang harus steril, ruangan, bahan, peralatan, dan pakaian serta
perlengkapan lainnya pun harus diperhatikan sterilitasnya. Dan hal ini salah satu hal
yang paling bikin ribet kalau mau praktikum steril.
Wadah-wadah dan peralatan lainnya (seperti batang pengaduk, kaca arloji, spatula,
pipet tetes, dan lain-lain) yang digunakan untuk membuat sediaan steril haruslah
steril. Oleh karena itu, setidaknya sehari sebelum praktikum dilaksanakan, kami
harus melakukan sterilisasi alat. Metode sterilisasi disesuaikan dengan karakteristik
masing-masing alat, ada yang disterilisasi dengan metode panas lembab
(menggunakan autoklaf), panas kering (menggunakan oven), atau dengan
menggunakan etanol 70%.
Pembuatan produk steril harus dilakukan di ruangan khusus. Ada beberapa kelas
ruangan di laboratorium steril yaitu kelas A (di bawah Laminar Air Flow (LAF)),
kelas B (yang menjadi backgroundkelas A), dan kelas C (seperti ruang
pencampuran). Kelas A, B, dan C sering disebut dengan white area. Selain itu ada
pula kelas D (grey area) yang meliputi antara lain ruang penimbangan, ruang
sterilisasi akhir, dan ruang evaluasi. Kelas-kelas ruangan ini menunjukkan tingkatan
kontaminasi partikel di ruangan tersebut. Ruangan steril juga dilengkapi
dengan passbox yang merupakan tempat untuk transfer bahan atau alat, sementara
untuk

keluar

masuk

orang

dilakukan

melalui

pintu

yang

menerapkan

sistem airlock dimana ketika pintu yang satu dibuka, pintu yang lainnya tidak dapat
dibuka. Hal ini bertujuan untuk mencegah terjadinya kontaminasi antar ruang.

Di samping itu, salah satu hal yang membedakan antara praktikum steril dengan
praktikum lainnya adalah pakaian yang digunakan. Kami harus menggunakan
pakaian steril, pakaian khusus yang menutupi seluruh badan kami dan terbuat dari
bahan khusus (bahan yang tidak melepaskan partikel serat). Selain itu, kami juga
harus menggunakan sarung tangan dan masker. Hal ini semua bertujuan untuk
mencegah terjadinya kontaminasi dari praktikan. Pakaian steril ini digunakan
selama praktikan berada di white area. Ketika berada di grey area, kami cukup
menggunakan jaslab biasa. Proses penggantian baju pun harus dilakukan di ruangan
khusus dan ketika memasuki white area, kami harus melewati blower terlebih
dahulu untuk menghilangkan partikel yang mungkin menempel pada pakaian yang
kita kenakan.
Proses pembuatan produk steril dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan
sterilisasi awal bahan diikuti proses pembuatan secara aseptis, atau dengan cara
sterilisasi akhir. Hal ini disesuaikan dan sangat tergantung dengan sifat bahan yang
digunakan. Alur proses pembuatan produk dengan teknik aseptik dan sterilisasi
akhir pun berbeda. Oleh karena itu diperlukan perencanaan yang matang sebelum
praktikum dan kerjasama tiap anggota kelompok agar proses praktikum berjalan

lancar. Karena pakaian steril hanya dapat digunakan sekali selama berada di white
area, hal ini mengakibatkan orang yang telah keluar dari white area tidak mungkin
dapat masuk kembali ke white area. Oleh karena itu, biasanya kami membagi tugas
antara siapa saja yang bertugas di white area dan di grey area agar ketika ada halhal yang tidak diinginkan, masalah tersebut dapat segera teratasi, misalnya jika ada
alat atau bahan yang tertinggal, orang yang bertugas di grey area dapat segera
menaruhnya di passbox dan diambil oleh orang yang berada di white area

Anda mungkin juga menyukai