Anda di halaman 1dari 6

TUGAS PENDAHULUAN

MODUL 1

1. Apa yang kamu ketahui tentang sterilisasi?


Sterilisasi merupakan proses pemusnahan semua bentuk mikroorganisme (bakteri, virus,
rickettsia, dan jamur), baik yang berbentuk vegetatif maupun berbentuk spora. Steril
berarti terbebas dari semua mikroorganisme hidup. Terdapat beberapa macam proses
sterilisasi, antara lain:
1) Sterilisasi dengan pemanasan secara kering, contohnya dengan pemijaran dan
sterilisasi pemanasan secara kering (oven)
2) Sterilisasi dengan pemanasan secara basah, contohnya dengan autoklaf (sterilisasi
dengan uap air jenuh bertekanan tinggi), tyndalisasi/pasteurisasi, dan dengan uap
air 100°C
3) Sterilisasi dengan penambahan zat tertentu (secara kimia), contohnya sterilisasi
dengan desinfektan (seperti alkohol dan fenol), antiseptika maupun
bakteriostatik.
4) Sterilisasi dengan gas, contohnya sterilisasi dengan gas etilen oksida.
5) Sterilisasi dengan penyinaran, contohnya sterilisasi dengan radiasi sinar
ultraviolet, sterilisasi cara radiasi ionisasi dan dengan penyinaran sinar gamma.
6) Sterilisasi dengan memakai penyaring bakteri (filtrasi)
(Ma’at, 2009).

2. Jelaskan perbedaan cara kerja aseptis dan sterilisasi akhir?


- Cara kerja aseptis merupakan suatu cara dalam bekerja yang meminimalisasi dan
menghindari kontaminan mikroorganisme, pirogen maupun partikel, baik pada alat,
kemasan, maupun bentuk sediaan selama proses pencampuran dan dapat mengurangi
risiko paparan terhadap petugas (Oetari, 2018).
- Sterilisasi akhir merupakan proses sterilisasi ketika sediaan obat sudah dalam
keadaan tertutup rapat. Terdapat dua metode sterilisasi akhir, yaitu overkill method
dan bioburden sterilization. Overkill method merupakan metode sterilisasi
menggunakan uap panas pada suhu 121°C selama 15 menit dan digunakan untuk
bahan yang tahan panas (Ayuhastuti, 2016). Sementara itu, merupakan metode
sterilisasi yang memerlukan monitoring ketat dan terkontrol terhadap beban mikroba
sekecil mungkin di beberapa jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi
lanjutan dengan tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL (Sterility Assurance
Level) 10-6 dan digunakan untuk bahan yang mengalami degradasi jika dipanaskan
pada suhu terlalu tinggi (Lukas, 2006).

3. Jelaskan tahapan dan prinsip kerja Biological Safety Cabinet?


- Tahapan penggunaan Biological Safety Cabinet (BSC)
a. Sebelum menggunakan (BSC)
1) Matikan lampu UV (bila menyala)
2) Hidupkan BSC dengan menekan tombol on hingga terdengar bunyi dari alat
(tekan terus hingga terdengar bunyi)
3) Hidupkan lampu fluorescent dan blower, lalu biarkan kabinet selama 5
menit tanpa aktivitas
4) Buka kaca hingga tanda (alarm akan berbunyi bila setting kaca belum
sesuai)
5) Bersihkan permukaan tempat kerja dengan cairan desinfektan yang sesuai
seperti 70% isopropil alkohol
6) Bersihkan semua item dengan cairan desinfektan sebelum memasukkannya
ke dalam kabinet
7) Letakkan semua alat dalam kabinet minimal 10 cm dari kaca. Jangan
meletakkan alat di atas grill (penyedot udara) karena akan mengganggu
aliran udara dalam kabinet
b. Selama proses kerja
1) Bagi kabinet menjadi tiga area, area bersih, area kerja, dan area kotor.
2) Pergerakan tangan dan lengan dalam kabinet:
- Usahakan melakukan pergerakan tangan dengan perlahan.
- Minimalisasi gerakan tangan keluar-masuk kabinet.
- Pergerakan lengan dan tangan dengan arah lurus, jangan ke samping
kanan-kiri. Pergerakan tangan untuk masuk-keluar kabinet lurus.
3) Ikuti prosedur kerja secara aseptik:
- Letakkan botol atau vial yang terbuka paralel terhadap aliran udara
dalam kabinet.
- Buka pembungkus alat/ bahan, hanya yang akan dikerjakan saja.
Lainnya biarkan tertutup.
c. Setelah proses kerja
1) Semprot alat yang akan digunakan lagi dengan cairan desinfektan dan
bersihkan dengan lap.
2) Letakkan semua alat yang terkontaminasi dalam wadah untuk pembuangan.
3) Buang sarung tangan yang Anda gunakan, cuci tangan, dan gunakan yang
baru.
4) Keluarkan alat yang telah digunakan dari dalam kabinet.
5) Desinfeksi interior kabinet dan lap permukaan lampu UV. Matikan lampu
fluorescent dan blower.
6) Tutup kaca kabinet dan nyalakan lampu UV. Biarkan selama 60 menit.
- Prinsip kerja Biological Safety Cabinet
Biological Safety Cabinet (BSC) adalah kabinet kerja yang steril yang digunakan
untuk kerja dengan sampel mikrobiologis. Prinsip kerja BSC adalah dengan
pengaturan aliran udara yang menciptakan semua udara buangan/udara kotor disaring
dengan HEPA (High Efficiency Particular Air) filter sehingga dapat menghilangkan
bakteri dan kontaminan, kemudian diresirkulasikan. Aliran udara diatur untuk
menghambat udara luar masuk serta udara di dalam keluar, agar kontaminasi dari
luar serta pencemaran bakteri dari ruang BSC dapat dicegah dan diminimalisasi.
(Iowa State Universiry, 2005).
4. Bagaimana cara mengetahui bahwa sterilisasi menggunakan autoklaf telah bekerja
dengan sempurna?
Untuk mendeteksi bahwa autoklaf bekerja dengan sempurna maka dilakukan pengujian
biologis terhadap mikroba yang bersifat termofilik dan mempunyai endospora dengan
menggunakan kertas spore strip. Kertas spore strip yang digunakan untuk autoklaf
Geobacillus stearothermophilus (sebelumnya dikenal dengan Bacillus
stearothermophilus). Kertas spore strip dimasukkan ke dalam autoklaf dan disterilkan,
lalu ditumbuhkan pada media. Apabila media tidak menunjukkan perubahan (tetap
bening) maka hal tersebut menunjukkan autoklaf telah bekerja dengan baik sedangkan
jika terbentuk kekeruhan maka proses sterilisasi yang dilakukan gagal (Marckie dan
Cartney, 1996; Meliawaty, 2012).

5. Jelaskan perbedaan ruang kelas A, B, dan C pada proses sterilisasi ruang dan bagaimana
hasil idealnya?

Ruang kelas Penjelasan

Kelas A Zona untuk kegiatan yang berisiko tinggi, misalnya zona pengisian
produk steril, wadah tutup karet, ampul dan vial terbuka,
penyambungan secara aseptis. Umumnya kondisi ini dicapai dengan
memasang unit aliran udara LAF (Laminar Air Flow) di tempat kerja.

Kelas B Untuk pembuatan dan pengisian secara aseptis (dalam ruangan tempat
penyimpanan LAF)

Kelas C Luar ruangan tempat penyimpanan LAF (koridor ruangan). Area bersih
untuk melakukan tahap proses pembuatan dengan risiko lebih rendah.
Hasil ideal: Pertumbuhan bakteri di kelas A < kelas B < kelas C (Ayuhastuti, 2016).

Batas mikroba yang disarankan untuk pemantauan area bersih selama kegiatan
berlangsung

Batas yang disarankan untuk cemaran mikroba (*)

Kelas Sampel udara Cawan papar Cawan kontak Sarung tangan


cfu/m3 (dia.90 mm) cfu/ (dia. 55 mm) 5 jari
4 jam (**) cfu/plate cfu/sarung
tangan

A <1 <1 <1 <1

B 10 5 5 5

C 100 50 25 -
Catatan:
(*) Nilai rata-rata
(**) Cawan papar dapat dipaparkan kurang dari 4 jam
(BPOM RI, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Ayuhastuti, A. 2016. Modul Bahan Ajar Cetak Farmasi: Praktikum Teknologi Sediaan Steril.
Jakarta: Kemenkes RI.
BPOM RI. 2012. Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik Jilid 2. Jakarta: BPOM RI.
Iowa State University. 2021. Biosafety Cabinets. Tersedia online di
https://www.ehs.iastate.edu/research/biological/microbial/biosafety-cabinets [Diakses pada
19 September 2021].
Lukas, 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Penerbit Andi
Ma’at, S. 2009. Sterilisasi dan Desinfeksi. Surabaya: Airlangga University Press.
Mackie, I., dan Cartney, Mc. 1996. Practical Medical Microbiology 14th ed. Edinburgh:
Churchill Livingstone.
Meliawaty, F. 2012. Efisiensi Sterilisasi Alat Bedah Mulut melalui Inovasi Oven dengan Ozon
dan Infrared. JKM. Vol.11(2): 147-167.
Oetari, R. A. 2018. Teknik Aseptis. Yogyakarta: UGM Press.

Anda mungkin juga menyukai